Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MAKALAH FARMASETIKA

MINYAK ATSRI

Nama: Kelompok

Ahmad ben 13010083

Whisnu Eka Dharmawan 12010090

PROGRAM STUDI STRATA 1 (S1) FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman rempah-rempah. Kekayaan
alam akan berbagai tanaman hayati, telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu
negara pengekspor rempah-rempah terbesar di dunia sampai sekarang disamping
India dan Cina. Pemerintah mengakui rempah-rempah merupakan salah satu bahan
ekspor non migas yang paling stabil dan sebagai salah satu penyumbang devisa
negara cukup besar. Hal ini teruji pada saat krisis moneter tahun 1998 rempah-
rempah merupakan komoditas ekspor Indonesia yang paling menguntungkan.
Berdasarkan data tersebut Indonesia menjadikan rempah-rempah sebagai salah satu
topik penelitian unggulan saat ini.
 Minyak atsiri merupakan salah satu produk bahan rempah-rempah. Minyak
atsiri lazim disebut minyak yang mudah menguap (volatil oils). Minyak atsiri
umumnya berwujud cair, diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit batang, daun,
buah, biji atau bunga dengan cara destilasi uap, ekstaksi atau dipres (ditekan). Minyak
sereh, minyak daun cengkeh, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak kenanga,
minyak kayu cendana merupakan beberapa bahan ekspor minyak atsiri Indonesia.
Minyak atsiri awalnya digunakan sebagai bahan pewangi, parfum, obat-obatan, dan
bahan aroma makanan. Dalam perkembangan sekarang hasil sintesis senyawa
turunanan minyak atsiri dapat digunakan sebagai feromon, aditif biodisel,
antioksidan, polimer, aromaterapi, penjerap logam, sun screen block dan banyak lagi
kegunaan lainnya. Kemampuan untuk melakukan konversi komponen minyak atsiri
menjadi menjadi senyawa-senyawa yang lebih berguna merupakan suatu hal penting
yang mendesak sekarang. Hal ini disebabkan senyawa turunan minyak atsiri yang
diimpor ke Indonesia harganya jauh lebih mahal daripada harga minyak atsiri yang
dieskpor oleh Indonesia .Oleh sebab itu,makalah ini akan mempelajari tentang
minyak atsiri agar lebih banyak diketahui oleh masyarakat luas.
1.2  Rumus Masalah

1) Apakah minyak  atsiri ?
2) Bagaimana sifat-sifat minyak atsiri ?
3) Apa saja penggolongan minyak atsiri ?

1.3  Tujuan

1) Untuk lebih mengenal tentang minyak atsiri


2) Untuk mengetahui sifat – sifat dari minyak atsiri
3) Untuk mengetahui macam – macam penggolongan minyak atsiri
4) Untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang minyak atsiri
yang terkandung dalam tanaman.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI MINYAK ATSIRI

Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil),
Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok
besarminyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah
menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan
dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam
perdagangan, sulingan Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena
minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar,
minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri
dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
(gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi
dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap
.Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan
langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah
menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi
sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap
(flavoring), antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus
berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di Indonesia
merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina
(Sastrohamidjoyo, 2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya
peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam berbagai
organ tanaman, seperti didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-
sel parenkim (pada famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen
(pada famili Pinaceae dan Rutaceae).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak
atsiri yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan
minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa
diisolasi komponen-komponen penyusunnya sebagai pewangi berbagai produk.
Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen senyawa penyusunnya dapat dengan
mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun
cengkeh, minyak permen dan minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan
biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih
berguna.
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan
tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman.
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya
industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavouring agent) dalam
industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).

Ciri-ciri minyak atsiri :

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu,


susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama
di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa
penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang
berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting
dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa,
seperti yoga atau ayurveda.
2.2 SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI
Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga memiliki
sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari setiap
minyak atsiri berbeda satu sama lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah
dapat menguap pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan
metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia dan
komposisinya dalam minyak asal.

Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis,
indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.

a. Bau yang karakteristik

Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah
menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi
sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).

b.       Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan
alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180.
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan
kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran
bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh
dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.

Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata


terhadap bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis
minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin
tinggi kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu penyulingan,
penetrasi uap pada bahan  berukuran kecil berlangsung lebih mudah karena
jaringannya lebih terbuka sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak
lebih banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya
lebih mudah dan cepat diuapkan. Dari segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi
(0,9935) diperoleh dari bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan,
bobot jenis tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi
perlakuan yang menghasilkan bobot jenis paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0,
yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam.
Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722 sampai 0,9979.

c.       Indeks Bias


Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan
alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua
macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan
(perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk
identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya.
Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi
kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung
dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar
yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam
suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.
Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok
senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi
dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin
lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut dalam air panas yang
mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah.
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi (1,5641) adalah
perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama
penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan berkisar antara 1,5515 sampai
1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu dari Essential Oil Association
of USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910.

d.       Putaran Optik


Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh
jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan
putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya
ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ
menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda
sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.
Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa,
panjang jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran.
Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa
penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang
komponen senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan
ukuran besar, sehingga putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan
(interaksi) senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik
gabungan senyawa yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran
besar. Putaran optik minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti
memutar bidang polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75
derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2
sampai 0 derajat.
e.      Kelarutan Dalam Alkohol
Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak
atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai
nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk
menentukan suatu kemurnian minyak atsiri.
Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang
larutdalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan
etanolpada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri
jugatergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut.
Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Halini
disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehinggauntuk
melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisipenyimpanan
kurang baik dapat mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya,udara, dan adanya
air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik.
Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam
alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.
Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan
bahan bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak yang secara nyata lebih mudah
larut dalam alkohol, dibanding susunan tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat
kelarutan minyak dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang
dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi senyawa
terpennya tinggi, sukar larut; sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-o
mudah larut dalam etanol. Dalam penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan
cepat menembus bahan yang susunannya tidak padat dibanding susunan tidak
bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih rendah, lebih banyak
terdapat dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ
pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak dari bahan berukuran besar (B2)
secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding ukuran kecil (B0) dan
sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih besar, lebih sukar diuapkan
minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat dalam minyak seperti seskuiterpen
akan terpolimerisasi akibat pengaruh panas terus menerus dalam penyulingan dan
polimer yang terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut mengakibatkan
komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya sukar larut
dalam alkohol.
Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa minyak yang
dihasilkan dari penyulingan 6 jam lebih sukar larut dibanding penyulingan 4 jam.
Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi berat dalam minyak akan
lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi
perlakuan yang menghasilkan minyak yang lebih mudah larut dalam alkohol dengan
nisbah volume alkohol dan minyak 1,25:1 adalah A1B1C0, yaitu perlakuan susunan
bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Menurut standar
EOA (1970), kelarutan minyak dalam etanol 70% adalah dalam nisbah volume
alkohol dengan minyak sebesar 3:1 atau lebih.

f.      Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda
hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah
warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa
minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik
tinggi, kuat dan tahan lama.
2.3  SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI

1.       Bilangan Asam

Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam


organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara
alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak
(Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit
batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus
mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari
daun yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan
metode rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling
dengan metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72.
Adanya perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan
kulit batang disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak.
Sedangkan perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling dengan
sistem kukus dan rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada
waktu penyulingan dengan sistem kukus

2.      Bilangan Ester


Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa
minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa
minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual
mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang
disuling dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan
metode kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55.
Sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode
kukus besarnya 18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6.
Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit
batang tumbuhan kilemo kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan
senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan diperoleh bahwa minyak kilemo dari
daun mempunyai aroma yang lebih segar bila dibandingkan aroma minyak dari kulit
batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak
tersebut.
Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan
perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan
resinifikasi.

a. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam
terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga
membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang menyebabkan perubahan
bau yang tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).

b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses
hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga
terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan
adanya air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).

c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan
senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi)
minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan
(Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan
mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun
kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
1.      Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan
mempengaruhi jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara
bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh
karena itu, bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.

2.      Proses ekstraksi


a.       Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.

b.      Proses distilasi


Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya air,
uap air, dan suhu tinggi.

c.       Proses pengepresan


Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak
atsiri berkontak dengan udara.

2.4 LOKALISASI MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut
kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili
Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan
Rutaceae).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya
peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu.

2.5 KOMPOSISI MINYAK ATSIRI


Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis
tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya
komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen


2. Hidrokarbon teroksigenasi.

A. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C)
dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian
besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen
(4 unit isopren) dan politerpen.

Klasifikasi Minyak Atsiri Hidrokarbon


Hydrocarbon/hidrokarbon memiliki unsur-unsur hidrogen (H) dan karbon (C).
Hidrokarbon terdiri atas senyawa terpene. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam
minyak atsiri sebagian besar terdiri atas:

 monoterpen (2 unit isoprene), 


 sesquiterpen (3 unit isoprene), 
 diterpen (4 unit isoprene), 
 politerpen, 
 parafin, 
 olefin dan 
 hidrokarbon aromatik.

Komponen hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas dari setiap
jenis minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung 90% limonen. Oxygeneted
Hydrocarbon mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Yang termasuk oxygeneted hydrocarbon adalah persenyawaan alkohol, aldehida,
keton, oksida, ester dan eter. Ikatan karbon dalam oxygeneted hydrocarbon ada yang
jenuh dan ada yang tidak jenuh.
Minyak terpentin merupakan salah satu minyak atsiri golongan hidrokarbon yang
dihasilkan diIndonesia dan diekspor sebagai salah satu sumber devisa. Salah satu
komponen utama penyusun minyak terpentin adalah α -pinena yang bervariasi dari
70-85%. Perlu dilakukan derivatisasi α -pinena sehingga dapat lebih bermanfaat dan
bernilai ekonomi lebih tinggi, misalnya sebagai bahan baku obat-obatan dan parfum.
Pada umumnya minyak terpentin tersusun oleh campuran isomer tidak jenuh,
hidrokarbon monoterpena bisiklis (C10H16) yaitu (a) α-pinena, (b) β-pinena, (c) Δ –
karena, dan (d) d-longifolena.
Minyak terpentin dapat digunakan dalam berbagai macam bidang industri.
Kegunaan minyak terpentin dapat dijelaskan sebagai berikut :
Minyak terpentin dalam industri kimia dan farmasi seperti dalam sintesis
kamfer, terpineol dan terpinil asetat. Minyak terpentin dapat digunakan
sebagai thiner (pengencer) dalam industry cat dan pernis. Minyak terpentin juga
digunakan dalam industri perekat dan pelarut lilin.

1. α-Pinena
α-Pinena atau 2,6,6-trimetil bisiklo [3.1.1]-2-heptena dengan rumus   molekul
C10H16 adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau karakteristik seperti terpentin.
Rumus strukturnya terdiri atas dua cincin yaitu siklobutana dan sikloheksena, maka
dari itu α-pinena termasuk bisiklis. α-Pinena merupakan senyawa monoterpena, yaitu
senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai 10 atom karbon dimana satuan
terkecil dalam molekulnya disebut isoprena. α-Pinena mempunyai kegunaan yang
penting sebagai pembuat lilin, sintesis kamfer, pembuatan geraniol dan sebagainya.

Identifikasi dan Isolasi/Preparasi Minyak atsiri.


Salah satu cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan
kromatografi gas (GC). Kromatografi gas adalah tehnik pemisahan suatu
persenyawaan yang mudah menguap didasarkan pada distribusi antara dua fasa yaitu
fasa tetap (stationer) dan fasa bergerak (mobil).
Identifikasi kandungan minyak atsiri dari suatu tanaman dapat diketahui melalui bau
dan rasa. Identifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan pemberian satu tetes asam
sulfat pekat pada serbuk buah simplisia akan memberi warna ungu kemerahan.
Ekstraksi. untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan
cara destilasi. Destilasi atau penyuliangan adalah suatu proses penguapan yang diikuti
pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya
apabila komponen lain tidak ikut menguap (titik didih komponen lain jauh lebih
tinggi). Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dan dengan
adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap
dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul – molekul air yang
menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi dengan air. Penyulingan
dilanjutkan hingga sempurna.

Biosintesis minyak atsiri hidrokarbon

Secara umum, biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar


yaitu :

1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat 
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-, sesqui,
di-, sester-, dan poli-terpenoid. 

·         Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.

B. Golongan hidrokarbon teroksigenasi


Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsure
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alcohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol.
Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal,
ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan
ikatan rangkap dua.
Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol encer dan
jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon
teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya
aroma yang lebih wangi. Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk tujuan tertentu,
misalnya untuk pembuatan parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas
terpen.

2.6   CARA MEMPEROLEH MINYAK ATSIRI

  Minyak atsiri diperoleh dengan cara ekstraksi


Proses ekstraksi meliputi beberapa tahapan :

a.      Perajangan
Sebelum bahan obat tersebut di suling, sebaiknya dirajang terlebih dahulu
menjadi potongan-potongan kecil. Proses perajangn ini bertujuan untuk memudahkan
penguapan minyak atsiri dri bahan, dan untuk mengurangi sifat kamba bahan oral.
Besar ukuran partikel hasil rajangan bervariasai, tergantung dari jenis bahan itu
sendiri. Selama proses perajangan akan terjadi penguapan komponen minyak bertitik
didih rendah, dan jika dibiarkan beberapa menit akan terjadi penyusutan bahan sekitar
0,5 % akibat penguapan minyak. Oleh karena itu, jika di inginkan rendemen dan
mutu minyak yang baik, maka hasil rajangan harus di masukkan dalam ketel suling.
Kelemahan bahan yang di rajang karena :

1.      Jumlah total minyak berkurang, akibat penguapan selama perajangan.


2.      Komposisi minyak akan berubah, dan akan mempengaruhi bau.

b.     penyimpanan bahan olah


Tempat dan kondisi bahan olah sebelum perajangan mempengaruhi
penyusutan minyak atsiri, namun pengaruhnya tidak begitu besar seperti pada
perajangan. Penyimpanan bahan olah dengan cara penimbunan sering di lakukan
akibat terhambatnya proses penyulingan atau karena kapasitas ketel suling yang
kurang besar. Jika bahan olah harus di simpan sebelum di proses, mka harus di
simpan dalam udara kering yang bersuhu rendah, dan udara tidak d sirkulasi. Jika
mungkin ruangan di lengkapi dengan “air conditioner”. Sirkulasi dan kelembaban
udara yang ekstrim selama penyimpanan mengakibatkan proses resinifikasi,
penguapan dan proses oksidasi. Penyusutan minyak selama penyimpanan dalam
udara kering tergantung dari beberapa faktor, yaitu : kondisi bahan, metode dan lama
penyimpanan, dan komposisi kimia minyak dalam bahan. Bahan olah berupa daun
dan bunga tidak dapat disimpan lama, namun sebaliknya bahan berupa kulit pohon,
akar, kayu lebih tahan disimpan lama, karena jumlah minyak yang menguap lebih
kecil.

c.      pelayuan dan pengeringan


Sebagian bahan olah memerlukan proses pengeringan, sebelum di simpan atau
disuling. Tujuan dari pelayuan dan pengeringan bahan olah adalah :

a.       menguapkan sebagian air dalam bahan, sehingga proses penyulingan mudah,


dan singkat.
b.      Untuk menguraikan zat tidak berbau sehingga berbau wangi.sebagai contoh
ialah untuk memecahkan glikosida (amigdalin) menjadi benzaldehid yang
berbau wangi pada minyak almon dan akar orris. Hal yang sam terjadi pula pada
minyak nilam dan vanila.
Kehilangan minyak selama periode pelayuan dan pengerian lebih besar dari
kehilangan minyak selama proses penyimpanan. Hal ini terjadi karena proses
pengeringan, air dalam tanaman akan berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri dan
akhirnya menguap.
Bahan yang mengandung fraksi minyak yang mudah menguap, biasanya
hanya dilayukan atau dikeringkan pada tingkat kering udara, sedangkan bahan yang
mengandung minyak atsiri yang sukar menguap, biasanya dikeringkan lebih lanjut.
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenywaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam pelarut air.
Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara,
yaitu :

1.      PENYULINGAN
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari dua macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya
dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.

Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentuka oleh 3 faktor,
yaitu :

a.       Besarnya tekanan uap yang digunakan.


b.      Berat molekul masing-masing komponen dalam minyak
c.       Kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak.

Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan menaikkan suhu dan


tekanan atau dengan menggunakan sistem “ superheated steam “. Akan tetapi hal ini
hanya dapat dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar mengalami dekomposisi
pada suhu yang lebih tinggi.

Ekstraksi minyak atsiri dengan penyulingan mempunyai beberapa kelemahan


yaitu :

a.          Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami
kerusakan oleh adanya panas dan air

b.        Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya
air dan panas

c.         Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi.

d.        Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan
mempunyai daya fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan tetap
tertinggal dalam bahan.
e.         Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah.

2.      PENGEPRESAN ( pressing )
Ekstrak minyak atsiri dengan pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan
beruba biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk famili
citrus, karena minyak dari famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan jika
diekstraksi dengan penyulingan. Akibat tekanan pengepresan, maka sel – sel yang
mengandung minyak akan pecah dan minyak akan mengalir kepermukaan bahan.
Beberapa jenis minyak yang dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah
minyak almond, apricot, lemon , minyak kulit jeruk, mandarin, grape fruit dan
beberapa jenis minyak lainnya.

Berdasarkan tipe, maka alat pengepresan ada 2 macam tipe , yaitu hydraulic pressing
dan expeller pressing.

3.      EKSTRAKSI DENGAN PELARUT MENGUAP ( solvent extraction )

Prinsip ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan


pelarut organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam
suatu wadah ( ketel ) yang disebut “ extractor. Berbagai tipe, extractor, yang telah
dikenal adalah Bonotto extractor, Kennedi extractor, Bpllsman extractor, De Smet
extractor, Hilderbrandt extractor.

Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstrasi minyak


atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama untuk
mengekstrak minyak dari bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati, mawar,
dll.

1.      Pemilihan pelarut

Salah satu proses yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi adalah jenis dan
mutu pelarut yang digunakan. Pelarut yang baik harus memenuhi persyarata sebagai
berikut :
a.       Harus dapat melarutkan semua zat wangi dalam bunga secara sempurna, dan
tidak dapat melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin.
b.      Mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan, namun
titik didih pelarut tersebut tidak boleh terlalu rendah, karena hal ini akan
mengakibatkan hilangnya sebagian pelarut pada waktu pemisahan pelarut.
c.       Pelarut tidak boleh larut dalam air.
d.      Pelarut haru bersifat “ inert “, sehingga tidak bereaksi dengan komponen
minyak bunga.
e.       Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, sehingga jika diuapkan
tidak tertinggal dalam minyak.
f.       Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar

Penggunaan campuran berbagai pelarut dapat menghasilkan rendemen dan


mutu minyak yang cukup baik, dibandingkan dengan pelarut murni. Beberapa jenis
pelarut yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi minyak atsiri antara lain
petroleum ether, benzene, alcohol.

4.    EKSTRAKSI DENGAN LEMAK PADAT


Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak bunga-
bungaan, dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi.

1. Sifat bunga
Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun
bunga terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri dan
minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat. Kegiatan
bunga dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jiak kena panas, kontak
atau terendam dalam pelarut organik. Dengan demikian pelarut hanya dapat
mengekstraksi minyak yang terdapat dalam sel bunga yang terbentuk pada saat bahan
tersebut kontak dengan pelarut.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan mutu yang lebih
baik, maka selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar proses fisiologi
dalam bunga tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin, sehingga bunga tetap
dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi
minyak bunga menggunakan lemak hewani atau nabati.

Ekstraksi minyak dari bunga-bungaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu


enfleurage dan macerate.

a.  Enfleurasi ( enfleurage )
Pada proses ini, absorbs minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah
( keadaan dingin ) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh
panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode lainnya. Kelemahan proses ini adalah karena
memerlukan waktu yang lebih lama, dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil
dan berpengalaman.
Akhir dari Proses ekstraksi ini ditandai dengan, jika lemak telah jenuh dengan
minyak bunga, dan selanjutnya minyak bunga dalam pomade diekstraksi dengan
menggunakan alcohol. Hasil ekstraksi minyak bunga dari pomade, menggunakan
alcohol menghasilkan campuran minyak bunga dengan alcohol. Jika alcohol tersebut
dipisahkan, maka akan diperoleh minyak bunga yang larut dalam sejumlah kecil
alcohol, disebut ekstrait.
Lemak mempunyai sifat dapat mengabsorbsi bau disekitarnya dan prinsip ini
digunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak dari tanaman bunga.

Syarat-syarat lemak yang digunakan

1. Lemak tidak berbau


Lemak yang berbau tidak dikehendaki, karena dapat mencemari bau minyak
atsiri yang dihasilkan. Bau lemak dapat dihilangkan dengan proses deodorisasi.

2. Lemak mempunyai konsistensi tertentu


Konsistensi lemak yang digunakan perlu diatur, karena lemak yang terlalu
keras mempunyai daya absorbs yang rendah. Jika konsistensi lemak terlalu lunak,
maka lemak banyak melekat pada bunga sehingga sukar dipisahkan.
Konsistensi lemak dapat diatur dengan cara hidrogenasi atau mencampur 2
macam lemak yang titik cairnya berbeda, sehingga didapatkan lemak dengan
konsistensi dan titik cair tertentu. Lemak yang sudah sekali dipakai pada proses
ekstraksi tidak dapat dipakai kembali dan biasanya dijadikan sabun dan kosmetik.

Keuntungan dan kerugian metode absorbs oleh lemak

Keuntungan :

1. Rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan


menggunakan cara “ solvent ectraction”.
2. Minyak yang dihasilkan berbau lebih wangi karena kerusakannya relative kecil.

Kerugian :

1.  Metode tersebut penggunaannya terbatas pada beberapa jenis bunga saja.


2. Lemak yang mengandung antioksidan, dapat merubah bau minyak atsiri
3. Ekstraksi minyak atsiri dari “ pomade “ dengan menggunakan alcohol akan
mengekstrak lemak dalam jumlah kecil.
4. Lemak dapat digunakan hanya untuk satu periode ekstraksi, yaitu sampai lemak
sudah jenuh oleh minyak atsiri.
2.7  SUMBER-SUMBER MINYAK ATSIRI
Nama Minyak Tanaman Penghasil Bagian Negara Asal

Tanaman

Sereh wangi Cymbopogon nardus Daun Srilanka


R
Nilam Pogostemon cablin Daun Malaysia, Indonesia
(patchouli)
Benth
Kayu Putih Melaleuca Daun Indonesia

(cajuput) Leucadenron
Sereh dapur Cymbopogon citrates Daun Madagaskar,
Guetemala
(lemon grass)
Lada (pepper) Piper nigrum L Daun/buah India Timur, Cina,
Srilanka
Kenanga Cananga odorata Bunga Indonesia

(cananga) Hook
Cengkeh Caryophyllus Bunga Zanzibar, Indonesia,
(clove) Madagaskar
Lavender Lavandula offcinalis Bunga Perancis, Rusia

Chaix
Mawar (rose) Rosa alba L Bunga Bulgaria, Turki
Melati Jasminumofficinale L Bunga Perancis selatan
(jasmine)
Kapolaga Elettaria cardamomun Biji India, amerika
(cardamom)
L
Seledri (celery Apium graveolen L Biji Inggris, India
seed)
Sitrun (lemon) Citrus medica Buah/Kulit Kalifornia
Buah
Adas (fennel) foeniculum fulgares Buah/Kulit Eropah, tengah,
Buah Rusia
Mill
Akar wangi Vetiveria zizanioides Akar/rhizoma Indonesia, Lousiana
(Vetiver)
Stap
Contoh sumber minyak atsiri yang diambil dari bunga

Cengkeh

Nama Tanaman asal : Eugenia caryophyllus ( spreng )

Famili : Myrtaceae

Zat berkhasiat utama : Minyak atsiri yang mengandung eugenol. Zat serupa damar,
tidak berasa, hablurnya berupa jarum yang disebut kariofilin,
zat penyamak dan Gom.

Kegunaan                    : Stimulansia, obat mulas, antiemetikum.


Contoh sumber minyak atsiri yang diambil dari daun

Tanaman Kayu Putih

Nama simplisia: Melaleuca folium

Nama Tanaman asal: Melaleuca leucadendra (L)

Famili : Myrtaceae

Zat berkhasiat: Minyak atsiri ,sineol.

Kegunaan : Perdaraham stomachichum, spasmolika


Contoh tanaman yang diambil dari buah atau kulit buah

Tanaman Adas Manis

Nama simplisia : Anisi fructus

Nama Tanaman Asal : Pimpinella anisum

Famili : Apiaceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung anetol, metilkavinol, anis-


keton, asetal dehida, minyak lemak, zat putih telur, hidrat
arang.

Kegunaan : Karminativa, obat mulas.


Contoh sumber minyak atsiri yang diambil dari akar atau rhizoma

Tanaman Jahe

Nama simplisia: Zingiberis rhizoma

Nama Tanaman Asal: Zingiber officinnale ( Roscoe)

Famili : Zingiberaceae

Zat berkhasiat : Pati, damar,oleo resin, gingerin, minyak atsiri yang mengandung
zingeron, zingiberol, zingiberin, borneol, kamfer,sineol, dan
felandren.

Kegunaan : Karminativa, stimulansia, diaforetika.


Contoh sumber minyak atsiri yang diambil dari batang atau kulit batang.

Tanaman Kayu Manis

Nama simplisia: Cinnamomi cortex

Nama Tanaman Asal: Cinnamomum zeylanicum (BI).

Famili : Lauraceae

Zat berkhasiat: Minyak atsiri yang mengandung egenol sinamilaldehida, zat


penyamak, pati, lendir.

Kegunaan : Karminativa, menghangatkan lambung, dicampur dengan adstringensia


lainnya untuk obat mencret.
Contoh sumber minyak atsiri yang diambil dari biji

Tanaman Seledri

Nama simplisia: Apii semen

Nama Tanaman Asal : Apium graviolens (L).

Famili : Apiaceae

Zat berkhasiat : apiin, minyak menguap, apigenin dan alkal


Istilah Arti

Stomakika Memacu enzim-enzim pencernaan


Antiemetika Mencegah atau menghilangkan mual atau
muntah
Adstringensia Menciutkan selaput lendir atu
pori/pengelat
Diaforetika/ sudorifika Memperbanyak keluarnya keringat atau
peluruh keringat
Karminativa Mengeluarkan angin dari dalam tubuh
manusia
Stimulansia Memicu susunan saraf pusat
Spasmolitika Melemaskan kejang-kejang otot perut
Antispasmodik Kejang pada tubuh (pereda kejang)
Kolagoga Membantu fungsi dari empedu

Tabel Istlah yang berhubungan dengan kegunaan simplisia

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang
berasal dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti tanaman
asalnya (khas).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung)sehingga sering sekali memberikan efek psikologi tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian alat
dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan. Pada
industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan butter, cordials, rums,
vermouths, whiskies, wines, dan sebagainya.

3.2  Saran

Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak sangat kekurangan
dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan atau
saran, yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan
bermanfaat bagi kita semua dimasa ynag akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen


Kesehatan
Widyastuti, kiki dkk. 2001. Farmakognosi jilid I. Jakarta : Departemen kesehatan

Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai