Anda di halaman 1dari 15

PRAKTEK SIMULASI INDUSTRI OBAT TRADISIONAL

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM


(BOBOT JENIS MINYAK ATSIRI)

KELOMPOK 3 :

1.Muhammad Riyadz Aqsha (2330122221)


2. Nabila (2330122222)
3. Nazifa Qurratu’ Aini (2330122223)
4. Nur Aisyah (2330122224)
5. Nuradila Usman (2330122225)
6. Nurul Haslina (2330122226)
7. Okshella Reno Fajriani (2330122227)
8. Rakha Athaya (2330122228)
9. Reysha Denema (2330122229)
10. Ritma Hakiki (2330122230)

DOSEN PENGAMPU :
Apt. Okta Fera, M. Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG
2024
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Minyak atsiri atau sering juga dikenal sebagai minyak atsiri merupakan
salah satu senyawa dari kelompok terpenoid yang banyak memiliki nilai
ekonomi (Silalahi and Lumbantobing, 2021). Minyak atsiri atau dikenal juga
sebagai minyak eteris (actheric oil) dan minyak esensial adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah
menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Setiap substansi yang
menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan hal ini dipengaruhi
oleh wadah penyimpanannya (Guenther, 2006).
Sebagian komponen minyak atsiri adalah senyawa yang mengandung
karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat
aromatik. Senyawa-senyawa ini secara umum disebut terpenoid. minyak atsiri
bisa didapatkan dari bahan-bahan di atas yang meliputi pada bagian daun, bunga,
batang dan akar. (Genther, 1987).
Pada praktikum kali ini, mahasiswa akan mencoba menentukan mutu
minyak atsiri dengan, penentuan bobot jenis. Bobot jenis adalah perbandingan
bobot zat terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di udara pada suhu
yang sama. Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann,
neraca Mohr Westphal.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan penetapan bobot jenis minyak atsiri.
II. TEORI

A. Definisi Minyak Atsiri


Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara
umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak
atsiri disebut juga etherial oil atau minyak eteris karena bersifat sepeti eter. Dalam
bahasa internasional biasa disebut essential oil (minyak essen) karena bersifat
khas sebagai pemberi aroma/bau (esen). Dalam keadaan segar dan murni minyak
atsiri umumnya tidak berwarna, namun pada penyimpanan yang lama warnanya
berubah menjadi lebih gelap (Ketaren, 1985).
Menurut Guenther (1987), minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung
dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak
essensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial sendiri dipakai
karena minyak atsiri memiliki bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar
dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan
lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus
disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta
disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini
bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami
dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta
umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri,
misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavouring agent)
dalam industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).
1. Sifat-Sifat Minyak Atsiri
Sifat minyak atisri ditentukan oleh senyawa kimia yang terdapat
didalamnya, terutama persenyawaan tak jenuh (terpena), ester, asam, dan
aldehida serta beberapa jenis persenyawaan lainnya. Perubahan sifat kimia
minyak atsiri dapat dipengaruhi oleh beberapa proses, antara lain oksidasi,
hidrolisa polimerisasi (resinfikasi) dan penyabunan. Minyak atsiri bersifat
mudah menguap karena titik uapnya rendah. Sangat rendah mempengaruhi saraf
manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis
tertentu, Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya
dapat menghasilkan rasa yang berbeda (Muhtadine, dkk, 2013). Minyak atsiri
memiliki sifat mudah menguap dan biasanya berwujud cair dan dapat diisolasi
dari bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji (Lailatul
Qodri, 2020).

B. Kegunaan Minyak Atsiri


Kegunaan utama minyak atsiri bagi manusia terutama untuk kesehatan.
Untuk memperoleh fungsi terapi , minyak atsiri dapat digunakan secara
topikal/eksternal dan internal. Berikut contoh tujuan terapi yang diinginkan
sesuai dengan cara pemakaian minyak atsiri.
1. Pemakaian eksternal
a. Untuk mengatasi hyperemia. Hyperemia merupakan peningkatan aliran darah ke
jaringan tertentu yang ditunjukkan dengan tanda eritema atau kemerahan pada
kulit.
b. Anti-inflamasi. Minyak atsiri dapat berkhasiat sebagai anti-inflamasi atau
antiradang.
c. Antiseptik/desinfektan. Minyak atsiri terbukti memiliki aktivitas antibakteri
sehingga bisa digunakan untuk antieptik dan desinfektan.
d. Menstimulasi granulasi. Minyak atsiri dapat mempercepat penyembuhan luka
dengan menstimulasi proses granulasi. Jaringan granulasi adalah jaringan fibrosa
yang terbentuk dari bekuan darah sebagai bagian dari proses penyembuhan luka
sampai matang menjadi jaringan parut.
e. Deodorizing. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan penghilang bau
(deodorizing). Contohnya minyak atsiri kayu manis sebagai bahan aktif dalam
obat kumur untuk menghilangkan bau mulut.
f. Sebagai insektisida dan penolak serangga. Minyak atsiri memiliki aroma tertentu
yang tidak disukai oleh serangga, contohnya minyak lavender sebagai penolak
nyamuk. Selain itu minyak atsiri dapat mengakinatkan toksisitas langsung pada
serangga sehingga bisa digunakan sebagai insektisida.
2. Pemakaian Internal
a. Sebagai ekspektoran. Minyak atsiri bisa digunakan sebagai pengencer lendir dan
dahak sehingga dapat meredakan batuk, contohnya minyak turpentine dan
minyak peppermint
b. Perangsang nafsu makan. Minyak atsiri memiliki sifar koleretik yang
mempercepat ekskresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung
dan penyerapan lemak di usus yang kemudian akan mensekresikan berbagai hormon
yang dapat menimbulkan rasa lapar dan meregulasi peningkatan nafsu makan.
Contohnya minyak atsiri temulawak
c. Koleresis, kolekinesis, dan karminatif. Koleresis adalah fungsi minyak atsiri
yang berkaitan dengan ekskresi empedu, kolekinesis berfungsi dalam
peningkatan konstraksi kantung empedu untuk melepaskan hormon ke saluran
cerna. Kedua mekanisme ini menjadikan minyak atsiri dapat berfungsi sebagai
kolagogum yaitu zat yang menstimulasi aliran empedu ke saluran cerna
(duodenum) sehingga membantu metabolisme lemak dan mengurangi kadar
LDL, selain itu juga dapat digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu
empedu
d. Antibakteri. Minyak atsiri yang dikonsumsi secara internal dapat digunakan
untuk mengatasi penyakit-penyakit infeksi
e. Sedatif. Merupakan efek depresan terhadap sistem saraf pusat sehingga aktivitas
fisiologis menjadi ringan dan memberikan efek menenangkan pada
pemakaiannya, contohnya minyak lavender
f. Stimulasi sirkulasi. Minyak atsiri dapat menstimulasi sirkulasi sehingga
melancarkan aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.

Beberapa minyak atsiri juga digunakan sebagai zat pengikat bau (faxative) dalam
parfum serta minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah digunakan sebagai
bahan penyedap dalam bahan pangan.

C. Penentuan Bobot Jenis


Prinsip dari pengukuran bobot jenis adalah membandingkan antara kerapatan
minyak pada suhu tertentu terhadap kerapatan air pada suhu yang sama. Bobot
jenis ditentukan dengan menggunakan piknometer. piknometer sering digunakan
dalam penetapan bobot jenis karena selain praktis dan tepat penggunaanya juga
hanya menggunakan sejumlah kecil, seperti minyak. Bobot jenis suatu senyawa
organik dipengaruhi oleh bobot molekul, polaritas, suhu, dan tekanan.
Alat yang digunakan adalah piknometer. Penentuan bobot jenis minyak adalah
salah satu cara analisa yang dapat menggambarkan kemurnian minyak. Bobot
jenis merupakan salah satu indikator untuk menentukan adanya pemalsuan
minyak atsiri yang merupakan analisis untuk menggambarkan kemurnian
minyak. Penambahan dengan bahan pencampur lain yang mempunyai bobot
molekul besar dapat menaikkan bobot jenisnya (Ketaren, 1985).
D. Contoh Minyak Atsiri
1. Minyak sereh
Daun sereh wangi berkhasiat sebagai penolak nyamuk, karena minyak sereh
wangi mempunyai zat kimia utama seperti sitronelal, sitronelol, geraniol yang
mampu mengusir serangga. Berbagai industri telah memanfaatkan minyak sereh
wangi sebagai bahan baku untuk membuat sampo, pasta gigi, losion, pestisida
nabati dan juga pewangi sabun (Muchtaridi, 2003).
Klasifikasi Tanaman Sereh :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Poales Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon nardus L.

2. Minyak mawar
Tanaman mawar (Rosa hybrida L.) merupakan tanaman suku Rosaceae dengan
kandungan minyak atsiri terkenal harum dan spesifik aromanya serta banyak
dimanfaatkan di industri khususnya parfum, selain juga sebagai antiseptik. Efek
emosional minyak atsiri mawar adalah : menenangkan, mengurangi depresi,
stress, ketegangan, mengendorkan saraf dan membantu mengatasi masalah
insomnia (Yulianingsih, dkk., 2006).
Klasifikasi Tanaman Mawar :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledone
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrida L.

3. Minyak kayu putih


Minyak kayu putih termasuk dalam komoditi ekspor minyak atsiri. Minyak kayu
putih dapat digunakan dalam obat herbal, termasuk antiseptik, antipasmodik,
antineuralgik, dan antirematik, serta dalam produk kosmetik. Beberapa penelitian
juga menunjukkan kemanjuran dari minyak spesies Melaleuca seperti
antibakteri, antiviral, antitermite dan antijamur (Pujiarti et al., 2011). Senyawa
1,8-sineol merupakan senyawa utama dari minyak kayu putih yang berperan
sebagai antimikrob, antioksidan, kekebalan tubuh, analgesic, dan spasmolitik
(Angela dan Davis, 2010). Selain itu senyawa 1,8-sineol juga berpotensi sebagai
anti-inflamasi. Senyawa metil eugenol dan turunannya, metil isoeugenol
digunakan dalam industri parfum dan wewangian.
Klasifikasi Tanaman Kayu Putih :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : Melaleuca leucadendra
4. Minyak jarak
Minyak jarak adalah minyak nabati yang diperoleh dari ekstraksi biji tanaman
jarak. Dalam bidang farmasi dikenal pula sebagai minyak kastroli. Sebagai bahan
farmasi, minyak jarak atau minyak kastroli digunakan untuk menetralisasi rasa
kembung (konstipasi) dan merangsang pemuntahan. Komposisi utama dari
minyak jarak yakni asam lemak dan trigliserida. Beberapa senyawa aktif lain
terdapat pada minyak ini, seperti karetonoid, fenolik, fosfolipid, fitosterol,
tokoferol, dan tokotrienol dalam jumlah kecil. Minyak jarak merupakan minyak
yang mengandung banyak asam lemak yang dapat berperan sebagai emolien
dimana pada kosmetik bibir seringkali digunakan sebagai pelembab. Selain itu,
minyak tersebut juga sering digunakan sebagai basis yang mempengaruhi
kelenturan pada sediaan, membuat campuran wax mudah dituangkan dan dapat
berfungsi sebagai pengatur daya kilap (Mukrimaa et al., 2016).
Klasifikasi tanaman jarak:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L.

E. Golongan Minyak Atsiri


Komponen minyak atsiri merupakan senyawa penyusun minyak atsiri. Minyak
atsiri dipecah jadi sebagian kalangan selaku berikut( Simbolon, R. 2012 ).
1. Minyak atsiri hidrokarbon
Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari
senyawa- senyawa hidrokarbon, misalnya: Minyak terpentin diperoleh dari
tanaman- tanaman bermarga pinus.
2. Minyak atsiri alkohol
Minyak pipermin ialah minyak atsiri alkohol yang berarti diantara minyak atsiri
alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tumbuhan Mentha piperita
Lin.(nama wilayah: poko, famili Labiatae). Selaku penyusun utamanya
merupakan mentol. Pada bidang farmasi digunakan selaku anti gatal, bahan
pewangi serta pelega hidung tersumbat. Pada industri digunakan selaku pewangi
pasta gigi
3. Minyak atsiri fenol
Minyak cengkeh ialah minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tumbuhan
Eugenia caryophyllata ataupun Syzigium caryophyllum(family Myrtaceae).
Bagian yang dimanfaatkan bunga serta daun. Minyak cengkeh, paling utama
tersusun ole eugenol, ialah hingga 95% dari jumlah minyak atsiri totalitas.
4. Minyak atsiri eter fenol
Minyak adas ialah minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil
penyulingan buah Pimpinella anisum ataupun dari Foeniculum vulgare. Minyak
Sang dihasilkan, paling utama tersusun oleh komponen-komponen terpenoid
semacam anetol, sineol, pinena serta felandrena.
5. Minyak atsiri oksida
Minyak kayu putih ialah minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun
Melaleuca leucadendon L(famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak atsiri
kayu putih sangat utama merupakan sincol( 85%).
6. Minyak atsiri ester
Minyak gondopuro ialah atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi
daun serta batang Gaultheria procumbens L(famili Erycaceae). Komponen
penyusun minyak ini merupakan metil salisilat. Minyak ini digunakan selaku
korigen odoris, bahan farfum, dalam industri permen.

F. Cara Penyulingan Minyak Atsiri


1. Penyulingan dengan Air (Water distillation)
Metode penyulingan dengan air merupakan metode paling mudah
dibanding metode lainnya. Pada metode ini, bahan tanaman dimasukkan dalam
ketel suling yang sudah diisi air sehingga bahan baku daun sereh bercampur
dengan air. Metode ini relatif sederhana, demikian juga bahan untuk ketel pun
yang mudah didapat. Beberapa penyuling bahkan dapat mengunakan drum bekas
oli, minyak tanah, atau drum bekas aspal sebagai ketel. Perbandingan air dan
bahan baku daun harus seimbang. Bahan baku dimasukkan dan dipadatkan,
selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak ada celah untuk uap keluar. Uap yang
hasil perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa menuju ketel kondensator
yang mengandung air dingin sehingga terjadi pengembunan (kondensasi).
Selanjutnya air dan minyak ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan
minyak ini berdasarkan perbedaan berat jenis. Dalam metode penyulingan ini,
terdapat kelemahan dimana bila bahan berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang
mudah membentuk gumpalan jika terkena panas tinggi. Selain itu, karena
dicampur menjadi satu, waktu penyulingan menjadi lama dan jumlah minyak
yang dihasikan relatif sedikit. Metode penyulingan ini kurang baik dipergunakan
untuk bahan fraksi sabun dan bahan yang larut dalam air. Jika tidak diawasi,
bahan yang akan disuling dapat hangus karena suhu pemanasan yang tinggi.

2. Penyulingan dengan Air dan Uap (Water and Steam Distillation)

Metode ini disebut juga sistim kukus. Metode pengukusan, bahan diletakkan
pada piringan besi berlubang seperti ayakan yang terletak beberapa centi diatas
permukaan air. Pada prinsipnya, metode ini menggunakan uap bertekanan rendah,
dibandingkan dengan cara water distillation perbedaannya terletak pada
pemisahan bahan dan air. Namun penempatan keduanya masih dalam satu ketel.
Air dimasukkan kedalam ketel hingga 1/3 bagian. Lalu bahan dimasukkan
kedalam ketel sampai padat dan tutup rapat.
Saat direbus dan air mendidih, uap yang terbentuk aka kondensator.
Kemudian, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki
pemisah. Pemisahan terjadi berdasaran berat jenis. Keuntungan dari metode ini
adalah uap yang masuk terjadi secara merata kedalam jaringan bahan dan suhu
dapat dipertahankan sampai 100°C. Metode ini dibandingkan dengan penyulingan
air, hasil rendemen minyak lebih besar, mutunya lebih baik dan waktu yang lebih
singkat. n melalui sarangan lewat lubang-lubang kecil dan melewati celahcelah
bahan. Minyak atsiri yang terdapat pada bahan ikut bersama uap panas melalui
pipa menuju ketel.

3. Penyulingan dengan Uap (Steam Distillation)


Sistem penyulingan ini mengunakan tekanan uap yang tinggi. Tekanan uap
air yang dihasilkan lebih tinggi daripada tekanan udara luar. Air sebagai sumber
uap panas terdapat dalam “boiler” yang terpisah dari ketel penyulingan. Proses
penyulingan uap cocok dilakukan untuk bahan tanaman seperti kayu, kulit batang
maupun biji-bijian yang relatif keras. Pada awalnya metode penyulingan ini
dipergunakan tekanan uap yang rendah (kurang lebih 1 atm), kemudian tekanan
menjadi 3 atm. Jika pada awal penyulingan tekanannya sudah tinggi, maka
komponen kimia dalam minyak akan mengalami dekomposisi. Jika minyak dalam
bahan diperkirakan sudah habis, maka tekanan uap perlu diperbesar lagi dengan
tujuan menyuling komponen kimia yang bertitik didih lebih tinggi.
Menurut Hendartomo (2005), penyulingan uap atau penyulingan tak
langsung. Pada prinsipnya, sama dengan penyulingan langsung. Air penghasil uap
tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan
berupa uap jenuh atau uap yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1
atmosfer. Di dalam proses penyulingan dengan uap ini, uap dialirkan melalui pipa
uap yang berlingkar yang berpori dan berada dibawah bahan tanaman yang akan
disuling, Kemudian uap akan bergerak menuju ke bagian atas melalui bahan yang
disimpan di atas saringan. Salah satu kelebihan model ini antara lain sebuah ketel
uap dapat melayani beberapa buah ketel penyulingan yang dipasang seri sehingga
proses produksi akan berlangsung lebih cepat. Proses penyulingan dengan model
ini sayangnya memerlukan konstruksi ketel yang lebih kuat, alat-alat pengaman
yang lebih baik dan sempurna, biaya yang diperlukan lebih mahal.
III. PROSEDUR KERJA

I. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
alat yang digunakan adalah neraca analitik, penangas air, piknometer,
oven, termometer, gelas ukur, botol semprot.
b. Bahan
bahan yang digunakan adalah minyak atsiri Jarak, aquadest, alkohol,
alumunium foil, es batu, etanol.
II. CARA KERJA
Prosedur kerja yang dilakukan untuk pengujian bobot jenis minyak Jarak,
adalah:
1. Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian bilas dengan etanol.
2. Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan
sisipkan tutupnya.
3. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan
timbang (m).
4. Isi piknometer dengan air suling yang telah didihkan dan biarkan dan
biarkan pada suhu 20oC, sambil menghindari adanya gelembung-gelembung
udara.
5. Celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20 oC ± 0,2oC selama
30 menit.
6. Sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya.
7. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian
timbang dengan isinya (m1).
8. Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian keringkan
dengan arus udara kering.
9. Isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung
udara.
10. Celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20 oC ±
0,2oC selama 30 menit. Sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer
tersebut.
11. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan
timbang (m2).
DAFTAR PUSTAKA

Angela ES, Davis WL. 2010. Immune-modifying and antimicrobial effects of


eucalyptus oil and simple inhalation devices. Alternative Medicine
Review, 15 (1): 33-47.
Lailatul Qodri, U. 2020. Analisis Kuantitatif Minyak Atsiri Dari Serai
(Cymbopogon sp) Sebagai Aromaterapi. Jurnal Farmasi Tinctura, 1(2):
64–70.
Mukrimaa, S. S. dkk. 2016. Potensi Minyak Jarak (Ricinus Oil) Dalam Sediaan
Kosmetik Bibir. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6:
128.
Silalahi, M. dan Lumbantobing, K. .2021. Kandungan Minyak Atsiri Andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC) dan Bioaktivitasnya. jurnal Pro-Life,
8(1): 22–31.
Jefferson S. de Oliveiraa, Polyana M. L., Lincoln B. de Souza, Vinicius M. Mello,
Eid C. Silva, Joel C. Rubim, simony M.P. Meneghetti, & Paulo A.Z.
Suarez. 2009. Characteristics and composition of Jatropha gossypiifolia
and Jatropha curcas L. oils and application for biodiesel production. J.
Biomass and Energy Science Direct, 5 (2), 449-453.
Juniarti, Yuhernita, Susi Endrini. 2011. Destilasi minyak atsiri daun surian
sebagai krim pencegah gigitan nyamuk (Aedest aegypty L.) Makara
Journal of Science, 15(1): 38- 42.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka: Jakarta
Muchtaridi. 2013. Penelitian pengembangan minyak atsiri sebagai aromaterapi
dan potensinya sebagai produk sediaan farmasi. Jakarta
Muhtadin, ahmadd Fatur dkk. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dan Kulit Jeruk
Segar dan Kering dengan Menggunakan Metode Steam Distillation.
Jurnal Kimia. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri.
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS): Surabaya.
Pujiarti R, Ohtani Y, & Ichiura H. 2011. Physicochemical properties and chemical
compositions of Melaleuca leucadendron leaf oils taken from the
plantations in Java, Indonesia. J. Wood Sci, 57: 446-451
Qazuini, M., dan Satrijo Saloko. 2008. Pembuatan biodiesel dari minyak jarak
pagar (Jatropha Curcas L.). Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Matara

Anda mungkin juga menyukai