Anda di halaman 1dari 14

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

MINYAK ATSIRI

Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang.
Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technology
menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang
diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga dengan
cara ekstraksi (Sastrohamidjojo 2002).
Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman yang
termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae.
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang
atau kulit dan akar atau rizhome. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga terbentuk
dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara sintetis (Ketaren 1985).
Minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 cara yaitu, penyulingan (distillation), pengepresan
(pressing), ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction), dan ekstraksi dengan lemak padat
(enfleurasi). Umumnya, metode yang paling sering digunakan adalah penyulingan. Minyak atsiri
dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan, flavoring agent
dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai pencampur rokok kretek (Ketaren 1985).
Minyak atsiri merupakan komoditas ekspor non migas yang dibutuhkan oleh berbagai negara.
Aplikasi banyak digunakan pada berbagai industri antara lain, 1) industri makanan sebagai bahan
penyedap dan penambah cita rasa, 2) industri farmasi sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, dan anti
bakteri, 3) industri bahan pengawet sebagai insektisida, 4) industri kosmetik dan personal care
product seperti sabun, pasta gigi, lotion, skin care, produk-produk kecantikan, dan sebagainya,
5) industri parfum.
Penggunaan minyak atsiri dapat melalui konsumsi langsung melalui mulut atau dengan
pemakain luar. Minyak atsiri yang dikonsumsi secara langsung dapat berupa makanan atau minuman
seperti jamu yang mengandung minyak atsiri, penyedap, flavor ice cream, permen, dan pasta gigi.
Pemakaian luar minyak atsiri antara lain pemijatan, lulur, obat luka, pewangi (parfum), pewangi
ruangan, lotion, dan sebagainya.
Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya, umumnya larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri akan mengabsorpsi oksigen dari udara
sehingga akan berubah warna, aroma, dan kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan
berubah (Ketaren 1985).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang
komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan minyak akar wangi.
Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen
penyusunnya sebagai pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen
senyawa penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti minyak sereh
wangi, minyak daun cengkeh, minyak permen dan minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan
biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih berguna.

Dalam buku The Encyclopedia of Complementary Medicine, The Complete Family Guide to
Alternative Health Care disebutkan bahwa minyak atsiri merupakan zat serbaguna. Molekul yang
dilepaskan ke udara adalah sebagai uap yang dibawa oleh uap air. Ketika uap air yang mengandung
komponen kimia tersebut dihirup, akan diserap tubuh melalui hidung dan paru-paru yang kemudian
masuk ke aliran darah. Bersamaan saat dihirup itu, uap air akan berjalan dengan segera ke sistem
limbik otak yang bertanggung jawab dalam sistem integrasi dan ekspresi perasaan, belajar, ingatan,
emosi, serta rangsangan fisik. Jika digunakan sebagai aplikasi di luar tubuh, minyak atsiri bermanfaat
dalam menyeimbangkan kondisi kulit, seperti juga otot dan organ bagian dalam (Ichad 2011).
Minyak atsiri berfungsi sebagai peyaring udara yang baik. Jika disimpan dalam ruangan, dapat
menghilangkan partikel logam racun dari udara, menaikkan oksigen atmosfer, serta menaikkan ozon
dan ion negatif dalam rumah. Dengan begitu minyak atsiri menghalangi perkembangan bakteri
sekaligus menghilangkan bau pengap. Karena itu, meletakkan atau menyemprotkan miyak atsiri di
ruangan bisa membuat udara dalam ruangan lebih segar. Pelepasan minyak atsiri di ruangan dapat
dilihat pada Gambar 1.

(1) Sebelum pelepasan minyak atsiri

(2) Sesudah pelepasan minyak atsiri

Gambar 1. Pelepasan minyak atsiri di ruangan (Sumber: Trubus Info Kit)

2.1.1 Minyak Nilam


Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang, dan cabang tanaman nilam. Kadar
minyak tertinggi terdapat pada daun dengan kandungan utamanya adalah patchouli alkohol yang
berkisar antara 30-50%. Aromanya segar dan khas serta mempunyai daya fiksasi yang kuat, sulit
digantikan oleh bahan sintetis (Rusli 1991).
Minyak nilam memiliki wangi yang khas sehingga banyak digunakan sebagai pewangi parfum
dan zat fiksatif (pengikat). Selain itu, minyak nilam digunakan pula sebagai pelembab kulit, pewangi
masakan dengan proses oksidasi dan dihidrolisis dengan isogeunolasetat, dan untuk obat anti infeksi
(Santoso 1990). Fungsi minyak nilam yang lain adalah sebagai bahan utama pengusir serangga
perusak pakaian. Aroma minyak nilam dianggap mewah menurut persepsi orang Eropa, tetapi orang
sepakat bahwa aromanya bersifat menenangkan.
Minyak nilam terdiri atas persenyawaan terpen dengan alkohol. Aldehid dan ester-ester
memberikan bau khas misalnya patchouli alkohol. Patchouli alkohol merupakan senyawa yang
menentukan bau minyak nilam dan merupakan komponen yang terbesar. Komponen penyusun dari
minyak nilam adalah benzaldehid, karyofilen, patchoulena, bulnesen, dan patchouli alkohol (Ketaren
1985).
Komponen utama yang menentukan mutu minyak nilam adalah patchouli alkohol (Walker
1968). Minyak nilam merupakan bahan utama untuk mengikat bahan pewangi pada industri parfum
dan kosmetik. Selain itu, minyak nilam dapat digunakan untuk mengendalikan hama (Yusron dan

Wiratno 2001). Minyak nilam merupakan minyak eksotik yang dapat meningkatkan gairah dan
semangat serta mepunyai sifat meningkatkan sensualitas. Biasanya digunakan untuk mengharumkan
kamar tidur untuk memberi efek menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak (anti insomia).
Menurut Grainge dan Ahmed (1987) bagian akar, batang, dan daun tanaman nilam dapat
membunuh ulat Crocidolomia binotalis dan Spodotera litura yang merupakan hama penting pada
tanaman, sedangkan daun dan pucuk nilam dapat membasmi semut (Formicida) dan kecoa (Blattidae)
di dalam rumah. Menurut Grainge dan Ahmed (1987) minyak nilam juga bersifat menolak kutu daun
dan nyamuk.
Minyak nilam mengandung komponen kimiawi, seperti patchouli alkohol, patchouli camphor,
eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehyde, dan cadinene (Santoso 1990). Komponen kimia penyusun
minyak nilam ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen kimia penyusun minyak nilam

Seskwiterpene

Jumlah
(%)
40-45

Patchoyly alkohol

55-60

Komponen

Benzoldehida

Titik didih
(0C)

214

Eugenol benzoate

69-70

Sinnamat aldehida

208

Alkohol
Semikarbozome

54-95
134-135

Sumber: Ketaren, 1985

2.1.2 Minyak Sereh Wangi


Minyak sereh wangi merupakan minyak atsiri yang diperoleh dengan cara distilasi uap daun
tanaman sereh wangi. Dalam perdagangan dikenal dua tipe minyak sereh wangi, yaitu tipe Ceylon dan
tipe Jawa. Minyak sereh wangi tipe Ceylon diperoleh dari distilasi daun Cymbopogon nardus Rendle
atau Lenabatu, sedangkan minyak sereh tipe Jawa diperoleh dari Cymbopogon winterianus Jowitt atau
Mahapengiri. Minyak sereh wangi dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan untuk menolak
serangga, seperti nyamuk dan semut.
Senyawa utama minyak sereh wangi adalah sitronellal, geraniol, dan sitronellol. Senyawasenyawa tersebut merupakan bahan volatil. Sitronellal adalah senyawa berbentuk cairan yang tak
berwarna dan berbau wangi seperti Mellisa officinalis. Sitronellal memiliki gugus aldehida dan ikatan
etilenik yang reaktif. Oleh sebab itu, sitronellal mudah sekali teroksidasi karena pengaruh sinar
matahari dan udara menjadi ikatan kompleks, keton, asam metiladipik, isopulegol, dan menthon
(Guenther 1949 dalam Ketaren et al. 1986).
Geraniol adalah senyawa alkohol yang tidak berwarna (kuning pucat), seperti minyak, berbau
menyenangkan, bersifat larut dalam alkohol dan eter tapi tidak larut dalam air. Geraniol adalah
senyawa reaktif karena memiliki dua ikatan etilenik. Sitronellol adalah senyawa berbentuk cairan
seperti minyak, tidak berwarna dan harum mawar, mudah larut dalam alkohol dan eter tapi sedikit
larut dalam air. Sitronellol memiliki gugus hidroksil dan merupakan senyawa yang relatif lebih stabil
daripada geraniol (Guenther 1949 dalam Ketaren et al. 1986).

Sitronelol dan geraniol, serta ester geraniol dan ester sitronelol banyak digunakan sebagai
bahan pengharum ruangan, tisu, sabun, dan kosmetik. Komponen kimia dalam minyak sereh wangi
cukup komplek, namun komponen yang terpenting adalah sitronellal dan geraniol. Kedua komponen
tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar komponen
kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor. Biasanya
jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga tinggi (Harris 1994).
Sitronelol dan geraniol merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan sangat dihindari
serangga, termasuk nyamuk sehingga penggunaan bahan-bahan ini sangat bermanfaat sebagai bahan
pengusir serangga. Susunan kimia dari minyak sereh wangi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Susunan kimia minyak sereh wangi
Senyawa penyusun

Kadar (%)

Sitronellal

32-45

Geraniol

12-18

Sitronellol

12-15

Geraniol asetat

3-8

Sitronellol asetat

2-4

L-Limonene

2-5

Elemol dan terpen lain

2-5

Elemene dan cadinen

2-5

Sumber: Utomo et al., 2008

Minyak sereh wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan dalam
kehidupan sehari-hari. Minyak sereh wangi banyak digunakan dalam industri, terutama sebagai
pewangi sabun, sprays, desinfektan, bahan pengilap, aneka ragam preparasi teknis, dan kosmetik
(Lutony dan Rahmayati 1999).
Selain itu, minyak sereh juga digunakan pada bidang pertanian sebagai pestisida alami
(insektisida dan fungisida) yang bersifat sebagai racun kontak. Racun kontak merupakan racun yang
masuk dalam tubuh organisme melalui kulit dan menyebabkan serangga kehilangan cairan dalam
tubuh secara terus-menerus kemudian mati (Djojosumarto 2008).

2.1.3 Minyak Lavender


Minyak lavender adalah minyak atsiri yang diperoleh dari bunga lavender (Lavandula
latiofola). Minyak lavender banyak digunakan dalam produksi dari parfum dan dapat digunakan
dalam aromaterapi. Wangi lavender memiliki efek menenangkan yang dapat membantu relaksasi. Hal
ini juga dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit dari sakit kepala ketegangan saat menghirup
sebagai uap atau diencerkan dan digosok pada kulit.
Komposisi utama dalam minyak lavender adalah linalool yang mampu mengendorkan dan
melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang. Karena kandungan atau
komposisi utama inilah bunga lavender sering digunakan sebagai bahan lotion antinyamuk,
aromaterapi, parfum, minyak gosok, ramuan untuk mandi, dan obat-obatan. Selain itu, lavender
meningkatkan sirkulasi darah dan memiliki kemampuan untuk mengobati masalah pernapasan.

Komponen utama minyak lavender adalah linalool (51%) dan asetat linalyl (35%).
Tabel 3 menunjukkan komposisi dari minyak lavender yang diperoleh dari analisis gas
chromotography.
Tabel 3. Komposisi penyusun minyak lavender
Keluarga

Komposisi

Lavandula
latifolia
49,47%

Terpene /

Linalool

Monoterpenols

- terpineol

1,08%

- terpineol

0,09%

Borneol

1,43%

Iso-borneol

0,82%

Terpinen-4-ol
Nerol
Lavandulol
Terpene /

Linalyl asetat

Terpena ester

Geranyl asetat
Octene-3-il asetat
Lavandulyl asetat

Terpene /

Myrcene

0,41%

Monoterpen

-pinene

0,54%

-pinene

0,33%

Camphene

0,30%

E- - ocimene
Z--ocimene
- phellandrene
Terpene /

Ekaliptol

Terpenoid oksida

(1,8-sineol)

Terpene /

- caryophyllene

Seskuiterpen

- farnesene

25,91%
2,10%

Germacrene

Keton

- humulene

0,28%

Kapur barus

13,00%

Octanone-3
Cryptone
Sumber: Anonim, 2010

2.1.4 Minyak Lemon


Minyak lemon diambil dari bagian kulit buahnya dengan cara pengepresan dingin maupun
penyulingan uap. Tetapi jika digunakan penyulingan uap akan menghasilkan minyak dengan kualitas
rendah. Rendemen minyak berkisar antara 0.35% - 0.65% (berdasarkan berat buah lemon). Minyak
lemon termasuk ke dalam genus Citrus. Komposisi senyawa yang terdapat di dalam minyak atsiri
yang dihasilkan dari kulit buah tanaman genus Citrus berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di
antaranya adalah limonen, sitronelal, geraniol, linalol, -pinen, mirsen, -pinen, sabinen, geranil
asetat, nonanal, geranial, -kariofilen, dan -terpineol (Chutia dkk. 2009).
Komponen penyusun minyak lemon berdasarkan hasil GCMS adalah limonene dengan jumlah
76.28%, mirsen 1.33%, osimen 1.37%, linalool 0.56%, nonanal 0.54%, geraniol 0.98%, -sitral
5.58%, dan z-sitral 7.70% (Sukmawaty 2002). Menurut Oktovina (2006), minyak jeruk lemon (Citrus
limon) dihasilkan dengan teknik ekstraksi dari bagian kulit buah. Komponen kimia bahan aktifnya
meliputi senyawa limonene, sitral, dan sitronellal. Warna cairannya hijau kekuningan hingga
kecoklatan. Wewangiannya beraroma jeruk asam yang segar dan khas.
Minyak atsiri lemon dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan
penambah cita rasa pada makanan. Minyak atsiri jeruk lemon juga bermanfaat bagi kesehatan, yaitu
untuk aromaterapi. Aroma jeruk lemon dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan
senang dan tenang, meningkatkan nafsu makan, dan menyembuhkan penyakit. Manfaat bagi
kesehatan tersebut karena minyak atsiri jeruk lemon mengandung senyawa limonen. Minyak atsiri
jeruk lemon juga mengandung linalool, linalil, dan terpineol yang memiliki fungsi sebagai penenang
(sedatif), serta sitronela sebagai penenang dan pengusir nyamuk (Anonim 2008).

2.1.5 Minyak Jeruk Purut


Minyak atsiri ini dihasilkan dari penyulingan daun jeruk lime (Citrus hystrix) dan dalam
perdagangan disebut kaffir lime oil. Daun jeruk purut sehari-hari diperdagangkan dan digunakan
sebagai bumbu atau penyedap dalam berbagai masakan. Bila dilihat dari aspek kimia, komponen
utama dari minyak ini adalah senyawa sitral, menyerupai minyak sereh dapur atau lemon grass oil.
Flavor minyak daun jeruk purut agak berbeda dari flavor minyak sereh dapur, minyak daun jeruk
purut lebih segar dan lebih lembut, sehingga banyak digunakan dalam pengolahan makanan,
sementara minyak sereh dapur banyak digunakan dalam formula parfum. Manfaat minyak jeruk purut
adalah sebagai sedatif, pengusir nyamuk, pereda flu, dan tonik (Mamun 2009).
Penyulingan minyak daun jeruk purut belum banyak dilakukan, namun dengan berkembangnya industri makanan, minuman dan flavor, minyak daun jeruk purut merupakan salah satu alternatif
yang potensial. Hasil penyulingan yang dilakukan di Balittro, rendemen minyak daun jeruk purut
berkisar antara 1.0-1.5% (Mamun 2009).
Minyak daun jeruk purut mengandung senyawa-senyawa sitral, mirsen, limonene, simen, 2,6dimetilheptenal, sitronellal, linalool, betakaryofilen, geranil asetat, sikloheksana, karyofillen oksida,
dan lain-lain (Lawless 2002). Hasil GCMS diketahui bahwa minyak jeruk purut mengandung
senyawa-senyawa antara lain, sitronellal sebesar 70.3%, linallol 4.6%, sabinene 2.7%, sitronellol
6.3%, sitronellyl acetate 1.9%, dan karyopyllene 1.9% (PT. Indesso Indonesia 2011).

2.1.6 Minyak Kenanga


Minyak kenanga adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan bunga tanaman
Cananga odorata (Ketaren 1985). Minyak kenanga diperoleh dengan penyulingan sederhana yaitu,
penyulingan dengan uap dan air (water and steam destilation). Kandungan kimia minyak atsiri bunga
kenanga ini adalah golongan aldehid, keton aseton, furfural, benzaldehid, komponen bersifat basa
(metilantranilat), golongan terpen (d-terpen), golongan fenol dan fenol eter (fenol, eugenol,
isoeugenol, metil salisilat, benzilsalisilat), alkohol dan ester (metilbenzoat, l-linalool, terpineol, benzil
alkohol, feni-etil alkohol, geraniol, fernesol), dan sesquisterpen (d-caryophyllen, sesquisterpenalifatis, l sesquisterpen, dsesquisterpen) (Guenther 1972). Komposisi kimia fraksi ekstra minyak
kenanga dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi kimia fraksi ekstra minyak kenanga
No.

Komponen

1.

Golongan aldehid dan keton aseton, furfural, benzaldehid

2.

Komponen bersifat basa (Metilantranilat)

3.

Golongan terpen (d-pinene)

4.

Golongan fenol dan fenol eter (- Cresol, p-Cresol - metil - eter,


A, fenol, eugenol, isoeugenol, metil-salisilat, benzilsalisilat, dan

Jumlah
(%)
0.1 - 0.2
0.1
0.3 - 0.6

fenol tingkat tinggi)


5.

Alkohol dan ester


Metil - benzoate, l-linalool, terpineol, benzil alkohol, fenil-etil
alkohol, geraniol, nerol, fersenol, nerolidol, l-cadinol,

52 - 64

sesquiterpen alkohol
6.

Sesquiterpen
d-Caryophyllen, sesquiterpen-alifatis, l-sesquiterpen, d-

33 - 38

sesquiterpen, l/d-sesquiterpen bisiklis


Sumber: Guenther, 1972.

Komponen utama minyak kenanga berdasarkan analisa yang dilakukan oleh Balitro adalah
-kariofilen (36%), -terpineol (10%), benzil asetat (9%), dan benzil alkohol (2%) (Ketaren dkk.
2000). Kandungan terbesar minyak atsiri bunga kenanga terdiri atas linalool, geraniol, dan eugenol,
dengan aroma yang khas menyengat yang tidak disukai serangga (Ketaren 1985).
Di bawah ini adalah penjelasan masing-masing senyawa kandungan dari minyak kenanga yang
memiliki kemampuan untuk menolak serangga.
a.
Linalool
Linalool adalah racun kontak yang meningkatkan aktivitas saraf sensorik pada serangga, lebihbesar menyebabkan stimulasi saraf motor yang menyebabkan kejang dan kelumpuhan beberapa
serangga, seperti kutu dewasa. Zat ini dapat ditemukan juga di minyak cengkeh dan minyak jeruk
(Nurdjannah 2004).

b.

Eugenol
Eugenol merupakan cairan tak berwarna atau kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah
menjadi coklat kehitaman, dan berbau spesifik. Sumber alaminya dari minyak cengkeh. Terdapat pula
pada pala, kulit manis, dan salam. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut
organik (Nurdjannah 2004). Komponen eugenol dalam jumlah besar (70-80%) yang mempunyai sifat
sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik, dan antispasmodik. Selain rasanya
hangat, juga bersifat antiseptik dan yang paling penting dapat terhindar dari gangguan nyamuk,
meskipun mekanisme yang pasti dari proses ini belum diketahui (Kardinan 2009).
c.
Geraniol
Geraniol berupa cairan berwarna kuning pucat, terdapat di minyak mawar, minyak palmarosa,
minyak serai. Kandungan minyak tanaman sereh wangi meliputi geraniol dalam minyak sebesar
44.01-51% dan sitronella sebesar 0.5-1.3%. Bahan-bahan ini kemungkinan merupakan sisa
metabolisme tumbuh-tumbuhan dan digunakan untuk menjalankan peran ganda, seperti menarik
serangga atau mengusir serangga. Senyawa-senyawa tersebut diduga mempunyai daya tarik terhadap
lalat buah tetapi aplikasi cairan ini ternyata tidak mematikan lalat buah sehingga dalam perangkap
masih perlu ditambahkan larutan deterjen (Sudarmo 1991).
Geraniol dapat mengakibatkan kematian 65% pada larva ulat kubis diduga geraniol bersifat
racun lambung, karena pada hari pertama terjadi kontak belum memperlihatkan gejala keracunan,
tetapi setelah larva-larva tersebut makan sehingga mengakibatkan gejala keracunan bagi larva tersebut
(Anonim 2007).

2.2

GEL PENGHARUM RUANGAN

Gel pengharum ruangan merupakan produk rumah tangga dalam bentuk sediaan gel yang
melepaskan wangi ke ruangan melalui udara. Gel adalah sistem padat atau setengah padat dari paling
sedikit dua konstituen yang terdiri atas massa seperti pagar yang rapat dan diselusupi oleh cairan
(Ansel 1989). Pengharum ruangan dalam bentuk sedian gel dalam penggunaannya lebih praktis dan
mudah dibandingkan dengan pengharum ruangan dalam bentuk cair karena harus disemprot ke
ruangan terlebih dahulu. Selain itu, pengharum ruangan dalam bentuk sediaan gel ini lebih mudah
dalam hal penyimpanan dan pengemasannya.
Tiga tipe pengharum berasal dari pertimbangan bahwa aroma penutup atau pelindung
mempunyai bau yang lebih lembut, kadang-kadang membuat inaktif atau bersifat membius syaraf
olfaktori, menurunkan sensitifitas terhadap bau tidak enak, dan bereaksi jika berpasangan dengan bau
tidak enak yang spesifik untuk melemahkan gabungan pengharum dan intensitas bau. Sebagian besar
parfum yang digunakan dalam praktek adalah parfum kategori pertama. Sebagian kecil seperti
formaldehid, asetaldehid dan sebagainya ditemukan dalam kategori kedua. Grup ketiga dibatasi oleh
spesifikasi keaktifan parfum itu sendiri dan terbatas juga dalam jumlahnya.
Empat elemen (notes) parfum yaitu, base, middle, top dan bridge. Elemen base akan melekat
lebih lama di kulit dan harumnya lebih kuat, seperti vanili, cengkih, dan minyak nilam. Wangi middle
notes biasanya baru terasa setelah setengah jam parfum disemprotkan, contohnya geranium dan
kenanga. Top notes yang terdapat dalam citrus dan floral akan tercium saat pertama kali di
semprotkan. Sementara bridge notes dipakai untuk menyatukan ketiga elemen lainya.
Parfum dideskripsikan dengan perumpamaan musik yang memiliki tiga not/notes yang
membentuk harmoni wangian. Masing-masing note tercium seiring waktu dengan dimulai dari impresi
pertama dari top note diikuti oleh middle note yang telah mendalam dan base note yang sedikit demi

10

sedikit muncul di akhir. Note-note ini dibuat dengan seteliti mungkin berdasarkan pengetahuan proses
evaporasi dari wangian. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing notes.
1.
Top notes
Wangi yang langsung tercium ketika parfum disemprotkan. Top notes mengandung molekul
yang ringan dan kecil yang dapat berevaporasi cepat. Top note membentuk impresi pertama dari
parfum. Minyak lemon adalah salah satu minyak atsiri yang termasuk top notes.
2.
Middle notes
Wangi yang muncul setelah top notes mulai memudar. Middle note mengandung inti dari
parfum dan juga bertindak sebagai topeng bagi base note yang sering kali tidak tercium enak pada
pertama kalinya, namun menjadi enak seiring waktu. Notes ini juga sering disebut heart note. Minyak
atsiri yang termasuk dalam kategori middle notes adalah minyak lavender, minyak sereh wangi, dan
minyak kenanga.
3.
Base notes
Wangi dari sebuah parfum yang muncul seiring memudarnya middle notes. Base dan middle
notes adalah tema wangian utama dari sebuah parfum. Base notes memberikan kedalaman yang solid
dari parfum. Kandungan dari notes ini biasanya kaya dan dalam, dan tidak tercium setidaknya sampai
30 menit pemakaian. Wangi top dan middle notes terpengaruhi oleh wangi dari base notes. Minyak
nilam termasuk dalam kategori base note (Sabini 2006).
Gel pengharum ruangan anti serangga disusun oleh beberapa macam bahan di antaranya adalah
bahan pembentuk gel, bahan tambahan, bahan pewangi, bahan pengikat wangi, dan bahan aktif
penolak serangga. Bahan pembentuk gel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karagenan,
kemudian bahan tambahan yang digunakan adalah propilen glikol dan sodium benzoat. Bahan
pewangi yang digunakan adalah minyak lemon, minyak jeruk purut, dan minyak kenanga. Bahan
pengikat wangi yang digunakan adalah minyak nilam. Bahan aktif penolak serangga yang digunakan
adalah minyak sereh wangi dan minyak lavender.

2.2.1 Karagenan sebagai Bahan Pembentuk Gel


Bahan pembentuk gel yang digunakan adalah karagenan. Karagenan merupakan campuran dari
polisakarida yang mengandung sulfat yang diekstrak dari alga merah atau Rhodopyceae (Aidsinfo
2003). Karagenan adalah nama umum dari golongan polisakarida pembentuk gel dan pengental yang
diperoleh secara komersial melalui proses ekstraksi dari spesies alga merah (Rhodopyceae) tertentu.
Beberapa spesies utama yang saat ini digunakan untuk memproduksi karagenan berasal dari generagenera seperti Gigartina, Chondrus crispus, Iridaea, dan Euchema (Velde dan Ruiter 2005).
Agroindustri karagenan Indonesia memperkirakan bahwa untuk produk olahan rumput laut yaitu,
karagenan, Indonesia mampu menguasai pasar dunia sekitar 13% (tahun 2007); 13.7% pada tahun
2008; 14% pada tahun 2009; dan sekitar 15% pada tahun 2010 (Sulaeman 2006).
Karagenan mempunyai sifat unik yang tidak dapat digantikan dengan jenis gum lainnya.
Kegunaan karagenan dinilai dari dua kunci utama, yakni kemampuannya untuk membentuk gel yang
kuat dengan garam tertentu atau jenis gum lain dan kemampuannya untuk berinteraksi dengan protein
tertentu (Fardiaz 1989). Karagenan terutama digunakan dalam industri makanan dengan beberapa
aplikasi dalam industri toiletries (Anonim 2004). Penggunaan karagenan dalam pembuatan
pengharum ruangan berbentuk gel umumnya menggunakan konsentrasi antara 1-3% (Hargreaves
2003).

11

Saat ini, pemanfaatan karagenan tidak hanya terbatas pada industri makanan saja, tetapi juga
pada industri-industri lain seperti farmasi, kosmetika, bioteknologi, tekstil, dan lain sebagainya. Pada
industri farmasi, karagenan digunakan sebagai bahan pengental (suspensi), emulsi, dan stabilizer pada
proses pembuatan pasta gigi, obat-obatan, minyak mineral, dan lain-lain. Selain itu, karagenan juga
digunakan dalam industri tekstil, cat, dan keramik. Industri pasta gigi merupakan industri terbesar di
Indonesia yang menggunakan karagenan (FMC 1977 dalam Juwita 2007). Hal ini dikarenakan
kemampuan karagenan sebagai pengental dalam pasta gigi untuk mengikat air secara efektif dan
membentuk gel yang lunak yang sangat stabil terhadap degradasi enzimatis (Skensved 2005).
Dalam industri kosmetik karagenan dapat digunakan pada gel, cream, lotion, hair care, skin
and body product. Gel karagenan meningkatkan kestabilan emulsi dengan menjaga droplet minyak
dan mencegah pemisahan bahan yang tidak larut (non soluble), seperti pigmen (Velde dan Ruiter
2005). Diperkirakan sekitar 200 ton per tahun karagenan digunakan pada produk nonpangan seperti
pada air freshner gel (McHugh 2003).
Gel dari karagenan berfungsi sebagai pengemulsi minyak pengharum pada bahan hidrofobik.
Karagenan yang dijadikan bahan pembuat gel pengharum ruangan berfungsi melepaskan minyak
aroma secara perlahan (slow release) (Hargreaves 2003). Pada produk pengharum ruangan berbentuk
gel dibuat dengan menggunakan karagenan yang dikombinasikan dengan gum jenis lain serta garam
pembentuk gel (hingga 2.5 % b/b dari gum). Kombinasi tersebut mengikat minyak pengharum
sehingga pelepasan terjadi secara bersamaan dari permukaan gel hingga gel mengering (Van de Velde
dan De Ruiter 2005).

2.2.2 Bahan Tambahan Gel Pengharum Ruangan Anti Serangga


Pembuatan gel pengharum ruangan diperlukan bahan tambahan di antaranya adalah propilen
glikol yang berperan sebagai pelarut dan sodium benzoat yang berperan sebagai bahan pengawet.
Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2 dan berat molekul 76,10
(Depkes RI 1995). Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan
kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan
minyak lemak (Depkes RI 1979).
Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,disinfektan, humektan, solven,
stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau
kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral,
10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam
formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik.
Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut,
pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral
(Rowe et al. 2003). Karakteristik propilen glikol dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Karakteristik propilen glikol
Karakteristik Propilen Glikol

Keterangan

Kandungan C3H8O8

Tidak kurang dari 99,5%.

Pemerian

Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak


berbau, menyerap air pada udara lembab.

12

Karakteristik Propilen Glikol


Kelarutan

Keterangan
Dapat bercampur dengan air, dengan aseton,
dan dengan kloroform, larut dalam eter dan
beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat
bercampur dengan minyak lemak.

Kegunaan

Pelarut, pembasah (konsentrasi untuk sediaan


topical = 15%), pengawet untuk sediaan
parenteral dan non parenteral, humektan,
plastisizer, zat penstabil untuk vitamin dan
kosolven yang dapat campur dengan air.

Sumber: (Rowe et al. 2003)

Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah
melarutkan berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi propilen glikol adalah sebagai humektan,
namun fungsi dalam formula krim adalah sebagai pembawa emulsifier sehingga emulsi menjadi lebih
stabil. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai humektan pada sediaan salep, propilen glikol digunakan
pada konsentrasi 15%, sedangkan sebagai preservatif digunakan pada konsentrasi 15-30% (Rowe et
al. 2003).
Sodium benzoat (E211) adalah garam sodium dari asam benzoat dan ada dalam bentuk ini
ketika dilarutkan dalam air dengan rumus kimia NaC6H5CO2. Sodium benzoat dikenal juga dengan
nama natrium benzoat. Fungsi sodium benzoat adalah sebagai bahan pengawet untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme (jamur) yang merugikan (Faisal 2010). Batas atas penggunaan sodium
benzoat yang diijinkan adalah sebesar 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara-negara lain
berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk negara-negara Eropa batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5%.
Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah larut dibandingkan
asam benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk yang telah dipersiapkan
untuk diawetkan.

2.2.3 Bahan Pewangi


Bahan pewangi terdiri atas persenyawaan kimia yang menghasilkan bau wangi yang diperoleh
dari minyak atsiri atau dihasilkan secara sintetis. Persenyawaan tersebut terdiri atas alkohol, ester,
aldehida, keton, asam organik, lakton, amin, dan oksida yang berbau wangi atau menyenangkan. Pada
umumnya parfum mengandung komponen zat pewangi berjumlah 2% (weak parfum) sampai dengan
10% (strong parfum) dan selebihnya adalah bahan pengencer (diluent) dan zat pengikat (Ketaren
1985).

2.2.4 Bahan Pengikat Wangi


Pada umumnya larutan zat pewangi dalam alkohol lebih cepat menguap dari alkohol, sehingga
bau wangi parfum cepat hilang. Untuk menghindari kejadian ini maka ke dalam larutan parfum perlu
ditambahkan zat pengikat (fiksatif). Zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang memiliki daya

13

menguap yang lebih rendah dari zat pewangi atau minyak atsiri dan dapat menghambat atau
mengurangi kecepatan penguapan dari zat pewangi (Ketaren 1975).
Zat pengikat yang baik digunakan dalam parfum adalah zat pengikat yang mempunyai titik uap
lebih tinggi dari titik uap zat pewangi, tidak berbau atau berbau wangi. Penambahan zat pengikat
bertujuan untuk memfiksasi bau dan mencegah agar komponen yang dapat menguap terutama zat
pewangi jangan terlalu cepat menguap dan dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama
(Ketaren 1975).
Pada umumnya zat pengikat yang digunakan dapat berasal dari bahan nabati, bahan hewani,
dan sintetis. Zat pengikat nabati yang digunakan umumnya berasal dari golongan gum, resin, lilin atau
beberapa jenis minyak atsiri yang bertitik didih tinggi, misalnya minyak akar wangi, minyak kayu
cendana, minyak boise de rose, dan minyak nilam (Ketaren 1985).

2.2.5 Bahan Aktif Penolak Nyamuk


Berbagai cara diupayakan orang untuk menghindari gigitan nyamuk baik secara fisik dengan
menggunakan kelambu hingga secara kimiawi di antaranya dengan insektisida. Secara harfiah
insektisida diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan
serangga hama. Seiring dengan perkembangan teknologi, insektisida diartikan sebagai semua bahan
atau campuran bahan yang digunakan untuk mencegah, menolak, atau mengurangi serangga hama
baik berupa sintetis maupun alami (Sigit et al. 2006).
Cara kerja insektisida di antaranya adalah sebagai repelen (penolak). Repelen dibagi menjadi
dua jenis yakni, natural repellent dan synthetic repellent (Djojosumarto 2008). Bahan aktif penolak
nyamuk yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sereh wangi dan minyak lavender.
Komponen minyak sereh wangi yang berperan sebagai bahan aktif penolak nyamuk adalah sitronellal
(Utomo et al. 2008). Komponen utama minyak lavender adalah linalool yang berperan sebagai bahan
aktif penolak serangga (Anonim 2010).

2.3

NYAMUK CULEX QUINQUEFASCIATUS

Nyamuk adalah golongan serangga yang merugikan manusia, baik karena berperan sebagai
penular beberapa penyakit maupun sebagai pengganggu kenyamanan. Nyamuk terdiri atas beragam
jenis, antara lain nyamuk vector malaria Anopheles sp, nyamuk demam berdarah seperti Aedes
aegypti, nyamuk rawa-rawa Mansonia uniformes, nyamuk kebun Armigeres subalbatus, nyamuk
rumah Culex quinquefasciatus, dan nyamuk gajah Toxorhynchites (Sigit et al. 2006).
Cara nyamuk mencari inang adalah melalui saraf sensoris, yakni merasakan rangsangan visual,
rangsangan suhu dan rangsangan bau. Rangsangan visual terutama pada manusia yang menggunakan
pakaian gelap, rangsangan suhu misalnya nyamuk dapat menemukan keberadaan manusia melalui
suhunya karena suhu tubuh manusia lebih tinggi bila dibandingkan suhu lingkungan. Melalui
rangsangan bau, yaitu nyamuk mampu membedakan bau keringat, bau tubuh, dan bahkan bau parfum
yang dipakai manusia, dan cara paling efektif bagi nyamuk untuk menemukan mangsanya adalah
dengan rangsangan bau (Rossel 2003 dalam Wahyuningtyas 2004).
Jenis nyamuk yang sering terdapat di daerah pemukiman dan dapat dijumpai dimana-mana
adalah nyamuk Culex quinquefasciatus karena dapat berkembang biak dalam genangan air di sekitar
pemukiman. Nyamuk ini biasanya mulai aktif ketika hari mulai malam hingga menjelang pagi.

14

Nyamuk Culex ini diketahui berperan sebagai vektor filariasis limfatik (Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi, dan Brugia timori) atau penular penyakit kaki gajah (Gandahusada et al. 2000).
Spesies nyamuk Cx. quinquefasciatus adalah spesies nyamuk yang paling cepat resisten
terhadap insektisida daripada spesies nyamuk lain. Hal ini disebabkan oleh keberadaan nyamuk jenis
ini yang paling sering ada di sekitar pemukiman sehingga seringkali terpapar dengan insektisida
pemukiman yang telah banyak digunakan untuk mengurangi gangguan nyamuk (Bulletin WHO 1967
dalam Daniel 2008).

2.4

PENELITIAN TERDAHULU

Berdasarkan hasil penelitian Mardiningsih dkk (1994), diketahui bahwa minyak nilam bersifat
menolak beberapa jenis serangga seperti ngegat kain, kumbang jagung, dan kumbang buah kering.
Hasil penelitian Dummond (1960), menunjukkan bahwa minyak nilam dapat digunakan sebagai
pengendali populasi serangga karena sifatnya sebagai bahan penolak dan penghambat pertumbuhan
serangga. Hal ini dikarenakan minyak nilam mengandung komponen zat yang tidak disukai oleh
serangga, seperti -pinen dan -pinen.
Minyak sereh juga sering digunakan sebagai penolak serangga alami. Kemampuan menolak
nyamuk telah dibuktikan melalui penelitian terhadap nyamuk Aedes aegypti maupun Culex
quinquefasciatus dengan cara mengoleskan formula penolak nyamuk yang mengandung minyak sereh
di kulit selama 60 menit uji. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa minyak sereh efektif digunakan
sebagai penolak nyamuk (Kim et al. 2005). Konsentrasi minyak sereh yang umum digunakan dalam
produk penolak serangga berkisar antara 0,05 % hingga 15 % baik secara tunggal maupun
dikombinasikan dengan minyak lavender, cengkeh, bawang putih, ataupun minyak cedar (Barnard
2000).
Kandungan minyak atsiri bunga kenanga yang komponen terbesarnya terdiri atas linalool,
geraniol dan eugenol yang menyebabkan bunga kenanga mempunyai aroma yang khas menyengat
yang tidak disukai serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri bunga kenanga
mempunyai kemampuan untuk menolak nyamuk Aedes aegypti ketika diujikan pada tangan manusia.
Hal ini dapat dilihat dari adanya penurunan rata-rata jumlah nyamuk yang hinggap pada tangan
manusia seiring dengan naiknya konsentrasi minyak atsiri yang digunakan (Nugraheni 2009). Minyak
atsiri, yang dikenal dengan nama minyak kenanga, yang mempunyai khasiat dan bau yang khas. Hasil
penelitian mereka menunjukkan, ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk
karena adanya kandungan linalool, geraniol, dan eugenol (Anonim 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Kiswanti (2009), produk gel pengharum ruangan tanpa minyak
sereh tidak memiliki kemampuan menolak ataupun membunuh nyamuk. Produk dengan konsentrasi
minyak sereh 10% mampu menjatuhkan dan membunuh nyamuk sebesar 26,67% dan 53,33%. Produk
dengan konsentrasi minyak sereh 15% mampu menjatuhkan dan membunuh nyamuk sebesar 52% dan
69,33%. Produk dengan konsentrasi minyak sereh 20% mampu menjatuhkan dan membunuh nyamuk
sebesar 60% dan 85,33%.
Kardinan (2007) mencoba ekstrak beberapa jenis tanaman selasih sebagai pengusir nyamuk.
Peneliti tersebut berupaya memilih selasih yang mengandung bahan aktif eugenol, tymol, cyneol, atau
estragole sebagai bahan-bahan aktif pengusir serangga. Daya proteksinya yang tertinggi adalah
sebesar 79,7% yang dicapai selama satu jam (Supartha 2008).

15

Zodia (Evodia suaveolens) yang termasuk ke dalam keluarga Rutaceae, dikatakan mengandung
evodiamine dan rutaecarpine. Menurut hasil analisa yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (Balittro) dengan gas kromatografi, minyak yang disuling dari daun tanaman ini
mengandung linalool (46%) dan a-pinene (13,26%) di mana linalool sudah sangat dikenal sebagai
pengusir (repellent) nyamuk.
Dari pengujian yang dilakukan terhadap nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) yang sering
membuat heboh masyarakat, yaitu dengan cara menggosokkan daun zodia ke lengan, lalu lengannya
dimasukkan ke kotak yang berisi nyamuk demam berdarah dan dibandingkan dengan lengan yang
tanpa digosok dengan daun zodia, menunjukkan bahwa daun zodia mampu menghalau nyamuk
selama enam jam dengan daya halau (daya proteksi) sebesar lebih dari 70% (Kardinan 2007).
Selain dapat digunakan sebagai pengusir serangga, ekstrak tanaman anti nyamuk juga dapat
dimanfaatkan sebagai pembunuh larva (larvasida) Aedes aegypti. Penelitian yang dilakukan oleh Dias
Kusuma Utari dari IPB pada tahun 2007 membuktikan bahwa pemberian ekstrak zodia pada larva
Aedes aegypti menyebabkan kematian pada larva tersebut (Utari 2007).

16

Anda mungkin juga menyukai