PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS).
Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi oleh pemisah
topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke
sungai yang akhirnya bermuara ke danau/laut (Manan, 1979). DAS merupakan ekosistem yang
terdiri dari unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di
dalamnya.
Menurut Asdak (2010) DAS dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian hulu, bagian
tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada setiap bagian DAS dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bagian Hulu
a. Merupakan daerah konservasi.
b. Mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi.
c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari20%).
d. Bukan merupakan daerah banjir.
e. Pengaturan air ditentukan oleh pola drainase.
2. Bagian Tengah
Daerah Aliran Sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik
biogeofisik DAS yang berbeda tersebut di atas.
3. Bagian Hilir
a. Merupakan daerah pemanfaatan.
b. Kerapatan drainase lebih kecil.
c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai sangat kecil (kurang dari 10%).
d. Pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan).
e. Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi.
DAS yang sehat dapat menyediakan unsur hara bagi tumbuhan, sumber makanan bagi
manusia dan hewan, air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya, serta empat
berbagai aktivitas lainnya. Manusia hidup di bumi akan selalu dipengaruhi baik secara positif
dan negatif oleh adanya interaksi dari sumber daya air dengan sumber daya alam lainnya.
Dampak dari interaksi sumberdaya tersebut tidak terbatas pada batasan politik saja. Sebagai
contoh nyata adalah air. Air yang mengalir dalam kapasitas yang sangat besar akan
mengakibatkan terjadinya banjir. aliran air yang besar akan mengalir dari permukaan
yang tinggi ke permukaan yang lebih rendah tanpa memperdulikan batas-batas administrasi.
Dari sinilah diperlukan suatu pengelolaan DAS (Agus dan Widianto, 2004).
Sebagai suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik yang
menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan sedimentasi. Secara
singkat dapat disimpulkan bahwa pengertian DAS adalah sebagai berikut :
1) Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian mengalirkanair hujan ke
laut atau danau melalui satu sungai utama.
2
2) Suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan daerah lain oleh pemisah topografis
sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi atas beberapa DAS.
3) Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumberdaya alam (tanah, vegetasi dan air)
yang merupakan sasaran dan manusia yang merupakan pengguna sumberdaya yang ada.
4) Unsur utama (sumberdaya alam dan manusia) di DAS membentuk suatu ekosistem dimana
peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya.
Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola dimana bentuk ini
akan menentukan pola hidrologi yang ada. Corak atau pola DAS dipengaruhi oleh faktor
geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah DAS. Sosrodarsono dan Takeda (1977)
mengklasifikasikan bentuk DAS sebagai berikut :
1). DAS bulu burung. Anak sungainya langsung mengalir ke sungai utama. DAS atau Sub-DAS
ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil karena waktu tiba yang berbeda.
2). DAS Radial. Anak sungainya memusat di satu titik secara radial sehingga menyerupai bentuk
kipas atau lingkaran. DAS atau sub-DAS radial memiliki banjir yang relatif besar tetapi relatif
tidak lama.
3). DAS Paralel. DAS ini mempunyai dua jalur sub-DAS yang bersatu.
DAS merupakan kumpulan dari beberapa Sub-DAS. Mengemukakan Sub-DAS
merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan meresap
atau mengalir melalui sungai. Manusia dengan aktivitasnya dan sumberdaya tanah, air, flora
serta fauna merupakan komponen ekosistem di Sub-DAS yang saling berinteraksi dan
berinterdependensi.
Pengelolaan DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem dengan input manajemen dan
input alam untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan baik di tempat (on site) maupun
di luar (off-site). Secara ekonomi ini berarti bentuk dari proses produksi dengan biaya ekonomi
untuk penggunaan input manajemen dan input alam serta hasil ekonomi berupa nilai dari
outputnya. Tujuan pengelolaan DAS secara ringkas adalah
a. Menyediakan air, mengamankan sumber-sumber air dan mengatur pemakaian air;
b. Menyelamatkan tanah dari erosi serta meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah;
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
Untuk mewujudkan tujuan ini maka perlu diperhatikan aspek-aspek seperti :
1) Aspek fisik teknis yaitu pemolaan tata guna lahan sebagai prakondisi dalam mengusahakan
dan menerapkan teknik atau perlakuan yang tepat sehingga pengelolaan DAS akan memberikan
manfaat yang optimal dan kelestarian lingkungan tercapai
2) Aspek manusia, yaitu mengembangkan pengertian, kesadaran sikap dan kemauan agar
tindakan dan pengaruh terhadap sumberdaya alam di DAS dapat mendukung usaha dan tujuan
pengelolaan
3) Aspek institusi yaitu menggerakkan aparatur sehingga struktur dan prosedur dapat mewadahi
penyelenggaraan pengelolaan DAS secara efektif dan efisien
4) Aspek hukum, yaitu adanya peraturan perundangan yang mengatur penyelenggaraan
pengelolaan DAS.
3
pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat
diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air
(debit), dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air
sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi,
yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air,
dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai,
waduk, dan danau. Ketiga DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang
diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah
hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan wilayah daratan yang menampung dan
menyimpan air hujan atau sumber-sumber air lain untuk kemudian menyalurkannya ke laut,
melalui satu sungai utama. Kawasan DAS terbagi dalam beberapa sub DAS. Sub DAS adalah
suatu wilayah daratan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke sungai utama melalui anak sungai atau sungai cabang. Komponen DAS
meliputi vegetasi, lahan dan sungai dengan air berperan sebagai pengikt keterkaitan dan
ketergantungan antar komponen utama DAS dan Sub DAS.
4
peningkatan air sungai di musim kemarau dan musim penghujan. Kemampuan pengukuran debit
air sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit
aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan.
Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya
air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan
mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumberdaya air permukaan
yang ada.
Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang
terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan
pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air)
yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI
besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3/dt). Dalam laporan-laporan
teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah
suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karateristik biogeofisik yang berlangsung
dalam suatu DAS (oleh adanya pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi
musiman atau tahunan).
5
Pada musim hujan, air hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang
kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran permukaan dan sedikit sekali
infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor dan atau banjir bandang yang membawa
kandungan lumpur.
3) Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Resiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama besarnya dengan
penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat erosi. Selain akan
meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended solid) dalam air sungai sebagai akibat
dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya
kandungan hara dalam air sungai. Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan
pertanian mempunyai kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak memperhatikan faktor
konservasi tanah, seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan lain-lain.
4) Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas permukaan tanah,
tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan kembali hilang ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi
yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah
hujan berhenti. Setiap kali hujan jatuh di daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah
mencapai permukaan tanah dan dengan demikian, meskipun intersepsi dianggap bukan faktor
penting dalam penentu faktor debit air, pengelola daerah aliran sungai harus tetap
memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat
mempengaruhi neraca air regional. Penggantian dari satu jenis vegetasi menjadi jenis vegetasi
lain yang berbeda, sebagai contoh, dapat mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.
5) Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok yang dapat
menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS, karena melalui kedua proses ini
dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini menguapkan air dari permukaan air, tanah dan
permukaan daun, serta cabang tanaman sehingga membentuk uap air di udara dengan adanya uap
air diudara maka akan terjadi hujan, dengan adanya hujan tadi maka debit air di DAS akan
bertambah sedikit demi sedikit.
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
slang slang
D E F
20 m
A ←1m → ←1 m → D
d1 d2 d3
- ukur beda tinggi aliran air dengan menggunakan selang air pada bagian AB
dan BC
7
- hitung slope energi aliran berdasarkan beda tinggi (tingggi air naik dalam
slang (h) ) dan panjang selang (L)
L
S = h/L
A ←1m → ←1 m → D
A1
A3
d1 A2 d2 d3 A4
Kecepatan aliran dihitung berdasarkan slope energi aliran dan nilai kekasaran permukaan saluran
menurut persamaan Manning,
V = 1/n R2/3 S ½
Dengan demikian Debit aliran dalam saluran dapat dihitung berdasarkan rumus Manning
8
Q = 1/n AR2/3 S1/2
n = koeffisien kekasaran Manning
A = luas penampang melintang saluran
R = radius hidrolik = A/P m
P = keliling basah (m) = panjang dasar sungai dari A-D
S = kemiringan aliran
A’ B’ C’
20 m
9
- Luas penampang saluran adalah rata-rata luas dari ke 3 segmen tersebut.
A = (A1+A2+A3)/3 M2
Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran dihitung berdasarkan kecepatan pelampung, pengukuran kecepatan
pelampung dilakukan seperti berikut ini :
- Pelampung diberi pemberat (botol aqua diisi dengan pasir atau kerikil) hingga boltol
dapat mengapung
- Ukur tinggi botol yang tenggelam/ berada di air (h) dan hitung kedalaman air (d)
- Hitung konstata pelampung
U = L/T
L : panjang perjalanan pelampung (m)
T : waktu perjalanan pelampung (dtk)
V= kxU
10
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
11
Bagian kanan 2 200 s 13,5
3 263 s 15
Luas (A) = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 = A m2
= 0,56 + 0,735 + 0,905 + 0,925 + 0,93 + 0,905 + 0,75 = 5,71 m2
12
= (0,89 + 0,86) /2 x 1m = 1,75/2 x 1m = 0,875 m
A6 = (d5 + d6) /2x 1m
= (0,86 + 0,82) /2 x 1m = 1,68/2 x 1m = 0,84 m
A7 = (d6 + d7) /2x 1m
= (0,82 + 0,71) /2 x 1m = 1,53/2 x 1m = 0,765 m
Luas (A) = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 = A m2
= 0,685 + 0,87 + 0,895 + 0,905 + 0,875 + 0,84 + 0,765 = 5,835 m2
Pengukuran irisan penampang melintang saluran segmen C
A1 = (d0 + d1) /2x 1m
= (0,54 + 0,72) /2 x 1m = 1,26/2 x 1 m = 0,63 m
A2 = (d1 + d2) /2x 1m
= (0,72 + 0,88) /2 x 1m = 1,60/2 x 1m = 0,8 m
A3 = (d2 + d3) /2x 1m
= (0,88 + 0,86) /2 x 1m = 1,74/2 x 1m = 0,87 m
A4 = (d3 + d4) /2x 1m
= (0,86 + 0,83) /2 x 1m = 1,69/2 x 1m = 0,845 m
A5 = (d4 + d5) /2x 1m
= (0,83 + 0,78) /2 x 1m = 1,61/2 x 1m = 0,805 m
A6 = (d5 + d6) /2x 1m
= (0,78 + 0,64) /2 x 1m = 1,42/2 x 1m = 0,71 m
A7 = (d6 + d7) /2x 1m
= (0,64 + 0,58) /2 x 1m = 1,22/2 x 1m = 0,61 m
Luas (A) = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 = A m2
= 0,63 + 0,8 + 0,87 + 0,845 + 0,805 + 0,71 + 0,61 = 5,27 m2
13
1. Metode Slope Area
Q (Debit Aliran) = V x A (Debit Aliran)
A (Luas Penampang Saluran) = 5,605 m2
V : Kecepatan aliran dihitung berdasarkan slope energi aliran dan nilai kekasaran
permukaan saluran menurut persamaan Manning,
V = 1/n R2/3 S ½
Mencari Nilai V:
menghitung slope energi aliran berdasarkan beda tinggi (tingggi air naik dalam slang (h)
dan panjang selang (L):
Menghitung Kecepatan aliran dihitung berdasarkan energy slope aliran dan nilai
kekasaran permukaan saluran menurut persamaan Manning (V = 1/n R2/3 S ½), dengan n =
0,013 (Saluran dibarau kayu tak diketam):
V = 1/0,013 x 0,832/3 x 0,00025½
= 76,92 x 0,88 x 0,015
= 1,01 m
Sehingga Nilai Debit Aliran (Q) adalah:
Q=VxA
= 1,01 x 5,605
14
= 5,66 m3/s
α = h/d
α1 = 13/77,33 = 0,16
α2 = 13,5/77,33 = 0,17
α3 = 15/77,33 = 0,19
α = (0,16 + 0,17 + 0,19) = 0,17
Kecepatan Aliran:
V= kxU
15
= 0,91 x 0,08m/s = 0,0728 m/s
Debit Aliran
Q=VxA
= 0,0728 m/s x 5,605 m2 = 0,4 m3/s
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum pengukuran debit aliran dapat disimpulkan bahwa ;
a. Pengukuran penampang profil melintang sungai bertujuan untuk mendapatkan luas area
pada penampang sungai
b. Semakin dalam kedalaman sungai semakin cepat kecepatan aliran dan sebaliknya.
c. Semakin besar volume aliran debit jumlah sedimen yang tersuspensi dalam aliran debit
sungai tersebut menjadi semakin besar
d. Luas rata-rata irisan penampang melintang saluran dari ke 3 segmen 5,605 m2
e. Nilai Debit Aliran (Q) menggunakan methode slope area 5,66 m3/s
f. Nilai Debit Aliran (Q) menggunakan methode float area 0,4 m3/s
g. Kecepatan aliran air di area sepakat 1 pada DAS adalah 0,0728 m/s
5.2 Saran
Pada pengukuran aliran DAS sebaiknya menggunkan alat yang modern sehingga
memudahkan mendapatkan data dan cepat dalam pengerjaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Manan, 1979. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Asdak,Chay, 2002, Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Asdak, Chay. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Air Sungai: Edisi Revisi Kelima.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Agus, F., dan Widianto, 2004, Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering, Bogor: World
Agroforestry Centre ICRAF.
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1977. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta :
penerbit Pradyna Pramita.
18