Anda di halaman 1dari 16

ENFLEURASI

Disusun Oleh:
Kelompok 5 B
Miftahul Jannah 11161020000033
Rahmanita Novita Sari 11161020000034
Dea Nasyahta Della 11161020000042
Dimas Ihza Febrian 11161020000045
Niken Salma Andayani 11161020000048
Nadhilah Oktafiani 11161020000078
Ainapasha Alifah 11161020000080
Alifia Fauziyyah Haifa 11161020000082
Esa Fathiya Mumtaz 11161020000096

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

OKTOBER/2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat AllAh SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “Enfleurasi”
dapat diselesaikan. Secara garis besar, makalah ini berisi tentang metode penarikan bau
minyak atsiri yang dibsorbsi oleh penguapan lemak padat baik di skala laboratorium
maupun industri, penggunaan di masyarakat, serta kelebihan dan kekurangan dari
metode tersebut.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah


mendukung penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kemajuan selanjutnya.

Ciputat, 16 Oktober 2018

Penyusun ,
BAB I

PENDAHULUAN

Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati
atau berasal dari tumbuh-tumbuhan yang merupakan bahan dasar dari wangi-wangian
atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami dan mempunyai aroma khas. Dalam
perdagangan, biasanya minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

Minyak atsiri atau sering disebut minyak terbang, banyak digunakan dalam
bidang industri sebagai bahan pewangi atau penyedap (flavoring). Minyak atsiri sebagai
bahan pewangi dan penyedap Selain itu minyak atsiri banyak juga digunakan dalam
bidang kesehatan (Guenther, 1987).

Menurut Sastrohamidjojo (2004), minyak atsiri ini terbagi menjadi dua


kelompok. Kelompok pertama adalah minyak atsiri yang mudah dipisahkan menjadi
komponen-komponen atau penyusun murninya. Kelompok kedua, merupakan minyak
atsiri yang sulit dipisahkan menjadi komponen murninya. Contohnya adalah minyak
akar wangi, minyak nilam dan minyak kenanga (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Susunan
senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung)
sehingga memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Minyak atsiri mempunyai
rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya.

Minyak atsiri sebagian besar termasuk dalam golongan senyawa organik terpena
dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil) dan tidak larut dalam air.
Berdasarkan sifat tersebut maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara
yaitu: Penyulingan (Distillation), Pressing (Ekspression), Ekstraksi dengan pelarut
(Solvent ekstraksion), dan Absorbsi oleh penguapan lemak padat (Enfleurage).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Enfleurage

Enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang dilekatkan pada
media minyak. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga
yang setelah dipetik enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan
minyak atsiri sampai beberapa hari atau minggu, misalnya bunga melati, sehingga
perlu perlakuan yang tidak merusak aktivitas enzim tersebut secara langsung.

Proses enfleurasi adalah proses ekstraksi memakai pelarut tidak menguap yang
dingin yaitu berupa lemak padat, cara ini telah dilakukan beberapa puluhan tahun
yang lalu yaitu sebelum dikenal proses ekstraksi yang menggunakan pelarut
menguap. Beberapa jenis minyak atsiri dapat rusak kalau diproduksi memakai
proses distilasi, oleh sebab itu lalu digunakan proses enflorasi. Proses enflorasi
cocok untuk jenis minyak atsiri yang mudah rusak oleh air dan suhu panas, terutama
untuk minyak bunga yang biosintesisnya masih berlangsung terus setelah dipetik.
Enflorasi masih ada yang digunakan sampai sekarang meskipun sudah ditemukan
proses ekstraksi memakai pelarut menguap, misalnya pada minyak bunga melati dan
bunga tuberose (sedap malam) masih diproduksi memakai enflorasi, karena
mutunya lebih bagus bila dibandingkan ekstraksi dengan pelarut menguap, dan
harganya lebih tinggi. Hal ini karena dua macam bunga tadi mempunyai
keistimewaan, yaitu setelah dipetik biosintesis minyak masih dapat berlangsung
terus. Keistimewaan tersebut tidak dimiliki oleh jenis bunga yang lain.
Keberhasilan proses enfleurasi tergantung pada kualitas lemak yang
digunakan dan ketrampilan dalam mempersiapkan lemak. Penggunaan lemak dalam
metode enfleurasi bisa menggunakan lemak sapi, lemak babi, lemak kambing,
lemak ayam, minyak kelapa, minyak sawit, minyak jagung, minyak kedelai.
Campuran antara 1 bagian lemak sapi dan 2 bagian lemak babi menurut Guenther
(1987) menghasilkan mutu minyak paling baik. Penggunaan lemak babi dalam
proses enfleurasi harus dihindari karena mayoritas penduduk Indonesia adalah
muslim. Sebagai alternatif dalam penelitian ini menggunakan adsorben mentega
yang terbuat dari lemak hewan dan mentega putih. Puguh (2001) meneliti proses
enfleurasi menggunakan adsorben lemak sapi dengan campuran minyak jagung,
minyak kelapa, minyak kedelai, minyak sawit. Rendemen yang dihasilkan berkisar
0,005% - 0,07%, sedangkan Huda (2010) menggunakan adsorben lemak sapi, lemak
kambing, dan lemak ayam. Komponen minyak melati yang terbaca hanya indole
dengan kadar 0,6% dan yang lainnya adalah lemak Mentega merupakan produk
berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya,
dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan makanan yang diizinkan
SNI (1995). Mentega mengandung lemak 81 %, kadar air 18 % dan kadar protein
maksimal 1 % (Astawan Mita Wahyuni & Astawan Made, 1998). Lemak mentega
berasal dari lemak susu hewan. Lemak mentega sebagian besar terdiri dari asam
palmitat, oleat dan stearate serta sejumlah kecil asam butirat dan asam lemak sejenis
lainnya.

Mentega putih (Shortening/Compound fat) adalah lemak padat yang mempunyai


sifat plastis dan kestabilan tertentu dan umumnya berwarna putih (Winarno,1991).
Pada umumnya sebagian besar mentega putih dibuat dari minyak nabati seperti
minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak kacang tanah dan lain-lain.
Mentega putih mengandung 80% lemak dan 17% air (Astawan Mita Wahyuni &
Astawan Made, 1998).

Proses enfleurasi menghasilkan minyak dengan rendemen lebih banyak dan


minyak yang dihasilkan lebih wangi dibandingkan dengan ekstraksi pelarut
menguap (Guenther, 1987). Atas dasar alasan tersebut maka diperlukan penelitian
dengan membandingkan metode ekstraksi dengan enfleurasi yang mengunakan
mentega serta metode ekstraksi dengan pelarut menguap untuk mendapatkan suatu
teknik yang efisien dalam pengambilan minyak atsiri melati. Penelitian ini bertujuan
mempelajari proses pembuatan minyak atsiri dari bunga melati dengan
menggunakan metode enfleurasi dan pelarut menguap, pengaruh komposisi lemak
dan pelarut terhadap rendemen dan mutu minyak atsiri yang dihasilkan serta
membandingkan aroma terbaik yang mendekati aroma dari bahan baku.

2.2 Penggunaan Enfleurasi di Laboratorium

Proses enfleurasi adalah proses ekstraksi memakai pelarut tidak menguap yang
dingin yaitu berupa lemak padat, cara ini telah dilakukan beberapa puluhan tahun
yang lalu yaitu sebelum dikenal proses ekstraksi yang menggunakan pelarut
menguap. Enfleurasi dilakukan dengan merendam bunga dalam pelarut yang sesuai
pada jangka waktu tertentu, sehingga interaksi antara senyawa yang ingin di ekstrak
dan pelarutnya dapat berlangsung maksimal (Houghton dan Rahman, 1998). Lemak
memiliki daya absorpsi yang tinggi sehingga jika dicampur dengan bunga, lemak
akan mengabsorpsi minyak atsiri yang dihasilkan oleh bunga. Selain itu pemrosesan
minyak atsiri dengan lemak akan menghasilkan rendemen yang lebih banyak
daripada dengan proses ekstraksi pelarut menguap (Julianto, 2016).

Proses enfleurasi cocok untuk jenis minyak atsiri yang mudah rusak oleh air dan
suhu panas, terutama untuk minyak bunga. Enfleurasi masih ada yang digunakan
sampai sekarang meskipun sudah ditemukan proses ekstraksi memakai pelarut
menguap, misalnya pada minyak bunga mawa, melati dan bunga tuberose (Sedap
malam) masih diproduksi memakai enfleurasi, karena mutunya lebih bagus bila
dibandingkan ekstraksi dengan pelarut menguap, dan harganya lebih tinggi
(Soekardjo, 1995).

Peralatan yang digunakan adalah chasis yang terbuat dari kaca, chasis kaca
disusun bertingkat. Diusahakan terbebas dari sinar matahari dan udara bebas.
Karena jika terganggu dua hal di atas dapat menyebabkan kerusakan lemak dan
terganggunya proses yang pada akhirnya gagal produksi. (Julianto, 2016).
Ada beberapa jenis lemak yang digunakan untuk proses enfleurasi, yakni, lemak
sapi, lemak domba, lemak babi, dan lemak hewani lainnya. Selain menggunakan
lemak, enfleurasi juga bisa dicampur dengan beberapa minyak nabati seperti minyak
kedelai, minyak canola, dan miyak kacang-kacangan. Bahkan penelitian terakhir
dapat menggunakan mentega putih sebagai penjerap pengganti lemak hewan.
(Julianto, 2016)

Lemak yang diperoleh dibersihkan dari kotoran, seperti darah, kulit, dan rambut
yang masih tertinggal menggunakan tangan kemudian digiling halus sambal dicuci
dengan air bersih yang mengalir. Selanjutnya lemak dicairkan secara perlahan-lahan
di atas penangas air pada suhu 60°C dan ditambahkan benzoin 0,6% serta tawas
0,15-0,30% (Yulianingsih, dkk., 2007). Lemak atau absolut enfleurasi mudah tengik
dan bersifat asam. Hal ini disebabkan karena adanya komponen FFA yang larut
dalam alkohol dan ikut terekstraksi pada saat pembuatan absolut. Ini dapat dicegah
dengan penambahan benzoin ke dalam absolut enfleurasi terutama bila pomade
diekstraksi dengan alkohol absolut (Ketaren, 1985). Sementara penggunaan tawas
untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil atau pengotor yang
tidak dapat mengendap dengan sendirinya (Sutrisno, 1996).

Kotoran yang telah menggumpal dipisahkan dan lemak disaring dengan kain
saring kemudian didiamkan pada suhu ruang (27-30°C). Proses pencampuran
dilakukan dengan pengadukan (mixer) pada kecepatan rendah dalam 10 menit
pertama dan kemudian kecepatan ditingkatkan hingga campuran lemak tampak
merata setelah pengadukan selama 2 jam. Selanjutnya lemak dimurnikan dengan
cara netralisasi (untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak), pemucatan
(untuk menghilangkan zat warna yang tidak disukai dalam minyak), dan deodorisasi
(untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan dalam minyak) (Yulianingsih,
dkk., 2007).

Setelah itu dilakukan proses enfleurasi, bunga yang segar dipetik lalu
dibersihkan dari kotoran berupa daun dan tangkai. Bunga yang bersih tersebut
selanjutnya ditebarkan di atas plat yang sudah dibubuhi lemak (Guenther, 1948).
Bunga disusun dalam chasis yang sudah dilapisi lemak sebagai absorben secara
merata. Permukaan lemak digores dengan ujung pisau untuk memperluas
permukaan lemak. Bunga mawar yang telah disortir disebarkan di atas permukaan
lemak secara teratur sehingga seluruh permukaan lemak ditutupi oleh bunga. Chasis
kemudian ditutup dan dibiarkan dalam jangka waktu tertentu. Kemudian bunga
dikeluarkan dari chasis, permukaan lemak diratakan kembali dan digores dengan
ujung pisau (arah berlawanan).(Yulianingsih, dkk. , 2007).

Bunga diganti setiap 24 jam sekali, karena setelah 24 jam biasanya bunga sudah
layu dan berwarna coklat, sehingga harus diganti dengan bunga baru. Pada proses
ini pemisahan harus dilakukan dengan hati-hati agar lemak yang ada pada kaca tidak
ikut terambil yang mengakibatkan berkurangnya konsentrasi lemak dan minyak
atsiri yang akan di proses. Proses tersebut diulang hingga lemak yang ada dalam
chasis jenuh, dengan indikasi lemak menjadi agak keras dibanding dengan awal
proses. Waktu penjenuhan bervariasi tergantung dari jenis bunga yang
dipakai.(Guenther, 1948)

Setelah enfleurasi selesai dilaksanakan, lemak kemudian diambil dari chasis


dengan spatula dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lemak dilarutkan dalam
alkohol dengan perbandingan 1:2 dan dipanaskan pada suhu 30°C sambil diaduk
sehingga lemak terpisah dan menghasilkan filtrat. Kemudian filtrat didinginkan
dalam pendingin (15°C) sampai filtrat terpisah dari lemak yang mengendap.
Pendinginan dilanjutkan sampai suhu 5 dan -5°C, filtrat disaring dan menghasilkan
minyak bunga dalam lemak. Pemisahan minyak bunga dalam lemak dilakukan
dengan proses evaporasi vakum dan pelarut absolut (Yulianingsih, dkk., 2007).
2.3 Penggunaan Enfleurasi di Industri

Enfleurage dalam skala besar saat ini hanya dilakukan di wilayah Grasse dengan
kemungkinan pengecualian contoh terisolasi di India di mana prosesnya tetap
primitif.

Prinsip-prinsip enfleurage itu sederhana. Bunga tertentu (misalnya, tuberose dan


melati) melanjutkan kegiatan fisiologis pengembangan dan pengeluaran parfum
bahkan setelah dipetik. Prinsip ini, diterapkan secara metodis dalam skala besar.
Selama seluruh periode panen, yang berlangsung dari delapan hingga sepuluh
minggu, batch bunga yang baru dipetik ditaburkan berserakan di atas permukaan
basis lemak (corps), dibiarkan di sana (selama 24 jam dalam kasus melati dan lebih
lama di kasus tuberose), dan kemudian digantikan oleh bunga segar. Di akhir musim
panen, lemak, yang tidak diperbarui selama proses, jenuh dengan minyak bunga.
Setelah itu, minyak diambil dari lemak dengan alkohol dan kemudian diisolasi.

a. Persiapan Korps Lemak


Keberhasilan enfleurage bergantung pada sebagian besar pada kualitas basis
lemak yang digunakan. Mempersiapkan korps harus sangat hati-hati. Korps
harus praktis tidak berbau dan konsistensi yang tepat. Jika korps terlalu keras,
bunga tidak akan memiliki kontak yang cukup dengan lemak, membatasi daya
serapnya dan menghasilkan hasil minyak bunga yang tidak normal. Di sisi lain,
jika terlalu lunak, korps memiliki kecenderungan untuk menelan bunga sehingga
pada bunga yang lemah akan sulit untuk menghilangkan dan mempertahankan
lemak yang melekat, yang memerlukan cukup banyak penyusutan dan
kehilangan korps. Konsistensi korps penting, oleh karena itu, sebaiknya dibuat
permukaan semipadat dari mana bunga-bunga yang lemah dapat dengan mudah
diangkat. Karena seluruh proses enfleurage dilakukan di ruang bawah tanah
yang dingin, setiap produsen harus menyiapkan korpsnya sesuai dengan suhu
yang berlaku di ruang bawah tanahnya selama bulan-bulan panen bunga.
b. Enfleurage dan Defleurage
Setiap bangunan enfleurage dilengkapi dengan ribuan alat yang disebut
chassis, yang berfungsi sebagai wadah untuk menahan lemak korps selama
proses. Chassis terdiri dari bingkai kayu persegi panjang 2 inci tinggi, sekitar 20
inci panjang dan sekitar 16 inci lebar. Bingkai tersebut memiliki kaca di kedua
sisi korp lemak. Ketika digunakan chassis menumpuk chassis yang lain
sehingga membentuk kompartemen kedap udara dengan lapisan lemak di bagian
atas dan bawah setiap piring kaca.
Setiap pagi selama panen bunga yang baru dipetik tiba, bunga dibersihkan
terlebih dahulu dari kotoran, seperti daun dan tangkai, kemudian ditaburkan
berserakan dengan tangan di atas lapisan lemak dari setiap piring kaca. Bunga
mekar basah dari embun atau hujan tidak boleh digunakan, karena jejak
kelembaban akan membuat korps itu tengik. Chassis kemudian ditumpuk dan
ditinggalkan di ruang bawah tanah selama 24 jam. atau lebih lama, tergantung
pada jenis bunga. Lapisan lemak (yang lebih rendah), yang bertindak sebagai
langsung pelarut, sedangkan lapisan lemak lainnya (di bawah pelat kaca chassis
di atas) hanya menyerap parfum volatil yang dilepaskan oleh bunga.
Setelah 24 jam. bunganya memancarkan sebagian besar minyaknya dan
mulai layu, mengembangkan bau yang tidak menyenangkan. Mereka kemudian
harus dikeluarkan dari korps. Pengangkatan bunga secara hati-hati (defleurage)
adalah hampir lebih penting daripada pengisian korps pada chassis dengan
bunga segar (enfleurage). Sebagian besar bunga akan jatuh dari lapisan lemak
pada pelat kaca chassis ketika chassis dipukul ringan, tetapi karena perlu untuk
menghapus setiap bunga tunggal dan partikel bunga, para pekerja menggunakan
pinset. Segera setelah defleurage, yaitu setiap 24 jam, chassis diisi ulang dengan
bunga segar.
Pada akhir panen, lemak relatif jenuh dengan minyak bunga dan memiliki
aroma khas mereka. Lemak harum itu harus dikeluarkan dari pelat kaca di antara
chassis. Untuk tujuan ini lemak harum dikerok dengan spatula dan kemudian
dilelehkan dengan hati-hati dan dikemas dalam keadaan tertutup kontainer.
Produk akhir disebut pomade (pomade de jasmin, pomade de tubereuse, pomade
de violet, dll.).
c. Ekstrait alcohol
Pada hari-hari awal, fragmen pomade digunakan secara langsung; kemudian
mereka diekstraksi dengan alkohol yang tinggi, alkohol melarutkan minyak
bunga alami dari pomade. Karena tidak ada panas yang diterapkan selama proses
enfleurage dan selama mencuci pomades dengan alkohol, ekstrait mengandung
bunga alami minyak yang dipancarkan oleh bunga hidup.
Untuk mempersiapkan ekstrait, pomades biasanya diproses selama
berbulan-bulan ketika pabrik tidak sibuk dengan pekerjaan lain. Untuk tujuan
ini, pomades dibebankan ke dalam alat yang disebut batteuses, bejana tembaga
tertutup yang sangat di tinned di dalam dan dilengkapi dengan pengaduk yang
kuat sekitar poros vertikal. Beberapa batteuses disusun dalam baterai, pengaduk
setiap baterai didorong oleh motor yang kuat. Pekerjaan, yang berlangsung
selama beberapa bulan, dilakukan di ruang bawah tanah dingin untuk mencegah
kehilangan alkohol karena penguapan. Setiap batch pomade diaduk untuk
beberapa hari-hari, proses biasa metode ekstraksi. Alkohol digunakan dalam
proses pembuatan dari satu batch pomade ke yang berikutnya (merupakan
pencucian ketiga, kedua dan pertama berturut-turut batch), sampai menjadi
diperkaya dengan minyak bunga dan ditarik keluar sebagai minuman beralkohol.
Untuk pencucian terakhir, alkohol segar digunakan, yang juga, pada gilirannya,
menjadi sedikit diperkaya oleh proses berkelanjutan baru saja dijelaskan. Ketika
diperluas ke pencucian keempat dan kelima, metode ini mengekstrak pomades
dengan sangat efisien sehingga lemak yang habis sangat tidak berbau.
d. Enfleurasi absolut
Seperti yang disebutkan sebelumnya, extrait tidak hanya mengandung minyak
bunga alami, tetapi juga dalam jumlah kecil (sekitar '1 persen) alkohol larut
lemak, terlarut dari korps, yang tidak bisa dihilangkan, bahkan dengan
mendinginkan ekstrait jauh di bawah 0 °. Saat menyuling alkohol, kandungan
minyak bunga alami lemak meningkat secara bersamaan. Konsentrasi penuh
dalam vakum pada suhu rendah menghasilkan minyak bunga terkonsentrasi,
bebas dari alkohol, yang disebut enfleurasi absolut.
Minyak mentah enfleurasi absolut biasanya berwarna gelap dan karena
kandungan lemak mereka, dari konsistensi semisolid. Produk berwarna lebih
terang konsistensi lebih cair dapat diperoleh dengan metode pemurnian tertentu
di mana lebih banyak lemak dihilangkan.
e. Chassis absolut
Ketika menjelaskan proses enfleurasi disebutkan bahwa bunganya
dikeluarkan dari korps lemak pada chassis setiap 24 jam. Bunga-bunga ini tidak
dibuang karena masih mengandung bagian dari parfum alami yang tidak diserap
oleh lemak.
Bagian dari minyak bunga alami yang dipertahankan oleh bunga setelah
penghilangan dari chassis (defleurage) dapat diekstraksi dari sebagian bunga
yang habis dengan pelarut yang mudah menguap — petroleum eter, misalnya.
Konsentrasi larutan menghasilkan massa yang padat. Massa padat yang
diperoleh mengandung persentase tertentu lemak yang berasal dari korps dengan
yang bunga-bunga itu bersentuhan selama proses enfleurage; itu dimurnikan dan
membuat alkohol larut dengan menghilangkan sebagian besar lemak pada suhu
rendah. Yang disebut final absolut dari chassis, minyak kental, minyak larut
dalam alkohol, memiliki bau yang agak berbeda dari yang enfleurasi absolut.
Enfleurasi absolut dan chassis absolute secara logis melengkapi satu lain karena
masing-masing hanya mewakili bagian dari total minyak bunga alami hadir
dalam bunga hidup. Namun, mereka biasanya dipasarkan secara terpisah,
mungkin karena mutlak chassis lebih murah daripada harga enfleurasi absolut.

2.4 Penggunaan Enfleurasi di Masyarakat

Teknik enfleurasi merupakan salah satu cara pengambilan minyak atsiri


bunga dari lemak sebagai absorben yang telah jenuh dengan aroma wangi bunga, di
mana proses penyerapan aroma oleh lemak terjadi dalam keadaan tanpa pemanasan.
Metode ini sudah sejak lama digunakan di wilayah Perancis Selatan, yang sangat
terkenal dengan kualitas parfumnya. Penggunaan teknik enfleurasi pada pembuatan
minyak melati dilaporkan dapat meningkatkan rendemen minyak hingga 4-5 kali
lebih besar bila dibandingkan dengan cara solvent extraction atau pun penyulingan
(Yulianingsih,dkk., 2007).
Di Prancis selatan minyak atsiri diekstraksi dengan lemak dingin jauh sebelum
pengenalan ekstraksi dengan pelarut yang mudah menguap. Proses ini diterapkan
pada bunga yang tidak menghasilkan kuantitas minyak yang cukup dengan teknik
distilasi uap atau bau yang berubah karena kontak dengan air mendidih dan uap.
Dalam proses ini, bunga tersebar di atas campuran lemak dan lemak babi yang
sangat murni. Kedua campuran ini diletakkan di seperempat bagian dari tebal kedua
sisi bingkai kaca yang memiliki panjang dua atau tiga kaki dengan kedalaman tiga
inci dan dibiarkan dalam jangka waktu yang bervariasi, dari 24 jam hingga 72 jam
sesuai dengan jenis bunga (Foley, 1974). Kelopak kemudian dibuang (defleurasi),
dan proses ini diulang sampai lemak jenuh dengan minyak. Produk akhirnya disebut
pomade (The Editors of Encyclopaedia Britannica,2016).
Dalam kebanyakan kasus, ada kemungkinan untuk mempersingkat proses
enfleurasi yang panjang dengan mengekstraksi minyak esensial menggunakan
lemak cair selama satu sampai dua jam pada suhu mulai dari sekitar 45-80°C (110-
175°F). Lemak disaring setelah setiap pencelupan, dan setelah 10 hingga 20 siklus
ekstraksi pomade dijual atau diekstraksi dengan alkohol untuk menghasilkan residu
minyak (The Editors of Encyclopaedia Britannica,2016).
Pomade selanjutnya diekstrak dengan alkohol yang berkonsentrasi tinggi,
alkohol akan melarutkan minyak bunga yang ada dalam pomade. Kemudian
dilakukan penyulingan dalam keadaan vakum dan suhu yang rendah sehingga akan
dihasilkan minyak bebas dari alkohol yang disebut pomade absolut atau minyak
atsiri murni (Foley, 1974).
Sedangkan di Indonesia, sebagian besar produsen minyak atsiri yang
menggunakan metode enfleurasi hanya sampai di tahap terbentuknya pomade dan
langsung menjualnya ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Hal ini dikarenakan
mahalnya alat untuk melakukan penyulingan dalam keadaan vakum dan untuk
mengontrol suhu yang rendah agar dapat dihasilkan minyak atsiri murni. Selain itu,
lemak yang digunakan dalam metode enfleurasi yang biasanya menggunakan
campuran lemak dan lemak babi diganti dengan alternatif lain, yaitu lemak nabati
yang harganya lebih murah dibandingkan dengan lemak yang berasal dari hewan
(lemak hewani).
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Enfleurasi

a. Kelebihan Enfleurage
1. Terhindar dari penggunaan panas sehingga tidak merusak bahan.
2. Memberi hasil minyak atsiri (bunga) yang lebih besar daripada metode
lainnya dikarenakan bunga yang sudah digunakan dapat digunakan berkali-
kali sampai bau yang terdapat pada bunga hilang dan bau bunga lebih
bertahan lama daripada bunga segar.
b. Kekurangan Enfleurage
1. Minyak atsiri yang diperoleh tidak murni dikarenakan minyak atsiri tidak
dapat sepenuhnya dipisahkan dari lemak yang digunakan.
2. Metode ini memerlukan banyak tenaga kerja yang ahli
3. Metode ini memiliki proses yang rumit dan panjang.
4. Kualitas dari minyak atsiri yang menggunakan metode ini tergantung dengan
absorben yang digunakan (lemak).
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Foley, D.J. 1974, Herbs for Use and for Delight, New York: Dover Publication, Inc.

Guenther, E., 1948, The Essential Oils, Third ed, D. Van Nostrand Company Inc, New
York.

Guenther, Ernest. 1987, Minyak Atsiri Jilid I. Penerjemah Ketaren S. Universitas


Indonesia Press: Jakarta.

Houghton, P.J. dan A. Rahman, 1998, Laboratory Handbook for Fractination of


Natural Extracts, Chapman and Hall, London.

Huda, Muhammad Nurul. 2010, “Pengambilan minyak Bunga Melati Dengan Metode
Enfleurasi Menggunakan Lemak Sapi-Kambing-Ayam”. Laporan Skripsi Teknik Kimia:
Universitas Negeri Semarang

Julianto, T., 2016, Minyak Atsiri Bunga Indonesia, Deepublish, Yogyakarta

Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Balai Pustaka, Jakarta

Setyopratomo, Puguh. 2001, “Kajian Awal Proses Ekstraksi Minyak Bunga Melati
(jasminum sambac) Dengan Metode Enfleurasi”. Tesis Teknik Kimia: Institut
Teknologi Bandung

Soekardjo, B. dan Siswandono, 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, Airlangga University


Press, Surabaya.

Sutrisno, H., 1996, Metodologi Research, BPFE UGM, Yogyakarta

Wahyuni dan Made. 1998, “Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna”. Cv
Akademika Pressindo: Jakarta

Winarno, F.G. 1991, “Kimia Pangan dan Gizi”. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Yulianingsih, dkk., 2007, Teknik Enfleurasi dalam Proses Pembuatan Minyak Mawar,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai