Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tanah Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman rempah-rempah. Kekayaan alam akan berbagai
tanaman hayati, telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor rempah-rempah
terbesar di dunia sampai sekarang disamping India dan Cina. Pemerintah mengakui rempah-rempah
merupakan salah satu bahan ekspor non migas yang paling stabil dan sebagai salah satu penyumbang
devisa negara cukup besar. Hal ini teruji pada saat krisis moneter tahun 1998 rempah-rempah
merupakan komoditas ekspor Indonesia yang paling menguntungkan. Berdasarkan data tersebut
Indonesia menjadikan rempah-rempah sebagai salah satu topik penelitian unggulan saat ini.

Minyak atsiri merupakan salah satu produk bahan rempah-rempah. Minyak atsiri lazim disebut minyak
yang mudah menguap (volatil oils). Minyak atsiri umumnya berwujud cair, diperoleh dari bagian
tanaman akar, kulit batang, daun, buah, biji atau bunga dengan cara destilasi uap, ekstaksi atau dipres
(ditekan). Minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak kenanga,
minyak kayu cendana merupakan beberapa bahan ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak atsiri awalnya
digunakan sebagai bahan pewangi, parfum, obat-obatan, dan bahan aroma makanan. Dalam
perkembangan sekarang hasil sintesis senyawa turunanan minyak atsiri dapat digunakan sebagai
feromon, aditif biodisel, antioksidan, polimer, aromaterapi, penjerap logam, sun screen block dan
banyak lagi kegunaan lainnya. Kemampuan untuk melakukan konversi komponen minyak atsiri menjadi
menjadi senyawa-senyawa yang lebih berguna merupakan suatu hal penting yang mendesak sekarang.
Hal ini disebabkan senyawa turunan minyak atsiri yang diimpor ke Indonesia harganya jauh lebih mahal
daripada harga minyak atsiri yang dieskpor oleh Indonesia .Oleh sebab itu,makalah ini akan mempelajari
tentang minyak atsiri agar lebih banyak diketahui oleh masyarakat luas.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi minyak atsiri ?


2. Bagaimana sifat-sifat minyak atsiri ?
3. Apa saja penggolongan minyak atsiri ?
4. Apa identifikasi minyak atsiri ?
5. Apa saja contoh tanaman yang mengandung minyak atsiri?

1.3 TUJUAN

1. Untuk lebih mengenal tentang minyak atsiri


2. Untuk mengetahui sifat – sifat dari minyak atsiri
3. Untuk mengetahui macam – macam penggolongan minyak atsiri
4. Untuk mengetahui identifikasi minyak atisri.
5. Untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang minyak atsiri yang terkandung
dalam tanaman.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI MINYAK ATSIRI

Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak Esensial, Minyak Terbang,
serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu
ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan
dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan
Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat ditemukan dalam berbagai
macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya.
Dalam keadaan murni tanpa pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang
lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
(gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh
cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi sepenuh
mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan
di tempat yang kering dan sejuk.

Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti akar, batang, kulit,
bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa
mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut
dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).

Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap (flavoring), antiseptic internal, bahan
analgesic, sedative serta stimulan. Terus berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka
minyak atsiri di Indonesia merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina
(Sastrohamidjoyo, 2004). Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya
peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ tanaman, seperti
didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (pada famili Piperaceae), di
dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae).

Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang komponen
penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan minyak akar wangi. Minyak atsiri
kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen penyusunnya sebagai
pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen senyawa penyusunnya dapat
dengan mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh,
minyak permen dan minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan biasanya digunakan sebagai
bahan dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih berguna.

Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses penyerbukan dan menarik
beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan
sebagai cadangan makanan bagi tanaman. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai
industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavouring agent) dalam
industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).

Ciri-ciri minyak atsiri :

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa
komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan
efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat
menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen
penting dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau
ayurveda.

2.2 SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI

Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga memiliki sifat fisik yang bisa di
ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari setiap minyak atsiri berbeda satu sama lain. Sifat fisik
terpenting dari minyak atsiri adalah dapat menguap pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh
dalam menentukan metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia dan
komposisinya dalam minyak asal.

Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis, indeks bias yang tinggi, bersifat
optis aktif.

1) Bau yang karakteristik

Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti akar, batang, kulit,
bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa
mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut
dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).

2) Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri
umumnya berkisar antara 0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam
penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987). Besar bobot jenis pada berbagai minyak
atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik
yang di peroleh dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.

Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata terhadap bobot jenis, tapi
keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis minyak ditentukan oleh komponen kimia yang
terkandung di dalamnya. Semakin tinggi kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu
penyulingan, penetrasi uap pada bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah karena jaringannya
lebih terbuka sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak lebih banyak. Kondisi tersebut
mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya lebih mudah dan cepat diuapkan. Dari segi ukuran
bahan, bobot jenis tertinggi (0,9935) diperoleh dari bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama
penyulingan, bobot jenis tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi perlakuan yang
menghasilkan bobot jenis paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran
bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722
sampai 0,9979.

3) Indeks Bias

Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya
dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat
adalah penyinaran yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian
terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk
identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).

Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang
mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar
lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin
tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah
sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan
molekul minyak lebih tinggi dan sinar yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar
diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.

Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok senyawa terpen-o yang
mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi
relatif mudah larut dalam air. Semakin lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut
dalam air panas yang mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah.
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi (1,5641) adalah perlakuan A1B1C0,
yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias
semua perlakuan berkisar antara 1,5515 sampai 1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu
dari Essential Oil Association of USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910.

4) Putaran Optik

Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kiri atau
kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang
gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren,
1985).

Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya ukuran bahan yang
berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ menunjukkan bahwa ukuran bahan besar
menghasilkan putaran optik yang berbeda sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.
Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa, panjang jalan yang ditempuh
sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran.

Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa penyusunnya.
Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang komponen senyawa penyusunnya
lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan ukuran besar, sehingga putaran optik yang terukur
adalah putaran optik dari gabungan (interaksi) senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding
putaran optik gabungan senyawa yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran besar.
Putaran optik minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti memutar bidang polarisasi
cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75 derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA
(1970) yang nilainya (-) 2 sampai 0 derajat.

5) Kelarutan Dalam Alkohol

Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna
dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik,
sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri.

Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larutdalam air, sehingga
kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanolpada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk
menentukan kelarutan minyak atsiri jugatergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak
atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Halini disebabkan
karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehinggauntuk melarutkannya diperlukan
konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisipenyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi
diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik.

Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berikut
adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor
perlakuan dan kombinasinya.

Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan bahan bertingkat (A1)
menghasilkan minyak minyak yang secara nyata lebih mudah larut dalam alkohol, dibanding susunan
tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat kelarutan minyak dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan
konsentrasi senyawa yang dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi
senyawa terpennya tinggi, sukar larut; sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-o mudah
larut dalam etanol. Dalam penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan cepat menembus bahan
yang susunannya tidak padat dibanding susunan tidak bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik
didihnya lebih rendah, lebih banyak terdapat dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam
alkohol. Uji BNJ pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak dari bahan berukuran besar (B2)
secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding ukuran kecil (B0) dan sedang (B1)
(Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih besar, lebih sukar diuapkan minyak atsirinya sehingga senyawa
fraksi berat dalam minyak seperti seskuiterpen akan terpolimerisasi akibat pengaruh panas terus
menerus dalam penyulingan dan polimer yang terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut
mengakibatkan komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya sukar larut
dalam alkohol.

Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan dari penyulingan 6 jam
lebih sukar larut dibanding penyulingan 4 jam. Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi
berat dalam minyak akan lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi
perlakuan yang menghasilkan minyak yang lebih mudah larut dalam alkohol dengan nisbah volume
alkohol dan minyak 1,25:1 adalah A1B1C0, yaitu perlakuan susunan bahan bertingkat, ukuran bahan
sedang dan lama penyulingan 4 jam. Menurut standar EOA (1970), kelarutan minyak dalam etanol 70%
adalah dalam nisbah volume alkohol dengan minyak sebesar 3:1 atau lebih.

6) Warna

Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun
setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda.
Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal
rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama.

2.3 SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI

1) Bilangan Asam

Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam organik pada minyak tersebut.
Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan
untuk menentukan kualitas minyak (Kataren, 1985).

Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan
metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun
yang disuling dengan metode rebus mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam
minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan
metode rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode
kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai bilangan
asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang disebabkan karena perbedaan kandungan
senyawa asam pada minyak. Sedangkan perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling
dengan sistem kukus dan rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu
penyulingan dengan sistem kukus.

2) Bilangan Ester

Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk penyabunan ester. Adanya
bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa minyak tersebut mempunyai aroma yang baik.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara
visual mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang disuling
dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus adalah 31.66, dan
yang disuling dengan metode rebus 28.55. Sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang
disuling dengan metode kukus besarnya 18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6.
Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo
kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan
diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun mempunyai aroma yang lebih segar bila dibandingkan aroma
minyak dari kulit batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak
tersebut.

Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak atsiri
yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan resinifikasi.

a. Oksidasi

Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam terpen. Peroksida yang
bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga membentuk senyawa aldehid, asam
organik, dan keton yang menyebabkan perubahan bau yang tidak dikehendaki.

b. Hidrolisis

Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses hidrolisis ester merupakan
proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester
akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya air dan asam sebagai katalisator.

c. Resinifikasi

Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan senyawa polimer. Resin
ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi) minyak yang mempergunakan tekanan dan
suhu tinggi selama penyimpanan (Ketaren, 1985). Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat
mudah menguap dan mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun
kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :

1. Penyimpanan bahan

Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan mempengaruhi jumlah minyak atsiri,
terutama dengan adanya penguapan secara bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh udara yang
bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu, bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.

2. Proses ekstraksi

a. Proses ekstraksi

Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.

b. Proses distilasi

Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya air, uap air, dan suhu tinggi.
c. Proses pengepresan

Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak atsiri berkontak dengan
udara.

2.4 Penggolongan Minyak Atsiri

Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bersifat kimia, fisika serta mempunyai bau dan aroma
yang khas, demikian pula peranannya sangat besar sebagai obat. Komponen penyusun minyak atsiri
dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut :

1. Minyak atsiri hidrokarbon

Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa
hidrokarbon, misalnya minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman golongan pinus (famili
Pinaceae). Komponen terpentin sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari
asam-asam lemak, dan senyawa inert yang netral disebut resena. Terpentin larut dalam alkohol, eter,
kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif. Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai
obat luar, melebarkan pembuluh darah kapiler, dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang
digunakan sebagai obat dalam.

2.Minyak atsiri alkohol

Minyak pipermin dihasilkan oleh daun tanaman poko atau Mentha piperita Linn. Daun poko segar
mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin. Sementara daun yang telah
dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang
farmasi digunakan sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada
industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi.

3. Minyak atsiri fenol

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tanaman cengkeh yang
memiliki nama latin yaitu Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian
yang dimanfaatkan bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih utama dimanfaatkan karena
mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh tersusun eugenol yaitu sampai 95% dari jumlah
minyak atsiri keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung aseton-eugenol, beberapa senyawa dari
kelompok seskuiterpen, serta bahan-bahan yang tidak mudah menguap seperti tanin, lilin, dan bahan
serupa damar. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah.

4. Minyak atsiri eter fenol

Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil penyulingan buah
Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak yang
dihasilkan, terutama tersusun oleh komponen-komponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinena dan
felandrena. Miyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigen odoris untuk
menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan farfum.

5. Minyak atsiri oksida

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun Melaleuca leucadendon L
(famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih paling utama adalah sineol (85%).

6. Minyak atsiri ester

Minyak gondopuro merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun dan batang
Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang
merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan farfum, dalam industri
permen, dan minuman tidak beralkohol.

2.5 Identifikasi Minyak Atsiri

Salah satu cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan kromatografi gas (GC). Kromatografi
gas adalah tehnik pemisahan suatu persenyawaan yang mudah menguap didasarkan pada distribusi
antara dua fasa yaitu fasa tetap (stationer) dan fasa bergerak (mobil).

Identifikasi kandungan minyak atsiri dari suatu tanaman dapat diketahui melalui bau dan rasa.
Identifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan pemberian satu tetes asam sulfat pekat pada serbuk
buah simplisia akan memberi warna ungu kemerahan. Untuk mendapatkan minyak atsiri dapat
dilakukan dengan cara destilasi. Destilasi atau penyuliangan adalah suatu proses penguapan yang diikuti
pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya apabila komponen
lain tidak ikut menguap (titik didih komponen lain jauh lebih tinggi). Pada metode ini uap air digunakan
untuk menyari simplisia dan dengan adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali
bersama minyak menguap dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul – molekul
air yang menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi dengan air. Penyulingan dilanjutkan
hingga sempurna.

2.6 Contoh Tanaman Yang Mengandung Minyak Atsiri

1. Boesenbergiae Rhizoma

Nama Lain : Temu Kunci

Nama Tanaman Asal : Boesenbergia pandurata

Zat berkhasiat : Minyak atsiri

Indikasi : Antidiare

2. Curcumae Rhizoma

Nama Lain : Temulawak


Nama Tanaman Asal : Curcuma xanthorrhiza

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung felandren

Indikasi : Amara

3. Cyperi Rhizoma

Nama Lain : Rimpang teki

Nama Tanaman Asal : Cyperus rotundus

Zat berkhasiat : Minyak atsiri

Indikasi : Diuretika

4. Vetiveriae Radix

Nama Lain : Akar wangi

Nama Tanaman Asal : Vetiveria zizanoides

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung vetiveron

Indikasi : Aromatika

5. Alyxiae Cortex

Nama Lain : Pulasari

Nama Tanaman Asal : Alyxia stellata

Zat berkahsiat : Minyak atsiri

Indikasi : Karminativa

6. Cinnamomi Cortex

Nama Lain : Kulit kayumanis

Nama Tanaman Asal : Cinnamomum zeylanicum

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung egenol

Indikasi : Karminativa

7. Litseae Cortex

Nama Lain : Kulit krangean


Nama Tanaman Asal : Litsea cubeba

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung sitral

Indikasi : Stomakika

8. Menthae Piperitae Herba

Nama Lain : Herba pepermin

Nama Tanaman Asal : Mentha piperita

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang menagndung mentol

Indikasi : Karminativa

9. Thymi Herba

Nama Lain : Herba Timii

Nama Tanaman Asal : Thymus vulgaris

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung timol

Penggunaan : Antitusiv

10. Cymbopogonis Folium

Nama Lain : Daum sereh

Nama Tanaman Asal : Cymbopogon nardus

Zat berkahsiat : Minyak atsiri yang mengandung geraniol

Indikasi : Karminativa
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang berasal dari bahan nabati,
bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami peruraian dan apabila dibiarkan terbuka
dan memiliki bau seperti tanaman asalnya (khas).

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu susunan senyawa
komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung)sehingga sering sekali memberikan
efek psikologi tertentu.

Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian alat dan juga untuk rempah-
rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan. Pada industri minuman beralkohol bermanfaat
dalam pembuatan butter, cordials, rums, vermouths, whiskies, wines, dan sebagainya.

3.2 Saran

Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak sangat kekurangan dan kelemahan maka dari
itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan atau saran, yang nantinya akan berguna untuk
memperbaiki hasil makalah ini dan bermanfaat bagi kita semua dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen Kesehatan
2. Widyastuti, kiki dkk. 2001. Farmakognosi jilid I. Jakarta : Departemen kesehatan
3. Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai