SEMESTER : II (DUA)
ASIDI-ALKALIMETRI
NAMA NIM
Keadaan ruangan :
Suhu Ruangan : 30 oC
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ABSTRAK
Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah
asam atau garam. Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam
yang diukur jumlah asam atau garam. Percobaan dengan judul “Penentuan Asam Asetat dengan
Titrasi Asidi-Alkalimetri” yang bertujuan untuk menentukan kadar asam asetat dalam
cuka Anggur “Tahesta” dengan menggunakan larutan standar baku NaOH yang telah ditetesi
indikator phenolphtalein. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: NaOH,
H2C2O4, Sampel Cuka Anggur “Tahesta”, dan Aquadest. Adapun alat-alat yang digunakan antara
lain: buret, statif besi, pipet tetes, corong, beaker glass, erlenmeyer, klem, aluminium foil. Pada
percobaan ini, asam oksalat yang telah ditambahkan phenolphtalein dititrasi dengan
larutan natrium hidroksida yang sudah distandarisasi sampai warnanya berubah menjadi
merah rosa, percobaan diulangi sampai 2 kali sehingga diperoleh normalitas NaOH praktek
0,19986 N,dan persen ralatnya ialah 0,16%. Dilanjutkan dengan titrasi sampel Cuka Anggur
“Tahesta” menggunakan NaOH yang telah distandarisasi sampai warnanya berubah menjadi
merah rosa, percobaan diulangi 2 kali sehingga diperoleh normalitas CH3COOH praktek
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi
asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat,
ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian
Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa.
Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.
Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan
Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu
obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga
lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan
warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin (Haryadit, 2011).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai
berikut :
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara
fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik
(Sasongko, 2010).
Pada percobaan ini akan dilakukan metode titrasi asidi-alkalimetri untuk menentukan kadar
asam asetat dalam cuka.Melalui percobaan ini, diharapkan praktikan mampu memahami dan
mengerti cara penentuan kadar konsentrasi suatu larutan dengan tepat serta perhitungan yang
didasarkan dengan prinsip stokiometri dari reaksi kimia di mata kuliah kimia analisa ini.
Masalah yang timbul dalam percobaan asidi alkalimetri ini adalah bagaimana cara untuk
menentukan kadar suatu larutan asam ataupun basa dengan prinsip asidi alkalimetri dengan
tepat.
2. Untuk menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi
asidi
alkalimetri.
Manfaat yang dapat diambil dari percobaan asidi alkalimetri ini antara lain:
2. Dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi
asidi alkalimetri.
3. Dapat mengetahui aplikasi asidi alkalimetri di dalam industri.
Praktikum Kimia Analisa Kuantitatif dengan modul percobaan Analisis Volumetri : Titrasi Asam
Basa ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia,
Temperatur : 30oC
Dilakukan dalam ruangan dengan menggunakan bahan–bahan antara lain aquadest (H2O), asam
oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 N 200 ml, natrium hidroksida (NaOH) 0,2 N 500 ml, dan indikator
phenolphtalein (C20H14O4) sedangkan untuk peralatan digunakan alat-alat seperti statif besi dan
klem, buret, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, corong dan batang pengaduk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu
larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analisis
semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan reaktan disebut analisis
volumetri.Pada suatu titrasi, salah satu larutan yang mengandung suatu reaktan dimasukkan ke
dalam buret, sebuah tabung panjang yang salah satu ujungnya mempunyai kran dan diberi skala
Larutan dalam buret disebut penitrasi (titran) dan selama titrasi, larutan ini diteteskan secara
perlahan melalui kran ke dalam labu Erlenmeyer yang mengandung larutan reaktan lain.
Larutan penitrasi ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan
berubahnya warna indikator, suatu zat yang umumnya ditambahkan ke dalam larutan dalam
bejana penerima dan yang mengalami perubahan warna ketika reaksi berakhir. Perubahan
warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada
titik ini, penetesan larutan penitrasi dihentikan dan volumenya dicatat (Brady, 1987).
Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik
stoikiometri atau titik setara.Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titran.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya
warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
[H+] = [OH-]
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindikator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya
titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga
sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan
data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut
(Pramono,2012).
2.3 Asidi Alkalimetri
aA + tT --> hasil
dengan keterangan : a molekul analit A bereaksi dengan molekul pereaksi T. Pereaksi T disebut
titran ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar
dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses, disebut stsndarisasi. Penambahan titran
dilanjutkan hingga sejumlah T yang kimia ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka
dikatakan bahwa titik ekivalen titran telah tercapai.Agar mengetahui bila penambahan titran
berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang
inidapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik ekivalen.Titik titrasi pada saat indikator
Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar untuk penentuan titrimetrik salah
satunya adalah reaksi asam-basa. Reaksi ini memiliki nama lain sebagai asidi-alakalimetri.
Terdapat banyak asam dan basa yang ditentukan dengan titrimetri. Jika HA merupakan asam
HA + OH--->A- + H2O
dan
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal
dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral.Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan
bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan
pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir
titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat
dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH
larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai titik
Zat kimia yang digunakan untuk mengetahui bila penambahan titran berhenti/titik ekivalen
Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang diperlukan untuk
bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai titik ekivalen (Khopkar, 1985).
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atu membentuk fluorosen atau
kekeruhan pada suatu range(trayek) pH tertentu. Indikator asam-basa terletak pada titik
ekivalen dan ukuran dari pH.Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan
menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik.Perubahan warna
disebabkan oleh resonansi ismer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi ynag
berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda.
Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan:
b. indikator azo
2.5.1 Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda
terang.Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan
Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak
berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya
dan
Ekstraksi magnesium dan sulfat, berturut-turut dalam bentuk perolehan Mg(OH)2 dan
yang telah tersedia sebelumnya meliputi larutan campuran MgSO4dan KCl, masing-masing
dengan kadar 0,1 M, larutan Ba(OH)2 0,1 M, larutan HCl 0,1 M, akuades, dan indikator
elektrolisis. Multimeter analog Sanwa YX–360 Tre diperlukan untuk mengontrol kuat arus
elektrolisis.
Seratus milliliter larutan campuran MgSO4 dan KCl dituangkan ke dalam kompartemen tengah,
Sebagai data penguat, kadar KOH dalam larutan katodik ditentukan berdasarkan metode titrasi
sebagai penanda titik ekivalen titrasi. Kadar KOH dalam kompartemen katodik dihitung
memakai persamaan VKOH NKOH = VHCl NHCl (dengan VKOH = 25 mL dan NHCl= 0,1 M) dibandingkan
dengan kadar kalium dalam kompartemen sel sebelum elektrolisis dijalankan. Residu garam KCl
maupun MgSO4 diuji melalui pengeringan larutan sisa di dalam oven bersuhu 110 oC (Rahmanto,
2006).
BAB III
A. Sifat Fisika
2. Berasa asam.
3. Berbau menyengat.
B. Sifat Kimia
2. Mudah terbakar.
(ScienceLab, 2013a)
A. Sifat Fisika
5. Tidak berbau.
B. Sifat Kimia
3. Bersifat higroskopik.
(ScienceLab, 2013b)
A. Sifat Fisika
B. Sifat Kimia
3. Higroskopik.
(ScienceLab, 2013c)
3.1.4 Aquades (H2O)
A. Sifat Fisika
B. Sifat Kimia
2. Tidak beracun.
3. Memiliki pH 7 (netral).
(ScienceLab, 2013d)
A. Sifat Fisika
5. Tidak berbau.
B. Sifat Kimia
1. Dapat terbakar pada suhu tinggi.
(ScienceLab, 2013e)
1. Pipet tetes
2. Erlenmeyer
4. Buret
5. Beaker Glass
6. Corong
7. Batang Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terbentuk larutan yang homogen.
8. Gelas Ukur
Fungsi : Mengukur larutan sesuai dengan takaran yang diperlukan dalam percobaan.
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN
4.1 Prosedur Percobaan
2. Bila larutan akan disimpan dalam waktu yang lama, sediakan botol plastik, sebab larutan
3. Timbang 4,0 gram NaOH, larutkan ke dalam beaker glass 500 ml yang berisi aquades, aduk
hingga larut.
1. Timbang sejumlah tertentu kristal asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dilrutkan dalam labu 250 ml
2. Pipet larutan H2C2O4.2H2O di atas sebanyak 25 ml, masukkan ke dalam Erlenmeyer lalu
3. Titrasi dengan larutan baku asam (NaOH) sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi
indikator phenolptalein.
2. Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi pink (merah
3. Larutan titrasi di atas secara duplo lalu hitung kadar asam asetat yang diperoleh.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat Kristal
Volume Pelarut Konsentrasi NaOH
NaOH
Volum N N
VolumeH2C2O4.2H2
No. e NaOH (Teori NaOH (Praktek
O
NaOH ) )
1 25 ml 13 ml
2 25 ml 12 ml
a -
rata
Tabel 5.3 Perhitungan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Anggur “Tahesta”
2 25 ml 23,2 ml
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Dari hasil percobaan, diperoleh konsentrasi asam asetat pada sampel Cuka Anggur
2. Dari hasil percobaan, kadar asam asetat pada sampel Cuka Anggur “Tahesta”, runI, dan run
3. Dari hasil percobaan, dihitung% ralat dalam percobaan yang dilakukan pada sampel Cuka
5. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
3. Saat melakukan titrasi, praktikan harus memperhatikan tetesan larutan baku yang
4. Praktikan sebaiknya melakukan penimbangan Kristal NaOH dengan cepat karena NaOH
5. Praktikan harus memakai pipet yang bersih ketika mengambil phenolphthalein dikarenakan
phenolphthalein akan berubah warnanya bila digunakan pipet yang tidak bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1987. Kimia Univeritas Asas dan Struktur. Tangerang : Binarupa Aksara.
Pramono. 2012. Penentuan Komposisi Magnesium Hidroksida dan Aluminium Hidroksida dalam
Rahmanto, dkk.2006. Sel Elektrolisis 3-Kompartemen untuk Ekstraksi Magnesium dan Sulfat dari
2014.
ScienceLab. 2013a. Acetic Acid. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 8 Maret 2014.
2014.
_________. 2013c. Oxalic Acid. www.ScienceLab.com. Diakses pada tanggal 10Maret 2014.
2014.