TEKNOLOGI PENGOLAHAN REMPAH, MINYAK ATSIRI, DAN HERBAL
Disusun Oleh : KELOMPOK 6
1. Ester Dwy Putri C H3118026
2. Meutia Puspita Arum H3118044 3. Muammar Sajid H3118046 4. Siti Nurul Janah A. F H3118071 5. Untari Triesna W H3118074 6. Yo Arifah R. U H3118077
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN SEKOLAH
VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2020 POIN 1 Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, ethereal oils, atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap (volatile) dan bahan campuran yang tidak mudah menguap (non-volatile), yang merupakan penyebab karakteristik aroma dan rasanya (Mac Tavish and Haris, 2002). Kata essential oil diambil dari kata quintessence, yang berarti bagian penting atau perwujudan murni dari suatu material, dan pada konteks ini ditujukan pada aroma atau essence yang dikeluarkan oleh beberapa tumbuhan (misalnya rempah- rempah, daun- daunan dan bunga). Kata volatile oil adalah istilah kata yang lebih jelas dan akurat secara teknis untuk mendeskripsikan essential oil, dengan pengertian bahwa volatile oil yang secara harfiah berarti minyak terbang atau minyak yang menguap, dapat dilepaskan dari bahannya dengan bantuan dididihkan dalam air atau dengan mentransmisikan uap melalui minyak yang terdapat di dalam bahan bakunya (Green, 2002). POIN 7 Sifat fisiko kimia yang menjadi factor penentu mutu dari minyak atsiri yang baik antara lain bobot jenis, indeks bias, putaran optic, bilangan asam, dan kelarutan dalam alcohol. Menurut Sumangat dan Ma'mun (2003), nilai bobot jenis minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi kadar fraksi berat dalam minyak atsiri maka bobot jenisnya semakin tinggi. Selain itu perbedaan bobot jenis dapat disebabkan oleh perbedaan kultivar, umur panen dan kondisi tempat tumbuh dan metode penyulingan yang digunakan. Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat cair pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Semakin banyak komponen berantai panjang atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar (Armando, 2009). . Sementara itu Guenther (1990) melaporkan bahwa nilai indeks bias juga dipengaruhi oleh adanya air dalam kandungan minyak tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, semakin kecil nilai indeks biasnya. Hal ini karena sifat air yang mudah membiaskan cahaya yang datang. Sehingga, minyak atsiri dengan nilai indeks bias lebih besar, akan lebih bagus mutunya dibanding minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Minyak atsiri mempunyai sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan atau kiri bila dextrorotatory levorotatory ditempatkan dalam sinar atau cahaya. Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa, panjang jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran (Guenther, 1990). Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak. Semakin besar kandungan asam dalam suatu minyak atsiri, mutunya semakin rendah, karena asam sangat mudah berubah oleh reaksi oksidasi yang menyebabkan berubahnya aroma minyak tersebut (Sipahelut, 2012). Menurut Guenther (1990), pada umumnya minyak atsiri yang mengandung senyawa terpena teroksigenasi lebih mudah larut dalam alkohol daripada yang mengandung terpena tak teroksigenasi. Semakin tinggi kandungan terpena tak teroksigenasi maka makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut dalam alkohol (pelarut polar), karena senyawa terpena tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. DAFTAR PUSTAKA Armando, R. (200Z9). Memproduk si 15 minyak asiri berk ualitas. Jakarta: Penebar Swadaya. Green, Clinton. (2002). Export Development of Essential Oils and Spices by Cambodia. C.L. Green Consultanty Services. Guenther, E. (1990). Jilid I. Jakarta: Minyak atsiri UI-Press. Mac Tavish, Hazel and Harris, David. (2002). An Economic Study of Essential Oil Production in The UK : A Case Study Comparing Non-UK Lavender/Lavandin Production and Peppermint/Spearmint Production With UK Production Techniques and Cost. ADAS Consulting Ltd. Sipahelut S.G. (2012). K arakteristik kimia minyak daging buah pala ( Houtt) melalui beberapa cara pengeringan dan distilasi. Jurnal Agroforestri, (1), 59-64. Sumangat, D., & Ma'mun. (2003). Pengaruh ukuran dan susunan bahan baku serta lama penyulingan terhadap rendemen dan mutu minyak kayumanis srilangka (Cinnamomun zeylanicum Buletin Tanaman Rempah dan ). Obat XIV , (1).