Anda di halaman 1dari 7

Kerentanan Banjir di Yogyakarta

Salwa Najwa Humaira X-G


Madrasah aliyah negeri 2 Jakarta

LEMBAR PENGESAHAN

Bapak Aceng Solihin, S.Pd.,M

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan laporan hasil penelitian yang
berjudul " Kerentanan Banjir di Yogyakarta"

laporan ini terselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Aceng Solihin, S.Pd.,MA selaku kepala MA Negeri 2 Jakarta Timur

2. Orang tua yang senantiasa selalu memberikan dukungan

3. Dwi Indriani, M.pd selaku guru Geografi

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan
kesalahan dalam makalah ini.

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

DAFTAR ISI

Bab 1.....................................................................

1.1 PENDAHULUAN.................................................

Bab 2...................................................................

2.1 LANDASAN TEORI............................................

Bab 3...................................................................

3.1 METODOLOGI PENELITIAN............................

3.2 VARIABEL........…......…....….………………………….

Bab 4...................................................................4

4.1 ANALISIS DATA.................................................4

Bab 5...................................................................5

5.1 SIMPULAN............................................................5

5.2 SARAN..................................5

5.3 LAMPIRAN..........................................................5

• Daftar pustaka
BAB 1

1.1 PENDAHULUAN

Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak
tertampung oleh jaringan drainase di suatu daerah sehingga dapat
menimbulkan genangan merugikan. Kerugian yang diakibatkan banjir
seringsungai sulit diatasi, baik oleh masyarakat maupun instansi terkait. Banjir
disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain kondisi daerah tangkapan
hujan, durasi dan intensitas hujan, land coverkondisi topografi, dan kapasitas
jaringan drainase. Banjir di Kota Yogyakarta memiliki karakteristik yang
berbeda dengan banjir pada lahan alamiah. Pada lahan alamiah, air hujan yang
turun ke tanah akan mengalir sesuai kontur tanah yang ada atau ke arah yang
lebih rendah. Untuk daerah perkotaan, pada umumnya air hujan yang turun
akan dialirkan masuk ke dalam saluran-saluran buatan yang mengalirkan air
masuk ke sungai. Oleh karena aliran Sungai Code sudah penuh dengan material
hasil erupsi Gunung Merapi, maka limpasan air dari daratan (Kota Yogyakarta)
menjadi tidak tertampung di dalam badan Sungai Code sehingga terjadi
genangan besar. Hal ini terjadi apabila hujan turun dengan intensitas tinggi di
Kota Yogyakarta dan di hulu Sungai Code yaitu di wilayah Gunung Merapi.
Peristiwa banjir lahar dingin di Kota Yogyakarta akibat meluapnya Sungai Code
seperti diuraikan di atas merupakan suatu permasalahan yang perlu dikaji
secara detil. Salah satu cara untuk mengkaji peristiwa tersebut yaitu dengan
pemetaan daerah rentan bencana banjir lahar dingin di sepanjang bantaran
Sungai Code. Hal ini didasarkan adanya kejadian banjir lahar dingin di
sepanjang musim hujan tahun 2011 dan 2012. Pemetaan daerah-daerah yang
memiliki tingkat kerentanan bencana banjir perlu dilakukan agar pemerintah
setempat dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk menanggulanginya.
Berdasarkan kompleksnya permasalahan di atas, penting kiranya untuk
dilakukan penelitian tentang “Analisis Kerentanan Banjir di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Code Kota Yogyakarta”.
BAB 2
2.1 LANDASAN TEORI
Yogyakarta terletak di dataran rendah dan dikelilingi oleh sungai-sungai yang
rentan terhadap banjir. Selain itu, faktor geografis seperti curah hujan tinggi
dan sistem drainase yang kurang baik juga berkontribusi terhadap kerentanan
banjir di Yogyakarta.

Salah satu faktor yang memperparah kerentanan banjir di Yogyakarta adalah


pertumbuhan perkotaan yang pesat dan urbanisasi yang tidak terkendali.
Pembangunan infrastruktur yang tidak teratur dan kepadatan penduduk yang
tinggi menyebabkan lahan-lahan basah dan resapan air yang semula ada
berubah menjadi lahan bangunan dan jalan. Hal ini mengurangi kemampuan
alam dalam menyerap air hujan, sehingga meningkatkan risiko banjir.

Selain itu, perubahan iklim juga berdampak signifikan terhadap kerentanan


banjir di Yogyakarta. Perubahan pola hujan yang tidak teratur dan curah hujan
yang intens dapat menyebabkan sungai-sungai meluap dengan mudah.
Fenomena cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam waktu singkat juga
meningkatkan risiko banjir di kawasan ini.

Kurangnya sistem drainase yang memadai juga menjadi penyebab kerentanan


banjir di Yogyakarta. Saluran drainase yang tersumbat oleh sampah dan limbah,
serta kurangnya perawatan yang berkala, menyebabkan air hujan sulit mengalir
dengan baik. Hal ini berpotensi menyebabkan genangan air dan banjir
di area perkotaan.

BAB 3
3.1 METODOLOGI PENELITIAN
1. Studi literatur tentang pola curah hujan di Yogyakarta
2. Survei lapangan untuk mengidentifikasi daerah rawan banjir
3. Pengumpulan data sejarah banjir di Yogyakarta
4. Analisis data hidrologi untuk memahami aliran sungai di Yogyakarta
5. Wawancara dengan penduduk setempat untuk memahami persepsi mereka
tentang banjir

BAB 4
4.1 ANALISIS DATA
dapat ditemukan beberapa faktor kunci yang berkontribusi terhadap tingkat
kerentanan banjir di kota ini.

Pertama, topografi Yogyakarta memiliki ciri khusus dengan adanya aliran sungai
dan daerah dataran rendah. Hal ini membuat kota ini rentan terhadap banjir,
terutama saat curah hujan tinggi.
Selanjutnya, urbanisasi yang cepat dan pertumbuhan penduduk yang signifikan
telah menyebabkan perubahan tata guna lahan. Pembangunan yang tidak
terkendali dapat menghambat aliran air dan meningkatkan risiko banjir.
Ketiga, kurangnya infrastruktur pengendalian banjir juga menjadi faktor
penting. Drainase yang tidak memadai, saluran air yang tersumbat, dan sistem
pembuangan yang buruk dapat memperburuk dampak banjir.
Dalam menganalisis data kerentanan banjir di Yogyakarta, perlu dilakukan
pengumpulan data curah hujan, elevasi lahan, kondisi drainase, dan statistik
banjir masa lalu. Dengan memahami faktor-faktor ini, dapat dirumuskan
strategi mitigasi banjir yang efektif, termasuk peningkatan infrastruktur,
perencanaan tata ruang yang bijaksana, dan kesadaran masyarakat tentang
tindakan pencegahan.
Penting untuk terus melakukan pemantauan dan analisis data secara berkala
guna memperbarui strategi penanggulangan banjir di Yogyakarta. Dengan
upaya yang berkelanjutan, diharapkan dapat mengurangi kerentanan
banjir dan melindungi Masyarakat
Bab 5
5.1 kesimpulan
Banjir adalah masalah serius di Yogyakarta. Kota ini rentan terhadap banjir karena topografi
datar dan sistem drainase yang kurang efektif. Musim hujan menjadi waktu yang paling
rentan, dengan hujan deras yang menyebabkan luapan sungai dan saluran air yang tidak
mampu menampung air berlebihan. Banjir dapat menyebabkan kerusakan pada
infrastruktur, seperti jalan, rumah, dan fasilitas umum. Selain itu, banjir juga berpotensi
membawa penyakit, merusak persediaan makanan, dan mengganggu kehidupan sehari-hari
penduduk.

Dalam menghadapi masalah banjir ini, Yogyakarta perlu melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan yang lebih baik. Pertama, perlu dilakukan perbaikan terhadap sistem
drainase yang kurang efektif. Hal ini dapat melibatkan perluasan saluran air, pembersihan
sungai, dan perbaikan infrastruktur yang terkait dengan sistem drainase. Selain itu, perlu
juga dilakukan pemantauan cuaca yang lebih baik untuk dapat mengantisipasi
datangnya hujan deras.

5.2 Saran
1. Penyusunan rencana tata ruang yang baik: Mengidentifikasi daerah rawan
banjir dan membatasi pembangunan di daerah tersebut. Membangun
infrastruktur drainase yang memadai untuk mengalirkan air hujan.
2. Peningkatan sistem peringatan dini: Meningkatkan sistem peringatan dini
banjir yang efektif dan menyediakan informasi yang akurat kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Chay Asdak. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Chay Asdak. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Emil Salim. 2010. Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi. Jakarta: Kompas
Gramedia.
Maryono, A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Robert J. Kodoatie, Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Robert J. Kodoatie, Sugiyanto. 2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sentot Subagio. 2004. Hidrologi Hutan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Siswoko. 2002. Banjir, Masalah Banjir dan Upaya Mengatasinya. Jakarta:
Himpunan Ahli Teknik Hidroulika Indonesia (HATHI).
_______. 1992. Masalah Banjir di Indonesia dan Upaya Mengatasinya.
Bandung: Pelatihan Teknik Lingkungan Sungai Untuk Pencegahan Bencana
Alam, Ditjen Pengairan-Departemen Pekerjaan Umum.
Strahler, Arthur N., and Strahler, Alan H. 1973. Environmental Geoscience:
Interaction between Natural Systems and Man. Santa Barbara, California:
Hamilton Publishing.

Anda mungkin juga menyukai