PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak- anak sungainya
yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami yang batasi oleh darat, Menurut
Manan (1979), daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang
air hujan yang jatuh di atasnya kemudian mengalir di sungai yang akhirnya
kemiringan sungai dan luas disuatu DAS (Daerah Aliran Sungai) merupakan
stabilitas keamanan dan kelayakan hidup dari suatu populasi yang ada di wilayah-
wilayah tersebut.
Banjir yang terjadi di suatu daerah merupakan salah satu bentuk fenomena
alam yang terjadi akibat intensitas curah hujan yang tinggi di mana terjadi
kelebihan air yang tidak tertampung oleh suatu sistem (Suripin, 2014). Banjir
terjadi karena dua faktor yaitu faktor manusia dan faktor alam. Factor banjir yang
1
2
sebabkan oleh alam adalah curah hujan yang tinggi dan lamanya hujan, air laut
pembendungan aliran sungai akibat longsor, sedimentasi dan aliran lahar dingin.
langsung yang terdiri dari limpasan aliran air dan dapat menghasilkan puncak
banjir yang tinggi. Kejadian debit maksimum atau banjir puncak hanya beberapa
dan kiriman air dari hulu di Kabupaten Toraja sehingga meluapnya air sungai
sempat membuat jalanan hingga masjid tergenang, banjir itu terletak di Desa Riso,
menggenangi sekita 17 rumah yang berada di pinggir Sungai Saddang, air dari
sungai Saddang meluap, debit air yang bersumber dari hulu di Kabupaten Tator,
air meluap dari tanggul yang sudah jebol," detikcom, Jumat (22/5/2020) .
Berdasarkan dari uraian diatas, maka kami sebagai penulis kemudian tertarik
untuk mengangkat tema tersebut dalam tugas akhir dengan judul “Analisis Debit
Puncak Banjir Dengan Metode HSS Gama 1 Dengan Metode HSS SCS Pada
Sungai Saddang’’.
3
B. Rumusan Masalah
1. Berapa besar debit puncak banjir dengan menggunakan metode HSS Gama 1
C. Tujuan Penilitian
Adapun tujuan yang ingin di capai oleh penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
D. Manfaat Penelitian
sebagai yaitu :
E. Batasan Masalah
F. Sistematika Penulisan
penulisan.
aliran sungai (DAS), banjir, curah hujan dan debit puncak banjir yang menjadi
dasar dan pedoman dalam melaksanakan penelitian tentang analisis debit puncak
BAB III METODE PENELITIAN terdiri atas penjelasan tata letak lokasi
dan waktu penelitian, jenis penelitian, dan sumber data, metode pengumpulan data
(primer dan sekunder), metode analisa data, prosedur penelitian dan flow chart
penelitian.
penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori umum dan
TINJAUAN PUSTAKA
hujan yang jatuh di wilayah itu akan menuju ke satu titik outlet yang sama,
apakah itu sungai,danau,atau laut.Suatu “daerah aliran sungai” atau DAS adalah
sebidang lahan yang menampung air hujan dan mengalirkannya menuju parit,
sungai dan akhirnya bermuara ke danau atau laut.Batas DAS adalah punggung
Karena air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah
sepanjang lereng, garis batas sebuah DAS adalah punggung bukit sekeliling
sebuah sungai.Garis batas DAS tersebut merupakan garis khayal yang tidak bisa
dilihat, tetapi dapat digambarkan pada peta.batas DAS kebanyakan tidak sama
dengan batas wilayah administrasi. Akibatnya sebuah DAS bisa berada pada lebih
dari satu wilayah administrasi.Ada. Tidak ada ukuran baku (definitif) suatu
cekungan pada bentang lahan yang airnya mengalir pada suatu parit. Parit tersebut
(intermitten flow) atau ada pula yang aliran airnya sepanjang tahun.
Defenisi DAS Suatu daerah aliran sungai atau DAS adalah sebidang lahan
yang menampung air hujan dan mengalirkanya menuju parit,sungai dan akhirnya
5
6
bermuara ke danau atau laut. DAS mikro atau tampungan mikro (micro
catchment) adalah suatu cengkungan pada batang lahan yang aliranya mengalir
pada suatu parit. Parit tersebut kemungkinan mempunyai aliran selama dan sesaat
sesudah hujan turun ( intermitten flow) atau ada pula yang aliran airnya sepanjang
Sebuah DAS yang menjadi bagian dari DAS yang lebih besar dinamakan
sub DAS; merupakan daerah tangkapan air dari anak sungai. DAS dapat dibagi ke
dalam tiga komponen yaitu: bagian hulu, tengah dan hilir. Ekosistem bagian hulu
sebagai daerah distributor dan pengatur air, sedangkan ekosistem hilir merupakan
satu kesatuan hidrologis. Di dalam DAS terintegrasi berbagai faktor yang dapat
dijumpai iklim, geologi, hidrologi, tanah dan vegetasi yang saling berinteraksi
dan tak-hidup yang saling berinteraksi. Memahami sebuah DAS berarti belajar
tentang segala proses-proses alami yang terjadi dalam batas sebuah DAS.
1. Pengelolaan DAS
Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu DAS perlu diketahui apa yang
menjadi masalah utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat dibagi menjadi:
b. Kualitas air
5) Tercemarnya air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan berbahaya
6) Tercemarnya air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P (eutrofikasi)
air DAS akan memakan waktu puluhan tahun. Pencegahan penebangan hutan jauh
lebih penting dari pada membiarkan penebangan hutan dan menanami kembali
sebagai metode pengatur tata air DAS, penanamannya harus mencakup sebagian
besar wilayah DAS tersebut. Jika hanya 20- 30% dari wilayah DAS ditanami,
pengaruhnya terhadap tata air mungkin tidak nyata. Penyebaran tanaman kayu-
kayuan secara merata dalam suatu DAS tidak terlalu memberikan arti dalam
menurunkan sedimentasi
2. Koefesien Penggalian ( c )
hujan.misalnya C untuk hutan adalah 0,10,artinya 10 persen dari total curah hujan
sebagai berikut:
koefesien air larian ini merupakan salah satu indicator untuk menentukan apakah
bahwa lebih banyak air hujan yang menjadi air larian. Hal ini kurang
8
menguntungkan dari segi pencagaran sumber daya air karna besarnya air yang
akan menjadi air tanah berkurang. Kerugian lainya adalah dengan semakin
besarnya jumlah air hujan yang menjadi air larian,maka ancaman terjadinya erosi
dan banjir menjadi lebih besar. Angaka C berkisar antara 0 hingga 1. Angka 0
menunjukkan bahwa bahwa semua air hujan terdistribusi menjadi air intersepsi
dan terutama infiltrasi. Sedang angka C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan
mengalir sebagai air larian. Dilapangan, angka koefisien air larian biasanya lebih
a. Hitung curah hujan rata – rata di suatu DAS pada tahun tertentu (t),misalnya
P = mm/tahun.
b. Ubah satuan curah hujan tersebut menjadi m/tahun yaitu dengan mengalikan
c. Hitung jumlah air yang mengalir melalui outlet sungai yang bersangkutan
Business :
Perkotaan 0,75 – 0,95
Pinggiran 0,50 – 0,70
Perumahan :
Rumah tunggal 0,30 – 0,50
Multi unit terpisah 0,40 – 0,60
Multi unit tergabung 0,60 – 0,75
Perkampungan 0,25 – 0,40
Apartemen 0,50 – 0,70
Industri :
9
Lanjutan tabel 1
B. Banjir
1. Karakteristik hujan lebat yaitu didistribusi dari intensitas hujan dalam waktu
dan ruang.
kemiringan lahan, jenis, dan distribusi lapisan tanah serta struktur geologi dan
geomorfologi
dataran yang luas, dan berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen
akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.
Dataran banjir merupakan bagian terendah dari floodplain. Ukuran dan bentuk
dari dataran banjir ini sangat tergantung dari sejarah perkembangan banjir, tetapi
10
Dataran banjir saat ini sering dimanfaatkan sebagai lahan tempat tinggal
pengaliran air pada beberapa wilayah yang merupakan aliran air alami. Pada
sampah, alih fungsi lahan, dan perencanaan penanggulangan banjir yang tidak
a. Penyebab Banjir
penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab terjadinya banjir dapat
2) Kawasan kumuh
3) Sampah
4) Drainase lahan
pada suatu daerah perlu dibuat dengan baik dan efisien, memperhatikan kondisi
penyusunan sistem pengendalian banjir perlu adanya evaluasi dan analisis atau
1) Analisis cara pengendalian banjir yang ada pada daerah tersebut atau yang
sedang berjalan.
2) Evaluasi dan analisis daerah genangan banjir, termasuk data kerugian akibat
banjir.
3) Evaluasi dan analisis tata guna tanah di daerah studi, terutama di daerah dataran
banjir.
4) Evaluasi dan analisis daerah pemukiman yang ada maupun perkembangan yang
akan datang.
yang ada.
PENGENDALIAN BANJIR
mendapatkan hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian
tentang cara menentukan tinggi curah hujan areal. Dengan melakukan penakaran
atau pencatatan hujan, kita hanya mendapat curah hujan di suatu titik tertentu
(point rainfall). Jika di dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau
pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai
Ada 3 macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan
rata-rata pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos
penakar atau pencatat (Sosrodarsono dan Takeda, 1987), yaitu Metode Polygon
13
Thiessen, Metode Ishoyet dan Metode Rata-rata Aljabar. Namun pada penelitian
ini metode yang digunakan adalah metode Polygon Thiessen dan Metode Rata-
rata Aljabar.
Cara ini memperhitungkan luas daerah yang mewakili dari pos-pos hujan
Rumus :
Ṝ = R1W1+R2W2 + …+ RnWn
Dimana :
STASIUN A STASIUN A
STASIUN B
STASIUN B
STASIUN C
STASIUN D STASIUN D
STASIUN C
STASIUN E STASIUN E
STASIUN A
STASIUN B
STASIUN C
STASIUN D
STASIUN E
paling sederhana. Metode rata-rata hitung dengan menjumlahkan curah hujan dari
semua tempat pengukuran selama satu periode tertentu dan membaginya dengan
sebagai berikut :
Ṝ = R1 + R2 + R3 .....+ Rn
N
Dimana :
Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun
waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besar intensitas curah hujan berbeda
1 Disribusi Normal Ck ~ 3
Cs ~ 0
2 Distribusi Log Normal Cv ~ 0.06
Cs ~ 3Cv + Cv2 =
0.1482
3 Distribusi Gumbell Cs ~ 1.1396
Ck ~ 5.4002
4 Distribusi Log Person Type Cs ~ bebas
III Cv ~ bebas
Sumber : Syofyan, Z Dosen ITP, 2014
15
Jika data curah hujan yang ada hanya curah hujan harian. Rumus yang
digunakan:
2
R24 24
I= [ t ]3
25
Dimana :
2. Metode Sherman
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih
Dimana :
3. Metode Ishigoro
Rumus ishigiro ini dikemukakan oleh Dr. Ishigiro tahun 1953. Adapun rumus
tersebut :
𝑎
I=
√𝑡+𝑏
16
Dimana :
N = jumlah pengamatan
Distribusi Log Pearson Tipe III atau Distribusi Extrim Tipe III digunakan
untuk analisis variabel hidrologi dengan nilai varian minimum misalnya analisis
frekwensi distribusi dari debit minimum (low flows). Distribusi Log Pearson Tipe
III merupakan hasil transformasi dari distribusi Pearson Tipe III dengan
menggantikan data menjadi nilai logaritmik. Pada distibusi Log Pearson Tipe III
tidak mempunyai sifat khas yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan jenis
distribusi ini. Pada umumnya sebaran data statistik memenuhi kriteria pada
metode ini. Persamaan distribusi Log Pearson Tipe III dapat ditulis sebagai
berikut :
Log Xt = Log X + ( G S )
Keterangan :
N0 Distribusi Persyaratan
Cs = 1,14
1 Gumbel
Ck = 5,4
Cs = 0
2 Normal
Ck = 3
Cs = Cv3 + 3Cv
3 Log Normal Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 +
16Cv2 + 3
4 Log Pearson III Selain dari nilai di atas
Sumber : Bambang,T (2008)
1) Harga rata-rata
∑ log 𝑋
log 𝑋 = 𝑛
2) Standar deviasai
3) Koefisien variasi
Slog X
log 𝑋 = logX
5) Koefisien kurtosis
Xt = Xr + (K x Sx)
∑( 𝑋−𝑋𝑟)2
Sx = √ 𝑛−1
𝑌𝑡−𝑌𝑛
K = 𝑆𝑛
Dimana :
diperlukan pembagian hujan yang mungkin terjadi dalam selang waktu. Daerah
yaitu:
Rt = Ro (T1/t)2/3 = Ro (5/T)2/3
19
Ro = R24/T1
Dengan :
Keterangan :
hujan harian dirubah menjadi hujan efektif. Dalam hal ini curah hujan efektif
sama dengan curah hujan harian dikurangi dengan kehilangan seperti penguapan,
dari hujan rata-rata yangjatuh di dalam aliran sungai, maka besarnya curah hujan
menjadi :
Re = Rt-d.Rt
Dengan :
C = Koefisien aliran.
20
alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat
puncak, dan biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka
air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit puncak. Debit puncak
dan waktu t dengan waktu naik (time of rise) Tp seperti terlihat Gambar 16 a-
21
Hidrograf satuan sintetik SCS dan Tabel 5 dengan memperhatikan koordinat dari
satuan sintetik SCS dengan satuan waktu jam dan debit dalam m3/s. Dalam kajian
diperkirakan sebesar 1,67 Tp dan basis hidrograf tp = 2,67 Tp. Untuk limpasan
berikut :
𝑪𝑨
qp =𝑻
𝑷
Keterangan:
22
Tp adalah waktu naik atau waktu yang diperlukan antara permulaan hujan hingga
Keterangan:
tp adalah waktu kelambatan yaitu waktu antara titik berat curah hujan hingga
puncak hidrograf (jam); Tc adalah waktu konsentrasi yang dapat dihitung dengan
S adalah kemiringan (slope) DAS = H/L; H adalah perbedaan ketinggian antara titik
𝒕𝒓
TP =
𝟐
Keterangan:
Langkah perhitungan :
horizontal dengan Tp dan sumbu vertikal dengan qp serta basis hidrograf tp = 2,67 Tp.
Keterangan:
Untuk mempertinggi tingkat ketelitian hasil hitungan dari metode yang dipilih,
disamping perlu dilakukan kalibrasi terhadap metode yang dipakai juga dapat diuji
2. HSS Gama 1
Pulau Jawa oleh Sri Harto. Bagian-bagian dari HSS Gama 1 adalah bagian naik,
puncak, dan bagian turun. Unsur-unsur HSS Gama 1 meliputi : waktu puncak
(Tt), debit puncak (Qp), dan waktu dasar (Tb). Parameter DAS yang diperlukan
3. Jarak antara titik berat DAS dengan outlet yang diukur disepanjang aliran
utama (Lc).
5. Kerapatan jaringan drainase (D), yaitu perbandingan antara panjang total aliran
6. Faktor sumber (SF), yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai tingkat 1
dengan jumlah panjang sungai semua tingkat. Menurut cara Stahler, tingkat
b. Jika dua sungai yang sama tingkatan nya bertemu, maka terbentuk sungai satu
c. Jika sungai dengan suatu tingkat tertentu bertemu dengan sungai yang
8. Faktor lebar (WF), yaitu perbandingan antara lebar DAS yang diukur di titik
sungai yang berjarak 0,75 L dari titik kontrol (WU) dan lebar DAS yang diukur
di titik sungai yang berjarak 0,25 L dari titik kontrol atau outlet (WL).
25
garis yang ditarik tegak lurus terhadap garis hubung antara titik kontrol (outlet)
dengan titik di sungai yang terdekat dengan titik berat DAS. A = luas total
DAS.
𝑨𝑼
Jadi RUA =
𝑨
SIM = WF x RUA
SIM < 50, artinya DAS menyempit di hulu dan melebar di hilir.
sebagai berikut :
𝐋𝟑
1. Tr = 0,43 x + 1,0665 x SIM + 1,2775
𝟏𝟎𝟎 𝑿 𝑺𝑭
5. Qt = Qp x e (-t/K)
K = tampungan (jam)
26
𝑳𝟏
1. SF =
𝑳𝑵
𝑾𝑼
2. WF =
𝑾𝑳
𝑨𝑼
3. RUA =
𝑨
4. SIM = WF x RUA
𝑷𝟏
5. SN =
𝑷𝑵
𝑳𝑵
6. D =
𝑨
c. Hitung Tr
27
𝐋𝟑
Tr = 0,43 x + 1,0665 x SIM + 1,2775
𝟏𝟎𝟎 𝑿 𝑺𝑭
d. Hitung Tb
e. Hitung Qp
f. Hitung K
g. Hitung Qt
Qt = Qp x e (-t/K)
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Selatan.
Titik outlet
28
29
Sumber Daya Air dan Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi
Sulawesi Selatan:
C. Analisis Data
data yang sudah dikumpulkan dan diolah dalam rangka menjawab rumusan
masalah. Dalam penelitian ini metode analisis data yang dilakukan yaitu:
Ṝ = R1W1+R2W2 + …+ RnWn
Log Xt = Log X + ( G S )
3. Menghitung debit puncak banjir dengan Metode Soil Conservation Services
(SCS)
𝒄𝐱𝑨
q p= (m3 /dt/s)
𝑻𝑷
30
Mulai
Tidak
cek
Ya
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai