Anda di halaman 1dari 10

ACC NILAI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


DISTILASI MINYAK ATSIRI
Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didih
2. Mempelajari metode ekstraksi minyak atsiri menggunakan prinsip
hidrodistilasi
Pendahuluan
Distilasi adalah salah satu metode pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kecepatan
atau kemudahan menguap zat. Campuran zat tersebut dididihkan sehingga menguap. Uap ini
kemudian didinginkan sampai menjadi bentuk cairan. Proses distilasi diawali dengan pemanasan.
Hal ini menyebabkan zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Proses
yang terjadi pada distilasi adalah perubahan fasa cair menjadi fasa uap atau gas dengan pendidihan
kemudian gas tersebut diembunkan. Tekanan uap merupakan suatu sifat dari zat cair yang
bergantung pada suhu. Tekanan uap selalu bertambah seiring dengan kenaikan suhu (Syukri,2007).
Prinsip penyulingan distilasi merupakan suatu proses pemisahan komponen-komponen dari
suatu campuran yang terdiri dari dua cairan atau lebih. Pemisahan ini berdasarkan perbedaan
tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut.
Penyulingan pada dasarnya ada dua jenis yaitu hidrodistilasi dan fraksinasi. Hidrodistilasi
merupakan penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang tidak saling bercampur,
hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan. Proses hidrodistilasi dilakukan dengan bantuan air
maupun uap air. Hidrodistilasi memilki tiga metode yaitu distilasi air, distilasi uap dan air, serta
distilasi uap langsung. Fraksinasi merupakan penyulingan suatu cairan yang tercampur sempurna
hingga hanya membentuk satu lapisan. Proses ini dilakukan tanpa menggunakan uap air. Fraksinasi
memiliki tiga jenis metode yaitu kohobasi, rektifikasi dan distilasi fraksinasi
(Sastrohamidjojo, 2004).
Proses distilasi memanfaatkan perbedaan komposisi setimbang pada fasa gas dan fasa
cair, operasinya berupa penguapan dan pengembunan yang pada umumnya dilakukan secara
bertingkat. Hal ini dikarenakan distilasi melibatkan penguapan dan panas laten yang besar,
sehingga proses ini memerlukan banyak energi. Cara yang dapat dilakukan untuk memperbesar
faktor pemisahan, antara lain dengan distilasi azeotrop dan distilasi ekstraktif. Distilasi azeotrop
melibatkan penambahan zat volatil yang bisa berinteraksi lebih kuat dengan suatu komponen
dibanding dengan komponen lainnya. Zat tersebut akan ikut sebagai distilat , sehingga perlu
dipisahkan lebih lanjut. Distilasi ekstraktif melibatkan penambahan zat non volatil yang bisa
berinteraksi lebih cepat dengan suatu komponen dibanding dengan komponen lainnya. Zat
non volatil tersebut akan ikut masuk ke hasil dasar dan selanjutnya perlu dipisahkan
(Sediawan, 2000).
Distilasi memiliki beberapa jenis, yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi
uap, distilasi vakum, dan distilasi kering. Distilasi sederhana menggunakan dasar pemisahan
perbedaan titik didih yang jauh atau dengan melibatkan salah satu komponen yang bersifat
volatil. Distilasi fraksionasi adalah distilasi yang memisahkan dua atau lebih komponen cair dari
suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi vakum biasanya digunakan jika
senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan kata lain dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya. Campuran ini dapat dikatakan memiliki titik didih diatas 150°C. Jenis
distilasi selanjutnya yaitu distilasi uap. Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa
yang memiliki titik didih mencapai 200°C atau lebih. Distilasi uap dapat dilakukan dengan
menguapkan senyawa-senyawa ini pada suhu mendekati 100°C dalam tekanan atmosfer.
Penguapan dapat dilakukan dengan menggunakan uap atau air mendidih. Distilasi kering
merupakan distilasi yang dilakukan dengan cara memanaskan material padat untuk
mendapatkan fase uap dan cairnya. Distilasi ini biasanya digunakan untuk mengambil
cairan bahan bakar dari kayu atau batu bara (Soebagio, 2005).
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak eteris yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai
rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tumbuhan penghasilnya, dan umumnya larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri dalam konsentrasi tinggi dapat digunakan
sebagai anastetik lokal. Minyak atsiri yang digunakan misalnya minyak cengkeh. Minyak ini
digunakan untuk mengatasi sakit gigi, tetapi dapat merusak selaput lendir. Kebanyakan minyak
atsiri juga bersifat antibakteri dan antijamur yang kuat (Agusta, 2000).
Minyak atsiri sebagai senyawa metabolit sekunder, juga dikenal memiliki aktivitas sebagai
antibakteri. Antibakteri merupakan daya hambat untuk perkembangan bakteri dan toksisitas
selektif, dimana bahan tersebut hanya melemahkan patogen tetapi tidak berpengaruh terhadap
inangnya. Kandungan senyawa minyak atsiri dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan
bakteri yang dapat digunakan sebagai penghambat aktivitas bakteri (Saputra, 2017).
Minyak atsiri hanya mengandung dua golongan senyawa jika ditinjau dari segi kimia fisika,
yaitu oleoptena dan stearoptena. Oleoptena adalah bagian hidrokarbon di dalam minyak atsiri dan
berwujud cairan. Steroptena adalah senyawa hidrokarbon teroksigensi yang umunya berwujud
padat. Minyat atsiri pada dasarnya mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya senyawa
tersebut sangat kompleks. Tipe senyawa organik yang mungkin terkandung dalam minyak atsiri,
seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter. Komponen minyak atsiri sangat
kompleks, tetapi biasanya tidak melebihi 300 senyawa. Aroma minyak atsiri biasanya ditentukan
oleh komponen yang presentasinya tinggi. Jenis bahan tumbuhan yang digunakan dalam
pengobatan karena kandungan minyak atsirinya, misalnya adalah serai, cengkeh dan pala. Minyak
atsiri juga digunakan sebagai obat setelah diekstraksi atau disuling dari sumbernya, misalnya
minyak kayu putih. Minyak atsiri larut dengan baik di dalam lemak, sehingga kebanyakan minyak
atsiri dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan selaput lendir (Agusta, 2000).
Matery Safety Data Sheet (MSDS)
Aquades (H2O)
Aquades merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus molekul H 2O. Aquades memiliki
wujud cair dan tidak bewarna. Aquades tidak memiliki bau dan memiliki berat molekul 18,02
g/mol. Aquades memiliki titik didih sebesar 100 оC dan memiliki pH netral yaitu 7. Aquades
merupakan bahan yang tidak berbahaya sehingga aman jika kontak fisik dengan aquades
(ScienceLab, 2018).
Magnesium Sulfat Anhidrat (MgSO4)
Magnesium sulfat anhidrat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus kimia MgSO4.
Magnesium sulfat anhidrat berwujud padat dan memiliki berat molekul 120,38 g/mol. Magnesium
sulfat anhidrat bersifat mudah larut dalam air. Magnesium sulfat anhidrat merupakan bahan yang
tidak mudah terbakar. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan magnesium sulfat anhidrat
adalah dengan membasuh luka dengan air yang banyak selama 15 menit jika bahan mengenai kulit
(ScienceLab, 2018).
Batu Didih
Batu didih atau Maleat anhidrat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus kimia
C4H2O3. Batu didih dapat terbakar pada suhu tinggi. Batu didih memiliki berat molekul 98,06
g/mol dan berwarna putih. Batu didih memiliki pH 7, titik didih sebesar 202 оC dan titik lebur
sebesar 52,8 оC. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan magnesium sulfat anhidrat adalah
dengan membasuh luka dengan air yang banyak selama 15 menit jika bahan mengenai kulit
(ScienceLab, 2018).
Prinsip Kerja
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode distilasi dimana pemisahan
dilakukan berdasarkan pada perbedaan titik didih zat-zat yang terkandung dalam bahan. Distilasi
yang dilakukan dapat berupa pemisahan senyawa volatil dan non volatil. Uap yang dihasilkan
langsung dikondensasi dalam kondesor dan diperoleh zat volatil pada erlenmeyer dalam wujud cair
kembali. Prinsip hidrodistilasi merupakan penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang
tidak saling bercampur, hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan. Proses hidrodistilasi
dilakukan dengan bantuan air maupun uap air.
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan Distilasi Minyak Atsiri adalah pisau, set alat distilasi
dan gelas ukur 5 mL
Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan Distilasi Minyak Atsiri adalah bunga cengkeh,
magnesium sulfat anhidrat, dan batu didih.
Prosedur Kerja
Disiapkan sampel. Dipotong-potong kecil sampel (daun, bunga, atau batang) yang sudah
bersih dan kering. Dipersiapkan set alat distilasi. Diasukkan 50 gram sampel kedalam labu alas
bulat 250 mL. Dipenuhi labu dengan aquades hingga setengah volume total labu. Ditambahkan
batu didih. Dipasang kembali labu pada set up alat distilasi. Dipanaskan labu pada mantel pemanas
secara perlahan-lahan. Dihentikan distilasi jika sudah diperoleh distilat sebanyak 100 mL atau telah
dipanaskan selama 1-1,5 jam. Dicatat volume distilat yang diperoleh. Dibiarkan distilat beberapa
saat hingga nantinya diperoleh dua fasa, aqueous phase dan organic phase. Dipisahkan minyak
atsiri dari air yang ada dalam campuran distilat. Ditambahkan sedikit magnesium sulfat pada
distilat minyak atsiri. Diperoleh minyak atsiri dengan cara dekantasi. Dicatat volume minyak atsiri
yang diperoleh. Dihitung rendemen minyak atsiri yang diperoleh . Diamati bau dan warna dari
minyak atsiri tersebut.
Waktu yang Dibutuhkan
No. Kegiatan Waktu
1. Persiapan set alat distilasi 30 menit
2. Persiapan sampel 30 menit
3. Distilasi minyak atsiri pada cengkeh 120 menit
4. Pemisahan campuran pada distilat 10 menit
Total Waktu 190 menit

Data dan Perhitungan


Data
No Perlakuan Keterangan
.
1. 50 gram cengkeh ditumbuk dan dipotong kecil Cengkeh halus
2. Ditambah akuades kemudian didistilasi Cairan yang diperoleh pada
erlenmeyer membentuk dua
fasa
3. Dipisahkan minyak dengan air dan ditambahkan Minyak menggumpal
MgSO4
4. Diukur volume minyak aktsiri 0,7 ml atsiri
Perhitungan
Massa minyak atsiri
Volume minyak atsiri hasil percobaan = 0,7 ml
Massa jenis eugenol = 1,06 gram/ml
Massa minyak atsiri = massa jenis minyak atsiri x volume minyak atsiri
= 1,06 gram/ml x 0,7 ml
= 0,742 gram
massa minyak atsiri
% Rendemen = × 100 %
massa sampel cengkeh
0,742 gram
= ×100 %
50 gram
= 1,484 %
Hasil
No Perlakuan Gambar

1. Pemasangan set alat distilasi


2. Cengkeh dimasukkan dalam
labu leher tiga dan
dipanaskan saat distilasi

3. Hasil distilasi

4. Hasil pengukuran minyak


atsiri

Pembahasan
Praktikum kimia organik tentang distilasi minyak atsiri bertujuan untuk mempelajari teknik
pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didih dan mempelajari metode ekstraksi minyak
atsiri menggunakan prinsip hidrodistilasi. Distilasi merupakan salah satu metode pemisahan suatu
zat berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap zat. Campuran zat tersebut
dididihkan sehingga menguap. Uap ini kemudian didinginkan sampai menjadi bentuk cairan.
Proses distilasi diawali dengan pemanasan. Hal ini menyebabkan zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu. Proses yang terjadi pada distilasi adalah perubahan fasa cair
menjadi fasa uap atau gas dengan pendidihan kemudian gas tersebut diembunkan. Tekanan uap
merupakan suatu sifat dari zat cair yang bergantung pada suhu. Tekanan uap selalu bertambah
seiring dengan kenaikan suhu (Syukri,2007).
Percobaan distilasi minyak atsiri menggunakan sampel cengkeh. Sampel cengkeh dipilih
karena cengkeh merupakan tumbuhan yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup besar,
baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%), maupun daun (1-4%). Komponen terbesar yang
terdapat dalam minyak atsiri pada cengkeh adalah eugenol, yaitu sebesar 70-80%. Eugenol
merupakan senyawa yang fenol dari keluarga alilbenzena yang berwarna bening hingga kuning
pucat dan kental seperti minyak. Eugenol biasanya digunakan dalam industri parfum, penyedap
dan farmasi. Struktur molekul eugenol adalah sebagai berikut

Gambar 1. Struktur molekul eugenol


Minyak atsiri dalam cengkeh diperoleh dengan cara menggunakan distilasi berdasarkan
metode hidrodistilasi. Distilasi adalah suatu metode pemisahan yang didasarkan pada perbedaan
titik didih senyawa-senyawa penyusun suatu sampel. Senyawa yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap terlebih dahulu, sedangkan yang memiliki titik didih lebih tinggi akan
tertinggal dalam labu leher tiga. Uap yang diperoleh selanjutnya akan masuk ke dalam kondesor
dan diembunkan kembali hingga berbentuk cairan. Cairan dari hasil distilasi tersebut akan menetes
dan masuk ke dalam erlenmeyer yang diletakkan pada ujung kondesor. Hasil yang tertampung
dalam labu erlenmeyer berupa cairan yang membentuk dua fasa. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa hidrodistilasi merupakan penyulingan suatu campuran yang berwujud
cairan yang tidak saling bercampur, hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan
(Sastrohamidjojo, 2004). Dua fasa yang terbentuk dari hasil distilasi tersebut disebabkan adanya
perbedaan massa jenis diantara dua jenis cairan yang saling bercampur. Distilasi yang digunakan
dalam percobaan ini melibatkan terjadinya kontak langsung antara sampel dengan akuades.
Distilasi jenis ini disebut dengan distilasi langsung. Metode distilasi langsung dipilih karena
metode ini merupakan teknik yang baik untuk penyulingan bahan yang berasal dari tumbuhan,
namun pada umumnya minyak atsiri akan terdekomposisi pada suhu tinggi.
Sampel cengkeh yang akan digunakan dipotong kecil-kecil dan ditumbuk sampai sedikit
halus terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar minyak atsiri pada cengkeh semakin mudah keluar
dan minyak atsiri yang dihasilkan banyak. Sampel cengkeh selanjutnya ditimbang sebanyak 50
gram dan dimasukkan kedalam labu leher tiga dengan ditambahkan akuades didalamnya.
Penambahan akuades dilakukan untuk memudahkan proses pemisahan minyak atsiri dari sampel
cengkeh. Sampel cengkeh dalam labu leher tiga kemudian disambungkan dengan alat distilasi dan
dipanaskan. Pemanasan pada distilasi dilakukan penambahan batu didih. Batu didih ini merupakan
benda kecil yang bentuknya tidak rata dan berpori yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang
sedang dipanaskan. Batu didih terbuat dari bahan siliki, kalsium karbon, porselen, maupun karbon.
Penambahan batu didih ini berfungsi untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen
pada seluruh bagian larutan dan menghindari titik lewat didih. Pemanasan dilakukan untuk
mengkondisikan agar senyawa dalam labu leher tiga mencapai titik didihnya sehingga dapat
berubah menjadi uap. Titik didih yang dihasilkan adalah sebesar 94 oC. Uap yang dihasilkan dari
sampel kemudian masuk ke dalam kondensor. Kondesor memiliki dua lubang, yaitu lubang luar
dan lubang dalam. Lubang luar digunakan sebagai tempat mengalirnya air, sedangkan bagian
dalam digunakan sebagai tempat mengalirnya zat yang berbentuk uap yang dihasilkan dari sampel.
Lubang luar digunakan untuk mengkondisikan kondesor dalam keadaan dingin dengan cara
mengalirkan air. Hal ini ditujukan agar uap yang lewat dalam kondesor dapat mengembun dengan
cepat. Air yang dilewatkan dalam kondesor adalah air es yang berasal dari pompa air. Air es
digunakan karena memiliki suhu rendah, sehingga dapat mempercepat proses pengembunan. Air
dari pompa air dimasukkan melalui kondesor bagian bawah untuk menghindari pengembunan uap
pada ujung atas kondesor, yaitu ujung yang berdekatan dengan labu leher tiga. Bagian bawah
kondesor adalah bagian kondesor yang berdekatan dengan labu erlenmeyer tempat penampungan
hasil distilasi. Sumber pompa air yang dilewatkan pada ujung bawah kondesor akan membuat uap
menjadi cairan sempurna, sehingga zat yang masuk ke dalam erlenmeyer benar-benar dalam wujud
cairan. Pemanasan dilakukan selama satu setengah jam.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi hasil distilasi seperti kondisi cengkeh. Cengkeh
yang digunakan harus cengkeh yang sudah dipotong-potong dan dihaluskan. Hal ini berpengaruh
pada luas permukaan sampel. Cengkeh yang tidak dihaluskan terlebih dahulu akan menghasilkan
minyak atsiri yang sedikit dari sampel cengkeh. Faktor selanjutnya yaitu suhu, semakin suhu tinggi
maka semakin cepat dan banyak uap dihasilkan. Faktor waktu juga berpengaruh pada hasil
distilasi, semakin lama waktu yang digunakan dalam distilasi maka uap yang dihasilkan akan
semakin banyak sehingga hasil distilat yang dihasilkan juga semakin banyak.
Hasil dari proses pemanasan yang diperoleh berupa zat cair yang tertampung pada
erlenmeyer. Zat cair yang dihasilkan membentuk dua fasa, yaitu air dan minyak atsiri. Minyak
atsiri yang dihasilkan oleh sampel cengkeh adalah eugenol sebagai komponen terbesar penyusun
minyak atsiri cengkeh. Terbentuknya dua fasa tersebut dikarenakan kedua zat dalam erlenmeyer
memiliki massa jenis yang berbeda. Minyak atsiri yang berwarna agak kekuningan berada di
bawah, sedangkan air berada di atas. Hal ini dikarenakan massa jenis minyak atsiri lebih besar dari
air. Massa jenis zat menurut ScienceLab (2018) menyatakan bahwa minyak atsiri atau dalam hal
ini adalah eugenol sebesar 1,06 gram/ml, sedangkan massa jenis air 1,0 gram/ml. Zat dengan
massa jenis yang lebih besar berada di bawah, sedangkan yang lebih kecil berada di atas, karena
massa jenis besar berarti kerapatan yang dimiliki zat juga besar, sehingga semakin sulit zat lain
untuk masuk di antara zat tersebut.
Hasil distilasi yang diperoleh selanjutnya dipisahkan antara fasa air dan fasa minyak
dengan cara mengambil air secara perlahan menggunakan pipet. Air yang masih tersisa dapat
dipisahkan dengan menambahkan MgSO4. Hal ini dikarenakan MgSO4 mampu mengikat air
dengan cara menggumpalkannya. Reaksi kimia yang terjadi adalah
MgSO4(aq) + H2O(l) MgSO4.x H2O(s)
Minyak yang sudah dipisahkan dengan air, selanjutnya diukur menggunakan gelas ukur. Hasil
yang diperoleh kelompok lain adalah sebesar 0,7 ml. Data yang diperoleh selanjutnya dimasukkan
ke dalam persamaan massa jenis. Massa minyak atsiri yang diperoleh dapat diketahui dari hasil kali
massa jenis minyak atsiri dengan volume minyak atsiri yang diperoleh dalam percobaan. Massa
tersebut selanjutnya digunakan untuk mengetahui persentase rendemen yang dihasilkan dengan
cara membandingkan massa minyak atsiri dengan massa sampel awal. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa persen rendemen yang dihasilkan sebesar 1,484 %. Persen rendemen akan
semakin tinggi jika massa yang diperoleh semakin tinggi pula dan sebaliknya.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan distilasi minyak atsiri, antara lain :
1. Teknik pemisahan yang memanfaatkan adanya perbedaan titik didih adalah metode
distilasi. Distilasi dilakukan berdasarkan prinsip dimana senyawa yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap terlebih dahulu ketika dipanaskan. Uap tersebut akan masuk ke
kondesor dan didinginkan melalui air yang dialirkan dalam kondesor. Uap akan
mengembun dan terkumpul sebagai destilat dalam labu erlenmeyer.
2. Distilasi minyak atsiri dilakukan dengan meggunakan prinsip hidrodistilasi dimana destilat
yang terkumpul pada erlenmeyer berupa cairan yang membentuk dua fasa. Dua fasa
tersebut trediri dari air dan minyak atsiri yang sudah melewati titik didihnya, sehingga
berubah menjadi uap dan diembunkan dengan melewatkan uap melalui kondesor. Destilat
yang terdiri dari dua fasa dipisahkan antara air dan minyaknya, dimana sisa air dapat
digumpalkan dengan menambahkan MgSO4. Minyak atsiri yang diperoleh dari proses
distilasi sebanyak 0,7 ml sehingga persen rendemen yang dihasilkan sebesar 1,484 %.
Daftar Pustaka
Agusta, A. 2000. Minyak atsiri Tmbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB.
Saputra, A.K., dkk. 2017. Kandungan Kimia Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Jeruk Bali (Citrus
Maxima) Serta Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus  Dan
Escherichia Coli. Jurnal Kimia 11 Vol. 1 ISSN 1907-9850.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Aquades. [serial online].
http://sciencelab.com/material safety data sheet aquades. [20 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Magnesium Sulfat Anhidrat. [serial online].
http://sciencelab.com/material safety data sheet magnesium sulfat anhidrat. [20 Oktober
2018].
Sediawan, W.B. 2000. Berbagai Teknologi Pemisahan. Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan
Bakar Nuklir Vol. V ISSN 1410-199.
Soebagio. 2005. Kimia Analisis II. Malang: UM Press
Syukri. 2007. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB
Tim Penyusun. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas Jember.
Saran
Praktikan harus lebih fokus dalam melakukan praktikum kimia organik. Praktikan harus
mendengarkan arahan dari asisten agar materi yang disampaikan bisa dipahami dan tujuan yang
diinginkan dapat dicapai. Praktikan sebaiknya mencatat hasil percobaan dengan benar agar tidak
ada materi yang terlewatkan dan materi tersebut bisa bermanfaat bagi praktikan yang melakukan
praktikum. Praktikan harus cermat dalam mengamati sampel distilat agar memperoleh hasil yang
maksimal serta hati-hati dalam menggunakan peralatan laboratorium.
Nama Praktikan
Roisatul Fitri (171810301022)
Kelompok 2
Nama Asisten
Suci Aulia Rahmawati

Anda mungkin juga menyukai