Anda di halaman 1dari 27

PAPER HIDROLOGI DAN DRAINASE

“ANALISIS BANJIR SISTEM DRAINASE DENPASAR BALI”

OLEH :

I MADE ARIARSHA SUMEKAR (1204105083)

SYEBASTIAN PETRUS (1204105061)

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2013

1
DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan paper
ini dengan baik dan tepat pada waktunya, tidak lupa kami juga menghaturkan banyak terima
kasih kepada bapak### selaku dosen pengajar kami di kelas, karena beliau-lah kami dapat
menyusun paper ini.

Dalam pengerjaanya kami juga dibantu oleh beberapa sumber yang kami dapat melalui
media internet dan buku literatur. Selama mengerjakan paper ini kami mendapatkan banyak
wawasan tambahan mengenai ###. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun paper ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada paper ini. Oleh
karena itu kami mempersilahkan pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang bersifat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan paper selanjutnya.

Akhir kata semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Mangupura, 26 Oktober 2013

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya pembangunan di daerah perkotaan khususnya pada kota – kota besar


dapat membawa dampak besar bagi kelancaran suatu sistem di daerah perkotaan
tersebut. Suatu daerah perkotaan yang tidak memiliki suatu sistem dapat menyebabkan
ketidakharmonisan di daerah tersebut, maka sistem yang ada hendaknya ditata dengan
baik demi kelancaran bersama. Suatu kota besar pastilah tidak hanya memiliki satu
sistem yang mengatur daerah tersebut, melainkan diatur oleh banyak sistem,
diantaranya adalah sistem drainase yang ada di perkotaan. Drainase merupakan sesuatu
yang penting dalam tata ruang suatu perkotaan dimana dengan adanya sistem drainase
yang baik di suatu perkotaan dapat memberikan dampak baik pada daerah tersebut
seperti diantaranya, untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal, sebagai pengendali air kepermukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air atau banjir,
menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal, mengendalikan erosi tanah,
kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air hujan yang berlebihan
sehingga tidak terjadi bencana banjir, serta yang lainnya.

Seperti diketahui, dewasa ini sering terjadi banjir di daerah perkotaan


khususnya kota besar. Seperti definisinya banjir merupakan peristiwa yang terjadi
ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Ada juga definisi lain mengenai
banjir seperti suatu bencana yang mengganggu kehidupan manusia berupa genangan
air dari yang terkecil sampai terbesar yang disebabkan oleh faktor - faktor baik manusia
maupun alam atau aliran air yang tinggi, dan tidak tertampung oleh aliran sungai dan
air itu meluap ke daratan yang lebih rendah. Selain faktor manusia seperti yang
disebutkan diatas, faktor lainnya penyebab adanya genangan air atau banjir pada suatu
daerah perkotaan seperti, sistem drainase yang tidak baik, lamanya hujan di suatu
daerah sehingga suatu drainase tidak mampu menampung air hujan. Besarnya dampak
banjir menyebabkan banyak kerugian, akibat banjir diantaranya, jalanan menjadi

4
banyak berlubang, berbagai macam penyakit mewabah di masyarakat, lumpuhnya
suatu transportasi yang berfungsi sebagai kelancaran perekonimian suatau daerah.

Meskipun hampir terjadi banjir tiap tahunnya namun hingga saat ini banjir
masih menjadi pekerjaan rumah bagi para perencana konstruksi dalam merencanakan
suatu sistem drainase yang baik untuk perkotaan agar tercipta sistem drainase yang
mampu menangani masalah banjir yang terjadi. Penangannan banjir tidak hanya pada
drainase, penyediaan sumur resapan di tiap – tiap rumah dan di suatu wilayah agar
disediakan sumur resapan untuk membantu penyerapan genangan air. Peranan
masyarakat dalam menangani banjir dengan selalu melakukan kegiatan gotong royong
di lingkungannya dapat membantu lancarnya aliran air pada sistem drainase.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas kami dapat merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa saja peranan serta fungsi sistem drainase di wilayah perkotaan ?
2. Bagaimana cara mengefektifkan sistem drainase yang telah ada ?
3. Bagaimana solusi penanganan banjir seperti contoh di wilayah perkotaan ?
1.3 Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan pembelajaran dalam mengidentifikasi sistem drainase
yang digunakan di daerah perkotaan, menelusuri kekurangan yang terdapat pada sistem
drainase di perkotaan serta mengevaluasi kinerja saluran drainase yang ada di
perkotaan. Selain itu penulisan paper ini juga digunakan sebagai tugas untuk kuliah
Hidrologi dan Drainase.

1.4 Manfaat
Paper ini bermanfaat sebagai wawasan tambahan bagi pembaca dan juga penulis.
Dengan bertambahnya wawasan maka penulis mendapatkan beberapa informasi
tentang cara menangani solusi dalam mengatasi banjir yang terjadi di wilayah
perkotaan.

5
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah yang dihadapi penulis dalam penulisan paper ini :
1. Keterbatasan data banjir pada daerah Jl. Sunset Road dan Jl. Kunti
2. Informasi yang didapat masih belum cukup untuk memberi solusi terbaik
bagi penanganan banjir

6
BAB II
MATERI DAN PEMBAHASAN

2.1 Materi

2.1.1 Pengertian Banjir


Pada dasarnya banjir disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada
saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi mauun yang
rendah. Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan, karena volume
air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu
tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.
Pengertian yang lain yaitu, Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak
tertampung oleh alur sungai atau saluran.
Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan
air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap
air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang
diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir
bandang. Saat musim penghujan tiba, hujan bisa turun terus-menerus sehingga air pun
semakin banyak memenuhi sungai dan saluran-saluran air. Kalau sungai dan saluran
air itu tersumbat oleh sampah dan kotoran, maka banjir bisa terjadi.
Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka
air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran2 atau sugai2 dalam
bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah
(infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).
Banjir biasa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti :

a. Banyaknya tumpukan sampah


Hal ini merupakan penyebab utama, karena beberapa dari kita banyak yang
malas untuk membuang sampah pada tempatnya, yang semestinya wajib kita lakukan
agar terhindar dari banjir. Namun masih banyak masyarakat yang kurang tanggap dan
terkesan meremehkan hal ini. Sehingga, sampah jadi menumpuk dan menyumbat
beberapa saluran air dan sungai.

7
b. Penebangan hutan
Banyaknya penebangan hutan secara liar juga menjadi salah satu penyebab
banjir. Karena penebangan hutan yang tidak diikuti dengan penanaman kembali dapat
menyebabkan erosi, sehingga tidak ada penyerapan air pada saat musim hujan.
c. Banjir kiriman
Hal ini sering terjadi didaerah dataran rendah. Banjir yang tiba-tiba datang
karena pada dataran tinggi terjadi hujan dan menyebabkan meluapnya aliran sungai
yang menuju ke dataran rendah meluap, sehingga terjadilah banjir pada dataran yang
lebih rendah.
d. Abrasi
Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air
laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya
permukaan air laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub akibat pemanasan
global.
e. Banyaknya bangunan
Banyaknya bangunan juga menjadi penyebab terjadinya banjir karena
kurangnya daerah resapan air. Kebanyakan bangunan perkantoran atau perumahan
menggunakan materi padat pada halamannya, seperti aspaldan semen, sehingga air
hujan tidak dapat terserap ke tanah. Selain itu banyak rawa-rawa yang kemudian
berganti menjadi daerah perumahan atau gedung perkantoran, padahal rawa-rawa
sangat berguna sebagai daerah resapan air.
f. Perubahan lingkungan
Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan
adalah terjadinya pemanasan global, selain itu manusia juga telah merubah
penggunaan lahan (yang juga perubahan lingkungan) yang berakibat pada
berkurangnya tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi semakin berkurang,
khususnya di daerah perkotaan. Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya
perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya jngan
heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat
rendah.
g. Bertumpuknya sampah pada saluran air
Faktor yang satu ini sangat penting untuk diperhatikan, karena Kurangnya
kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya menyebabkan
terjadinya penyumbatan pada saluran air.
8
Selain beberapa faktor diatas, ada juga faktor selain yang disebabkan oleh ulah
manusia, yaitu faktor alam, yaitu:
a. Badai
Badai juga dapat menyebabkan banjir melalui beberapa cara, di antaranya
melalui ombak besar yang tingginya bisa mencapai 8 meter. Selain itu badai juga
adanya presipitasi yang dikaitkan dengan peristiwa badai. Mata badai mempunyai
tekanan yang sangat rendah, jadi ketinggian laut dapat naik beberapa meter pada mata
guntur. Banjir pesisir seperti ini sering terjadi di Bangladesh.
b. Gempa bumi
Gempa bumi dasar laut maupun letusan pulau gunung berapi yang
membentuk kawah (seperti Thera atau Krakatau) dapat memicu terjadinya gelombang
besar yang disebut tsunami yang menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai

Bencana banjir yang terjadi belakangan ini telah menimbulkan korban jiwa
dan kerugian harta benda yang besar, disamping itu menyisakan pula berbagai
permasalahan, seperti :
(1) menurunnya tingkat kesehatan masyarakat akibat penyebaran wabah penyakit
menular (waterborne diseases)
(2) Munculnya berbagai kerawanan sosial, dan
(3) Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

Sementara pada jangka panjang, gangguan terhadap kondisi sosial-ekonomi


masyarakat yang terjadi akibat banjir dan kenaikan muka air laut diantaranya adalah
:
a. Gangguan terhadap jaringan jalan lintas dan kereta api di Pantura Jawa dan Timur-
Selatan Sumatera
b. Genangan terhadap permukiman penduduk pada kota-kota pesisir Pantura Jawa,
seperti : Jakarta, Cirebon, dan Semarang
c.Hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan, dan mangrove
seluas 3,4 juta hektar atau setara dengan US$ 11,307 juta ; gambaran ini bahkan
menjadi lebih ‘buram’ apabila dikaitkan dengan keberadaan sentra-sentra produksi
pangan di Pulau Jawa yang menghasilkan ± 63% dari produksi pangan nasional yang
terus dikonversi, dan
9
d. Penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan, seperti di DAS Citarum,
Brantas, dan Saddang yang sangat krusial bagi kelangsungan swasembada pangan di
Indonesia.
e. Banjir telah menyebabkan pengungsian masyarakat secara besar-besaran. Banjir
juga telah mengakibatkan anyak kerugian, baik material maupun jiwa. Seperti
sekolah, tempat ibadah, perkantoran, dan sarana kesehatan. Sementara itu, orang
meninggal akibat berbagai sebab. Muai dari hnyut di sungai, tenggelam, tersengat
listrik, dan terkena penyakit.

2.1.2 Sistem Drainase


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan
atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas
2 bagian, yaitu sistem drainase makro dan sistem drainase mikro sedangkan saluran
drainase dibedakan menjadi 3 bagian yaitu saluran drainase primer, drainase
sekunder dan saluran drainase tersier.

Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :

1. Sistem Drainase Mayor

Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada
umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan
utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran
yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-
sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang
antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan
dalam perencanaan sistem drainase ini.

10
2. Sistem Drainase Mikro

Sistem drainase mekro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan
yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan,
saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota
dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5
atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk
lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

Jenis-jenis Drainase :

1. Menurut sejarah terbentuknya


a. Drainase alamiah (natural drainage), yaitu sistem drainase yang terbentuk secara
alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia
b. Drainase buatan , yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu
drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.

2. Menurut letak saluran


a. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage), yaitu saluran drainase yang berada
di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan.
Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow.
b. Drainase bawah tanah (Sub Surface Drainage), yaitu saluran drainase yang
bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan
tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain
tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya
saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman,
dan lain-lain.

11
3. Menurut konstruksi
a. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk
menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan sistem
saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka
ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di
dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun
dengan pasangan bata.

b. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kota Metropolitan dan kota-kota
besar lainnya.

4. Menurut fungsi
a. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan
saja.
b. Multy Purpose, yaitu saluran yang berfungsi engalirkan beberapa jenis buangan,
baik secara bercampur maupun bergantian.

2.1.3 Analisis Curah Hujan


Jumlah hujan yang terjadi dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
merupakan besaran yang sangat penting dalam sistem DAS tersebut, karena hujan
merupakan masukan utama ke dalam suatu DAS. Maka pengukuran hujan harus
dilakukan dengan secermat mungkin. Untuk memperoleh data-data atau perkiraan
besaran hujan yang baik terjadi dalam suatu DAS, maka diperlukan sejumlah stasiun
hujan.

2.1.4 Analisis Hidrologi


Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, baik mengenai
terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan
12
lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Analisis hidrologi merupakan
bidang yang sangat rumit dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian siklus
hidrologi, rekaman data dan kualitas data.
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan curah hujan maksimum
harian setiap tahun. Kemudian analisis curah hujan maksimum harian rata-rata daerah
dengan menggunakan metode Thiessen, setelah itu ditinjau distribusi perhitungan
curah hujan rencana yang sesuai dengan analisis frekuensi dengan meninjau beberapa
parameter statistik (standar deviasi, koefisien skewness, koefisien kurtosis dan
koefisien variasi), cara grafis yaitu plotting data di kertas probabilitas dan dilakukan
uji keselarasan Chi Kuadrat dan Smirnov – Kolmogorov. Selanjutnya menghitung
intensitas curah hujan dengan menggunakan rumus Mononobe dilanjutkan
perhitungan debit banjir rencana dengan metode Rasional, weduwen dan HSS
Gamma I. Perhitungan debit Sungai Sengkarang dibagi menjadi dua sub DAS yaitu
ruas hulu dan ruas hilir.

2.2 Metode

2.2.1 Uji Konsistensi Data


Sebelum data hujan digunakan terlebih dahulu harus lewat pengujian untuk
konsistensi data, karena hal ini dapat mempengaruhi ketelitian hasil analisa. Metode
yang digunakan untuk pengujian data yaitu metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial
Sums) yaitu pengujian dengan menggunakan data hujan tahunan rata rata dari stasiun
itu sendiri yaitu dengan pengujian kumulatif penyimpangan kuadrat terhadap nilai
reratanya.
Data yang diperoleh dari alat pencatat bisa jadi tidak panggah karena: alat pernah
rusak, alat pernah pindah tempat, lokasi alat terganggu, atau terdapat data tidak sah.
Uji konsistensi dapat dilakukan dengan lengkung massa ganda (double mass curve)
untuk stasiun hujan ≥3 (tiga), dan untuk individual stasiun (stand alone station)
dengan cara RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums), Sri Harto (2000). Bila yang
didapat lebih kecil dari nilai kritik untuk tahun dan confidence level yang sesuai,
maka data dinyatakan panggah. Uji kepanggahan dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan-persamaan berikut:

13
dengan k = 1, 2, 3, ..., n

dengan:
Yi = data hujan ke-i
Y = data hujan rerata -i
Dy = deviasi standar
n = jumlah data

Untuk uji kepanggahan digunakan cara statistik:


Q = maks Sk**, 0 ≤ k ≤ n, atau
R = Maksimum Sk**-minimum Sk**, dengan 0 ≤ k ≤ n
Nilai kritik Q dan R ditunjukkan dalam Tabel

Tabel Nilai kritik Q dan R

2.2.2 Penentuan Distribusi Frekuensi


Penentuan jenis distribusi frekuensi diperlukan untuk mengetahui suatu rangkaian
data cocok untuk suatu sebaran tertentu dan tidak cocok untuk sebaran lain. Untuk
mengetahui kecocokan terhadap suatu jenis sebaran tertentu, perlu dikaji terlebih
dahulu ketentuan ketentuan yang ada.

14
2.2.3 Analisis Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung maka intensitasnya cenderung
makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi intensitasnya. Untuk
menghitung intensitas curah hujan tersebut maka digunakan rumus Mononobe yaitu
:

Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek tersebut lengkung IDF dapat
dibuat dengan salah satu dari persamaan berikut :

-Rumus Sherman :

-Rumus Ishiguro :

-Rumus Talbolt :

2.2.4 Analisis Debit Banjir Rencana


Metode yang digunakan untuk menghitung debit banjir rencana adalah Metode
Rasional. Perhitungan debit rencana menggunakan Metode Rasional.

15
Analisa dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh. Data tersebut beruda
data hasil pengamatan di lapangan dan data lain baik termasuk gambar guna
memberikan gambaran kondisi wilayah. Analisa dimensi saluran menggunakan
metode saluran yang ekonomis, dengan keluaran berupa:
1. Lebar saluran (b)
2. Tinggi saluran (h)
3. Kecepatan saluran (v)

Merujuk dimensi saluran yang ada dapat ditentukan ketinggian elevasi minimum
bangunan. Aspek yang harus diperhitungkan dalam perhitungan debit banjir rencana
yang harus dilakukan dalam suatu kawasan, antara lain meliputi:
1. Aspek topografi yang diperlukan untuk menentukan luas daerah, sistem sungai,
kemiringan saluran dan lokasi badan air penerima/outlet.
2. Aspek tata guna lahan yang diperlukan untuk menentukan koefisien aliran permukaan
(C)
3. Aspek hidrologi yang diperlukan untuk menentukan besarnya beban air yang harus
dilakukan dalam kawasan.
4. Aspek ekonomi terkait dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan
berdasar design yang dibuat.
Debit banjir rencana atau design flood adalah debit maksimum di sungai atau
saluran alamiah dengan periode ulang yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan
tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan-bangunannya.
Perhitungan debit banjir rencana pada pekerjaan ini dipergunakan untuk perencanaan
bangunan utama atau bendung yaitu bendung Alopohu yang akan dilakukan
rehabilitasi atau perencanaan ulang dikarenakan kondisinya rusak berat yang salah
satu penyebabnya adalah akibat terjangan banjir yang terjadi. Metode perhitungan
dilakukan dengan berbagai metode bergantung pada data - data yang tersedia dan
karakteristik dari data yang ada. Konsep dasar perhitungan didasarkan dari data yang
ada, pengalaman dan kepentingan sehingga langkah-langkah dalam penentuan dan
atau perhitungan yang dilakukan adalah:
1. Analisis frekuensi dengan :
−Metode Log Pearson Type III
−Metode Gumbell
16
2. Uji Kesesuaian distribusi :
−Metode Chi-Kuadrat
−Metode Smirnov-Kolmogorov
3. Debit banjir rencana digunakan metode :
−Metode Empiris Haspers
−Metode Empiris Melchior
−Metode Hidrograf Satuan Nakayasu
−Metode Hidrograf Satuan Gamma I
4. Pemilihan metode perhitungan debit banjir

2.2.5 Analisis Hidraulika


Penentuan dimensi saluran baik yang ada (eksisting) atau yang direncanakan,
berdasarkan debit maksimum yang akan dialirkan.
Saluran secara umum dibagi menjadi 2 macam:

1. Saluran terbuka (open channels)


Saluran yang ada salah satu bagiannya terbuka, seperti: sungai, saluran irigasi dan
selokan.

2. Saluran Tertutup
Saluran yang tertutup bagian atasnya, seperti: terowongan, pipa dan gorong-gorong.

Aliran Permanen dan Tidak Permanen


Jika kecepatan aliran pada suatu titik berubah terhadap waktu, maka alirannya disebut
sebagai aliran permanen atau tunak (steady flow), jika kecepatan pada suatu lokasi
berubah terhadap waktu, maka alirannya disebut sebagai aliran tidak permanen atau
tidak tunak (unsteady flow).

2.3 Pembahasan

2.3.1 Fungsi Sistem Drainase Perkotaan


Sistem drainase perkotaan adalah prasarana yang terdiri dari kumpulan sistem
saluran didalam kota yang berfungsi mengeringkan lahan perkotaan dari

17
banjir/genangan akibat hujan dengan cara mengalirkan kelebihan air permukaan ke
badan air melalui sistem saluran-saluran tersebut.
Drainase perkotaan melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota
dengan cara mengalirkannya melalui permukaan tanah (surface drainage) atau lewat
dibawah permukaan tanah (sub surface drainage), untuk dibuang ke sungai, laut atau
danau. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestic maupun air
limbah industri. Oleh karena itu, drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi,
sampah, pengendalian banjir kota dan lain lain.

2.3.2 Sistem Drainase yang Efektif


Pertambahan jumlah penduduk dan semakin menyempitnya daerah resapan air
akibat digunakan untuk keperluan pemukiman, perkantoran, tempat usaha,
dansebagainya merupakan tantangan sekaligus penghambat kinerja sistem
drainaseyang ada di Jakarta. Pembangunan drainase di Denpasar seharusnya juga
diimbangi dengan pembangunan daerah resapan air yang tersisa. Namun selama ini
yang kita ihat, pemerintah lebih memperhatikan pembangunan drainase tanpa diiringi
pengelolaan lingkungan sebagai media tersedianya sumber air bersih, lahan terbuka
digantikan dengan rumah dan bangunan, yang tersisa pun ditutupi oleh jalanan aspal
dan pelataran parkir sehingga tidak mampu menyerap air.
Hal inilah yang membuat banjir di Denpasar menjadi agenda wajib untuk
dibenahi,mengingat kinerja dari sistem drainase yang tidak dioptimalkan dengan
pembangunan daerah resapan air sekitarnya. Hal ini kemudian menjadi perbincangan
dan dikaitkan dengan masalah ekonomi bahkan politik. Lantas, apakah yang
sesungguhnya menghambat kinerja dari sistem drainase yang sampai saat ini belum
juga efektif mencegah Denpasar agar tidak banjir kembali? Untuk menjawabnya, ada
dua metode utama untuk mengendalikan banjir. Metode yang pertama adalah metode
struktural yaitu metode pengendalian banjir dari stuktur hidrolik atau sistem
drainasenya. Sedangkan metode yangkedua adalah metode nonstruktural yaitu
pengendalian banjir nonteknis yangmendukung metode struktural. Termasuk metode
ini adalah pengendalian perubahan fungsi lahan, hutan kota, penataan kawasan sesuai
Rencana Tata Ruang Kota (RUTK).
Artinya antara sistem drainase dan tata ruang di sekitarnya haruslah saling
melengkapi dan berkesinambungan. Namun, ternyata yang kitalihat mengenai tata
ruang kota di Denpasar justru didasari pada kepentingan sebagian elemen masyarakat.
18
Dengan demikian, sistem drainase dan sistem tata ruang kota yang tidak saling
melengkapi dan tidak berkesinambungan mengakibatkan ketidak mampuan
mencegah Jakarta agar tidak banjir kembali. Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RUTRK) sering tidak dapat dilaksanakan secara efisien dan konsisten karena
golongan masyarakat yang mempunyai akses ke pengambil keputusan berusaha
sedemikian rupa untuk memanfaatkan ruang sesuai kepentingannya. Hal lain yang
lebih memperlihatkan campur tangan politik dalam pembangunan dan tata ruang kota
di Jakarta adalah mengenai izin. Para pengusaha swasta (yang notabene bermodal)
nyatanya lebih memiliki izin mendirikan bangunan, apartement, dan sebagainya
tentunya jarang meperhatikan sistem drainase dan tata ruang di sekitarnya. Sebuah
lahan terbuka yang seharusnya menjadi hutan lindung atau daerah resapan air ternyata
berubah menjadi apartement, hotel atau sebagainya. Hal ini yang kemudian menjadi
pertanyaan besar, bagaimana mungkin izin bagi para pengusaha untuk mendirikan
atau membangun bisa dengan mudah didapatkan, kalau sudah begini pihak mana yang
bisa kita salahkan.

2.3.3 Analisis Banjir Daerah Perkotaan

Pada Sabtu, 11 Januari 2009


Banjir besar yang melanda sebagian Kota Denpasar dan Badung pada minggu
kedua Januari 2009 merupakan mimpi buruk bagi masyarakat dan Pemerintah
Provinsi Bali. Banjir yang baru pertama kali terjadi dengan ketinggian air mencapai
1 meter lebih itu tidak diharapkan lagi terjadi di Bali karena dapat merusak citra
pariwisata Bali. Untuk tujuan tersebut, Rabu siang, 18 Februari 2009, Wagub
Puspayoga didampingi Kadis PU I Gusti Nyoman Sura Adnyana dan Karo Humas
dan Protokol Setda Provinsi Bali I Putu Suardhika dan sejumlah staf melakukan
peninjauan ke sejumlah titik lokasi yang potensial dijadikan pengendali banjir.
Karo Humas dan Protokol I Putu Suardhika mengemukakan, titik lokasi yang
ditinjau adalah Dam Buagan, Tukad Teba, Tukad Mati, Dam Uma Dwi, Dam Ulun
Tanjung dan sejumlah jembatan di Jalan Gunung Soputan dan Jalan Gunung
Tangkuban Prahu. Dari peninjauan tersebut, diperoleh sejumlah alternatif.
Pertama, Pemerintah Provinsi Bali bersinergi dengan Pemerintah Kota
Denpasar membangun sodetan untuk menyalurkan kelebihan volume air dari Tukad

19
Teba di Jalan Imam Bonjol ke Tukad Badung melalui Jalan Dam Tukad Badung
sepanjang 300 meter dengan lebar sekitar 3 meter.
Kedua, Pemprov. Bali bekerja sama dengan Pemkot. Denpasar dan Pemkab.
Badung membangun saluran drainase sepanjang kurang lebih 4 km untuk
menyalurkan kelebihan volume air pada saat hujan deras.
Ketiga, Dam Ulun Tanjung – Badung yang sudah tidak berfungsi akan
dibongkar. Pembongkaran dilakukan karena lahan Subak sudah habis beralih fungsi
menjadi kawasan permukiman penduduk. Lebih-lebih keberadaan dam tersebut
menghambat laju aliran air dari Tukad Mati menuju laut.
Keempat, beberapa jembatan di Jalan Gunung Soputan dan Jalan Gunung
Tangkuban Perahu akan dibangun lebih tinggi dan lebih lebar, sementara sejumlah
dam di daerah aliran sungai Pangkung Moding, Tukad Mati dan Uma Dwi
direncanakan untuk diperbaiki untuk disesuaikan kemampuannya mengalirkan air
pada saat hujan lebat.
Di sela-sela peninjauan, Wagub Puspayoga mengatakan, banjir besar pada
Sabtu, 11 Januari 2009, tidak boleh terjadi lagi. Pemerintah Provinsi Bali akan
menggandeng Pemkab. Badung dan Pemkot. Denpasar untuk melakukan langkah-
langkah penanggulangan. Pemerintah Pusat dikabarkan siap memberikan bantuan
besar untuk tujuan tersebut.
“(Pekerjaan) ini,” demikian Puspayoga,”harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Saya minta supaya dibuatkan kajian yang bagus dan komprehensif,” imbuhnya.
Mantan Walikota Denpasar ini menambahkan, jangan sampai banjir seperti 11
Januari 2009 terulang lagi di kemudian hari. “Malu kita ini,” ingat Wagub.
Kadis PU Sura Adnyana mengemukakan, siap menindaklanjuti arahan
Wagub. Menurut dia, beberapa kajian telah dilakukan. Sebagian bahkan sudah siap
dilaksanakan di lapangan pada tahun 2009 ini. Beberapa titik pengendali banjir seperti
pengangkatan jembatan di Jalan Gunung Soputan dan Jalan Gunung Tangkuban
Perahu diupayakan untuk dipiroritaskan. “Oleh karena anggaran turunnya bertahap,
pengerjaan juga akan dilakukan secara bertahap,” jelas Sura Adnyana.

Sumber : www.baliprov.go.id

Pada Kamis, 2 Januari 2014

20
Akibat hujan deras selama tiga hari belakangan ini, sejumlah ruas jalan di
wilayah Kuta kebanjiran. Musibah banjir juga menggenangi beberapa perumahan di
wilayah Denpasar. Adapun ruas jalan yang banjir seperti di jalan sunset road Kuta
dan Jalan Dewi Sri Kuta. Banjir juga menggenangi perumahan Bumi Mas, Sanur, dan
Banjar Mekar Jaya, Pemogan Denpasar Selatan.
"Kami terima laporan banjir di wilayah Kuta dan Sanur Denpasar. Sekarang
petugas. masih di lapangan untuk mengevakuasi warga," ujar Kepala Bidang
Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kota Denpasar Made Prapta, Kamis (2/1/2014).
Menurut Prapta, ketinggian air di sejumlah ruas jalan di wilayah Kuta itu mencapai
50 centi meter. Sementara, volume air disejumlah perumahan diwilayah Denpasar
mencapai tinggi pinggang orang dewasa atau sekitar satu meter sehingga membuat
aktivitas warga terganggu. Prapta mengaku, beberapa warga yang terjebak akibat
rumahnya terendam banjir parah langsung dievakuasi petugas ke tempat yang lebih
aman. Menurutnya, hingga kini belum ada laporan adanya korban jiwa akibat banjir
dioawal tahun 2014 itu. "Petugas terus melakukan pendataan dan memberikan
pertolongan di lokasi banjir akibat curah hujan cukup tinggi mengguyur Kota
Denpasar," jelasnya. Prapta memaparkan, pasca banjir ini ia mengerahkan dua perahu
karet rubber boat BPPD Denpasar dan puluhan petugas diterjunkan ke lokasi untuk
mengevakuasi warga khususnya anak-anak dan warga lanjut usia. Sementara itu,
petugas SAR sejauh ini terus memantau lokasi yang masih digenangi banjir dan
mencari warga yang terjebak banjir

Sumber : www.inilah.com

Pada Senin, 16 Desember 2013


Banjir bandang menerjang sejumlah rumah di Jalan Gunung Payung, Kota
Denpasar, Senin (16/12), pukul 17.00 Wita. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Denpasar mengevakuasi sejumlah ibu dan anak-anak korban banjir di
Jalan Gunung Payung, Senin (16/12) petang. Korban banjir itu terlihat stres karena
rumah dan barang-barang berharga tergenang air hingga setinggi pinggang orang
dewasa. Puluhan korban terlihat menangis dan para petugas berusaha membawanya
ke lokasi yang lebih tinggi.
Selain itu, beberapa tenaga sukarelawan dan warga setempat juga turut serta
membantu para korban yang membutuhkan pertolongan. Beberapa ambulans dan

21
petugas kesehatan bersiaga di beberapa tempat untuk membantu para koban tesebut.
Sampai berita ini diturunkan belum diketahui jumlah korban jiwa akibat banjir yang
menimpa sejumlah perumahan warga tersebut. Sementara itu, aliran banjir itu juga
mengakibatkan Jembatan Tegalantang di Jalan Gunung Tangkuban Perahu tidak bisa
dilalui karena derasnya air hingga meluap ke jalan. Banjir ini mengakibatkan lalu
lintas di sekitar tempat kejadian macet total.

Sumber : www.beritasatu.com

Titik-titik Banjir di Denpasar


Jika curah hujan tinggi, Kota Denpasar ternyata menjadi langganan banjir. Di mana
banjir yang melanda Ibukota Provinsi Bali ini terjadi di 26 titik pada medio 2010 lalu.
Namun, sejak penanganan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota
Denpasar, dari 26 titik yang menjadi langganan banjir sekarang telah menyusut
menjadi 16 titik banjir.
Dari data yang didapatkan di kantor Dinas PU Kota Denpasar, 26 titik yang menjadi
langganan banjir pada medio 2010 lalu, di antaranya Jl. Cargo, Jl. Buluh Indah, Jl.
Gunung Agung, Jl. Gunung Rinjani, Br. Tegal Harum Perumnas Monang-maning, Jl.
Pura Demak, Jl. Ratna, Jl. Kenyeri, Kesiman Petilan, Jl. Kapten Agung, dan Jl. Satelit.
‘’Dari 26 titik yang menjadi langganan banjir itu sudah menyusut menjadi 16 titik.
Dan 16 titik yang menjadi langganan banjir ini belum bisa kami tangani. Karenanya
kami mengusulkan kepada P2LP Werda Pura Provinsi Bali untuk perbaikan
Pangkung Muding, Padangsambian, lingkungan Bumi Ayu dan Danau Tempe, Sanur
tahun 2014 guna meminimalisir 16 titik banjir itu,’’ kata Kepala Bidang Pengairan
Dinas PU Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Putra Sanjaya, yang ditemui di ruang
kerjanya, Senin (19/8) kemarin.
Selain meminta bantuan kepada P2LP, pihaknya juga mengaku telah menangani
sodetan di Tikad Teba, Tukad Badung dengan sistem empat, guna mengurai banjir di
Jl. Tukad Batanghari. Bahkan sistem empat juga dilakukan di Jl. Pakerisan untuk
mengurai banjir di Jl. Dewata. Sedangkan penanganan sodetan di Jl. Tukad Badung
dilakukan guna mengurai banjir di Jl. Pemuda, dan Jl. Tukad Yeh Aya. ‘’Sodetan
dengan sekala besar itulah yang sekarang ini kami prioritaskan supaya Denpasar tidak
banjir lagi jika curah hujan tinggi,’’ ujarnya, seraya menyebutkan, anggaran untuk

22
penanganan titik banjir di Kota Denpasar itu bersumber dari APBD Kota Denpasar,
APBD Provinsi Bali dan APBN.
Diungkapkannya, Denpasar telah memiliki program pengendalian banjir yang
notabena menjadi program PU Denpasar. Bahkan untuk penanganan banjir di
Denpasar, lanjut dia, pihaknya juga bekerjasama dengan P2LP Provinsi Bali untuk
mengurai masalah titik-titik langganan banjir. ‘’Untuk perbaikan Tukad Punggawa,
Denpasar Selatan, sekarang ini, kami anggarkan Rp 150 miliar dari APBN,’’
tandasnya.

Sumber : http://www.denpostnews.com

2.3.4 Solusi Masalah

Dari sekian banyak masalah yang sering terjadi di wilayah perkotaan,


khususnya dalam mengatasi masalah banjir yang memang dari beberapa tahun ini
sangat sering terjadi, jadi kami mendapatkan informasi yang cukup baik untuk
menanggulangi banjir tersebut. Meskipun cara ini sudah banyak dikenal masyarakat
dan mungkin sudah diterapkan masyarakat maupun pemerintah setempat, namun
walau sudah dikenal penerapannya masih minim pelaksanaan dari seluruh komponen
yang berperan dalam menanggulangi banjir tersebut, berikut solusi yang dapat kami
berikan untuk menanggulangi banjir :
1. Mengatasi banjir dengan memperbanyak ruang terbuka hijau
Ketersediaan ruang terbuka hijau khususnya di kota-kota besar seharusnya
minimal 30% dari luas kota. Namun kenyataannya, ruang terbuka hijau yang ada
hanya mencapai 10 %. Ruang terbuka hijau dapat menjadi area bagi penyerapan
air ketika hujan turun dan tentu hal itu dapat menjadi cara mengatasi banjir. Selain
itu ruang terbuka hijau dapat bermanfaat bagi kesehatan dan menciptakan udara
yang bersih, menjadi arena bermain, olahraga dan tempat komunikasi public.

2. Mengatasi banjir dengan menanam pohon


Menanam pohon dapat dilakukan di pekarangan rumah, sekolah, kantor
dan tempat-tempat umum lainnya. Keberadaan pohon atau tanaman dapat
menunjang terciptanya kota yang hijau, mengurangi polusi udara, mengurangi

23
jumlah debit air hujan yang mengalir di permukaan tanah, dapat mengatasi banjir
dan menjadikan langit yang biru.

3. Mengatasi banjir dengan membuat Lubang Resapan Biopori


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi banjir adalah
dengan membuat lubang resapan biopori. Banyak masyarakat dikota-kota besar
seperti Jakarta yang belum memahami pengertian biopori, manfaat dari Lubang
Resapan Biopori dan cara membuatnya. Hal tersebut karena masih minimnya
sosialisasi-sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai pihak baik itu Pemerintah
maupun Lembaga atau Organisasi-organisasi Masyarakat. Meskipun cara tersebut
belum umum diketahui dan dilakukan oleh masyarakat, namun dampaknya dalam
mengatasi permasalahan banjir sangat signifikan. Lubang tersebut dapat dibuat
dengan menggunakan alat manual dengan kedalaman vertical antara 80-100 cm
dengan diameter antara 10 – 30 cm. Setelah anda buat lubangnya, selanjutnya
anda dapat mengisi lubang tersebut dengan batu kerikil pada dasarnya dan
ditambahkan dengan berbagai macam sampah organic atau sampah dedaunan.
Beberapa pengusaha sudah menjual alat biopori dengan berbagai macam bentuk
dan fungsi. Melalui LRB tersebut, air hujan atau air dari saluran pembuangan akan
terserap sehingga jumlah air yang mengalir dijalan-jalan atau dipermukaan tanah
akan berkurang.

4. Mengatasi banjir dengan penanganan sampah yang baik


Perlu upaya penanganan yang baik terhadap sampah diantaranya
membuang sampah pada tempatnya serta memilah sampah organik dan non
organik. Saat ini sudah banyak tersedia dan dijual tempat sampah dengan berbagai
bentuk dan fungsinya. Ada tempat sampah yang dijual untuk sampah
organik/sampah basah, ada juga untuk sampah non organik/sampah kering.
Merubah kebiasaan masyarakat untuk melakukan hal-hal tersebut memang tidak
mudah. Masih banyak masyarakat disekitar kita yang membuang sampah di
sungai, kali atau saluran (got) sehingga menyebabkan fungsi dari saluran-saluran
air tersebut menjadi terganggu dan hal itu dapat menyebabkan terjadinya banjir.

5. Mengatasi banjir dengan tidak membangun pemukiman di sekitar sungai

24
Akibat dari tingginya tingkat urbanisasi dan kepadatan penduduk
sedangkan di satu sisi ketersediaan lahan untuk pemukiman dan rendahnya
tingkat ekonomi masyarakat menyebabkan banyak masyarakat yang
menggunakan area-area hijau dan daerah aliran sungan (DAS) sebagai tempat
pemukiman. Akibatnya kemampuan area-area hijau untuk menyerap air dan daya
tampung sungai menerima jumlah air yang mengalir menjadi berkurang.
Untuk mengatasi banjir maka perlu upaya dari Pemerintah untuk menekan
keberadaan dari pemukiman-pemukiman di area-area tersebut dan tentu hal
tersebut harus juga ditunjang oleh kesadaran dari masyarakat sendiri.

25
26
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahan tentang banjir yang terjadi di wailayah perkotaan saat ini, kami
dapat menyimpulkan beberapa faktor penyebab yang umum terjadi di wialayah perkotaan,
diantaranya adalah :

1. Tidak tertibnya masyarakat akan larangan “Dilarang Membuang Sampah


Sembarangan”.
Kebanyakan masyarakat di Bali khususnya kurang peduli atau kurang tanggap akan
larangan tersebut, meskipun hampir setiap orang mengetahui larangan namun masih
saja dengan sengaja melemparkan sampah mereka secara tidak peduli akan dampak
yang ditimbulkan, seperti contoh ketika terdapat orang yang merokok di jalan disaat
mengendarai mobil atau motor, kebanyakan dari mereka akan membuang punting
rokok di jalanan yang mengakibatkan sampah menumpuk pada saluran drainase ketika
hujan turun. Contoh lainnya adalah kebiasaan membuang limbah di sungai, sebagian
warga yang tinggal di daerah pinggir sungai terkadang secara sengaja atau tidak sengaja
membuang sampah mereka ke sungai sehingga sampah akan menumpuk dan
menyebabkan banjir di kemudian hari ketika terjadi hujan yang relatif lama.
2.

27

Anda mungkin juga menyukai