Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA BANJIR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah GADAR dan MANAJEMEN BENCANA

Dosen Pengampu : Ns.Destia Widyarani, S.Kep, M.Kes

Oleh :

Rozak Yuniar Sukisman (19037140047)

Sagita Rheza Tigas Sergio (19037140048)

Siti Yuni Supriasih (19037140055)

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

Tahun 2021
2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karuniaNYA semata sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Tugas ini disuruh untuk memenuhi mata kuliah GADAR dan
MANAJEMEN BENCANA yang menjadi salah satu mata kuliah yang wajib di
Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada ibu Ns.Destia Widyarani, S.Kep, M.Kes selaku dosen mata kuliah GADAR
dan MANAJEMEN BENCANA

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari
Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 4 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................i

Kata Pengantar..............................................................................................ii

Daftar Isi......................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3

2.1 Definisi......................................................................................3

2.2 Etiologi......................................................................................3

2.3 Manifestasi Klinis......................................................................4

2.4 Klasifikasi..................................................................................4

2.5 Patofisiologi...............................................................................5

2.6 Pathway.....................................................................................6

2.7 Komplikasi................................................................................7

2.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................7

2.9 Penatalaksanaan.........................................................................7

2.10 Pencegahan..............................................................................8

BAB 3 ASKEP TEORI................................................................................9

iii
3.1 Pengkajian....................................................................................9

3.2 Diagnosa.....................................................................................11

3.3 Intervensi....................................................................................12

3.4 Implementasi..............................................................................13

BAB 4 PENUTUP......................................................................................16

4.1 Kesimpulan.................................................................................16

4.2 Saran...........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


` Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak mengalami
bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam (gempa bumi, tsunami, banjir,
letusan gunung berapi, tanah longsor, angin ribut, dan lain-lain), maupun oleh faktor
non alam seperti akibat dari berbagai kegagalan teknologi dan ulah manusia. Salah
satu bencana yang sering melanda wilayah Indonesia adalah banjir. Bencana banjir
merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan
hilangnya nyawa serta harta benda. Kerugian akibat banjir dapat berupa kerusakan
pada bangunan, kehilangan barang berharga, hingga kerugian yang mengakibatkan
tidak dapat pergi bekerja dan sekolah (Findayani, 2015).
Beberapa provinsi di Indonesia selalu menjadi langganan banjir tiap tahunnya
di pengaruhi oleh faktor curah hujan yang tinggi, luapan dari sungai, tanggul sungai
yang jebol, luapan air laut pasang, tersumbatnya saluran drainase atau bendungan
yang runtuh. Berdasarkan data jumlah kejadian bencana banjir di seluruh Indonesia
tahun 2018-2019 yang dipublikasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), jumlah kejadian banjir pada rentang waktu tersebut sebanyak 1.408
kejadian. Provinsi Sulawesi Selatan berada pada urutan pertama yang mengalami
bencana banjir terparah pada tahun 2019 dari 34 provinsi di Indonesia.
Banjir merupakan suatu masalah yang sampai saat ini masih perlu adanya
penanganan khusus dari berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Maka dari itu, diperlukan sebuah kajian yang berkaitan dengan manajemen bencana
banjir yang tepat untuk dilakukan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep tentang Bencana Banjir ?
2. Bagimana Kegiatan Manajemen Bencana Banjir ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Banjir

1
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Kegiatan Manajemen Bencana Banjir

2
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI BANJIR

Menurut Aminudin (2013) banjir adalah bencana akibat curah hujan yang
tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai
sehingga merendam wilayah- wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang- orang yang
ada disana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada
sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir. Sementara menurut
Azmeri (2017), banjir adalah suatu aliran berlebih atau penggenangan yang datang
dari sungai atau badan air lainnya dan menyebabkan atau mengancam kerusakan.
Pembeda antara debit normal dan aliran banjir ditentukan oleh tinggi aliran air dimana
banjir ditunjukkan aliran air yang melampaui kapasitas tampung tebing/tanggul
sungai sehingga menggenangi daerah sekitarnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa banjir merupakan keadaan dimana suatu
daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang besar dan dapat
mengancam keselamatan jiwa, hilangnya harta benda, serta kerusakan bangunan
maupun kerusakan lingkungan.

2.2 JENIS-JENIS BANJIR


Menurut Yulia (2015) terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya:
a. Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini
adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu
menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang
turun terus-menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung
air.
b. Banjir “Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir
cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang
sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini
tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga.

3
Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang
adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
c. Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga
mengangkut material air berupa lumpur. Banjir bandang mampu menghanyutkan
apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Biasanya banjir bandang ini akan
menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar.
Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di
wilayah sekitar pegunungan.
d. Banjir rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Air laut
yang pasang ini umumnya akan menahan air sungai yang sudah menumpuk,
akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
e. Banjir lahar dingin
Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini
kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke
daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan
sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke
pemukiman warga.
f. Banjir lumpur
Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur
dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi
bukan merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia
tertentu yang berbahaya.

2.3 PENYEBAB BANJIR


Menurut Robert J. Kodoatie (2013), secara umum penyebab terjadinya banjir
dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-
sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Yang termasuk
sebab-sebab banjir secara alami diantaranya adalah :
a. Curah Hujan
Indonesia mempunyai iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai dua
musim yaitu antara bulan Oktober sampai bulan Maret, dan musim kemarau

4
terjadi antara bulan April sampai bulan September. Pada musim penghujan, curah
hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan jika melebihi tebing
sungai maka akan timbul genangan.
b. Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk
penampang meliputi lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar
sungai) lokasi sungai merupakan hal – hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
c. Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai.
Erosi menjadi masalah klasik pada sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi
akan mengurani kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir pada
sungai.
d. Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan yang berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang
berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup
dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.
e. Pengaruh air pasang
Air pasang dapat memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir
bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka genangan akan terjadi akibat
aliran balik (backwater).
Sementara yang termasuk sebab-sebab banjir yang diakibatkan oleh tindakan
manusia diantaranya adalah:
a. Kapasitas Drainase yang tidak memadai
Hampir semua kota di Indonesia mempunya drainase daerah genangan yang
tidak memadai, sehingga banyak kota di Indonesia saat musim hujan tergenang
banjir.
b. Perubahan Kondisi DPS
Perubahan DPS seperti pengundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat,
perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah
banjir karena meningkatnya aliran banjir, perubahan tataguna lahan memberikan
kontribusi yang besar terhadap kualitas dan kuantitas banjir.
c. Kawasan kumuh
5
Perumahan kumuh yang terdapat sepanjang sungai dapat menghambat aliran.
Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir
di daerah perkotaan.
d. Sampah
Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir karena
menghalangi aliran.
e. Drainase lahan
Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada derah bantuan banjir
akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit banjir.
f. Bendung dan bangunan air
Bendung dan bangunan air lain seperti pilar jempatan dapat meningkatkan
elevasi muka air banjir karena meningkatkan elevasi muka air karena efek aliran
balik.
g. Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga
menimbulkan kerusakan dan tidak dapat berfungsi.
h. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan
akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan
selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul yang tinggi.
Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana
dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, hal ini menimbulkan kecepatan aliran air
menjadi sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan
banjir yang besar.

2.4 DAMPAK BANJIR


Menurut Mistra (2009) bencana banjir akan mengakibatkan gangguan-
gangguan pada beberapa aspek berikut:
a. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam,
luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya penyakit seperti penyakit
kulit, demam berdarah, malaria, influenza, gangguan pencernaan dan penduduk
terisolasi.
b. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen,
arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.

6
c. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak
berfungsinya pasar tradisional, kerusakan atau hilangnya harta benda, ternak dan
terganggunya perekonomian masyarakat.
d. Aspek sarana/prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan,
jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi
listrik, air minum dan jaringan komunikasi.
e. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata,
persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan
irigasi.

7
BAB 3
PEMBAHASAN
KEGIATAN MANAJEMEN BENCANA
3.1 PENCEGAHAN (PREVENTION)
Adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana jika
mungkin meniadakan bahaya. Upaya tersebut adalah:
1.Menjaga lingkungan sekitar
2. Hindari membuat rumah dipinggiran sungai
3. Melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi
4. Buanglah sampah pada tempatnya
5. Rajin membersihkan saluran air
6. Membangun pemecah gelombang
7. Hutan mangrove atau bakau
3.2 MITIGASI (MITIGATION)
Mitigasi bencana banjir merupakan upaya pengurangan risiko bencana banjir
baik yang dilakukan sebelum banjir, saat banjir maupun setelah banjir. Mitigasi
sebelum banjir antara lain:
1) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
2) Tidak membangun pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
3) Tidak membuang sampah ke sungai dan mengadakan program pengerukan
sungai.
4) Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta
mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

Mitigasi saat banjir antara lain:


1) Mematikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan
aliran listrik di wilayah yang terkena banjir.
2) Mengungsi di daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
3) Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menhindari terseret arus
banjir dan mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
4) Menghubungi instansi yang berhubungan dengan penanggulangan bencana

Mitigasi setelah banjir antara lain:

8
1) Segera membersihkan rumah dan menggunakan antiseptik untuk membunuh
kuman penyakit.
2) Menyiapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang
sering terjadi setelah banjir.
3) Selalu waspada dengan binatang berbisa seperti ular dan lipan atau binatang
penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.
4) Selalu waspada dengan kemungkinan banjir susulan.

3.3 KESIAPAN (PREPAREDNESS)


Kesiapsiagaan bencana banjir merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian. Membangun
kesiapsiagaan di tengah masyarakat membutuhkan usaha yang lebih karena
berkaitan dengan mental, budaya serta disiplin masyarakat. Kesiapsiagaan banjir
yang dapat dilakukan dengan adanya simulasi evakuasi bencana banjir kepada
masyarakat sehingga masyarakat tahu harus kemana saat terjadinya banjir.

3.4 PERINGATAN DINI (EARLY WARNING)


Peringatan dini merupakan langkah untuk memberi peringatan kepada
masyarakat tentang bencana sebelum bencana terjadi. Peringatan dini bencana
banjir disampaikan kepada semua pihak, khususnya yang akan berpotensi terkena
bencana di suatu daerah. Contohnya, ramalan curah hujan dan debit air sungai
yang diolah sehingga menghasilkan informasi potensi terjadi bencan banjir atau
tidak dan disebarkan kepada masyarakat. Di Indonesia sistem peringatan dini
sudah berkembang pesat dengan adanya temuan teknologi peringatan dini.
Seperti di Mojokerto, sistem peringatan dini sudah menggunakan alat yang dapat
menyampaikan sinyal tanda bahaya kepada warga. Sistem peringatan dini di
Mojokerto merupakan program dari USAID APIK dengan pemerintah Kabupaten
Mojokerto. Alat yang dipasang dalam peringatan dini antara lain Automatic Rain
Gauge (ARG) untuk mengukur curah hujan, temperatur, dan kelembapan dan
Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk mengukur tinggi muka air.
Kedua alat ini merekam data disekitarnya dan mengirimkan ke gateway untuk
diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan startus bencana waspada, siaga, dan
awas yang nantinya sirine akan memebrikan peringatan ke warga agar siap siaga.

9
3.5 TANGGAP DARURAT (RESPONSE)
Langkah-langkah tanggap darurat merupakan langkah yang diperlukan
untuk mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban
dan kerugian dapat diminimalisir. Tanggap darurat bencana banjir merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat terjadinya
banjir , meliputi penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan sarana dan prasarana. Langkah-langkah tanggap darurat banjir
antara lain:
1) Pengkajian secara cepat terhadap lokasi banjir sehingga dapat diperkirakan luas
area dan tingkat kerusakan yang terjadi akibat banjir
2) Penentuan status keadaan darurat bencana banjir
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena banjir

3.6 BANTUAN DARURAT (RELIEF)


Dalam proses penyelamatan dan evakuasi korban bencana banjir peralatan yang
dibutuhkan antara lain mempersiapkan perahu karet, pelampung, tali tampar yang
dapat digunakan untuk evakuasi korban. Selain langkah penyelamatan dan evakuasi
korban, proses tanggap darurat juga terdapat pemberian logistik kepada korban banjir
seperti pemenuhan kebutuhan dasar (air bersih, makanam, pakaian, tempat tinggal,
MCK, dan fasilitas umum lainnya).

3.7 PEMULIHAN (RECOVERY)


Adalah rangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan
lingkungan hidup yang terkenan bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan
prasarana dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
Upaya pemulihan dari bencana banjir ini adalah memperbaiki sarana prasarana yang
rusak akibat banjir
3.8 REHABILITASI (REHABILITION)
Rehabilitasi merupakan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat untuk menormalisasi semua aspek baik pemerintah maupun masyarakat
pada wilayah pasca bencana. Tujuan dari proses rehabilitasi ini adalah untuk
memulihkan kondisi korban bencana banjir. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
misalnya melakukan trauma hilling pada korban banjir dan pemulihan kesehatan fisik
korban.

10
3.9 REKONSTRUKSI (RECONSTRUCTION)
Rekonstruksi merupakan pembangunan kembali semua sarana dan prasarana
yang ada di wilayah pasca bencana. Tujuan dari rekonstruksi ini adalah kembali
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, dan budaya di
wilayah pasca bencana. Upaya rekonstruksi yang dapat dilakukan dengan
memperbaiki sarana dan prasana di wilayah terjadinya banjir agar bisa berfungsi
seperti semula

11
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut Aminudin (2013) banjir adalah bencana akibat curah hujan yang
tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai
sehingga merendam wilayah- wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-
orang yang ada disana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran
air yang ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir.
Sementara menurut Azmeri (2017), banjir adalah suatu aliran berlebih atau
penggenangan yang datang dari sungai atau badan air lainnya dan
menyebabkan atau mengancam kerusakan. Pembeda antara debit normal dan
aliran banjir ditentukan oleh tinggi aliran air dimana banjir ditunjukkan aliran
air yang melampaui kapasitas tampung tebing/tanggul sungai sehingga
menggenangi daerah sekitarnya
4.2 Saran
1.Bagi Pemerintah
Mengoptimalkan pemberian sosialisasi kepada msyarakat gar masyarakat
khususnya yang berada di wilayah rawan bencana banjir dapat lebih sadar lagi
akan pentingnya penanggulangan bencana banjir
2.Bagi Masyarakat
Masyarakat yang sudah memahami kesiapsiagaan menghadapi bencana
banjir diharapkan mampu menerapkan dan menyebarluarkan informasi terkait
kesiapsiagaan bencana banjir kepada masyarakat lainnya

12
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. (2013). Mitigasi dan Kesiapsiagaan. Bandung: Angkasa Bandung.

Azmeri, F. E. (2017). Sidik Cepat Ancaman Banjir. Sleman: Deepublish.

BNPB. (n.d.). Bencana Alam Menurut Wilayah Indonesia T. Retrieved September 13, 2019, from DIBI
BNPB: http://bnbp.cloud/dibi/tabel2a

Findayani, A. (2015). KESIAP SIAGAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BANJIR DI KOTA


SEMARANG. Jurnal Geografi Volume 12 No 1, 102-114.

Kondoatie, R. J. (2013). Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota. Yogyakarta: Andi Publisher.

Mistra. (2009). Antisipasi Rumah di Daerah Rawan Banjir. Depok: Penebar Swadaya.

Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster Manajemen). Jakarta: PT. Dian
Rakyat.

13

Anda mungkin juga menyukai