FARMAKOGNOSI
Kelompok 5
03FKKP005
Dosen pengampu:
Anissa Utami,
M.Farm
Disusun oleh:
I
Kota TangerangSelatan , Banten 15417
I
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................II
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Definisi Minyak Atsiri...............................................................................3
2.2 Komponen Minyak Atsiri..........................................................................5
2.3 Cara Memperoleh Minyak Atsiri...............................................................6
2.4 Tanaman Penghasil Minyak Atsiri............................................................7
BAB III..................................................................................................................12
KESIMPULAN.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
I
BAB I
PENDAHULUAN
1
sehingga harus dilakukan proses lanjutan dengan cara menarik air dalam
minyak atsiri dengan kualitas bagus dan biasanya jernih
(Sastrohamidjojo, 2004)
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Minyak Atsiri
2. Untuk mengetahui komponen Minyak Atsiri
3. Untuk mengetahui cara memperoleh Minyak Atsiri
4. Untuk mengetahui tanaman penghasil Minyak Atsiri
1.3 Tujuan
1. Apa definisi Minyak Atsiri?
2. Apa saja komponen Minyak Atsiri?
3. Bagaimana cara memperoleh Minyak Atsiri?
4. Apa contoh tanaman penghasil Minyak Atsiri?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata essential oil diambil dari kata quintessence, yang berarti bagian
penting atau perwujudan murni dari suatu material, dan pada konteks ini
ditujukan pada aroma atau essence yang dikeluarkan oleh beberapa
tumbuhan (misalnya rempahrempah, daun-daunan dan bunga). Kata
volatile oil adalah istilah kata yang lebih jelas dan akurat secara teknis
untuk mendeskripsikan essential oil, dengan pengertian bahwa volatile oil
yang secara harfiah berarti minyak terbang atau minyak yang menguap,
dapat dilepaskan dari bahannya dengan bantuan dididihkan dalam air atau
dengan mentransmisikan uap melalui minyak yang terdapat di dalam bahan
bakunya.
5
2.2 Komponen Minyak Atsiri
a. Tanin
Tanin dapat diklasifikasian menjadi dua yaitu : (Fajriati, 2006).
1) Tanin Terhidrolisis
Tanin ini biasanya berkaitan dengan karbohidrat dengan
membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat
dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida.
Tanin terhidrolisis merupakan jenis tanin yang dapat terhidrolisis
dalam pelarut air, contoh taninnya adalah galotanin, caffetanin
dan asam tanat (Sulistiono, D.A., 2010). Asam tanat merupakan
polimer asam galat dan glukosa (Hidjrawan. Y., 2018).
2) Tanin Terkondensasi
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis tetapi dapat
terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini
kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan
senyawa fenol oleh karena adanya gugus fenol, maka tanin akan
dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi
sangat relatif terhadap formaldehida dan mampu membentuk
produk kondensasi. Tanin terkondensasi merupakan senyawa
tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan,
tetapi terutama pada tumbuhan berkayu tanin terkondensasi telah
banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan.
Tanin terkondensasi merupakan jenis tanin yang dapat
terkondensasi dalam suasana asam atau tidak dapat terhidrolisis
kecuali dalam suasana asam. Contoh taninnya adalah katekin dan
proantocyanidin.
6
b. Resin
Menurut Kirk dan Othmer (1941) dalam Larasati (2007),
mengklasifikasikan resin alam menjadi sebagai berikut:
1) Damar, yaitu golongan resin yang memilki bilangan asam rendah
dan dapat larut dalam minyak serta pelarut organik, contohnya
adalah damar mata kucing.
2) Golongan resin yang termasuk dalam resin semi fosil, jenis ini
juga dapat larut dalam minyak serta pelarut organik, contoh
golongan resin ini adalah damar resak, damar biru, dan damar
hitam.
3) Kopal, yaitu golongan resin yang memiliki bilangan asam lebih
tinggi dibandingkan damar, resin ini dihasilkan dari jenis pohon
damar (Agathis sp) yang tergolong dalam famili Araucariacea.
4) Jenis-jenis resin yang lain seperti gondorukem, shellac, dan
balsam.
7
Banyak tumbuhan yang mengandung tanin dalam kulit kayu
pohonnya. Tanin dalam kulit kayu sering digunakan dalam industri
penyamakan kulit dan pembuatan cat, serta untuk pengobatan herbal.
4. Buah dan Biji
Buah seperti anggur, ceri dan apel mengandung tanin dalam kulit atau
disekitar bijinya. Tanin dapat mempengaruhi rasa dan tekstur buah.
5. Batang dan Daun
Tanin dalam tumbuhan sangat terdistribusi baik dalam batang
maupun daunnya. Tanin dalam batang bisa memiliki peran
pertahanan terhadap herbivora.
6. Bunga
Hanya pada beberapa tumbuhan saja yang memiliki tanin dalam
bunga.
Distribusi tanin dalam simplisia juga dapat bervariasi dalam jumlah
dan jenisnya, tergantung pada spesies tumbuhan dan faktor lingkungan.
Tanin adalah senyawa fenolik yang berperan dalam pertahanan alami
tumbuhan terhadap herbivora, patogen dan kondisi lingkungan tertentu.
Oleh karena itu pemilihan bagian tumbuhan yang digunakan sangatlah
penting untuk mendapatkan tanin yang berkualitas dengan jumlah yang
tepat untuk tujuan pengobatan.
8
atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak
atsiri yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
Bunga, daun, dan bagian lain yang tipis serta tidak berserat relatif tidak
memerlukan pengecilan ukuran karena dinding sel nya yang tipis. Kondisi
dinding sel itu tidak menjadi penghalang bagi pemindahan dan pergerakan
minyak yang dipengaruhi oleh uap air pada proses distilasi.
Pelaksanaan Distilasi
Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan proses
distilasi. Salah satu di antaranya adalah penyiapan dan penyimpanan
bahan baku. Pada penyiapan bahan baku meliputi perencanaan yang
matang tentang beberapa hal, yaitu pemakaian bahan dalam keadaan
segar, pemakaian bahan dalam keadaan kering, pemakaian bahan dalam bentuk
serbuk, bahan harus diiris atau dipotong-potong.
Bunga, daun, dan bagian lain yang tipis serta tidak berserat relatif tidak
memerlukan pengecilan ukuran karena dinding sel nya yang tipis. Kondisi
1
dinding sel itu tidak menjadi penghalang bagi pemindahan dan pergerakan
minyak yang dipengaruhi oleh uap air pada proses distilasi.
1
a. Ambil sedikit simplisia dan tambahkan beberapa tetes larutan
FeCl3 (feriklorida) ke dalamnya.
b. Perubahan warna yang terjadi dapat mengindikasikan keberadaan
tanin. Biasanya, jika tanin hadir, larutan akan berubah warna
menjadi hijau atau biru-hitam.
2. Uji End Point Metode Folin-Denis
Ini adalah uji kimia kuantitatif untuk mengukur jumlah tanin dalam
simplisia. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Persiapkan larutan Folin-Denis (reagen yang digunakan dalam
uji ini).
b. Campurkan simplisia dengan larutan Folin-Denis dan biarkan
reaksi berlangsung.
c. Penghitungan kadar tanin dapat dilakukan dengan mengukur
absorbansi pada panjang gelombang tertentu.
3. Kromatografi
Teknik kromatografi seperti kromatografi lapis tipis (TLC) atau
kromatografi cair-tinggi kinerja (HPLC) dapat digunakan untuk
memisahkan dan mengidentifikasi senyawa dalam simplisia,
termasuk tanin. Analisis dengan HPLC dapat memberikan informasi
lebih rinci tentang jenis tanin yang terkandung dalam simplisia.
4. Spektroskopi NMR
Spektroskopi resonansi magnetik inti (NMR) dapat digunakan
untuk mengidentifikasi senyawa kimia dalam sampel simplisia,
termasuk tanin. NMR memberikan informasi tentang struktur
molekuler tanin.
5. Uji Kualitatif lainnya
Selain metode di atas, terdapat metode kualitatif lainnya yang
dapat digunakan, seperti uji dengan larutan asam tannat, uji dengan
larutan gelatin, dan lain-lain.
1
2.5 Tanaman Penghasil Tanin dan Resin
a. Tanaman Penghasil Tanin
1) Akar Ek (Oak)
Pohon ek menghasilkan tanin dalam jumlah besar dalam kulit
kayu mereka. Tanin ek digunakan dalam industri penyamakan
kulit dan dalam pembuatan anggur.
2) Kacang-Kacangan (Biji)
Sejumlah tumbuhan kacang-kacangan, seperti almond, kenari,
dan kacang Brazil, menghasilkan tanin dalam kulit mereka.
3) Daun Teh
Tanin dalam teh dikenal sebagai katekin. Tanin ini terutama
terdapat dalam daun teh dan memberikan rasa astringen yang
khas pada teh.
4) Kulit Buah Cokelat
Kulit cokelat mengandung tanin. Ini adalah alasan mengapa
cokelat pahit lebih tinggi kadar taninnya daripada cokelat susu.
5) Pohon Mangrove (Kulit)
Pohon-pohon mangrove yang tumbuh di wilayah pantai
menghasilkan tanin yang membantu mereka bertahan dari
lingkungan yang keras dan garam.
6) Kulit Kayu Willow
Kulit kayu pohon willow mengandung senyawa yang dikenal
sebagai salisilin, yang dapat diubah menjadi asam salisilat
(komponen utama aspirin) dan juga mengandung tanin.
b. Tanaman Penghasil Renin
1) Pohon Pine
Pohon pine, seperti pinus dan cedar, menghasilkan resin. Resin
pine digunakan dalam pembuatan produk kayu seperti kertas, cat,
dan pernis.
2) Pohon Karet
Pohon karet menghasilkan lateks, yang juga dapat dianggap
sebagai jenis resin alami. Lateks digunakan dalam produksi karet
alami.
1
3) Tanaman Cendana
Tanaman cendana, seperti cendana putih (Santalum album),
menghasilkan minyak atsiri dan resin yang digunakan dalam
industri kosmetik dan wewangian.
4) Kapur Barus
Kapur barus adalah pohon yang menghasilkan resin yang dikenal
dengan nama "barus" atau "kemenyan." Resin ini digunakan
dalam berbagai upacara keagamaan dan upacara kebersihan serta
dalam wewangian.
5) Pohon Damar
Beberapa spesies pohon dammar, yang tumbuh di Asia
Tenggara, menghasilkan resin dammar yang digunakan dalam
cat, vernis, dan lampu lilin.
6) Pohon Pinang
Pohon pinang menghasilkan getah atau sapu yang bisa mengeras
menjadi resin. Resin pinang telah digunakan dalam berbagai
aplikasi tradisional dan industri.
7) Resin Benzoin
Resin benzoin yang dihasilkan oleh pohon Styrax digunakan
dalam pengobatan tradisional dan juga sebagai bahan dalam
pembuatan parfum dan produk perawatan kulit.
8) Resin Myrrh
Myrrh adalah resin yang dihasilkan oleh pohon myrrh. Ini juga
digunakan dalam pengobatan tradisional dan telah digunakan
sebagai obat tradisional selama berabad-abad.
1
BAB III
KESIMPULAN
1
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, A., Sulatiningsih I. M., Gustan P., Jasni. “Pemanfaatn Ekstrak Kayu
Merbau untuk Perekat Produk Laminasi Bambu. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan Vol. 34, No. 2 (2015): 89-92.
Karina., Yulianti Indrayani., Sondang M. Sirait. “Kadar Tanon Biji Pinang (Areca
Catechu L) Berdasrkan Lama Pemanasan dan Ukuran Serbuk”. Jurnal
Hutan Lestari Vol. 4, No. 1 (2016): 119-127.
Desmiaty Y., Ratih H., Dewi MA., Agustin R. “Penentuan Jumlah Tanin Total
pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk dan Daun Smabang
Darah (Exhoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi
Biru Prusi. Ortocarpus. Jurnal Tanin Handbook 8: 106-109.
1
Ghamba PE, Balla, Goje LJ, Halidu A, Dauda MD. 2014. In vitro antimicrobial
activities of Vernonia amygdalina on selected clinical isolate. IJCMAS.
3(4): 1103-1113.
Lee KH, Wang HK, Itokawa H, Morris NH. 2000. Current perspectives on
chinese medicines and dietary supplements in China, Japan and the United
States. Journal of Food and Drug Analysis. 8 (4): 219–228