Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH DRAINASE

KONSEP PENANGANAN DAN MITIGASI DARURAT DALAM


MENNAGGULANGI BANJIR DI JAKARTA

Disusun oleh :
GALDY PUTRA 19511171
RAISHA QHIBTYAH SAGRAN 19511265
PUTRI RIZKA KARIMA 19511270

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul "Konsep Pengananan
dan Mitigasi Darurat dalam Menanggulangi Banjir di Kota Jakarta" dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan kegiatan ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi
pembaca.

Yogyakarta, 9 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian drainaase
b. Faktor Penyebbab Banjir di Jakarta
c. Mitigasi Banjir Jakarta
d. Dampak banjir dari Berbagai Sektor
e. Tanggap Darurat Banjir Jakarta
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik factor alam dan
factor non-alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Contoh bencana alam antaralain berupa gempa bumi, tsunami, erupsi
gunung berapi, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Sedangkan
bencana non-alam contohnya adalah konflik social epidemi, dan wabah penyakit
Bencana banjir merupakan salah satu potensi kerusakan terbesar dari bencana
alam di seluruh dunia serta menimbulkan korban dan kerugian dalam jumlah besar.
Selain hal itu, banjir juga menyebabkan timbulnya masalah baru seperti
kemacetan, penyakit, dan sampah. Secara global, bahwa jumlah orang yang
terkena dampak dan kerusakan ekonomi akibat banjir sedang meningkat pada
tingkat yang mengkhawatirkan. Peristiwa banjir yang ekstrim tidak hanya terjadi
pada negara-negara yang paling terbelakang, tetapi juga dapat terjadi bahkan
menghancurkan negara-negara maju dan negara industri yang mempunyai segi
ekonomi yang tinggi, contohnya di negara Jepang sebanyak 49% jumlah penduduk
dan 75% property terletak di dataran banjir yang luasnya 10% luas daratan,
sedangkan sisanya 51% jumlah penduduk dan hanya 25% property yang berada di
luar daratan banjir yang luasnya 90% luas daratan.

1
Sebagian kota-kota besar di Indonesia juga berada di dataran rendah yang dapat
mengakibatkan banjir, terutama di Kota Jakarta yang sampai saat ini masih belum
bisa dikendalikan dengan maksimal dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat
yang selalu membuang sampah sembarangan, sehingga menghambat system
drainase yang dimana dapat menyebabkan bencana banjir. Kota Jakarta merupakan
salah satu kota yang setiap tahunnya sellau dilanda bencana banjir. Kota Jakarta
yang daerahnya merupakan dataran rendah yang kebanyakan daerahnya memiliki
topografi cekung hingga datar merupakan lokasi yang sangat rawan terkena
bencana banjir.
Terjadinya bencana banjir dalam waktu relatif pendek yang selalu terulang tiap
tahun, menuntut upaya lebih besar mengantisipasinya, sehingga kerugian dapat
diminimalkan. Berbagai upaya pemerintah yang bersifat struktural (structural
approach), ternyata belum sepenuhnya mampu menanggulangi masalah banjir di
Indonesia. Berdasarkan kondisi banjir di Jakarta, maka dari itu kami tertarik untuk
mengambil judul makalah mengenai “Konsep Pengananan dan Mitigasi
Darurat dalam Menanggulangi Banjir di Kota Jakarta”

1.2 Maksud dan Tujuan


Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman terhadap penanggulangan bencana
banjir.
b. Manfaat bagi masyarakat dan pemerintah yang ada di DKI Jakarta dalam
memberikan pengetahuan tentang kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana
alam, khususnya bagi bencana banjir.
2. Manfaat praktis

2
a. Bagi penulis penelitian ini merupakan media pembelajaran untuk menambah
wawasan berfikir serta mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di bangku
perkuliahan
b. Bagi masyarakat DKI Jakarta dapat dijadikan pedoman dalam penanggulangan
bencana banjir
c. Bagi pemerintah dan BPBD DKI Jakarta dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan kebijakan yang akan diberikan kepada masyarakat agar sesuai
dengan kebutuhan dalam menghadapi bencana banjir

1.3 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan pokok permasalahan yaitu
a. Apa yang dimaksud dengan system drainase?
b. Factor yang menyebabkan bencana banjir yang di kota Jakarta?
c. Bagaimana mitigasi dari bencana banjir di kota Jakarta?
d. Bagaimana dampak dari banjir di Kota Jakarta dari segi budaya, sosial,
ekonomi?
e. Bagaiamana tanggap darurat banjir di Jakarta?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai system
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase mempunyai
arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan
atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal.
Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk meresapkan air
secara alami akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton dan aspal,
hal ini akan menambah kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air ini jika tidak
dapat dialirkan akan menyebabkan genangan. Dalam perencanaan saluran drainase
harus memperhatikan tata guna lahan daerah tangkapan air saluran drainase yang
bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering walaupun terjadi kelebihan air, sehingga air
permukaan tetap terkontrol dan tidak mengganggu pengguna jalan.
Drainase memiliki peran yang sangat penting di kawasan berpenghuni. Sistem
drainase yang baik membantu mencegah banyak persoalan, seperti mengurangi
kemungkinan banjir, mengendalikan permukaan air tanah, erosi tanah mencegah
kerusakan jalan dan bangunan yang ada. Sistem drainase bisa dikatakan baik apabila
bisa berhubungan secara sistematik antara satu dengan yang lainnya, yang bertujuan
agar air mengalir atau berjalan dengan baik. Menurut sejarah terbentuknya drainase
tebagi menjadi dua,

4
1. Drainase Alamiah ( Natural Drainase ): Drainase yang terbentuk secara alami
dan tidak terdapat bangunan-bangunanpenunjang seperti bangunan pelimpah,
pasangan batu/beton, gorong-gorong danlain-lain. Saluran ini terbentuk oleh
gerusan air yang bergerak karena grafitasiyang lambat laun membentuk jalan
air yang permanen seperti sungai.

Gambar 1.2 Drainase Alamiah

2. Drainase Buatan ( Arficial Drainage ) : Drainase yang dibuat dengan maksud


dan tujuan tertentu sehingga memerlukanbangunan – bangunan khusus
seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan
sebagainya

5
Gambar 1.3 Drainase Buatan

Berdasarkan letak bangunan drainase, terbagi menjadi dua yaitu :

1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage) Saluran drainase yang


berada di atas permukaan tanah yang berfungsimengalirkan air limpasan
permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow.
2. Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage )Saluran drainase
yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melaluimedia dibawah
permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu.Alasan itu
antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yangtidak
membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepakbola,
lapangan terbang, taman dan lain-lain

6
Gambar 1.4 Drainase Bawah Permukaan

Banyak faktor yang mempengaruhi dan perlu dipertimbangkan secara matang


dalam perencanaan suatu sistem drainase yang berkelanjutan. Perencanaan tidak hanya
disesuaikan dengan kondisi sekarang namun juga untuk masa yang akan datang. Dalam
perencanaan drainase perkotaan tidak lepas dari berbagai masalah yang perlu ditangani
secara benar dan menyeluruh. Permasalahan-permasalahan drainase perkotaan yang
sering terjadi yaitu banjir.
Banjir di defenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air
yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian
fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang
terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah
sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak
merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi” (IDEP,2007).

Banjir merupakan suatu kejadian yang sangat mempengaruhi penduduk dari


segi social, maupun eknomi, baik secara langsung dan tidak langsung. Terutama bagi
penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah. Banjir adalah kejadian cuaca yang
dapat terjadi dalam hitungan hari atau jam. Banjir bisa diakibatkan oleh tingginya
intensitas curah hujan pada suatu kalang waktu tertentu sehingga saluran penampung
air meluap. Saluran yang tidak memenuhi syarat sebagai saluran yang baik dapat juga

7
memberi dampak lebih buruk terhadap banjir. Tumpukan sampah dan ranting pohon
yang berada di saluran air menghambat laju air disaluran dan mengakibatkan air
melimpah kedaratan. Di wilayah sepanjang pesisir pantai, banjir dapat pula diakibatkan
oleh masuknya air laut ke wilayah daratan sebagai dampak dari pasang air laut.
Kejadian tersebut biasa disebut sebagai banjir genangan rob. Air laut masuk melalui
saluran – saluran drainase yang ada dipesisir dan selanjutnya mengalir ke pemukiman
apabila saluran tidak mampu lagi menampung volume air yang ada.
Banjir di daerah perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan banjir
pada lahan alamiah. Secara alami air hujan yang turun ke tanah akan mengalir sesuai
kontur tanah menuju daerah yang lebih rendah. Untuk daerah perkotaan pada umumnya
air hujan yang turun akan dialirkan ke dalam saluran-saluran buatan yang mengalirkan
air menuju sungai. Kontur lahan yang terdapat di daerah perkotaan direncanakan agar
air hujan yang turun mengalir ke dalam saluran – saluran buatan. Ketidakmampuan
saluran tersebut untuk menampung air hujan dapat mengakibatkan terjadinya banjir di
daearah perkotaan. Salah satu nya Kota Jakarta yang selalu terjadi setiap tahunnya
mengalami banjir. Dalam sejarahnya, banjir Jakata yang tercatat paling awal terjadi
pada 1699 akibat letusan Gunung Salak, kemudian tahun 1714 akibat dimulainya
pembukaan hutan di Kawasan Puncak, dan tahun 1918 yang menjadi penyebab
dimulainya pembangunan Banjir Kanal Barat. Masa banjir Kota Jakarta biasanya
terjadi pada pertengahan musim hujan yang jatuh pada bulan Januari-Februari setiap
tahunnya.

8
2.2 Faktor Banjir Jakarta

Gambar 1.2 Sistem Tata Air DKI JAKARTA

Pertama, Permasalahan banjir di DKI Jakarta tidak bisa lepas dari keberadaan
13 sungai yang bermuara di bagian Utara Jakarta. Ketiga belas sungai itu masing-
masing: Kali Mookervaart, Kali Angke, Kali Pasangrahan, Kali Grogol, Kali Krukut,
Kali Baru Barat, S. Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter,
Kali Buaran, Kali Jati Keramat dan Kali Cakung. Dari ke-13 aliran sungai yang
melintasi Kota Jakarta, Sungai Ciliwung merupakan sungai yang paling besar
kontribusinya terhadap potensi kejadian banjir di wilayah DKI Jakarta. Menurut
NEDECO (1973), luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sekitar 347 km2,
terluas dibandingkan DAS lainnya. Panjang aliran Sungai Ciliwung mulai
dari hulunya di daerah Gunung Gede – Pangrango (Kabupaten Bogor) hingga
daerah hilirnya di daerah Pluit (Jakarta Utara) sepanjang 117 km,

9
terpanjang dibandingkan aliran sungai lainnya. Selain itu, aliran Sungai Ciliwung
di Kota Jakarta melintasi banyak perkampungan, permukiman padat penduduk
dan permukiman kumuh. Aliran sungai ini pula yang aksesnya langsung menuju
jantung Kota Jakarta dimana lokasi Pusat Pemerintahan berada, sehingga jika
sungai ini meluap dan membanjiri Jakarta dalam waktu yang relatif lama maka
dampaknya dapat melumpuhkan segala aktivitas ekonomi, sosial maupun aktivitas
pemerintahan yang terpusat di Kota Jakarta. Selain Sungai Ciliwung, Sungai Angke
dan Sungai Pesanggrahan juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan
terhadap potensi banjir di wilayah DKI Jakarta. DAS Angke memiliki luas
sekitar 263 km2 dengan panjang aliran sungai utama 100 km, sementara DAS
Pesanggrahan memiliki luas 110 km2 dengan panjang aliran sungai utama 83
km. Sungai Angke berhulu di daerah Semplak (Kabupaten Bogor), mengalir
ke wilayah Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Jakarta Barat dan bermuara
di Muara Angke (Jakarta Utara), sedangkan Sungai Pesanggrahan berhulu
di daerah Tanah Sereal (Kabupaten Bogor), mengalir melalui Kota Depok,
wilayah Jakarta Selatan, Kota Tangerang, wilayah Jakarta Barat untuk
kemudian bergabung dengan aliran Sungai Angke dan juga bermuara di Muar Angke

10
(JakartaUtara).

Kedua, Jakarta merupakan daerah cekungan, secara


geomorfologi Jakarta juga merupakan dataran banjir (flood plain). Dataran banjir
merupakan daerah yang terbentuk akibat proses sedimentasi saat
terjadi banjir. Dataran banjir pada umumnya berada di sekitar aliran sungai yang
berkelok-kelok (meandering) atau pada titik pertemuan anak sungai dengan aliran
sungai utama, Dengan keberadaan 13 aliran sungai yang melintasi Kota
Jakarta, maka memang cukup banyak dataran banjir yang tersebar di wilayah
DKI Jakarta. Oleh karena itu, cukup bisa dimaklumi bahwa potensi banjir
di wilayah DKI Jakarta memang sangat tinggi. Dikarenakan geologis Jakarta
berbentuk cekungan, serta air dari 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta tidak bisa
mengalir lancar ke laut. Air tersebut akhirnya terperangkap di cekungan besar Jakarta
yang menyebabkan banjir.

11
Gambar 1.3 Kondisi Geologis DKI JAKARTA

Ketiga, pada akhir 2020 hujan berasal dari pertemuan sekumpulan awan, yang
oleh para ahli disebut Mesoscale Convective System. Inilah sebab dari banyak kawasan
di Jakarta banjir terutama pada kawasan cekungan yang mengalami penurunan muka
tanah. Sejak akhir desember hingga satu Januari lalu, terekam adanya pergerakan MCS,
baik yang berasal dari luar kawasan Jakarta ataupun yang tumbuh dari kawasan Jakarta
itu sendiri. Intensitas hujan yang tinggi dan berdurasi lama menyebabkan banjir
semakin parah. Contohnya pada kawasan Kasablanka. Akumulasi curah hujan tercatat
sebesar 274 mm dalam waktu 24 jam. Begitu pula pada beberapa kawasan lainnya.
Maka, dengan hujan yang sebanyak ini jika tidak dapat terinfiltrasi ke dalam
permukaan tanah dengan baik dan tidak cukup ruang di permukaan untuk
mengakumulasikannya dipermukaan, sangat dimungkinkan terjadi banjir banjir
ekstrim semacam banjir Jakarta awal tahun kemarin.
Keempat, Banjir di Jakarta disebabkan juga oleh aliran air permukaan (run off).
Daya serap tanah sudah pasti tidak akan mampu lagi menyerap air hujan lebat.
Kemampuan saluran yang ada baik got, sungai maupun saluran banjir kanal tidak
mampu menahan banjir bila hujan sangat deras. Pada prinsipnya, air yang berasal dari

12
hujan akan masuk ke dalam tanah. Namun tidak semua air dapat ditampung oleh tanah.
Hal ini disebabkan karena setiap jenis batuan memiliki kemampuan menyerap yang
berbeda-beda. Sebagian air yang lain akan menjadi air yang mengalir di permukaan
tanah disebut run-off water. Secara mudah daya serap air atau infiltrasi digambarkan
seperti gambar di atas. Apabila tanahnya berbutir kasar dan berpori-pori bagus, maka
air akan terserap. Ketika air hujan menjatuhi tanah lanau yang lebih halus, maka
kapasitas infiltrasinya kurang banyak. Demikian pula ketika air hujan turun tepat diatas
lempung, lebih sulit lagi terserap.

Gambar 1.4 Terjadinya Run-Off

Kelima, kerusakan lingkungan yang terjadi di Ibukota dan sekitarnya. Pohon


dapat membantu dalam penyerapan air dan menampung air pada tanah. Dengan
kerusakan lingkungan yang semakin parah, membuat air hujan yang turun tidak ada
yang membendung. Air hujan langsung mengalir ke sungai/gorong-gorong atau
menggenang ditanah karena tidak ada pohon yang dapat menyerap air hujan tersebut.
Kemudian karena air hujan langsung ke sungai, dan sungai sudah tidak dapat
menampung lagi, akhirnya terciptalah banjir. Dengan intesitas waktu yang cukup lama,
membuat luapan air sungai juga semakin tinggi.

13
Keenam, sitem drianse Jakarta yang sangat buruk Tidak mampu menampung
luapan air hujan. Apalagi hujan intensitas tinggi Hanya sekitar 33 persen drainase
Jakarta yang berfungsi optimal. Lebar saluran air saat ini kebanyakan masih sempit,
sekitar 1,5 meter. Padahal, idealnya hingga 3 meter. Selain sempit, saluran air masih
banyak tersumbat lumpur, sampah, limbah dan utilitas yang tumpang tindih, dan tidak
terhubung dengan baik antar satu dengan lainnya.
Ketujuh, kesadaran dan kepahaman sosial tentang masalah yang berkaitan
dengan keairan dan konservasinya. Selama masyarakat di kota belum paham
keterkaitan antara daerah hulu dan hilir, sampah dan banjir, serta bagaimana dan
dengan cara apa seharusnya mereka berbuat, maka pemahaman terhadap faktor ini
belum tercapai dengan baik. Kesadaran lingkungan akan timbul apabila setia individu
mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh informasi
berbagai aspek lingkungan. Pada kenyataannya dilihat dari data survei bahwa
masyarakat DKI Jakarta yang memiliki kesadaran lingkungan hanya berkisar 50,85 %.
Pengetahuan atau informasi yang mereka dapatkan serta sosialisasi yang dilakukan
oleh aparat setempat belum sepenuhnya diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Banyak warga yang masih terlihat ragu-ragu untuk mengolah sampah di lingkungan
sendiri untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat. Gaya hidup untuk membiasakan
membuang sampah pada tempatnya sebanyak 72,5 % warga sudah baik. Namun, masih
saja ada sebagian warga yang membuang sampah di saluran sehingga akan membuat
saluran tersebut tersumbat. Hal sebagian inilah yang bisa menimbulkan banjir dan
tentunya akan berdampak besar bagi banyak orang.

14
Gambar 1.5 Kondisi Sampah di Jakarta

Kedelapan, Tidak Adanya Konsistensi Pihak Berwenang Pihak PEMDA


(Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau bahkan sampai tingkat Propinsi) harus
mempunyai ketegasan dalam hal peruntukkan lahan yang sesuai dengan RTRW
(Rencana Tata Ruang Wilayah) atau dulu dikenal dengan RUTR (Rencana Umum Tata
Ruang). Penyusunan tata ruang dari pihak Pemda juga masih belum menerapkan
konsep pembangunan berwawasan lingkungan atau sustainable development.
Perencanaan pengembangan wilayah masih terlalu memihak pada para pelaku bidang
ekonomi. Tak heran jika yang ditonjolkan sematamata hanya pesatnya perkembangan
industri, kawasan niaga dan pemukiman elit. Paradigma ini harus diubah dan mengarah
kepada kepentingan pelestarian lingkungan. Hanya dengan pelestarian lingkungan,
maka akan dapat menjamin kehidupan yang layak untuk anak cucu dan generasi
mendatang.

2.3 Pencegahan dan Mitigasi Banjir

Menurut Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi diartikan sebagai serangkaian
upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan fisik

15
ataupun penyadaran serta peningkatan kemampuan dalam menghadapi ancaman
bencana, Bisa dikatakan, tindakan mitigasi bencana dilakukan sebelum bencana yang
diprediksi akan terjadi.
Pencegahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi
atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana
maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
Tujuan mitigasi dan pencegahan memiliki tujuan yang sama yaitu Mengurangi
resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk, seperti
korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan kerusakan sumber
daya alam, Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan sera
Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta
mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja
dengan aman (safe)
Secara umum, mitigasi dibagi menjadi dua jenis, ada mitigasi struktural dan
mitigasi non-struktural.
1. Mitigasi sruktur adalah upaya yang dilakukan demi meminimalisir bencana
seperti dengan melakukan pembangunan danal khusus untuk mencegah banjir
dan dengan membuat rekayasa teknis bangunan tahan bencana,
sertainfrastruktur bangunan tahan air. Dimana infrastruktur bangunan yang
tahan air nantinya diharapkan agar tidak memberikan dampak yang begitu
parah apabila bencana tersebut terjadi
Beberapa upaya yang harus dilakukan dengan metode mitigasi struktur dalam
bencana banjir DKI Jakarta :
a. Green Water Front adalah sebuah konsep membangun daerah aliran
sungai yang tercemar. Green Water Front juga memanfaatkan ruang
terbuka di atas sungai. Ruang tersebut fungsinya mirip sebuah jembatan,
hal ini nantinya akan menambah interaksi antar warga yang sebelumnya
terpisah oleh sungai. Selain itu, akan terbentuk ruang publik, tempat
bermain anak dan tempat bercocok tanam sayur-mayur. Berdasarkan

16
prinsip tersebut, maka lahan di sepanjang bantaran sungai akan
dijadikan ruang terbuka hijau dan jalan setapak. Ruang terbuka hijau ini
akan ditanami dengan berbagai jenis pohon dan akan dibuat lubang
biopori, sehingga nantinya daerah bantaran sungai akan menjadi daerah
resapan air. Pengunaan Green Water Front akan di letakkan di atas
sungai yang mengalir, cara ini akan menjadikan kualitas perkampungan
daerah aliran sungai menjadi lebih baik. Green Water Front ini akan
menghubungkan dua kampung yang sebelumnya terpisah oleh sungai,
sehingga dapat berfungsi sebagai jembatan.Konsep ini dapat
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Sehingga kualitas hidup
warga yang tinggal di bantaran sungai juga akan meningkat.
Terwujudnya daerah resapan air untuk mengurangi banjir. Keberhasilan
dari konsep ini ditentukan oleh berbagai pihak diantaranya masyarakat
dan pemerintah. Pola pikir yang juga harus diubah oleh masyarakat dan
juga pemerintah adalah jangan menjadikan Sungai Ciliwung sebagai
sumber bencana, tetapi jadikan sebagai sumber daya air yang dapat
mendatangkan nilai ekonomi tinggi. Jika konsep ini berhasil
dilaksanakan, maka sedimentasi sungai dapat dihindarkan dan air
sungai akan mengalir dengan lancar. hingga ke laut. Sehingga banjir
yang sering melanda Sungai Ciliwung dapat ditanggulangi.

17
Gambar 1.6 Perspektif Konsep Green Water Front
b. Multi purpose deep tunnel (MPDT) MPDT sebagai salah satu emerging
solution dalam konteks IUWRM pada dasarnya adalah merupakan suatu
sistem teknologi terowongan dan reservoir air bawah tanah yang secara
terintegrasi untuk dapat mengatasi masalah banjir, kelangkaan air baku,
penanganan limbah cair perkotaan, manajemen dan konservasi air tanah
yang dipadukan dengan upaya penanganan kemacetan lalu lintas serta
sekaligus untuk dapat memperbaiki kembali (restorasi) kondisi kualitas
sungai-sungai yang mengalami pencemaran berat oleh limbah cair di
daerah perkotaan padat penduduk seperti DKI Jakarta.

Gambar 1.7 Skema Multi purpose deep tunnel (MPDT)

18
Dalam konteks IUWRM yang juga mengintegrasikan optimasi
pemanfaatan ruang dan lahan yang semakin terbatas di daerah perkotaan
seperti Jakarta, pengembangan konsep dan implementasi MPDT di DKI
Jakarta diharapkan untuk mampu mengatasi:
➢ Masalah atau ancaman banjir di wilayah Metropolitan DKI Jakarta
secara terintegrasi dengan tidak terkendala dengan masalah
pembebasan lahan.
➢ Secara simultan dan cost effective dalam pengelolaan limbah cair
perkotaan dari berbagai aktifitas domestik/rumah tangga yang belum
ditangani oleh Pemda DKI hingga saat ini.
➢ Secara simultan mengatasi masalah kelangkaan air baku yang tengah
dihadapi oleh PAM Jaya terutama menghadapi tantangan jangka
menengah dan jangka panjang untuk pemenuhan kebutuhan air bersih
di Jakarta melalui proses daur ulang limbah cair yang diolah bersamaan
dengan cadangan air hujan yang ditampung pada MPDT.
➢ Secara simultan dan bertahap memperbaiki (restorasi) kualitas air
permukaan/sungai-sungai utama yang ada di DKI Jakarta yang tercemar
oleh limbah cair dan padat.
➢ Secara terintegrasi pada keadaan tidak banjir, dapat difungsikan sebagai
jalan tol bawah tanah untuk dapat membantu mengatasi kemacetan lalu
lintas dalam wilayah kota dan sekaligus dalam rangka mengoptimalkan
investasi dan pemulihan biaya.
➢ Sicara simultan dan bertahap memperbaiki dan meningkat kualitas air
tanah dalam rangka konservasi air tanah dan pencegahan penurunan
permukaan (land subsidence) dan sekaligus untuk pengendalian
ancaman intrusi air laut.
c. Giant Sea Wall (Tanggul Raksasa) Tanggul/dinding taut (seawall)
adalah bentuk pertahanan pesisir yang dibangun untuk melindungi
daerah konservasi, ternpat tinggal rnanusia, dan kegiatan rekreasi dari

19
kekuatan pasang surut dan gelombang Seawall juga dapat dikatakan
sebagai dinding banjir yang berfungsi sebagai pelindung/penahan
terhadap kekuatan gelombang. Seawall pad a umumnya dibuat dari
konstruksi padat seperti beton, turap bajalkayu, pasangan batu atau pipa
beton, sehingga seawalltidak rneredam energi gelombang, tetapi
gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan
kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya. Tanggul
raksasa direncanakan untuk membendung laut di pantai utara Jakarta
sepanjang 35 kilometer. Pembendungan akan dilakukan mulai dari
wilayah Tanjung Burung, Tangerang hingga ke Tanjung Priok, dan dari
Tanjung Priok sampai di Muara Gembong, Bekasi. Sistem GSW
dilakukan dengan cara mendorong sistem polder ke arah laut, sehingga
kawasan di bawah permukaan air laut tidak akan tergenang. Seperti
yang telah dilakukan Belanda dan New Orleans, Amerika Serikat.
Sketsanya, meski air laut tinggi, tetapi kawasan di bawah permukaan air
laut tetap kering karena ada tanggul laut raksasa yang akan memompa
air ke laut. Lahan di tempat yang akan dibangun tanggul raksasa ini
sudah berada di bawah permukaan laut. Dan lebih dari tiga puluh tahun
ekstraksi air tanah telah menyebabkan permukaan tanah bagian pesisir
Jakarta semakin menurun. Perubahan iklim, juga menyebabkan naiknya
permukaan laut dengan genangan air laut yang bergerak ke wilayah
dataran rendah di bagian utara kota.
d. Bendungan kering merupan bangunan bendung yang dibangun untuk
mengontrol banjir. Biasanya tidak mengandung turbin ataupun pintu
air, dan ditujukan untuk membiarkan saluran (sungai dsb) untuk
mengalir dengan bebas selama kondisi normal. Tempat yang strategi
untuk dibangun bending yaitu di daerah Sukamaho ogor karena
bendungan ini akan didesain untuk mengurangi debit banjir yang masuk
ke Jakarta dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung

20
Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa yang kemudian
mengalir ke Sungai Ciliwung. Sebagai bendungan kering maka
pengoperasiannya akan berbeda dengan bendungan lain, di mana
bendungan ini baru akan digenangi air pada musim hujan. Sementara
pada musim kemarau, bendungan ini kering Pekerjaan kini meliputi
galian tubuh bendungan, grouting tubuh bendungan, bangunan
pelimpah (clearing dan pengecoran), pekerjaan hidromekanikal,
pembangunan fasilitas umum (gardu pandang, masjid, gudang,
landscaping), dan clearing area lahan. Manfaat bendungan kering dapat
dikembangkan menjadi area penampungan air pada saat hujan dan area
lansekap pada saat kering. Lansekap yang dikembangkan dapat berupa
tanaman yang memiliki toleransi terhadap genangan dan mampu self
generated atau trubus misalnya tanaman Datura.

2. Non structural adalah suatu upaya dalam mengurangi dampak bencana melalui
kebijakan dan peraturan.. Mencegah dan menanggulangi bencana banjir tidak
dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang perorang. Dibutuhkan
komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindari dari banjir. DKI
Jakarta merupakan daerah yang sangat rentan terkena banir, berikut pencegahan
atau mitigasi non-struktural yang seharusnya dilakukan :
a. Pembangunan system deteksi dan peringatan dini
b. Normalisasi Situ dan Embung
c. Mengeruk lumpur dan sampah di sungai Jakarta
d. Unduh Aplikasi Pantau Banjir
e. Konservasi air
Berdasarkan analisis kontribusi banjir dari masing2 sub DAS, dapat
dilakukan konservasi air yang bertujuan untuk memasukkan air
sebanyak-banyaknya ke dalam tanah. Kontribusi banjir dari Hulu
Ciliwung sebesar 1,4 % dari seluruh DAS Ciliwung, sedangkan dari

21
Hulu Cisadade sebesar 4,5% dari seluruh DAS Cisadane. Kontribusi
banjir dari Bagian Tengah DAS Ciliwung dan DAS Cisadane masing-
masing sebesar 6,5% dan 36,5% dari seluruh DAS. Kontribusi banjir
dar Hilir Ciliwung dan sekitarnya 92,1%; di Cisadane hilir 58,8%
(Sumber perhitungan BPPTPDAS, 2020). Rendahnya kontribusi banjir
dari hulu DAS karena hujan yang terjadi di hulu juga kecil.
f. Pemanfaatn Riparan
Riparian adalah zona peralihan antara sungai dan daratan yang
dimanfaatkan untuk tanaman di tepi sungai. Beberapa manfaatnya
adalah: mengurangi banjir, mengurangi sedimen terlarut, meningkatkan
kualitas air,

2.4 Dampak Banjir dari Berbagai Sektor


Diberbagai kota di Indonesia menjadi titik atau kawasan yang selalu mengalami
banjir. Hal ini menyebabkan banyak kerugian yang terjadi dikarenakan banjir
tersebut. Dampak banjir terhadap lingkungan punya konsekuensi yang cukup rumit,
bisa mulai dari kesehatan, sosial ekonomi, hingga pencemaran. Dampak yang
terjadi mengakibatkan kerugian diberbagai kota sehingga setiap kota perlu adanya
penanganan yang berbeda-beda.

Di Indonesia khususnya kota Jakarta setiap tahunnya menjadi kota yang


berulang kali mengalami kerugian besar pada saat musim hujan. Dampak dari
banjir yang terjadi menimbulkan kerugian dari berbagai aspek. Dibawah ini
merupakan dampak yang ditimbulkan dari banjir yang terjadi dikota Jakarta dapat
dilihat dari beberapa aspek yang terjadi, yaitu sebagai berikut.

1. Dampak banjir bagi kesehatan


Salah satu dampak banjir bagi lingkungan manusia yang paling penting
adalah kesehatan. Banjir memiliki risiko yang mengancam nyawa manusia

22
dimulai dari penyakit hingga kematian. Terlebih lagi di Jakarta yang sering
mengalami banjir setiap tahunnya memberikan dampak yang begitu besar
dan merugikan dari persoalan penyakit. Dampak banjir terhadap lingkungan
kesehatan manusia memang cukup bervariasi, dan tergantung dari berbagai
faktor, seperti lokasi pada setiap daerah atau tempat yang berada di Jakarta
hingga penanganan medis yang tepat dari berbagai pihak diwilayah kota
Jakarta.

Berbagai kasus mengenai kesehatan yang diakibatkan banjir yang


terjadi diberbagai wilayah dikota Jakarta. Kasus-kasus yang terjadi
diberbagai wilayah tentu berbeda-beda, ada yang ringan dan ada juga yang
berat dikarenakan faktor yang terjadi diwilayah tersebut. Banjir yang terjadi
dengan waktu relaltif lama dapat menyebabkan kerusakan sistem drainase
dan air berish sehingga dapat menimbulkan potensi kejadian luar biasa
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air (water-borne diseases)
seperti penyakit kulit, diare, dan Leptospirosis serta penyakit Deman
Berdarah. Akan tetapi resiko-resiko penyakit tersebut tergantung pada
komponen berbahaya yang terdapat di dalamnya. Pada Kondisi lingkungan
yang tidak bersih, persediaan air yang terbatas seringkali menjadi penyebab
korban lebih rentan terserang penyakit. Menurut PerMenKes No.82/2014
bahwa penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menimbulkan kesakitan, kecacatan bahkan kematian yang tinggi.

23
Dengan buruknya kondisi lingkungan saat ini, maka perlu bagi kita untuk
meningkatkan risiko kesehatan. Umumnya kelompok yang rentan terserang
penyakit yaitu anak-anak dan lansia, hal ini akibat daya tahan tubuh yang
rendah. Tetapi kini sudah merata, bisa menyerang siapa saja akibat kontak
langsung dengan air yang tercemar dan kondisi lingkungan buruk. Sehingga
hal tersebut menjadi perhatian yang serius, perlu dilakukan penyelenggaraan
penanggulangan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan yang efektif dan efisien.
Pengolahan risiko dalam bidang kesehatan itu sangat penting sehingga
diperlukan pengendalian untuk meminimalisir terjadinya gangguan
kesehatan yang bisa dipicu oleh banjir. Hal-hal yang perlu dilakukan
sebelum terjadinya banjir ialah dengan mengubah kebiasaan buruk
membuang sampah sembarangan, rajin melakukan kerja bakti untuk
membersihkan saluran air (selokan), menyiapkan obat dan logistik di dalam
rumah masing-masing, serta melakukan gerakan 3M (menguras, menutup
dan mengubur).
Adapun juga hal-hal yang harus dilakukan setelah terjadinya banjir
yaitu tidak menggunakan air yang tercemar untuk kebutuhan terlebih dahulu,
segera mungkin membersihkan rumah menggunakan antiseptic untuk
membunuh kuman penyakit, bersihkan tempat penyimpanan air atau kolam
agar tidak terjadi tempat perindukan nyamuk, dan yang terpenting adalah
menggunakan sepatu boots dan sarung tangan pada saat membersihkan
rumah dan sekitarnya. Semua orang tidak dapat memprediksi kapan banjir
datang, sebelum hal tersebut menimpa kita, maka perlu kewaspadaan dan
kesiapan diri terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Masalah banjir
adalah masalah bersama, bukan hanya tanggung jawab pemerintah ataupun
pihak-pihak tertentu, melainkan tanggung jawab kita semua. Kepedulian
terhadap lingkungan itu penting, karena dari hal yang kecil bisa berdampak

24
besar. Marilah kita semua bersama-sama menjaga lingkungan agar terhindar
dari penyakit berbahaya.
2. Dampak banjir bagi sosial-ekonomi
Dampak banjir juga dapat mengakibatkan kerugian sosial-ekonomi
masyarakat seperti kerusakan daerah tempat tinggal termasuk lahan, ternak
dan fasilitas lain yang termasuk didalamannya. Kerusakan ini
mengakibatkan kerugian yang begitu besar. Korban dari banjir harus
melakukan evakuasi dari tempat tinggal dikarenakan daerah tempat tinggal
mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan tempat tinggal mereka
untuk sementara tidak bisa ditinggali. Adapun juga fasilitas didalamnya yang
mengakibatkan kerusakan yang cukup parah sehingga fasilitas yang ada
dalam rumah tidak bisa digunakan lagi karena banjir yang menerjang
wilayah korban.

Terganggunya kelancaran komunikasi antar manusia, terutama jika


dampak banjir bagi lingkungan cukup serius yang melumpuhkan,
infrastruktur, telekomunikasi atau aktivitas umum manusia dan ini
merupakan dampak dari banjir yang melanda wilayah kota Jakarta. Hal ini
sangatlah merugikan masyarakat yang mengakibatkan dampak sosial antar
sesama manusia menurun. Komunikasi yang antar sesama terputus
dikarenakan dampak dari banjir itu sendiri. Dampak lainnya bisa terjadi

25
seperti pengurangan atau hilangnya akses terhadap air bersih, listrik,
transportasi, komuikasi dan pelayanan kesehatan yang sudah menjadi
kebutuhan sehari-hari dari masyarakat. Kita juga wajib memperhatikan
dampak banjir ter4hadap kondisi lingkungan itu sendiri. Bahan kimia atau
substansi berbahaya lain bisa terbawa pada genangan air hujan. Potensi
kontaminasi akan semakin tinggi jika pengolahan limbah di sekitar
lingkungan tidak sesuai standar. Ini juga bisa diakibatkan kesadaran
masyarakat yang rendah tentang tata cara mengelola sampah yang benar.
3. Dampak banjir dari sektor parawisita
Dampak banjir selanjutnya berdampak pada sektor pariwisata. Banyak
tempat wisata diwilayah kota Jakarta seperti kerusakan fasilitas parawista,
jalanan ditutup, rusaknya peralatan produksi yang diakibatkan tidak
terpakainya faktor produksi seperti mesin ataupun tenaga kerja dan
kendaraan untuk logistik dikarenakan dampak banjir yang ditimbulkan
sehingga mengakibatkan kerguian yang begitu besar dari sektor pariwisata.
Dalam hal ini, angka kerugian itu berasal dari kerugian ekonomi langsung
maupun tidak langsung dan dengan adanya kendala atau hambatan di sektor
logistiik, hal ini akan mempengaruhi harga pangan yang akhirnya
berdampak pada inflansi.

Fasilitas parawisata di wilayah kota Jakarta yang mengalami kerusakan


akjibat banjir saat ini memberikan kerugian yang cukup besar. Beberapa

26
pengunjung terhambat dalam tujuan berwisata atau ketempat pusat hiburan
diberbagai tempat wisata yang ada diwilayah kota Jakarta seperti contoh
Ancol, Kota Tua, Monas, TMII, kebun binatang dan lainnya. Hal ini
mengakibatkan targetan pengujung yang normal menajdi turun drastis
dikarenakan dampak dari banjir diberbagai tempat wisata atau tempat
hiburan yang ada di wilayah kota Jakarta. Adapun juga restoran yang
mengalami penurunan omzet akibat banjir hingga mencapai 50 persen.
Kerguian yang ditimbulkan ini disetiap wilayah yang terkena dampak banjir.
Maka dari itu diperlukannya penanganan juga dari tiap tempat wisata yang
sering terdampak banjir. Penanganan ini dilakukan supaya mengurangi atau
meminimalisir dampak yang terjadi ditempat wisata akibat banjir. Penangan
yang dilakukan harus dilakukan rutin dan bertahap supaya tidak merugikan
operasional dari tempat wisata ataupun hiburan ketika mengalami kendala
seperti banjir.
4. Dampak banjir dari transportasi
Dari sektor transpotasi unmum juga mengalami penurunan omset mencapai
70 persen. Hal ini tentu terjadi dikarenakan banjir diberbagai wilayah kota
Jakarta. Transportasi umum seperti taksi, ojek online, bus dan lainnya
mengalami kerugian yang cukup signifikan dikarenakan banjir tersebut.
Beberapa unit transportasi diberbagai perusahaan terendam karena banjir
sehingga mengalami beberapa unit transportasi mengalami kerusakan yang
cukup parah.

27
Adapun juga kerugian dari sektor transportasi ialah jalanan atau akses
yang dilalui transportasi umum terhambat oleh banjir dibeberapa titik atau
wilayah yang dilalui transportasi. Beberapa ada yang menghentikan operasi
dari transportasi umum dan juga ada menanagani dengan mengambil rute
lainnya akan tetapi tetap mengalami penuruan dari kualitas waktu yang
ditempuh dari perjalanan transportasi. Permasalahan dari tranportasi yang
beroperasi hal ini akan membuat kinerja dari dari tiap perusahaan dan juga
pemerintah lebih giat untuk melakukan tindakan pencegahan. Pencegahan
ini tidak semerta-merta untuk banjir yang terjadi saat ini akan tetapi banjir
yang akan datang dikemudian hari seperti akses jalan yang dilalui atau
penempatan dari unit transportasi yang akan digunakan untuk tidak berada
pada area titik banjir terjadi.
Dampak transpotasi ini juga terhubung dengan dampak sosial-ekonomi
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dimana para pekerja transportasi umum
juga terhambat dalam kerja, dan tentu sangat merugikan dari perusahaan
hingga masayarakat yang selalu menggunakan transportasi umum juga.
Penagaruh yang ditimbulkan dari banjir ini juga bisa ditujukan pada
infastruktur seperti sistem drainase yang berada disepanjang jalan, dimana
seharusnya memberikan solusi terhadap masalah banjir yang terjadi. Akan
tetapi sistem drainase di beberapa titik wilayah kota Jakarta justru menjadi

28
salah satu faktor terjadinya banjir. Hal ini perlu diupayakan juga penanganan
dari pemerintah untuk meminimalisir terjadinya banjir dari sisi infrastruktur.
5. Dampak banjir dari infrastruktur
Dampak banjir juga sangat berpengaruh bagi atau dari infrastruktur, seperti
contoh pembangunan infrastruktur bisa memberikan dampak seperti banjir
ketika dalam pembangunan tidak memperhatikan detail dari saluran atau
sistem drainase yang dibangun. Ketika sistem drainase yang kurang baik
akan mengakibatkan kurang optimalnya kinerja dari sistem drainase tersebut
dan tentu dapat menyebabkan terjadinya banjir, tersumbatnya sistem
drainase serta tidak dapat menampung air yang masuk kedalam drainase.
Secara umum sistem drainase sebagai serangkaian bangunan yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Akan tetapi di Jakarta masih banyak sistem drainase yang bekerja


secara optimal dikarenakan beberapa faktor. Diambil contoh faktor seperti
sistem drainase di Jakarta kurang mampu menampung air yang masuk
kedalam sistem drainase. Hal ini dapat menyebabkan banjir dan lahan
disekitar menjadi tergenang serta saluran atau sistem drainase tidak dapat
bekerja secara optimal. Sistem drainase dijakarta sangat perlu ditangani
karena ini menjadi salah satu faktor yang besar dan peran besar dalam

29
menanggulangi banjir. Untuk memulai penanganan sistem drainase yang
rusak bisa dari kita untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Membuang sampah sembarangan dapat mengakibatkan sistem drainase
tidak tersumbat sehingga dapat mengakibatkan terjadinya banjir pada saat
hujan.

2.5 Tanggap Darurat Banjir


Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan. Hal yang perlu dilakukan setelah bencana banjir adalah :

1. Menghindari berjalan di dekat saluran air. Karena hal itu bisa membuat terjatuh
kedalam saluran air dan terseret oleh arus banjir.
2. matikan aliran listrik di dalam rumah, karena jika aliran listrik mengenai air hal
ini bisa membahayakan. Atau bisa menghubungi PLN untuk mematikan aliran
listrik di wilayah yang terkena banjir.
3. Bisa mengungsi ke daerah yang aman yang tidak terkena banjir atau ke posko
banjir.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa faktor terbesar yang
mempengaruh banjir di kota Jakarta yaitu kurangnya pemahaman masyarakat kota
Jakarta tentang penanggulangan sampah, sehingga masyarakat akan tetap membuang
sampah ke system drainase yang dimana dapat menimbulkan penghambatan arus
system drainase itu sendiri, yang dimana jika arus system drainase ini terhambat, dapat
menimbulkan bencana banjir yang dimana akan merugikan banyak aspek. Ada
beberapa cara untuk menvegah terjadinya banjir :
1. Membersihkan selokan atau system drainase yang ada di perkotaan
2. Membersihkan halaman sekitar
3. Membuang sampah pada tempatnya, dan masih banyak lagi
Dari cara – cara pencegahan bencana banjir dapat disimpulkan bahwa factor
terbesar yang dapat mencegah banjir adalah gaya hidup masyarakat dalam menyikapi
sampah. Dari kasus bencana banjir yang sering terjadi di kota Jakarta disebabkan oleh
tersumbatnya arah arus air oleh sampah atau limbah – limbah yang sudah atau tidak
digunakan lagi oleh masyarakat.
Untuk memenuhi pemahaman masyarakat tentang cara penanggulangan
sampah atau limbah yang benar, diperlukan adanya sosialisasi terhadap masyarakat
tentang cara penanggulangan sampah atau limbah agar dapat mencegah banjir yang
sering terjadi di kota Jakarta atau di beberapa kota di Indonesia yang rentang akan
banjir.

31
Daftar Pustaka

https://alhiedjamal.wordpress.com/2016/09/14/27/amp/

https://zulfenantoni.blogspot.com/2013/12/contoh-makalah-drainase_9.html

https://alhiedjamal.wordpress.com/2016/09/14/27/

https://www.slideshare.net/KetutSwandana/makalah-banjir

https://www.academia.edu/6475912/Makalah_tentang_sistem_drainase

http://scholar.unand.ac.id/55790/3/BAB AKHIR.pdf

http://eprints.ums.ac.id/65543/3/BAB I.pdf

https://www.academia.edu/12325394/MAKALAH_BANJIR_BANDANG

https://bebasbanjir2025.wordpress.com/10-makalah-tentang-banjir-2/abdul-hamid/

https://bebasbanjir2025.wordpress.com/10-makalah-tentang-banjir-2/

https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2020/01/05/kajian-banjir-jakarta-1-januari-2020-
oleh-bpptpdas-surakarta/

https://dosengeografi.com/pengertian-banjir/

https://123dok.com/document/y8p05nrz-definisi-banjir-menurut-para-ahli.html

http://scholar.unand.ac.id/55790/3/BAB AKHIR.pdf

http://eprints.undip.ac.id/48390/3/14_S2_2014_Mil38_Agus_BAB_II.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/214527-kajian-pemahaman-masyarakat-
terhadap-ban.pdf

32

Anda mungkin juga menyukai