Disusun Oleh :
DIKI KHOERUMAN AZAM
KELAS XI IPS 1
MA NEGERI AWIPARI
TASIKMALAYA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
\
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini
yang berjudul “Minyak Kayu Putih”, yang mana Karya Ilmiah ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Ilmiah ini masih banyak
kekurangan-kekurangannya, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu,
serta sumber yang penyusun miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia, serta kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam
penyusunan Karya Ilmiah ini, semoga semua amal baik semua pihak mendapat imbalan
yang belipat dari Allah SWT. amiin.
Akhirnya penyusun berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3.Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.4.Manfaat Penulisan.............................................................................. 2
1.5.Metode Penulisan............................................................................... 2
1.6.Sistematika Penulisan......................................................................... 2
BAB IV PENUTUP....................................................................................... 20
4.1 Simpulan........................................................................................... 20
4.2 Saran................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Minyak kayu putih, disebut juga minyak atsiri, adalah salah satu obat herbal yang banyak dipakai
masyarakat Indonesia sejak berabad-abad lamanya. Minyak kayu putih memiliki nama latin cajuput
oil dan dihasilkan oleh tumbuhan kayu putih. Tanaman kayu putih (M. leucadendra) diambil bagian daun
dan rantingnya, kemudian dilakukan penyulingan hingga mendapatkan titik-titik embun yang berupa
minyak kayu putih. Bersama minyak kelapa dan minyak adas, minyak kayu putih dicampur dan diolah
menjadi minyak telon.
Saat ini masyarakat mengenal beragam khasiat minyak kayu putih bagi kesehatan dan kebugaran
tubuh manusia. Penggunaan minyak kayu putih adalah sebagai obat oles pada bagian luar tubuh. Cara
penggunaannya cukup mudah, yaitu dioleskan pada bagian yang sakit. Sangat tidak disarankan untuk
mengkonsumi minyak kayu putih sehingga masuk ke dalam bagian dalam tubuh manusia.
Minyak kayu putih memiliki beberapa khasiat dalam mengobati keluhan-keluhan yang sering kita
alami. Minyak kayu putih digunakan sebagai pengobatan gejala masuk angin, flu, sakit gigi, luka baru,
sakit kepala, diare, demam, gatal karena gigitan serangga, pegal-pegal, kejang pada kaki, dan lain-lain.
Minyak kayu putih sering digunakan oleh para petualang ketika berkemah di tempat dataran tinggi untuk
menghangatkan tubuh mereka di malam hari. Untuk lebih jauh penulis akan membahas tentang
pengelolaan dan pemanfaatan minyak kayu putih yang mana dirumuskan dalam perumusan masalah
sebagai berikut:
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Pengelolaan dan Pemanfaatan Minyak Kayu Putih
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Pengelolaan dan Pemanfaatan Minyak Kayu Putih
1.4. Manfaat Penulisan
Untuk Menambah wawasan khazanah keilmuan Penulis tentang Pengelolaan dan pemanfaatan
minyak kayu putih.
1.5.Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan di dalan penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif
yang merupakan jenis penelitian lapangan yanga mana di tunjang dengan Library Research
( Kepustakaan) yaitu sumber data yang berupa buku-buku, internet yang berkaitan dengan
dengan permasalah penelitian tersebut.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat Penulisan
1.5. Metode Penelitian
1.6. Sistematika Penulisan
BAB II PENGENALAN MINYAK KAYU PUTIH
2.1. Pengertian Minyak Kayu Putih
2.2. Morfologi Tumbuhan
2.3. Syarat dan Tumbuh Budidaya
2.4. Mutu Minyak Kayu Putih
BAB III PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN MINYAK KAYU PUTIH
3.1. Proses Pembuatan Minyak Kayu Putih
3.2. Pemanfaatan Minyak Kayu Putih
3.3. Strategi Pemasaran Produk Minyak Kayu Putih
BAB IV PENUTUP
4.1. SIMPULAN
4.2. SARAN
BAB II
PENGENALAN MINYAK KAYU PUTIH
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Melaleuca
Spesies: M. leucadendra
Nama binomial
Melaleuca leucadendra
(L.) L.
Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron)
2.2. Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan dari famili Myrtaceae merupakan salah satu
sumber minyak atsiri yangmemiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Beberapa jenis dari famili
ini yang terkenalsebagai
penghasil minyak atsiri adalah tumbuhan dari marga Eucalyptus dan Melaleuca.
Tumbuhan kayu putih
(Melaleuca leucadendra (L). L) merupakan tumbuhan perduyang mempunyai batang pohon
kecil dengan banyak anak cabang yang menggantung kebawah. Daunnya berbentuk lancip d
engan tulang daun yang sejajar. Bunga kayu putihberwarna merah,
sedangkan kulit batang kayunya berlapis-lapis dengan permukaanterkelupas. Keistimewaan
tanaman ini adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering,di tanah yang berair, atau di
daerah yang banyak memperoleh guncangan angin atausentuhan air laut. Tanaman ini tumbuh li
ar di daerah berhawa panas. Tanaman kayu putihtidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik.
Pohon kayu putih dapat mencapai ketinggian45 kaki. Dari ketinggian antara 5 - 450 m di atas p
ermukaan laut, terbukti bahwa tanamanyang satu ini memiliki toleransi yang cukup baik untuk
berkembang. (Lutony, 1994).
Bagian yang paling berharga dari tanaman kayu putih untuk keperluan produksiminyak at
siri adalah daunnya. Daun kayu putih yang akan disuling minyaknya mulai bisadipangkas
atau dipungut setelah berumur lima tahun. Seterusnya dapat dilakukan setiapenam bulan sekali s
ampai tanaman berusia 30 tahun. Di beberapa daerah yang subur,tanaman kayu putih telah bisa d
ipungut daunnya pada usia dua tahun. Setiap pohon kayuputih yang telah berumur lima tahun ata
u lebih dapat menghasilkan sekitar 50-100 kg daunberikut ranting.
Daun kayu putih
Daun merupakan bagian tumbuhan yang terpenting, karena dari daun inilah akan dihasilkan minyak kayu
putih. Tanaman kayu putih termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuh tanaman secara nyata
memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar (radix), batang (caulis), dan daun
(folium). Daun kayu putih terdiri atas dua bagian, yaitu tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
a. Tangkai daun (petiolus)
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun, yang berfungsi untuk
menempatkan helaian daun pada posisi yang tepat, sehingga dapat memperoleh cahaya matahari
sebanyak-banyaknya. Tangkai daun berbentuk bulat kecil, sedangkan panjang tangkainya bervariasi.
b. Helaian daun (lamina)
Helaian daun kayu putih bercirikan berwarna hijau muda untuk daun muda dan hijau tua untuk daun
tua karena mengandung zat warna hijau atau khlorofil. Selain itu daun kayu putih memiliki tulang
daun dalam jumlah yang bervariasi antara 3 – 5 buah, tepi daun rata dan permukaan daun dilapisi oleh
bulu-bulu halus. Ukuran lebar daun kayu putih berkisar antara 0,66 cm – 4,30 cm dan panjangnya antara
5,40 – 10,15 cm. Daun-daun tumbuh pada cabang- cabang tanaman secara selang-seling, pada satu
tangkai daun terdapat lebih dari satu helai daun (sehingga disebut sebagai jenis daun majemuk). Daun
kayu putih mengandung cairan yang disebut cineol (sineol) (dimana apabila daun diremas, cairan ini
akan keluar dan mengeluarkan aroma yang khas). Selain itu daun kayu putih juga mengandung
komponen lain, seperti: terpineol, benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene.
2.3. Syarat dan Tumbuh Budidaya
Tanaman kayu putih tidak mempunyai syarat tumbuh yang spesifik. Dariketinggian
antara 5 – 450 m diatas permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu inimemiliki toleransi
yang cukup baik untuk berkembang.
Pemungutan daun kayu putih sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Alasannya, padawaktu
pagi hari daun mampu menghasilkan rendeman minyak atsiri lebih tinggi dengankualitas baik.
Setelah pemungutan daun yang pertama, pohon kayu putih dipangkas agar bisa tumbuhtunas
baru dan yang akan menghasilkan daun yang lebih banyak. Selanjutnya setiap kalipemungutan
daun selalu diikuti dengan pemangkasan. (Lutony, 1994).
Cara yang ditempuh untuk memproduksi minyak kayu putih bisa langsung denganmenyul
ing daunnya saja atau dengan cara menyuling daun kayu putih tersebut berikut ranting
daunnya sepanjang lebih kurang 20 cm dari pucuk daun. Apabila yang disuling itu berikutdengan
ranting daunnya sebaiknya menggunakan perbandingan antara berat ranting terhadap berat daun
sebesar 15%, karena ranting daun hanya mengandung 0,1% minyak (Ketaren, 1985).
2.4. Mutu minyak kayu putih
Komponen utama yang terdapat dalam minyak kayu putih adalah sineol. Mutu minyak kayu
putih ditentukan oleh kandungan sineol di dalamnya, semakin tinggi kadar sineolnya, semakin
baik pula mutu minyak kayu putih tersebut. Namun demikian, masih ada faktor-faktor yang
lainnya yang juga menentukan mutu minyak kayu putih yang dihasilkan dari proses penyulingan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi mutu minyak kayu putih :
pemetikan dikerjakan pada awal musim kemarau, pada waktu telah sedikit turun hujan hingga
tidak mengganggu pekerjaan pemetikan daun. di samping itu, bila pemetikan dikerjakan pada
awal musim kemarau, pada akhir musim hujan ( awal musim kemarau ) setiap tanaman sudah
menumbuhkan daun didalam jumlah yang cukup banyak. karena, pemetikan atau pengambilan
daun-daun kayu putih bisa dikerjakan sekali didalam 1 tahun, bila perkembangan tanaman subur.
sesudah pemetikan daun, daun kayu putih yang siap untuk disuling disimpan terlebih dulu.
penyimpanan dikerjakan dengan menebarkan daun di lantai yang kering serta mempunyai
ketinggian lebih kurang 20cm, dengan situasi suhu kamar serta sirkulasi hawa terbatas. didalam
penyimpanan ini, daun-daun tidak bisa disimpan didalam karung dikarenakan dapat
menyebabkan minyak yang dihasilkan berbau apeg serta kandungan sineol didalam minyak
rendah. penyimpanan daun dikerjakan optimal sepanjang 1 minggu. rusaknya minyak kayu putih
akibat penyimpanan terlebih berlangsung dikarenakan sistem hidrolisis serta pendamaran
komponen-komponen yang ada didalam daun. dampak hidrolisis ini bisa dicegah dengan
menaruh daun di area yang kering dengan sirkulasi hawa sekecil barangkali. namun dampak
pendamaran bisa diminimalkan mempersingkat waktu penyimpanan serta turunkan suhu
penyimpanan.
didalam sistem setelah itu, daun kayu putih masuk didalam sistem pembuatan minyak kayu
putih. sistem penyulingan minyak kayu putih ini terbagi didalam 3 step, yakni :
1. pembuatan uap
alat-alat yang dipakai pada pembuatan uap sebagai pensuplai uap panas diantaranya :
a ) boiler berperan untuk menghasilkan uap yang dapat dipakai untuk mendestilasi minyak kayu
putih dari daun kayu putih pada bak daun yang dihasilkan air yang datang dari water softener
yang dimasukkan ke didalam boiler dengan pompa. pada boiler dilengkapi dengan panel
automatic, yang berperan sebagai pengontrol boiler supaya safe serta berperan dengan baik.
panel automatic juga berperan mengontrol boiler untuk terkait dengan kipas penghisap asap
keluar, pompa pengisi air boiler serta pompa water softener.
b ) area bakar berperan sebagai area pembakaran bahan bakar dari daun bekas masak kayu putih
( bricket ) serta sebagai area pemanasan air awal yang dikaitkan dengan boiler. konstruksi
dinding api dari pipa-pipa uap yang melengkung serta jadi satu diatas dengan pipa uap diameter
10” serta dipadukan dengan uap yang terbentuk di boiler. lantai area bakar terbuat dari semen
tahan api serta berlubang-lubang untuk pemasukan hawa fresh dari luar yang dihisap oleh
exhaust fan.
c ) exhaust fan berperan menghisap hawa panas yang sudah digunakan untuk memanasi area
bakar dari ketel uap serta memasukkan hawa fresh ke didalam area bakar untuk lantas
dihembuskan ke cycloon.
d ) cycloon berperan memisahkan debu yang terhisap dari boiler oleh exhaust fan supaya tidak
keluar ke hawa bebas.
e ) chimney berperan mengalirkan asap pembakaran ke hawa. namun untuk pengumpan air
dipakai alat-alat seperti berikut.
a ) pompa feeding water berperan memompa air untuk masuk ke didalam boiler dengan otomatis
dari tangki air umpan yang sudah dilunakkan didalam tangki water softener.
b ) water softener berperan melunakkan air yang masuk ke didalam boiler dari kandungan kapur,
supaya tidak gampang membentuk susunan kapur yang melekat dibagian didalam boiler.
c ) feed pump water softener berperan memompa air yang dapat dikerjakan ke didalam water
softener dari bak air.
d ) feed tank berperan menaruh air yang telah ditinggalkan water softener serta telah lunak untuk
dipompa masuk ke didalam boiler.
2. penguapan daun
alat-alat yang dipakai pada penguapan atau pemasakan daun yaitu seperti berikut :
a ) bak daun
berperan sebagai wadah untuk keranjang yang diisi daun kayu putih yang dapat diberi uap panas
dari ketel uap. kapasitas bak yaitu 1. 500 kg. jumlah bak daun di pabrik ini ada 2 unit.
b ) keranjang daun
berperan untuk area daun kayu putih yang dapat dimasak / diuapi didalam bak daun, hingga
gampang untuk dimasukkan serta dikeluarkan. kapasitas keranjang yaitu 1. 250 kg daun kayu
putih. jumlahnya 2 unit.
c ) hoist crane
berperan untuk memasukkan serta mengangkat keranjang daun dari bak daun yang dapat serta
sudah selesai dimasak. kapasitas daya angkat 1 ton, tengah jumlahnya 1 buah.
3. pendinginan serta pembelahan minyak dengan air
alat-alat yang dipakai pada sistem pendinginan uap minyak daun kayu putih, diantaranya yaitu :
a. Condensor
berperan mengembunkan uap minyak air serta uap air yang keluar dari ketel uap untuk jadikan
cairan dengan langkah didinginkan.
b. pompa air condensor
berperan memompa air pendingin dari bak air pendingin untuk dipompa masuk ke didalam
condensor serta keluar lagi menuji cooling tower.
c. cooling tower
Berperan mendinginkan air dari bak air yang dapat dialirkan melewati condensor, dari suhu
1040f ( 400c ) jadi 920f ( 330c ). namun untuk memisahkan air dengan minyak kayu putih, alat-
alat yang dipakai yaitu seperti berikut :
a ) separator
berperan memisahkan minyak kayu putih dari air yang keluar berbarengan dari kondensor
gunakan sistem gravitasi. air dapat keluar dari sisi bawah serta segera dibuang ke sungai, namun
minyak kayu putih dapat keluar sisi atas. sistem pembelahan ini dikontrol melewati kaca
pengamat.
b) tangki penampung minyak kayu putih
berperan menyimpan minyak kayu putih dari separator. kapasitas 200 liter.
3.2. Pemanfaatan Minyak Kayu Putih
Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) adalah tumbuh-
tumbuhan anggota suku (Myrtaceae) yang dimanfaatkan orang sebagai sumber minyak kayu
putih (cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disulingdengan uap) terutama dari daun dan
rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih.
Tumbuhan ini tumbuh baik di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara, namun
demikian dapat pula diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas.
Minyak kayu putih mudah menguap. Pada hari yang panas orang yang berdekatan dengan
pohon ini akan dapat membauinya dari jarak yang cukup jauh.Minyak kayu putih yang diambil
dari penyulingan biasa dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain
(seperti minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain.
Minyak kayu putih dikenal sebagai obat pereda masuk angin dan perut kembung. Minyak
aromatik ini juga dapat menyembuhkan iritasi kulit akibat gigitan serangga dan lecet. manfaat
alami dari minyak kayu putih sebagai berikut :
1) Sebagai analgesik alami, minyak kayu putih dapat mengurangi nyeri sendi dan membuat pikiran
dan tubuh jadi rileks. kita bisa menuangkan beberapa tetes minyak kayu putih ke dalam bak
mandi yang berisi air panas. Lantas, berendam di dalamnya.
2) Setelah bercukur, oleskan beberapa tetes minyak kayu putih untuk menenangkan kulit kita.
Minyak ini juga bekerja sebagai antibakteri, antivirus, dan antijamur.
3) sebagai pereda sakit kepala, oleskan minyak kayu putih di tangan lalu gosokkan di bagian kepala
yang pusing, ini membantu meredakan sakit kepala.
4) Minyak kayu putih juga bisa menjadi sahabat dalam perjalanan, bisa menghilangkan mabuk
perjalanan sehingga perjalanan tidak lagi terganggu karena mabuk,. hirup aroma minyak kayu
putih dan gosokkan pada perut kita. perjalanan kita menjadi baik.
5) Memijat dengan minyak kayu putih dapat menghaluskan kulit dan menghilangkan tanda bekas
melahirkan.
6) Minyak kayu putih adalah pewangi alami terbaik, yang membantu dalam penyembuhan infeksi
kulit seperti luka, infeksi vagina, dan gangren. Minyak ini juga berperan sebagai antiseptik yang
baik untuk tubuh.
7) selain inhiler, minyak kayu putih bisa juga untuk menghilangkan hidung tersumbat dan flu.
Minyak kayu putih banyak digunakan dalam
industri farmasi. Penduduk indonesiatelah mengenal minyak kayu putih sejak
berabad – abad serta mempergunakannya sebagaiobat untuk menyembuhkan berbagai jenis peny
akit. Kegunaan tumbuhan kayu putih antaralain sebagai obat sakit perut
dan saluran pencernaan (internal), sebagai obat masuk anginuntuk dewasa maupun
anak – anak , sebagai obat kulit (obat luar), berkhasiat sebagai obatoles bagi penderita sakit kepal
a, kram pada kaki, reumatik dan sakit persendian.
Sebagai obat dalam (internal), minyak kayu putih digunakan hanya dalam dosiskecil
dan berkhasiat untuk mengobati rhinitis (radang selaput lendir hidung), dan berfungsi
sebagai anthelmintic terutama efektif mengobati demam. Minyak kayu putih juga berfungsi
sebagai ekspektoran dalam kasus laryngitis dan bronchitis, dan jika diteteskan ke dalamgigi
dapat mengurangi rasa sakit gigi. Minyak kayu putih juga sangat efektif digunakansebagai
insektisida. Kutu pada anjing dan kucing akan mati jika diolesi minyak kayu putih.Juga
dapat digunakan sebagai pembasmi kutu busuk dan berbagai jenis serangga (Lutony, 1994).
3.3. Strategi Pemasaran Produk Minyak Kayu Putih
Minyak kayu putih dari jenis tanaman Melaleuca cajuput L. sebagai salah satu produk
agribisnis/agroindustri di Indonesia sebetulnya merupakan salah satu produk yang mempunyai
peluang pasar yang masih terbuka lebar. Saat ini, di dunia hanya ada dua produsen minyak kayu
putih, yakni Indonesia dan Vietnam dengan total produksi diperkirakan 600 ton per tahun dengan
nilai 2 juta dollar AS. Lahan kayu putih di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur seluas
12.000 hektar bisa menghasilkan 300 ton minyak kayu putih per tahun atau separuh dari total
produksi dunia. Sedangkan di Kepulauan Ambon kini hanya memproduksi 90 ton minyak kayu
putih per tahun. Namun, dengan tingkat produksi sebesar itu, kebutuhan minyak kayu putih di
Indonesia 1.500 ton per tahun belum tercukupi. Oleh karena itu, sampai sekarang Indonesia
masih mengimpor 1.000 ton minyak ekaliptus sebagai pengganti minyak kayu putih dengan
devisa sekitar 6 juta dollar AS. (Anonim. 2003).
Oleh karena itu perlu dilakukan strategi yang tepat dalam usaha minyak kayu putih ini.
Yang termasuk dalam strategi adalah cara-cara perusahaan dalam mengembangkan pasar yang
menjadi target. Pada umumnya strategi lebih banyak didominasi oleh strategi pemasaran. Jadi,
bagaimana cara memasarkan produk-produk perusahaan kepada konsumen. Pemasaran dapat
berarti menjaga konsumen untuk melakukan pembelian atau menjaga image produk perusahaan
agar tetap menjadi pilihan konsumen (Anonim. 2009).
Dalam strategi pemasaran produk minyak kayu putih harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Brand/image produk
Minyak kayu putih asli Indonesia merupakan minyak atsiri hasil penyulingan dari daun kayu
putih dari spesies Melaleuca cajuput L. yang memiliki aroma/bau yang khas dan memiliki kadar
cineol yang cukup tinggi. Minyak kayu putih banyak disukai orang dan mempunyai manfaat
untuk obat-obatan, wangi-wangian dan insektisida. Minyak kayu putih biasa digunakan untuk
obat sakit perut, obat kulit, obat reumatik gangguan pencernaan dan ekspektoran. Fungsi
tersebut tidak dimiliki oleh minyak-minyak atsiri yang lain.
b. Segmentasi pasar
Dengan rasa hangat yang alami dan baunya khas, minyak kayu putih dari jenis Melaleuca
cajuput L. dibutuhkan oleh semua orang mulai dari bayi sampai dengan kalangan tua, sehingga
pasarnya sangat luas untuk miyak kayu putih ini.
c. Differensiasi
Minyak kayu putih dari jenis Melaleuca cajuput L. merupakan jenis minyak atsiri yang murni
dengan kadar cineol tidak terlalu tinggi dan tidak rendah (> 55%), sehingga rasa hangat yang
dihasilkan tidak terlalu panas dibandingkan dengan minyak kayu putih dari jenisEucalyptus yang
mempunyai kadar cineol > 60%.
d. Positioning
Positioning merupakan tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan sehingga
menempati suatu posisi kompetitif yang berarti dan berada dalam benak pelanggan sasarannya.
Positioning minyak kayu putih dapat diposisikan sebagai produk yang terbaik untuk sejumlah
penggunaan/penerapan sesuai dengan fungsi dan manfaat minyak kayu putih dan positioning
sebagai produk yang terbaik untuk sejumlah penggunaan/penerapan.
e. Bauran Pemasaran (produk, promosi, distribusi, harga dan kemasan)
· Produk
Untuk menjadi produk unggulan dan berdaya saing tinggi, maka dalam menghasilkan produk
minyak kayu putih harus dilaksanakan peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam suatu
proses produksi dengan memperhatikan syarat-syarat dan kriteria mutu yang ditetapkan. Minyak
kayu putih harus memenuhi syarat dan kriteria mutu yang ditetapkan baik untuk dalam negeri
(SNI= Standar Nasional Indonesia)) ataupun untuk ekspor seperti ISO (International Standar
Organization), SPS (Sanitary and physosanitory Measures ) yang sering disebut proteksi baru
dalam bidang perdagangan komoditi hasil pertanian terutama untuk ekspor ke Jepang, Eropa dan
Amerika Serikat, maupun sertifikasi-sertifikasi lain (Food Safety Law, Plant Protection Law,
Food Control Law, Hazard Analysis Critical Control Point / HACCP, dan lain-lain) sehingga
dapat diterima oleh semua negara yang menjadi tujuan ekspor.
Selain itu berbagai upaya pengendalian hama terpadu dan pengendalian pupuk organik serta
teknologi-teknologi lain yang ramah lingkungan perlu terus dikembangkan untuk mengisi ceruk
pasar kalangan sadar lingkungan yang semakin luas terutama di luar negeri (Gumbira. 1999).
Hasil produksi minyak kayu putih di Indonesia pada saat ini masih mengacu pada SNI,
sedangkan untuk ke depannya agar dapat bersaing di kancah internasional, semua pabrik minyak
kayu putih di Indonesia akan disertifikasi oleh ISO (ISO 9001 : 2008) dan secara bertahap
dipertimbangkan untuk mengikuti standar sertifikasi SPS dan HACCP sehingga dapat menembus
semua Negara.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal luas oleh
masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca
leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga banyak dipakai sebagai
kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama ketika masih bayi. Minyak kayu putih
digosokkan hampir di seluruh badan untuk memberikan kesegaran dan kehangatan pada si
jabang bayi.
Mutu minyak kayu putih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama (U) dan mutu
Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu senyawa kimia golongan ester turunan
terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu putih. Minyak kayu putih mutu U
mempunyai kadar cineol ≥ 55%, sedang mutu P kadar cineolnya kurang dari 55%.
Secara umum, kayu putih dikatakan bermutu apabila mempunyai bau khas minyak kayu
putih, memiliki berat jenis yang diukur pada suhu 15oC sebesar 0,90 – 0,93, memiliki indeks bias
pada suhu 20oC berkisar antara 1,46 – 1,47 dan putaran optiknya pada suhu 27,5oC sebesar (-
4)o – 0o. Indeks bias adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang
dengan sinus sudut bias cahaya, sedangkan yang dimaksud putaran optik adalah besarnya
pemutaran bidang polarisasi suatu zat.
4.2. Saran
Produsen agroindustri minyak kayu putih disarankan melakukan perbaikan kualitas produk
minyak kayu putih, dengan cara pemilihan bahan baku serta tata cara penyulingan yang baik.
Kegiatan dalam rangka diferensiasi produk juga diperlukan, misalkan dalam hal keunikanproduk
dengan pengemasan botol dan kardus yang lebih menarik sehingga lebih diminati olehkonsumen
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_kayu_putih (diakses tanggal 20 Mei 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_putih (diakses tanggal 20 Mei 2014)
http://agroindustrialtechnologydotcom.wordpress.com/2012/11/15/minyak-kayu-putih/(diakses
tanggal 20 Mei 2014)
http://harissetiana.blogspot.com/2011/05/strategi-produksi-dan-pemasaran-produk.html