Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DASAR TEKNIK KIMIA I

SEMESTER : II (DUA)

TAHUN AJARAN : 2013/2014

KELOMPOK : XXV (DUA PULUH LIMA)

TGL. PERCOBAAN : 8 MARET 2014

JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DENGAN TITRASI

ASIDI-ALKALIMETRI

NAMA NIM

SHINTA WIDYASTUTI 130405069

Keadaan ruangan :

Tekanan Udara : 760 mmHg

Suhu Ruangan : 30 oC

LABORATORIUM KIMIA ANALISA

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

ABSTRAK

Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah

asam atau garam. Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam

yang diukur jumlah asam atau garam. Percobaan dengan judul “Penentuan Asam Asetat dengan

Titrasi Asidi-Alkalimetri” yang bertujuan untuk menentukan kadar asam asetat dalam

cuka Anggur “Tahesta” dengan menggunakan larutan standar baku NaOH yang telah ditetesi

indikator phenolphtalein. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: NaOH,

H2C2O4, Sampel Cuka Anggur “Tahesta”, dan Aquadest. Adapun alat-alat yang digunakan antara

lain: buret, statif besi, pipet tetes, corong, beaker glass, erlenmeyer, klem, aluminium foil. Pada

percobaan ini, asam oksalat yang telah ditambahkan phenolphtalein dititrasi dengan

larutan natrium hidroksida yang sudah distandarisasi sampai warnanya berubah menjadi

merah rosa, percobaan diulangi sampai 2 kali sehingga diperoleh normalitas NaOH praktek

0,19986 N,dan persen ralatnya ialah 0,16%. Dilanjutkan dengan titrasi sampel Cuka Anggur

“Tahesta” menggunakan NaOH yang telah distandarisasi sampai warnanya berubah menjadi

merah rosa, percobaan diulangi 2 kali sehingga diperoleh normalitas CH3COOH praktek

0,1885 N, dan persen ralatnya ialah 4,79 %.

Kata kunci : asam asetat, asidi-alkalimetri, natrium hidroksida, phenolphtalein, titrasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi

asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat,

ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian

besar yaitu asidimetri dan alkalimetri.

Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa.

Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.

Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan

larutan standar basa untuk menentukan asam.

Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu

obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga

lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan

warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin (Haryadit, 2011).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai

berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang

kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia

maupun secara

fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator

potensiometrik

dapat pula digunakan

(Sasongko, 2010).

Pada percobaan ini akan dilakukan metode titrasi asidi-alkalimetri untuk menentukan kadar

asam asetat dalam cuka.Melalui percobaan ini, diharapkan praktikan mampu memahami dan

mengerti cara penentuan kadar konsentrasi suatu larutan dengan tepat serta perhitungan yang

didasarkan dengan prinsip stokiometri dari reaksi kimia di mata kuliah kimia analisa ini.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang timbul dalam percobaan asidi alkalimetri ini adalah bagaimana cara untuk

menentukan kadar suatu larutan asam ataupun basa dengan prinsip asidi alkalimetri dengan

tepat.

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan asidi alkalimetri ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami prinsip titrasi asidi alkalimetri.

2. Untuk menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi

asidi

alkalimetri.

3. Untuk mengetahui aplikasi asidi alkalimetri di dalam industri.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat yang dapat diambil dari percobaan asidi alkalimetri ini antara lain:

1. Dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi asidi alkalimetri.

2. Dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi

asidi alkalimetri.
3. Dapat mengetahui aplikasi asidi alkalimetri di dalam industri.

1.5 Ruang Lingkup Percobaan

Praktikum Kimia Analisa Kuantitatif dengan modul percobaan Analisis Volumetri : Titrasi Asam

Basa ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia,

Universitas Sumatera Utara dan dalam kondisi ruangan:

Temperatur : 30oC

Tekanan udara : 760 mmHg

Dilakukan dalam ruangan dengan menggunakan bahan–bahan antara lain aquadest (H2O), asam

oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 N 200 ml, natrium hidroksida (NaOH) 0,2 N 500 ml, dan indikator

phenolphtalein (C20H14O4) sedangkan untuk peralatan digunakan alat-alat seperti statif besi dan

klem, buret, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, corong dan batang pengaduk.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi Asam Basa

Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu

larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analisis

semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan reaktan disebut analisis

volumetri.Pada suatu titrasi, salah satu larutan yang mengandung suatu reaktan dimasukkan ke

dalam buret, sebuah tabung panjang yang salah satu ujungnya mempunyai kran dan diberi skala

dalam mililiter dan sepersepuluh mililiter.

Larutan dalam buret disebut penitrasi (titran) dan selama titrasi, larutan ini diteteskan secara

perlahan melalui kran ke dalam labu Erlenmeyer yang mengandung larutan reaktan lain.
Larutan penitrasi ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan

berubahnya warna indikator, suatu zat yang umumnya ditambahkan ke dalam larutan dalam

bejana penerima dan yang mengalami perubahan warna ketika reaksi berakhir. Perubahan

warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada

titik ini, penetesan larutan penitrasi dihentikan dan volumenya dicatat (Brady, 1987).

2.2 Prinsip Titrasi Asam Basa

Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan yang sudah diketahui

konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik

stoikiometri atau titik setara.Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer

ataupun titran.

Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran

ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara

stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya

warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi

asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama

dengan jumlah asam yang dinetralkan :

[H+] = [OH-]

Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindikator

disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya

titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga

sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian

catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan

data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut

(Pramono,2012).
2.3 Asidi Alkalimetri

Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti :

aA + tT --> hasil

dengan keterangan : a molekul analit A bereaksi dengan molekul pereaksi T. Pereaksi T disebut

titran ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan

dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar

dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses, disebut stsndarisasi. Penambahan titran

dilanjutkan hingga sejumlah T yang kimia ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka

dikatakan bahwa titik ekivalen titran telah tercapai.Agar mengetahui bila penambahan titran

berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang

bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna.Perubahan warna

inidapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik ekivalen.Titik titrasi pada saat indikator

berubah warna disebut titik akhir.

Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar untuk penentuan titrimetrik salah

satunya adalah reaksi asam-basa. Reaksi ini memiliki nama lain sebagai asidi-alakalimetri.

Terdapat banyak asam dan basa yang ditentukan dengan titrimetri. Jika HA merupakan asam

yang akan ditentukan dan BOH basanya, reaksinya adalah :

HA + OH--->A- + H2O

dan

BOH + H3O+-->B+ + 2H2O


Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam

klorida (Underwood dan Day, 2002).

Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal

dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat

netral.Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan

penerima proton (basa).

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang

bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan

kadar senyawa-senyawa yang bersifat asm dengan menggunakan baku basa.

Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan

pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir

titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat

dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH

larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai titik

ekivalen (Sasongko, 2010).

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Titrasi Asam Basa

2.4.1 Indikator Titrasi

Zat kimia yang digunakan untuk mengetahui bila penambahan titran berhenti/titik ekivalen

titran telah tercapai (Underwood dan Day, 2002).

2.4.2 Titik Ekivalen/ Titik Akhir Teoritis

Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang diperlukan untuk

bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai titik ekivalen (Khopkar, 1985).

2.4.3 Titik Akhir Titrasi


Titik akhir titrasi yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah menunjukkan warna dan titrasi

harus dihentikan (Brady, 1987).

2.5 Indikator Titrasi

Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atu membentuk fluorosen atau

kekeruhan pada suatu range(trayek) pH tertentu. Indikator asam-basa terletak pada titik

ekivalen dan ukuran dari pH.Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan

menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik.Perubahan warna

disebabkan oleh resonansi ismer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi ynag

berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda.

Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan:

a. indikator ftalein dan indikator sulfoftalein

b. indikator azo

c. indikator trifenilmetana (Khopkar, 1985)

2.5.1 Fenolftalein

Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini

merupakan bentuk asam lemah yang lain.

Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda

terang.Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan

mengubah indikator menjadi tak berwarna.Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion

hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya – mengubah

indikator menjadi merah muda.

Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak

berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya

dengan akurat!(Clark, 2007).


2.6 Aplikasi Asidi-Alkalimetri, “ Sel Elektrolisis 3-Kompartemen untuk Ekstraksi Magnesium

dan

Sulfat dari Sistem Larutan MgSO4-KCl-H2O ”

Ekstraksi magnesium dan sulfat, berturut-turut dalam bentuk perolehan Mg(OH)2 dan

H2SO4 telah dilakukan berdasarkan elektrolisis sistem larutan MgSO4–KCl–H2O.Bahan-bahan

yang telah tersedia sebelumnya meliputi larutan campuran MgSO4dan KCl, masing-masing

dengan kadar 0,1 M, larutan Ba(OH)2 0,1 M, larutan HCl 0,1 M, akuades, dan indikator

fenolftalein. Pencatu daya 7A Montana dipergunakan sebagai sumber arus listrik

eskternal.Instrumen pH-meter WTW-pH 192 digunakan untuk memastikaan saat menghentikan

elektrolisis. Multimeter analog Sanwa YX–360 Tre diperlukan untuk mengontrol kuat arus

selama elektrolisis.Neraca analitik konvensional digunakan untuk menimbang endapan hasil

elektrolisis.

Seratus milliliter larutan campuran MgSO4 dan KCl dituangkan ke dalam kompartemen tengah,

sementara akuades dituangkan ke dalam kompartemen anodik dan katodik, masing-masing

sebanyak 100 mL.Sebanyak 5 tetes indikator fenolftalein dibubuhkan ke kompartemen

katodik.Potensial diatur konstan 6 volt.Elektrolisis dihentikan kurang lebih 20 menit setelah pH

larutan dalam kompartemen katodik tidak lagi berubah.

Sebagai data penguat, kadar KOH dalam larutan katodik ditentukan berdasarkan metode titrasi

asidi–alkalimetri, mempergunakan larutan standar HCl 0,1 M. Indikator fenolftalein digunakan

sebagai penanda titik ekivalen titrasi. Kadar KOH dalam kompartemen katodik dihitung

memakai persamaan VKOH NKOH = VHCl NHCl (dengan VKOH = 25 mL dan NHCl= 0,1 M) dibandingkan

dengan kadar kalium dalam kompartemen sel sebelum elektrolisis dijalankan. Residu garam KCl

maupun MgSO4 diuji melalui pengeringan larutan sisa di dalam oven bersuhu 110 oC (Rahmanto,

2006).
BAB III

BAHAN DAN PERALATAN

3.1 Bahan dan Fungsi

3.1.1 Asam Cuka (CH3COOH)

Fungsi : sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam asetatnya.

A. Sifat Fisika

1. Berbentuk cairan jernih.

2. Berasa asam.

3. Berbau menyengat.

4. Titik beku : 16,6 °C

5. Titik didih : 118,1 °C

B. Sifat Kimia

1. Bereaksi dengan agen oksidator.

2. Mudah terbakar.

3. Menyebabkan korosif pada logam.

4. Tidak terjadi polimerisasi.

5. Sangat korosif terhadap baja.

(ScienceLab, 2013a)

3.1.2 Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O)

Fungsi : sebagai larutan untuk menstandarisasi larutan NaOH

A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 90,04 gr/mol

2. Densitas : 1,90 gr/cm3


3. Kelarutan dalam air : 1 gr/7 ml (air dingin)

4. Penampilan : Kristal Putih

5. Tidak berbau.

B. Sifat Kimia

1. Dapat terbakar pada temperatur tinggi.

2. Tidak bersifat korosif terhadap kehadiran kaca.

3. Bersifat higroskopik.

4. bereaksi dengan logam, basa dan oksidator.

5. Mudah meledak jika ada percikan api.

(ScienceLab, 2013b)

3.1.3 Natrium Hidroksida (NaOH)

Fungsi : sebagai larutan standar untuk menitrasi asam cuka.

A. Sifat Fisika

1. Titik didih : 1388 °C

2. Berat molekul : 40 gram/mol

3. Titik leleh : 323 °C

4. Berbentuk putih padat.

5. Mudah larut dalam air dingin.

B. Sifat Kimia

1. Mudah meledak dengan adanya panas.

2. Tidak mudah terbakar.

3. Higroskopik.

4. Sangat reaktif dengan logam.

5. Melepaskan panas ketika dilarutkan.

(ScienceLab, 2013c)
3.1.4 Aquades (H2O)

Fungsi : sebagai pelarut dan pengencer.

A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 18,02 gr/mol

2. Densitas : 1000 kg/m3, cair (4 oC)

3. Tekanan uap : 2,3 kPa (20°C)

4. Titik didih : 100oC

5. Berbentuk cairan tidak berwarna.

B. Sifat Kimia

1. Tidak dapat terbakar.

2. Tidak beracun.

3. Memiliki pH 7 (netral).

4. Tidak terjadi iritasi pada kulit jika terjadi kontak.

5. Polimerisasi tidak terjadi.

(ScienceLab, 2013d)

3.1.5 Indikator Phenolpthalein (C20H14O4)

Fungsi : sebagai pengindikasi suatu larutan asam atau basa.

A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 318,33 gr/mol

2. Densitas : 1,299 gr/cm3

3. Rumus molekul : C20H14O4

4. Titik lebur : 260 oC

5. Tidak berbau.

B. Sifat Kimia
1. Dapat terbakar pada suhu tinggi.

2. Produk pembakaran karbon dioksida dan CO

3. Reaktif dengan agen pengoksidasi

4. Merupakan produk yang stabil

5. Tidak terbakar jika terjadi guncangan

(ScienceLab, 2013e)

3.2 Peralatan Percobaan

1. Pipet tetes

Fungsi : Untuk mengambil indikator dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer.

2. Erlenmeyer

Fungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.

3. Statif dan klem

Fungsi : Sebagai penyanggah berdirinya buret.

4. Buret

Fungsi : Sebagai wadah pentiter.

5. Beaker Glass

Fungsi : Sebagai tempat / wadah campuran zat diaduk.

6. Corong

Fungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret.

7. Batang Pengaduk

Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terbentuk larutan yang homogen.

8. Gelas Ukur

Fungsi : Mengukur larutan sesuai dengan takaran yang diperlukan dalam percobaan.

BAB IV

PROSEDUR PERCOBAAN
4.1 Prosedur Percobaan

4.1.1 Penyiapan Larutan NaOH 0,2 N

1. Cuci dan bilas beaker glass 500 ml

2. Bila larutan akan disimpan dalam waktu yang lama, sediakan botol plastik, sebab larutan

NaOH pasti bereaksi dengan kaca, walaupun perlahan.

3. Timbang 4,0 gram NaOH, larutkan ke dalam beaker glass 500 ml yang berisi aquades, aduk

hingga larut.

4.1.2 Standarisasi Larutan NaOH 0,2 N

1. Timbang sejumlah tertentu kristal asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dilrutkan dalam labu 250 ml

hingga diperoleh H2C2O4.2H2O 0,2 N.

2. Pipet larutan H2C2O4.2H2O di atas sebanyak 25 ml, masukkan ke dalam Erlenmeyer lalu

tambahkan indicator phenolptalein.

3. Titrasi dengan larutan baku asam (NaOH) sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi

pink (merahmuda) yang stabil. Catat volume NaOH yang terpakai.

4. Lakukan titrasi duplo hingga diperoleh konsentrasi NaOH.

4.1.3 Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Anggur “Tahesta”

1. Pipet sampel sebanyak 25 ml, masukkan ke dalam Erlenmeyer dantambahkan 2 tetes

indikator phenolptalein.

2. Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi pink (merah

muda) yang stabil. Catat volume NaOH yang terpakai.

3. Larutan titrasi di atas secara duplo lalu hitung kadar asam asetat yang diperoleh.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Percobaan

5.1.1 Penyiapan Larutan NaOH 0,2 N

Tabel 5.1 Data Penyiapan Larutan NaOH 0,2 N

Berat Kristal
Volume Pelarut Konsentrasi NaOH
NaOH

4 gram 500 ml 0,2N

5.1.2 Standarisasi Larutan NaOH 0,2 N

Tabel 5.2 Data Standarisasi Larutan NaOH 0,2 N

Volum N N
VolumeH2C2O4.2H2
No. e NaOH (Teori NaOH (Praktek
O
NaOH ) )

1 25 ml 13 ml

2 25 ml 12 ml

Rat 25 ml 12,5 ml 0,2 N 0,19968 N

a -

rata

5.1.3. Perhitungan Kadar AsamAsetatdalam Cuka Anggur “Tahesta”

Tabel 5.3 Perhitungan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Anggur “Tahesta”

Volum Konsentrasi Konsentrasi


VolumeCuk
No e CH3COOH(Teori CH3COOH(Praktek
a
NaOH ) )
1 25 ml 24 ml

2 25 ml 23,2 ml

Rata 0,198 N 0,1885 N


25 ml 23,6 ml
-rata

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Dari hasil percobaan, diperoleh konsentrasi asam asetat pada sampel Cuka Anggur

“Tahesta” run I dan run II berturut-turut adalah 0,192 N dan 0,185 N.

2. Dari hasil percobaan, kadar asam asetat pada sampel Cuka Anggur “Tahesta”, runI, dan run

II berturut-turut adalah 1,097% dan 1,057%.

3. Dari hasil percobaan, dihitung% ralat dalam percobaan yang dilakukan pada sampel Cuka

Anggur “Tahesta” adalah 4,79%.

4. Dari hasil percobaan, pH meningkat seiring dengan penambahan larutan NaOH.

5. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Praktikan diharapkan melakukan penimbangan H2C2O4.2H2Odengan cepat karena

H2C2O4.2H2O mudah bereaksi dengan udara.


2. Praktikan diharapkan memilih buret yang lebih baik, karena buret yang kurang bagus

dapat mempengaruhi proses pentitrasian dan persen ralat.

3. Saat melakukan titrasi, praktikan harus memperhatikan tetesan larutan baku yang

diteteskan agar tidak mengenai dinding labu tetapi langsung kelarutan.

4. Praktikan sebaiknya melakukan penimbangan Kristal NaOH dengan cepat karena NaOH

bereaksi dengan udara.

5. Praktikan harus memakai pipet yang bersih ketika mengambil phenolphthalein dikarenakan

phenolphthalein akan berubah warnanya bila digunakan pipet yang tidak bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1987. Kimia Univeritas Asas dan Struktur. Tangerang : Binarupa Aksara.

Budiyanto. 2012. Titrasi Asam Basa (Penambahan Asam dan

Basa). http://budisma.web.id. Diakses pada 8 Maret 2014.

Clark, Jim. 2007. IndikatorAsam-Basa. http://www.chem-istry.org/materi kimia/ kimia fisika1/

kesetimbanaganasam-basa/ indikatorasambasa/. Diakses pada 8 Maret 2014.

Haryadit. 2011. Laporan Asidi-Alkalimetri. http://noxarya.blogspot.com/2012 /04/ laporan-

lengkap-asidi-alkalimetri.html. Diakses pada tanggal 9 Maret 2014.

Khopkar, S.M. 1985.KonsepDasar Kimia Analitik.Depok : UI Press.

Pramono. 2012. Penentuan Komposisi Magnesium Hidroksida dan Aluminium Hidroksida dalam

Obat Maag.http://pramono.staff.mipa.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 9 Maret 2014.

Rahmanto, dkk.2006. Sel Elektrolisis 3-Kompartemen untuk Ekstraksi Magnesium dan Sulfat dari

Sistem Larutan MgSO4-KCl-


H2O. http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa/article/download/3300/2964. Diakses

pada tanggal 14 Maret 2014.

Sasongko, K. 2010. Asidi Alkalimetri. http://katonsasongko.blogspot.com. Diakses pada 9 Maret

2014.

ScienceLab. 2013a. Acetic Acid. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 8 Maret 2014.

_________. 2013b. Sodium Hidroxyde. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 10 Maret

2014.

_________. 2013c. Oxalic Acid. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 10Maret 2014.

_________. 2013d. Phenolphthalein. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 10 Maret

2014.

_________. 2013e. Water. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014.

Underwood,A.L.dan R. A. Day Jr.2002 .Analisa Kimia Kuantiataif. Edisi

Keempat. Jakarta :Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai