Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Meserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan untuk
melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsif kerja dari teknik pembuatan ini adalah dengan
cara memutuskan lamela tengah dari sel kayu atau tumbuhan.

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan


beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara
teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi merupakan proses dimana simplisia yang sudah halus
memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan
sel, sehingga zat-zat mudah larut akan melarut. Maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyarian. Cairan penyarian akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan
didesak keluar.

Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam). Cara ini
merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut
nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai
dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Hidayat, 1995).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyarian. Cairan penyarian akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut
dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di
luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif mudah larut dalam
cairan penyarian, tidak mengandung zat mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, stirak dan lain-lain (Fathiyawati, 2008).

2
3

Beberapa contoh ekstraksi dengan menggunakan teknik maserasi adalah mengekstrak


artermisin yang terdapat pada tumbuhan Artemisia annua L. Ekstraksi secara maserasi
dengan pelarut n-heksana, dengan alat soxhlet menggunakan pelarut n-heksana, dan
maserasi-perkolasi dengan pelarut metanol. Ekstrak n-heksana difraksinasi dengan metanol
60%, fraksi metanol difraksinasi dengan n-heksana-etil asetat (9:1). Ekstrak metanol
ditambahkan air suling, dan disentrifuga. Supernatan yang diperoleh difraksinasi dengan n-
heksana. Pemekatan fraksi n-heksana atau n-heksana-etil asetat menghasilkan kristal yang
direkristalisasi dengan metanol. Artemisinin 0,22 % b/b dari ekstrak n-heksana secara
maserasi pengadukan, 0,29% b/b dari ekstrak n-heksana menggunakan soxhlet, dan 0,4% b/b
dari ekstrak metanol secara maserasi (Kertasaputra, 1998).

1. Pori, Berkas Pembuluh, Trakeid

Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), bahwa pori merupakan sel pembuluh yang
berbentuk seperti tabung.  Sel-sel ini saling berhubungan untuk membentuk suatu sistim
saluran.  Fungsi pori adalah sebagai jalan masuk saluran mineral dari dalam tanah ke atas
pohon.  Antara satu sel pembuluh dengan sel yang lainnya terdapat satu bidang yang disebut
bidang perforasi.  Bentuk lubang yang terdapat pada bidang tersebut sangat khas untuk setiap
jenis.

Pori tata baur adalah pori kayu yang perubahannya terjadi secara berangsur-angsur
sehingga perubahan porinya akan terlihat seragam karena berbaur.  Sedangkan pori tata
lingkar adalah pori yang perubahannya terjadi secara mendadak sehingga kelihatan dengan
jelas perbedaan antara pori yang besar dengan pori yang kecil.  Selain itu, dikenal juga pori
semi tata lingkar dan pori semi tata baur (Serayar, 1997).

Beberapa kayu teras membentuk pori berdiameter besar pada awal musim tumbuh
atau disebut berpori lingkar.  Kayu-kayu lain nampak bervariasi pada struktur selnya dalam
musim tumbuh sehingga membentuk lingkaran yang sukar dikenali karena porinya hampir
sama ukurannya diseluruh lingkaran tumbuh atau disebut berpori baur  (Dumanauw, 1990).

Menurut Dumanauw (1990), kayu terdiri atas beberapa macam sel yang menyusun jaringan-
jaringan, memiliki pola tersendiri dalam bentuk, susunan, serta pengaturan dalam kayu. Pada
kayu daun jarum (konifer) struktur sel lebih sederhana daripada kayu daun lebar.  Pada kayu
4

konifer jumlah jenis sel lebih sedikit dan kombinasi-kombinasi bentuk-bentuk jaringannya
juga lebih sederhana.  Sel pori tidak terdapat pada kayu daun jarum, hanya terdapat pada
kayu daun lebar.

Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), bahwa pori merupakan sel pembuluh yang
berbentuk seperti tabung.  Sel-sel ini saling berhubungan untuk membentuk suatu sistim
saluran.  Fungsi pori adalah sebagai jalan masuk saluran mineral dari dalam tanah ke atas
pohon.  Antara satu sel pembuluh dengan sel yang lainnya terdapat satu bidang yang disebut
bidang perforasi.  Bentuk lubang yang terdapat pada bidang tersebut sangat khas untuk setiap
jenis.

Pori adalah sel yang berbentuk batang tabung atau gendang yang saling berhubungan
antara yang satu dengan yang lainnya secara vertiakal. Pada bidang lintang kayu, pori terlihat
berbentuk lubang kecil bila dilihat dengan mata biasa (Dumanauw 1995).

Menurut Fegel dan Weneger (1995), bahwa jika ditinjau aspek penyebarannya, maka
pori dapat dibagi atas :

1.pori tata lingkar yaitu pori pada permukaan lintang kayu yang sedemikian rupa, sehingga
terdapat konsentris pori-pori permukaan besar dan pori-pori berukuran kecil secara
bargantian.

2.Pori tata baur adalah pori-pori berbagai ukuran terdapat secara baur atau terjadi pembauran.

3. Pori semi tata lingkar dan semi tata baur adalah penggabungan antara pori tata baur dan
pori tata lingkar.

Sturuktur kayu daun jarum  lebih sederhana bila dibandingkan dengan  kayu daun
lebar. Pada kayu konifer atau kayu daun jarum memiliki kombidasi bentuk-bentuk jaringan
yang lebih sederhana. Sel pori tidak terdapat pada kayu daun jarum, akan tetapi hanya
terdapat di kayu daun lebar dan sebagai pengganti fungsi dari pori kayu daun jarum memiliki
trakeid (Dumanauw, 1990).

Secara umum batang tersusun atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat
stomata, sistem jaringan dasar berupa korteks dan empulur, dan sistem berkas pembuluh yang
terdiri atas xilem dan floem. Xilem dan floem tersusun berbeda pada kedua kelas tumbuhan
5

tersebut. Xilem dan floem tersusun melingkar pada tumbuhan dikotil dan tersebar pada
tumbuhan monokotil ( http://bima.ipb)

Menurut  Sanusi (1990), ada dua macam trakeid daun lebar yaitu trakeid vaskular dan
trakeid vasisentrik.

1. Trakeid vaskular memiliki ukuran, berntuk dan letak yang sangat mirip dengan unsur
pembuluh kayu akhir, kecuali bahwa kedua ujung trakeid ini tidak berforasi. Trakeid
vaskular tersusun dalam baris vertikal seperti halnya unsur pembulugh kecil yang
bergabung dengannya.
2. Trakeid  vasisentrik berukuran pendek, memiki bentuk yang tidak teratur dan kedua
ujungnya tidak berperforasi. Trkeid vasisentrik banyak terdapat disekitar pembuluh awal
dari kayu berpori tata lingkar.

1. Warna kayu

Warna kayu terutama disebabkan oleh bahan-bahan yang mengandung zat ekstraktif. 
Namun, kebanyakan komponen dinding selnya kecuali selulosa turut menyebabkan terjadinya
warna karena permukaan kayu yang diekspos mengalami oksidasi.  Warna kayu bervariasi,
tidak hanya antara jenis pohon yang berbeda tetapi juga diantara pohon dalam satu jenis,
bahkan sering berbeda dalam potongan kayu yang sama (Sanusi, 1990).

Warna kayu oleh sinar dan cuaca, karena itu bukan faktor yang konstan. Untuk
pengenlan kayu lainnya diperhatikan warna kayu teras (Panshin dan De zeew, 1980).Sinar
matahari juga sanagat mempengaruhi warna kayu contohnya pada kayu mahoni (Swietania
macrophylla) mula-mula berwarna putih lama kelamaan berwarna lebih tua. Oleh karene itu
dalam mengidentifikasi warna kayu, pengamatan yang dilakukan yang dilakukan adalah
warna kayu bidang logitudinal yang baru dari kayu (Soenardi, 1974).

1. Tekstur kayu

Tekstur adalah sifat kayu yang nampak menunjukkan ukuran relatif dari sel-sel yang
nampak dalam suatu jenis kayu tertentu oleh besar kecilnya rongga kayu oleh karena kecilnya
rongga kayu dan keseragaman ciri ukuran-ukuran sel yang menyusun kayu. Pada umumnya
tekstur kayu dibagi atas :
6

–    Kayu tekstur kasar : yaitu kayu yang memiliki rongga sel yang besar dan tersebar
menyeluruh pada pohon.

–    Kayu bertekstur halus : yaitu kayu yang memiliki rongga sel kecil dan tersebar
menyeluruh pada batang pohon.

Tekstur berukuran dengan ukuran dan kualitas unsur-unsur kayu. Kayu dapat
bersektur kasar, halus, rata, tidak rata, licin, dan tidak licin. Pada kayu jarum , ukuran yang
terbaik bagi tekstur ialah diameter tangensial sel-sel trekaid (Soenardi,1974).

Tekstur kayu dinyatakan kasar atau halus tergantung pada besar kecilnya elemen
kayu.  Serat menunjukkan susunan dan arah elemen kayu.  Serat terpadu yaitu bila batang
kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang secara berselang seling mempunyai serat yang arahnya
bergantan dari kiri ke kanan    terhadap sumbu batang (Dephut, 1986).

Perbedaan tekstur pada berbagai jenis kayu disebabkan oleh adanya variasi tekstur sel 
dan ukuran sel penyusun masing-masing kayu yang berbeda.  Kayu yang memiliki pori besar
kemungknan memiliki tekstur yang kasar sedangkan kayu yang berpori kecil memiliki tekstur
yang halus (Dumanauw, 1990).

Anda mungkin juga menyukai