Anda di halaman 1dari 15

SISTEMATIKA LAPORAN ILMIAH

TAHUN PELAJARAN 2022-2023

MASALAH BANJIR DI JAKARTA

DISUSUN OLEH
FRISCA ZAHRA LESTARI

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


DINAS PENDIDIKAN WILAYAH 1 JAKARTA SELATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ilmiah yang
berjudul “Masalah Banjir Di Jakarta” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun dalam rangka melengkapi tugas Fisika. Selain itu juga
dimaksudkan untuk mengasah kemampuan saya dalam menyusun karya tulis dan
memperluas wawasan tentang masalah negatif teknologi digital.
Dalam proses penulisan laporan ilmiah ini, saya tidak mungkin bisa menyelesaikannya
sendiri, akan tetapi dibantu oleh beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang dimaksud atas segala kontribsusinya dalam membantu pembuatan laporan ilmiah ini.
Saya telah berusaha semaksimal mungkin supaya penyusunan laporan ilmiah ini dapat
menghasilkan sebuah karya yang sempurna. Namun, karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman saya, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya
mengharapkan segala macam saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi terciptanya
sebuah karya yang lebih sempurna.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan berharap laporan ilmiah yang
berjudul “Masalah Banjir Di Jakarta” ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis maupun
para pembaca pada umumnya.

Frisca Zahra Lestari


Jakarta, 17 November 2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN ...............................................................................................
D. IDENTIFIKASI MASALAH .......................................................................................
E. MANFAAT PENULISAN ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BANJIR ..............................................................................................
B. JENIS-JENIS BANJIR .................................................................................................
C. PENYEBAB BANJIR ..................................................................................................
D. DAMPAK YANG DI TIMBULKAN OLEH BANJIR .................................................
E. SOLUSI PENANGANAN BANJIR .............................................................................

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ............................................................................................................
B. SARAN .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

C. Latar Belakang
Sebagai kota yang berada di daratan rendah, Jakarta tidak terlepas dari ancaman
banjir yang sewaktu-waktu dapat menyerang. Menurut catatan sejarah Ibukota Jakarta telah
dilanda banjir sejak tahun 1621. Jan Pieterszoon Coen memimpikan duplikat Amsterdam
di Belanda ketika meminta Simon Stevin merancang sebuah kota di muara Sungai
Ciliwung yang sering kebanjiran pada 1619. Kota yang dibangun di atas reruntuhan
Jayakarta itu dikelilingi parit-parit, tembok kota, lengkap dengan kanal.
Dengan kanal-kanal itu, Coen berharap bisa mengatasi banjir, sekaligus
menciptakan sebuah kota yang menjadi lalu lintas pelayaran, sebagaimana kota-kota di
Belanda. Sungai Ciliwung yang berkelok-kelok dialihkan dan digantikan sebuah terusan
lurus, Kali Besar, memotong kota menjadi dua bagian. Namun, impian Coen hanya
bertahan singkat. Kota Batavia, yang dibangun Coen, memang sempat dijuluki ”Venesia
dari Timur”.
Namun, tak lama kemudian, pertumbuhan kota tak terkendali, rumah-rumah yang
ada sempit dan berimpit. Endapan lumpur yang memampetkan terusan berbau busuk dan
menjadi sarang malaria. Salah satu bencana banjir terparah yang pernah terjadi di Batavia
adalah banjir yang terjadi di bulan Februari 1918. Saat itu hampir sebagian besar wilayah
Batavia terendam air. Daerah yang terparah saat itu adalah gunung Sahari, Kampung
Tambora, Suteng, dan Kampung Klenteng akibat bendungan kali Grogol jebol.
Bencana banjir langganan yang hampir selalu terjadi terjadi pada akhir Januari dan
awal ekonomi sehingga memerlukan keterpaduan, koordinasi dan partisipasi masyarakat
yang sangat luas Pebruari di Jakarta merupakan indikator yang sangat nyata telah
terjadinya kerusakan lingkungan. Kegiatan dan aktivitas manusia yang bersifat mengubah
pola tata guna lahan, atau pola penutupan lahan dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
dapat mempengaruhi besar kecilnya air yang dihasilkan dari DAS akibat suatu kejadian
hujan. Pelanggaran terhadap Tata Ruang, penegakan hukum yang lemah dan
kerusakan hutan, yang terletak dihulu-hulu sungai secara langsung merupakan
indikasi penyebab terjadinya banjir saat ini.
Pengelolaan banjir tidak bisa dilepaskan dari konsep pengelolaan DAS secara
umum, mengingat pengelolaan DAS merupakan konsep pengelolaan yang sangat luas,
karena menyangkut pola pengelolaan sumberdaya air dan pola pengelolaan sumberdaya
alam dalam batas dan fungsi yang saling terkait. Pengelolaan DAS dapat dengan jelas
mempunyai batas ekologis dan dapat dengan jelas dibatasi di lapangan sebagai unit
ekologis terkecil. Pengelolaan DAS merupakan perpaduan antara manajemen sistem alam,
sistem biologi dan manusia sebagai bagian dari sosial.

Hingga kini banjir pun belum berhenti meyerang Jakarta. Akibat penataan ruang
yang salah masayarakat banyak yang membangun rumah dibantaran sungai dan membuang
sampah di sembarang tempat, tidak hanya sungai atau kali tetapi juga disaluran air seperti
selokan yang menyebabkan penyumbatan dan meluapnya air, apalagi ketika musim
penghujan telah tiba. Hal ini mengancam terciptanya lingkungan hidup yang baik dan
sehat.
Program penaggulangan banjir di DKI Jakarta sudah banyak dilakukan dengan
curahan dana dan usaha yang besar, tetapi kejadian banjir tetap berulang. Masalah yang
dihadapi nampaknya bukan semata-mata terletak pada hal teknis, tetapi pada masalah
belum diatasi dari akar permasalahhannya sebenarnya Untuk mendiagnosis permasalahan
banjir di DKI Jakarta diperlukan kajian karakteristik banjir dan DAS yang mengalir di
wilayah DKI Jakarta sehingga permasalahan pokok penyebabnya dapat ditanggulangi,
serta masih bersifat parsial, kelembagaan pengelolaan DAS belum berfungsi dan lemahnya
kebijakan publik, khususnya menyangkut lemahnya pertanggunggugatan
(accountability) pengelolaan DAS dan sumberdaya air yang merupakan
sumberdaya publik.
Selain itu, pendekatan teknis yang telah dan akan dilakukan belum menggunakan
DAS sebagai unit analisis, tetapi cenderung bersifat parsial, keproyekan, sektoral atau
terkait dengan kewenangan wilayah administratif semata.

D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan banjir?
2. Apa penyebab banjir?
3. Apa dampak yang ditimbulkan banjir?
4. Bagaimana cara mengatasi banjir di Jakarta?

E. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian banjir
2. Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan oleh banjir khususnya di Jakarta
3. Untuk mengetahui cara mengatasi banjir
4. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya banjir
F. Identifikasi Masalah
Banjir yang terjadi di Jakarta akibat dari aktivitas manusia sendiri yang membuang
sampah ke sungai, menebang hutan yang tidak terkontrol dan penempatan tata ruang yang
salah. Dampak dari bencana banjir ini juga disebabkan tidak ada pencegahan dari
pemerintah untuk membantu mencegah bencana banjir yang melanda ibukota negara.
Faktor penyebab banjir itu bukan karena alam dan letak geografis saja tetapi aktifitas
manusia yang merusak lingkungan juga merupakan salah satu penyebab timbulnya banjir
yang di Jakarta.

G. Manfaat Penulisan
Karya tulis laporan ilmiah ini dibuat untuk mengetahui dan lebih mendalami apa
itu banjir, penyebab banjir dan gejala-gejala terjadinya banjir.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan, yang biasanya kering, oleh air yang
berasal dari sumber-sumber air di sekitar daratan. Sumber-sumber
air tersebut antara lain sungai, danau, dan laut. Yang hanya bersifat sementara karena
bisa surut kembali. Banjir terjadi karena sumber-sumber air tersebut tidak mampu lagi
menampung banyaknya air, baik air hujan, salju yang mencair, maupun air
pasang sehingga air meluap melampaui batas-batas sumber air.
Air yang meluap tersebut juga tidak mampu diserap oleh daratan di sekitarnya
sehingga daratn menjadi tergenang. Hujan yang sangat deras dalam jangka waktu yang
lama adalah penyebab umum terjadinya banjir di dunia.
Hujan yang deras di daerah hulu sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir bandang.
Banjir bandang adalah banjir yang besar yang dating secara tiba-tiba dan mengalir deras
sehingga menghanyutkan banda-benda besar, misalnya batu dan kayu.

B. Jenis-Jenis Banjir
Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya:
1. Banjir Sungai
Banjir sungai umumnya terjadi secara berkala. Meluapnya sungai dapat
terjadi karena hujan lebat atau mencairnya es atau salju di daerah hulu. Di
Indonesia banjir sungai terjadi pada saat musim hujan
karena tersumbatnya aliran air sungai oleh sampah dan peralihan daerah
resapan air hujan menjadi pemukiman ataupun gedung-gedung.

2. Banjir Danau
Air danau dapat meluap ke daratan di sekitarnya antara lain karena badai
atau angin yang sangat besar. Setelah badai berhenti, air danau masih dapat
bergerak secara mendadak ke satu arah kemudian ke arah yang lain. Banjir
danau juga dapat terjadi karena bendungan jebol.
3. Banjir Laut Pasang/ROB
Banjir pasang dapat terjadi antara lain karena angin topan, letusan
gunung berapi, dan gempa bumi. Gelombang pasang akibat gempa bumi
dikenal dengan istilah tsunami.

4. Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga
mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya
daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-
tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu
menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi.
Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah
pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan
yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah
pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu
dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.

5. Banjir lahar dingin


Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir
jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini
kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke
daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan
sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke
pemukiman warga.

6. Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah
Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh
keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang
keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa, tetapi juga
mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat
ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan
baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan
lumpur utama.

C. Penyebab Banjir
1. Curah Hujan yang Tinggi
Penyebab banjir di Jakarta yang pertama adalah curah hujan yang tinggi.
Ibukota Jakarta telah dilanda hujan tinggi sejak tahun 2013 dan terus meningkat setiap
tahunnya. Menurut Peneliti Sains Atmosfer dengan Bidang Kepakaran Klimatologi dan
Perubahan Iklim di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) Erma Yulihastin mengungkapkan bahwa pada tahun
2020 lalu, telah dibuktikan secara statistik memiliki keterkaitan dengan hujan ekstrem
yang selama ini memicu banjir-banjir besar di DKI Jakarta, seperti banjir Jakarta tahun
2002, 2004, 2007, 2008, 2013, dan 2014.

2. Minimnya Kawasan Resapan Air


Penyebab banjir di Jakarta yang berikutnya yaitu minimnya kawasan resapan
air. Kurangnya Ruang Tebuka Hijau atau RTH membuat kawasan resapan air
berkurang sehingga menyebabkan banjir. Tak hanya itu, pembangunan gedung dan
hotel-hotel di wilayah Jakarta menyebabkan penggunaan air tanah secara berlebihan.
Berdasarkan informasi yang berhasil didapatkan Jakarta mengalami penurunan muka
tanah sebanyak 5-12 cm per tahun. Kondisi ini membuat potensi banjir semakin besar.

3. Membuang Sampah Sembarangan


Penyebab banjir di Jakarta yang berikutnya adalah kebiasaan warga yang
membuang sampah sembarangan. Penyebab banjir ini perlu adanya kesadaran warga
Indonesia bukan hanya di Jakarta tetapi semuanya. Apabila kebiasaan ini tidak dirubah,
maka banjir akan banjir akan terus menyambangi Jakarta dan sekitarnya.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut
ada sekitar 7.000 ton sampah yang dibuang di Sungai Ciliwung setiap harinya. Dari
7.000 ton ini, hanya 75 persen sampah yang bisa diangkut. Bahkan, 180 ton sisanya
mengendap dan mencemari sungai.
4. Penurunan Permukaan Tanah
Penyebab banjir di Jakarta yang berikutnya adalah penurunan permukaan tanah.
Menurut Takagi et al. (2015), penurinan permukaan tanah di Jakarta dapat mencapai
rata-rata 12 cm/tahun, dan terjadi dengan lebih ekstrem di bagian pesisir utara Jakarta
dengan laju penurunan hingga 25cm/tahun. Hal ini terjadi karena bebab bangunan di
permukaan dan ekstraksi air tanah yang berlebih. Bahkan saat ini masih ada 35 persen,
masyarakat Jakarta menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Akibatnya,
tinggi muka air tanah di Jakarta semakin dangkal dan kapasitas simpan air menjadi
lebih rendah.

D. Dampak Yang Di Timbulkan Oleh Banjir


Dampak bencana banjir di Jakarta ini dapat mengancam kehidupan manusia yang
terdampak, inilah dampak-dampak dari banjir :
1. Dampak Banjir bagi Kesehatan Manusia
Selama banjir menggenangi suatu wilayah, tentu banyak penyakit yang
sedang mengincar manusia. Bahkan, setelah air surut pun masalah kesehatan
akibat banjir juga belum selesai. Hal ini karena, air banjir membawa bakteri,
parasit, dan benda-benda tidak higienis lainnya.
Akibatnya, manusia bisa mengalami berbagai macam hal berikut, yaitu
tenggelam, diare, muntaber, hipotermia (penurunan suhu tubuh di bawah 35
derajat Celcius), damam berdarah, tipes, penyakit kulit, demam, dan Hepatitis
A.

2. Dampak Banjir bagi Lahan Pertanian


Rusaknya lahan pertanian akibat banjir yang menerjang, akibatnya
petani bisa gagal panen dan memengaruhi keadaan ekonomi serta gizi
masyarakat.

3. Dampak Banjir pada Bangunan


Rusaknya rumah warga dan membutuhkan perbaikan yang
mengeluarkan biaya. Tidak hanya rumah warga, sejumlah bangunan penting
dan fasilitas publik juga ikut rusak dan butuh perbaikan yang tidak sedikit.
4. Dampak Banjir pada Komunikasi Masyarakat
Terputusnya komunikasi akibat jaringan listrik dan internet yang mati,
sehingga aktifitas manusia tidak bisa berjalan normal. Akibatnya, penanganan
dan pertolongan terhadap masyarakat terdampak banjir bisa berjalan lambat.

5. Dampak Banjir bagi Kebutuhan Air Bersih


Masyarakat yang terdampak banjir bisa kekurangan pasokan air bersih
dan pelayanan kesehatan. Padahal air bersih dibutuhkan oleh manusia untuk
mandi, memasak, dan minum.

6. Dampak Banjir bagi Sosial Ekonomi Manusia


Manusia tidak bisa menjalankan kegiatan perekonomiannya dan harus
mengungsi ke tempat yang aman. Kegiatan ekonomi pun harus berhenti
sementara waktu hingga keadaannya normal kembali. Hasilnya, tingkat
perekonomian menurun dan membutuhkan waktu agar bisa meningkat lagi.

7. Dampak Banjir terhadap Kelestarian Lingkungan


Bahkan akibat bencana banjir, limbah-limbah yang ada di sekitar
lingkungan bisa mengontaminasi ke wilayah yang lebih luas. Selain itu,
penyebaran limbah yang sampai ke wilayah perairan seperti sungai, danau, dan
laut, juga dapat meracuni makhluk hidup karena ekosistemnya sudah rusak
akibat masuknya kontaminan kimia berbahaya.

E. Solusi Penanganan Banjir


Mengutip dari laman resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI
Jakarta, berikut ini terdapat beberapa solusi pemerintah Jakarta terhadap banjir yang kerap
terjadi setiap tahunnya, yaitu :
1. Pengerukan lumpur
Pemprov DKI Jakarta telah melakukan berbagai program yang tidak
berorientasi pada betonisasi, seperti program Gerebek Lumpur dengan
mengintensifkan pengerukan pada selokan, kali, situ, waduk, lalu membuat olakan-
olakan, memperbaiki saluran air, mengintensifkan instalasi sumur resapan atau
drainase vertikal, mengimplementasikan Blue and Green yaitu taman yang menjadi
kawasan tampungan air sementara saat intensitas hujan tinggi, penyediaan alat
pengukur curah hujan, dan perbaikan pompa.

2. Penyediaan pompa stasioner


Pemprov DKI Jakarta menyiagakan pompa sepanjang tahun di 178 lokasi
rumah pompa. Terdapat 457 pompa stasioner di dekat sungai, waduk, maupun pintu
air. Lalu, terdapat 282 unit pompa mobile atau portabel yang tersebar di lima Kota
Administrasi. Pemprov DKI Jakarta juga mendatangkan tambahan pompa mobile
sebanyak 40 unit.

3. Penambahan ruang terbuka hijau


Pemprov DKI Jakarta juga menambahkan ruang terbuka hijau yang turut
menjadi kawasan serapan air hujan, yang mana tahun ini ditargetkan ada 12 taman
baru untuk melengkapi 57 Taman Maju Bersama (TMB) yang sudah ada. Selain
itu, ada pula Taman Grande, yakni merevitalisasi taman-taman yang sudah ada
sehingga naik kelas, contohnya Taman Tebet yang saat ini sedang proses
dikerjakan. Lalu, salah satu RTH lainnya adalah Hutan Mangrove di Jakarta Utara.

4. Membuat drainase vertikal


Sebagai langkah antisipasi kurangnya daerah resapan air hujan dan
penurunan muka tanah (land subsidence), Pemprov DKI Jakarta secara masif
membuat drainase vertikal untuk membantu penyerapan air ke tanah dan
menampung cadangan air bersih. Sebagai informasi, drainase vertikal yang telah
dibangun oleh Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta di tahun 2021 hingga
bulan September sebanyak 6.967 titik, tersebar di 5 kota administrasi.
Selain itu, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya di lingkungan
Pemprov DKI Jakarta, masyarakat umum, dan komunitas turut membangun
drainase vertikal, sehingga total sudah terbangun 11.975 titik drainase vertikal di
Jakarta.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisa dan pembahasan keseluruhan, khususnya pada daerah
Jakarta maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis sebagai berikut :
1. Daerah Jakarta ini terjadi banjir disebabkan oleh pemukiman padat penduduk,
saluran air yang diperkecil, alih fungsi lahan, tidak ada resapan air, dan
pembuangan sampah yang liar.
2. Karena daerah ini sering di datangi banjir, maka warga yang menjadi korban
banjir yang selalu terkena dampaknya seperti :
a. Ancaman wabah penyakit
b. Aktivitas masyarakat terganggu
c. Ancaman penyakit diare
d. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
3. Cara mengatasi banjir di daerah Jakarta adalah :
a. Membuat daerah resapan air yang lebih luas lagi, dan jangan memperkecil
saluran air yang sudah ada.
b. Mengkaji ulang tata kota, untuk mengetahui titik-titik daerah banjir.
c. Membuat tanggul baik yang permanent atau non permanent dirumah
masing-masing yang selalu terkena banjir.
d. Di himbaukan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah
sembarangan atau secara liar.
e. Jangan mendirikan bangunan di lahan yang memang rawan banjir.

B. Saran
Berdasarakn kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan masukan yang
mungkin dapat berguna bagi penanganan banjir di Daerah Jakarta. Sebaiknya seluruh
warga membuat musyawarah dalam penanganan masalah banjir seperti tindakan
kesiapsiagaan warga terhadap datangnya banjir, tindakan yang seharusnya dilakukan di
setiap rumah dalam mengatasi datangnya banjir, penyuluhan tentang kegiatan yang dapat
mengurangi resiko banjir, tindakan saat terjadi banjir kepada seluruh warga.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengertian Banjir dan Penyebabnya.


https://www.geografi.org/2018/02/pengertian-banjir-dan-penyebabnya.html

2. 5 Penyebab Banjir di Jakarta yang Sering Terjadi, minimnya Kawasan Resapan Air.
https://hot.liputan6.com/read/5064719/5-penyebab-banjir-di-jakarta-yang-sering-terjadi-
minimnya-kawasan-resapan-air

3. 7 Dampak Banjir Bagi Lingkungan dan Cara Mengatasinya.


https://bobo.grid.id/read/083272957/7-dampak-banjir-bagi-lingkungan-dan-cara-
mengatasinya?page=all

4. Makalah Banjir Jakarta.


https://www.academia.edu/6421756/Makalah_banjir_jakarta

Anda mungkin juga menyukai