Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH STANDARISASI OBAT ALAM

“MUTU MINYAK ATSIRI”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8

1. Agil Mutiara Putri 2011102415017


2. Amalia Salsabila U. 2011102415084
3. Annisa Fitriani 2011102415104
4. Annisa Safitri A. 2011102415019
5. Aulia Destyra Hanafi 2011102415115
6. Deta Mellysa Nency 2011102415152
7. Nur Hidayanti 2011102415027
8. Nur Laras Suci A. 2011102415016
9. Putri Regina 2011102415026

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2023
A. Definisi
Minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak terbang (volatile oil) atau minyak
eteris (essential oil). Kata volatile oil adalah istilah kata yang lebih jelas dan akurat secara
teknis untuk mendeskripsikan essential oil, dengan pengertian bahwa volatile oil yang
secara harfiah berarti minyak terbang atau minyak yang menguap, dapat dilepaskan dari
bahannya dengan bantuan didihkan dalam air atau dengan mentransmisikan uap melalui
minyak yang terdapat di dalam bahan bakunnya (Green, 2002). Kata essential oil diambil
dari kata quintessence yang berarti bagian penting atau perwujudan murni dari suatu
material dan pada konteks ini ditujukan pada aroma atau essence yang dikeluarkan oleh
beberapa tumvuhan (misalnya rempah-rempah, daun-daunanan dan bunga).
. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman,
yang terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari minyak atsiri yang
lain adalah mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga,
rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri mudah larut dalam
pelarut organik seperti alkohol, eter, petroleum, benzene, dan tidak larut dalam air (Sandler,
1952).
B. Pengolahan Minyak Atsiri
Produksi minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
1. Penyulingan (destilation)
Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu campuran dua atau
lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda dengan cara memdidihkan
terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari
campuran.penyulingan merupakan metode ekstrasi yang tertua dalam pengolahan
minyak atsiri. Metode ini cocok untuk munyak atsiri yang tidak mudah rusak oleh panas,
misalnya minyak cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, akar wangi, dan jahe (Widiastuti,
2012).
Gambar 1. Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Atsiri
(Wordpress, 1998 dalam Widiastuti, 2012)

2. Pressing (expression)
Pengepresan dilakukan dengan memberikan tekanan pada bahan menggunakan suatu
alat yang disebut hydraulic atau expeller pressing. Beberapa jenis minyak yang dapat
dipisahkan dengan pengepresan adlah minyal almond, lemon, kulit jeruk, dan jenis
minyak atsiri lainnya.
3. Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)
Ekstrsi minyak atsiri menggunakan pelarut, cocok untuk mengambil minyak bunga yang
kurang stabil dan dapat rusak oleh panas. Pelarut yang dapat digunakan untuk
mengekstrasi minyak atsiri antara lain kloroform, alkohol, aseton, eter, serta lemak.
4. Adsorbs oleh lemak padat (enfluenrasi)
Metode enfleurasi adalah metode yang sesuai untuk mengambil minyak atsiri karena
dilakukan pada suhu rendah sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan
oleh panas. Enfleurasimerupakan metode pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dengan
bantuan lemak dingin sebagai adsorbennya. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
minyak pada bunga-bungaan, seperti yasmin, mawar, chamomile, dan frangipani
(Patrisia et al., 2017). Lemak padat yang biasa digunakan adalah lemak ayam, lemak
sapi, vaselin, dan mentega kuning atau putih.
C. Kegunaan Minyak Atsiri
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil
hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa maupun
pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri kosmetik dan parfum menggunakan
minyak atsiri kadang sebagai bahan pewangi pembuatan sabun, pasta gigi, shampoo, lotion,
dan parfum. Industry makanan menggunakan minyak atsiri setelah mengalami pengolahan
sebagai perisa atau menambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti
nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai fragrance juga
digunakan untuk menutupi bau tidak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi
serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida (Gunawan,
1960).
D. Parameter Kualitas dan Kemurnian Minyak Atsiri
1. Kandungan komponen
Untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri
umumnya menggunakan Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS).
Kromatografi gas dan spektrometer massa merupakan dua alat terpisah namun seringnya
digunakan bersamaan.
Cara kerja kromatografi gas berlangsung dalam mesin kromatograf gas. Minyak
atsiri menguap gas carrier intert (misal, helium) dan mengalir melalui tabung berlapis
senyawa kimia dengan sifat khusus. Minyak atsiri tersusun dari beberapa komponen
aromatik, tiap senyawa berinteraksi dengan bahan senyawa kimia pada dinding tabung
dengan berbagai cara. Sehingga, masing-masing senyawa akan ter-elusi atau bergerak
melalui tabung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Suatu senyawa bergerak lebih
cepat jika memiliki interaksi yang sedikit dengan senyawa yang melapisi tabung dan
sebaliknya. Sebuah detektor pada ujung tabung mengukur kapan dan seberapa banyak
senyawa yang keluar tabung.
Spektrofotometri massa memiliki 3 bagian dasar yakni sumber ion, detektor
massa, dan sebuah analyzer. Setelah sampel minyak atsiri terpisah per-senyawa selama
kromatografi gas, senyawa akan ter-ionisasi. Senyawa tertabrak aliran elektron yang
menyebabkan molekul netral terpecah dan menjadi ion. Ion-ion tersebut akan terkirim
ke beberapa seri medan magnet, dimana mereka akan berinteraksi berdasar berat
molekul dan muatannya. Pada pembacaan spektrometer massa, tiap senyawa muncul
sesuai masing-masing puncaknya (“peak”) berdasarkan kuantitas, massa dan
muatannya. Seperti halnya sidik jari, puncak-puncak tersebut dapat digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa aromatik pada minyak atsiri tertentu. (St-Gelais, 2019).
2. Berat jenis dan Indeks Bias
Berat jenis merupakan perbandingan berat suatu senyawa dengan berat air dengan
volume dan pada pada suhu tertentu. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat
komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang
terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya. Berat jenis dapat
diukur menggunakan piknometer atau densitimeter.
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara
dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut oada suhu tertentu. Indeks bias minyak
atsiri berhubungan erat dengan komponen – komponen yang tersusun dalam minyak
atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun
minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya. Semakin banyak komponen
berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling,
maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang
akan lebih suar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar.
Menurut guenther, nilai indeks bias juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air
dalam kandungan minyak jahe tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka
semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat air yang mudah untuk membiaskan
cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus
dibandingkan dengan minyak atsiri dengan indeks bias yang kecil.
3. Bilangan Asam
Umumnya minyak atsiri mengandung sedikit asam lemak bebas, sehingga lebih
umum dinyatakan dalam bilangan asam dibandingkan persen asam. Bilangan asam
meningkat seiring umur, khususnya jika minyak atsiri tidak disimpan dengan baik
dikarenakan oksidasi aldehid dan hidrolisis ester. Oleh karena itu, sebaiknya minyak
atsiri disimpan dalam wadah kedap udara dan kondisi gelap.
4. Putaran Optik
Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat polarimeter
yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika
ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar bidang
polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary). Pengukuran
parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak atsiri.
5. Kelarutan di Dalam Pelarut (Alkohol)
Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus OH. Karena alcohol dapat larut
dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut
terdapat komponen – komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
guenther bahwa kelarutan minyak dalam alcohol ditentukan oleh jenis komponen kimia
yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut daripada yang
mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau
makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa
nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol(biasanya alkohol 90%) maka
kualitas minyak atsirinya semakin baik (Arshanti, 2013).
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri
Mutu minyak atsiri dipengaruhi oleh beberapa factor, mulai dari pemilihan varietas,
kondisi bahan baku, peralatan, metode penyulingan, serta cara penyimpanan produk. Jika
semua persyaratan tersebut tidak terpenuhi, hasil dari produk minyak atsiri yang didapat
tidak akan sesuai. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi mutu minyak atsiri:
1. Bahan baku
Bahan baku akan menentukan kualitas minyak atsiri. Kondisi bahan yang optimal
mempengaruhi mutu minyak atsiri, misalnya cara pemetikan yang sesuai dan penetuan
tingkat ketuaan bahan.
2. Penanganan pasca panen
Penanganan pascapanen minyak atsiri tidak sama untuk setiap bagiannya, baik daun,
bunga, batang, kulit, rimpang, atau bijinya. Ketidakseragaman penanganan pascapanen
akan mengurangi mutu minyak atsiri.
3. Proses produksi
Seperti halnya pada penyediaan bahan baku dan penanganan pascapanen, kesalahan
dalam proses produksi atau pengolahan akan menimbulkan efek negatif. Kesalahan
produksi dapat menurunkan rendeman dan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan.
4. Penyimpanan
Minyak atsiri sebaiknya disimpan dalam kemasan botol kaca berwarna gelap dan
tertutup rapat. Minyak atsiri yang disimpan dalam wadah logam dapat mengakibatkan
perubahan warna minyak dari jernih hingga kecoklatan karena adanya reaksi karat dari
logam (Yuliani, 2012).
Berikut standar mutu dari beberapa jenis minyak atsiri :

Tabel 1. Standar Mutu Beberapa Minyak Atsiri (Yuliana, 2012)


F. KESIMPULAN
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, Sifat
dari minyak atsiri yang lain adalah mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi
sesuai dengan bau tanaman penghasilnya.
Produksi minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
1. Penyulingan (destilation)
2. Pressing (expression)
3. Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)
4. Adsorbs oleh lemak padat (enfluenrasi)
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil
hasil sulingannya. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam perisa maupun
pewangi (flavour and fragrance ingredients). Adapun Parameter Kualitas dan Kemurnian
Minyak Atsiri ialah melihat dari:
1. Kandungan komponen
2. Berat jenis dan Indeks Bias
3. Bilangan asam
Ada beberapa faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri yaitu
1. Bahan baku
2. Penanganan pasca panen
3. Proses produksi
4. Penyimpanan
G. REFERENSI
Green, Clinton. 2002. Export Development of Essential Oils and Spices by Cambodia. C.L.
Green Consultanty Services.
Gunawan W. 1960. Kualitas dan Nilai Minyak Atsiri. Implikasi, 1-11.
Sandler, S. R. dan W. Karo. 1952. Organic Compounds Synthesis. Academic Pres. Inc.
California.
Widiastuti, I. 2012. Sukses Agribisnis Minyak Atsiri. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Yuliani, S. Suyanti Satuhu. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai