JUDUL PERCOBAAN :
PEMBUATAN ASPIRIN
1. Afifatussa’diyah (22010319140080)
2. Alyalifah Balqis (22010319140081)
3. Merilla Andini (22010319140082)
4. Elisa Br Saragih (22010319140084)
5. Amadea Paskah P A (22010319140085)
6. Putri Nourma Gupita (22010319140086)
7. Dinda Ayu Fernanda (22010319140087)
8. Ananda Rifda F M (22010319140088)
ABSTRAK
Asam asetil salisilat atau dikenal dengan aspirin merupakan bahan obat yang telah
digunakan secara luas serta memiliki peranan sangat besar dalam bidang farmasi.
Senyawa ini merupakan senyawa derivatif dari asam salisilat, senyawa golongan asam
karboksilat yang digunakan sebagai analgesic antipiretik, antiinflamasi dan antiplatet.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pembuatan aspirin dari asam
salisilat dan anhidrida asam asetat. Pada percobaan ini, terjadi reaksi esterifikasi pada
saat asam salisilat yang direaksikan dengan anhidrida asetat dan dibantu katalis asam
yaitu asam fosfat. Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas ukur, gelas
beaker, batang pengaduk, mikroskop optik, corong buchner, kertas saring, dan set alat
pemanas. Set alat pemanas terdiri dari tiang statif, penjepit statif, termometer, batang
pengaduk, penjepit kayu, panci, dan kompor pemanas air. Bahan yang digunakan
antara lain asam salisilat, asam sulfat pekat, FeCl 3 10 %, anhidrida asam asetat,
etanol, aquades, dan es batu. Pada percobaan ini didapatkan berat aspirin sebesar
5,0758 gram dengan rendemen 78,3 %
[2]
II.3 Kristalisasi
Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau suatu
lelehan. Disamping kristalisasi juga sering digunakan untuk pemurnian bahan padat yang
sudah berbentuk kristal. Proses pemurnian ini disebut kristalisasi ulang atau rekristalisasi.
Jika suatu larutan senyawa tersebut dijenuhkan dalam panas dan kemudian digunakan,
senyawa terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai mengendap membentuk kristal
yang murni dan bebas dari pengotor yang disebabkan oleh pertumbuhan kristal zat terlarut,
sehingga zat-zat ini dapat dipisahkan dari pengotornya [6].
II.4 Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristalin. Seringkali senyawa
yang diperoleh dari hasil suatu sintesis kimia memiliki kemurnian yang tidak terlalu tinggi.
Untuk memurnikan senyawa tersebut perlu dilakukan rekristalisasi [6].
Untuk mengrekristalisasi suatu senyawa kita harus memiliki pelarut yang cocok dengan
senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan ke dalam pelarut yang sesuai
kemudian dipanaskan (refluks) sampai semua senyawanya larut sempurna. Apabila pada
temperatur kamar, senyawa tersebut telah larut sempurna didalam pelarut, maka tidak perlu
lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa belum atau tidak
larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor penentu keberhasilan proses
kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut [6].
[4]
III. METODE
III.1 Alat
a. Pemanas air
b. Gelas ukur 10ml; 100ml
c. Corong Buchner
d. Pengaduk
e. Beaker glass
f. Thermometer
g. Saringan penghisap
h. Kertas saring
i. Mikroskop
III.2 Bahan
III.2.1 Pemerian Bahan
A. Asam Salisilat
Sifat Fisika :
Bentuk : Serbuk halus
Warna : Putih
Rasa : Agak manis
Bau : Tidak berbau
Rumus Molekul : C 7 H 6 O3
Sifat kimia :
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzena, mudah
larut dalam etanol dan eter, larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam
kloroform.
[9]
B. Asam Sulfat Pekat
Sifat Fisika :
Bentuk : Cairan kental
Warna : Tak berwarna
Rumus molekul : H 2 SO4
Sifat Kimia :
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol.
[7]
C. Fecl3 10%
Sifat Fisika :
Bentuk : Serbuk hablur
Warna : Kehijauan
Bobot molekul : 162,2
Sifat Kimia :-
[7]
D. Anhidrida Asam Asetat
Sifat Fisika :
Bentuk : Cair
Warna : Tak berwarna
Bau : Tajam
Rumus molekul : (CH 3CO¿2O
Sifat Kimia :-
[7]
E. Etanol
Sifat Fisika :
Bentuk : Cair
Bau : Khas
Titik didih : 28℃
Rumus molekul : C2 H6 O
Sifat Kimia :
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik.
[9]
F. Aquadest
Sifat Fisika :
Bentuk : Cair
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak berbau
Rasa : Tidak berasa
Rumus molekul : H₂O
Sifat Kimia : -
[7]
No Perlakuan Hasil
.
1 5 gram asam salisilat + 9 ml anhidrida Warna kuning keruh, berbau tajam
asam asetat
2 5 gram asam salisilat + 9 ml anhidrida Bau menyengat tajam, warma
asam asetat + 5 tetes asam sulfat pekat kuning pucat, mengental dan suhu
naik
O
3 Dipanaskan dengan suhu 50-60 C Warna lebih pekat
selama 15 menit
4 Didinginkan Tetap
5 Larutan yang sudah dingin + 75 ml Warna putih susu dan membentuk
aquadest Kristal putih
6 Penyaringan Serbuk putih pucat
7 Penambahan 15 ml alcohol + 37 ml air Larut, bau ester, warna lebih putih
panas
8 Rekristalisasi Warna putih bersih
9 Aspirin dengan jumlah sedikit + Warna pada larutan menjadi kuning
alcohol + FeCl3
10 Pengamatan dibawah mikroskop Kristal kotak-kotak
dengan objek glass ( aspirin + alcohol)
11 Penimbangan hasil Bobot 5,0758 gram dan persen hasil
rendemen 78,3 %
V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan praktikum Kimia Organik yang berjudul ”Pembuatan Aspirin” pada
hari Kamis, 2 April 2020 pukul 14.00 WIB melalui video pembuatan aspirin pada platform
Microsoft Teams. Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan
aspirin dari asam salisilat dan anhidrida asam asetat. Alat yang digunakan pada percobaan ini
yaitu gelas ukur, gelas beaker, batang pengaduk, mikroskop optik, corong buncher, kertas
saring, dan set alat pemanas. Set alat pemanas terdiri dari tiang statif, penjepit statif,
thermometer, batang pengaduk, penjepit kayu, panci, dan kompor pemanas air. Bahan yang
digunakan antara lain asam salisilat, asam sulfat pekat, FeCl3 10 %, anhidrida asam asetat,
etanol, aquadest, dan es batu.
Untuk pemerian bahannya yang pertama ada asam salisilat yang memiliki bentuk jarum
halus atau serbuk hablur, berwarna putih, rasa agak manis, tajam dan stabil diudara. Asam sulfat
pekat berbentuk cairan jernih seperti minyak, tidak berwarna, memiliki bau yang sangat tajam
dan korosif [9]. FeCl3 10 % berbentuk serbuk hablur, berwarna hitam kehijauan, bebas warna
jingga dari garam hidrat yang telah berpengaruh oleh kelembapan. Anhidrida asam asetat
berbentuk cairan jernih tidak berwarna, dan berbau tajam. Dan etanol memilki cairan tidak
berwarna, jernih, mudah menguap, mudah bergerak, berbau khas, memilki rasa panas dan
mudah terbakar. Aquadest berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan tidak berasa [7].
Kristal merupakan suatu bentuk padatan yang terdiri dari atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul zat padat yang tersusun secara berulang dengan jarak teratur dalam tiga
dimensi. Berbeda dengan amorf yang tidak teratur susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-
molekul penyusunnya. Amorf merupakan jenis padatan yang susunan atom atau partikelnya
tersusun secara acak dan tidak teratur [16]. Molekul dalam bentuk amorf memiliki energi dan
pergerakan molecular yang tinggi menyebabkan ketidakstabilan secara kimia dan fisika. API
yang berada dalam keadaan amorf lebih mudah larut dibandingkan dengan dalam bentuk kristal.
Bentuk padatan kristal lebih disukai karena mudah dimurnikan, lebih stabil dan bersifat
reprodusible, berbeda dengan amorf yang memiliki sifat terbalik dengan kristal. Bentuk kristal
lebih banyak dimanfaatkan dalam sediaan farmasi [17].
Cara kerjanya yaitu ditimbang 5 g serbuk asam salisilat dan 9 ml anhidrida asam asetat,
kemudian dimasukkan ke beaker glass. Pembuatan aspirin dilakukan dengan reaksi asam
salisilat dan anhidrida asam asetat, digunakan anhidrida asetat karena lebih baik daripada asam
asetat karena anhidrida asam asetat memiliki gugus asetil yang merupakan leaving group lebih
baik dibandingkan gugus hidroksi pada asam asetat, anhidrida asetat akan menyerang nukleofil
yang ada pada asam salisilat [10]. Kemudian, diteteskan 5 tetes asam sulfat pekat ke dalam
beaker glass. Penambahan asam sulfat berfungsi sebagai katalisator yang akan mempercepat
sintesa dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga energi yang diperlukan dalam sintesa
sedikit [4]. Larutan kemudian diaduk sempurna menggunakan batang pengaduk. Tujuan dari
pengadukan menggunakan batang pengaduk yaitu agar homogen [3]. Kemudian, larutan
dipanaskan pada suhu 50°C sampai 60°C sambil diaduk selama 15 menit. Proses pemanasan
bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang ada pada bahan sehingga aspirin yang
diperoleh memiliki kemurnian yang tinggi. Selain itu, fungsi dari pemanasan juga untuk
mempercepat kelarutan dari asam salisilat sehingga dapat bercampur dengan sempurna. Hal ini
dikarenakan proses pemanasan akan mempercepat gerak kinetik dari molekul-molekul yang ada
dalam larutan sehingga laju reaksi akan semakin cepat dan reaksi berjalan cepat [3].
Reaksi akan berlangsung baik pada suhu 50° sampai 60° karena pada suhu tersebut
merupakan suhu optimal pada pembentukan aspirin (reaksi berlangsung cepat tetapi ikatan ester
aspirin tidak lepas). Jika suhu yang digunakan di atas 60°, maka ester yang terbentuk dapat
terurai sehingga aspirin tidak terbentuk. Dikarenakan titik leleh aspirin di atas 70° dan bila suhu
yang digunakan di bawah 50° C, maka reaksi yang terjadi akan berlangsung lambat [6]. Setelah
dipanaskan, larutan tersebut didinginkan didalam wadah yang berisi es. Penambahan es batu
bertujuan untuk mempercepat pembentukan kristal karena ketika suhu dingin (rendah),
molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul
membentuk endapan melalui proses nukleasi, lalu larutan diangkat kembali [6]. Diukur 75 ml
aquadest dan dimasukkan kedalam beaker glass sembari diaduk. Penambahan air pada kristal
dilakukan agar reaksi pembentukan kristal berjalan sempurna dan dimaksudkan untuk
menghidrolisis kelebihan asam yang terdapat pada kristal aspirin [14].
Setelah itu, larutan disaring menggunakan set alat penyaringan. Penyaringan dilakukan
untuk mendapatkan kristal aspirin yang terdapat dalam larutan [6]. Alat penyaringan yang
digunakan pada proses ini yaitu corong buchner. Corong buchner prinsipnya yaitu pengambilan
padatan dengan teknik vakum (penyedotan) yang akan menciptakan suatu gaya tarik menuju
wadah penampung karena adanya perbedaan tekanan dimana tekanan dalam wadah penampung
Buchner lebih kecil dibanding tekanan pada corong Buchner sehingga filtrat yang ada di
permukaan corong filter akan bergerak menuju wadah penampung dengan cepat sehingga akan
terpisah dengan padatan kristalnya dengan efisien dan hemat waktu sehingga pada proses ini
larutan akan disaring dan kemudian didapatkan aspirin. Pada proses penyaringan ini yang
didapatkan hanyalah aspirin saja, tidak dapat menghilangkan pengotor lain dikarenakan
pengotor dari aspirin sendiri yaitu asam salisilat dan anhidrida asetat yang mana untuk
menghilangkannya dengan cara dimurnikan menggunakan metode kristalisasi dan rekristalisasi
[20]. Setelah itu, diambil kristal hasil penyaringan lalu dimasukkan ke dalam beaker glass untuk
dilakukan proses rekristalisasi. Prinsip dasar rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat
yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total pengotor biasanya
lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, dalam kondisi dingin, konsentrasi pengotor
yang rendah tetap dalam larutan sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap
[19]. Proses rekristalisasi bertujuan untuk memurnikan senyawa yang terbentuk serta
mendapatkan kristal yang bagus dan hasil yang maksimum [6]. Diukur 15 ml alkohol lalu
dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi kristal hasil penyaringan. Diukur 37 ml aquadest
panas lalu dimasukkan ke dalam beaker glass. Alkohol berperan untuk melarutkan sedangkan
air berperan untuk mengkristalkan [1]. Campuran tersebut lalu didinginkan kembali dengan cara
diletakkan kedalam wadah yang berisi es. Penambahan es batu bertujuan untuk mempercepat
pembentukan kristal karena ketika suhu dingin (rendah), molekul-molekul aspirin dalam larutan
akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan melalui proses
nukleasi, lalu larutan diangkat kembali [1]. Setelah itu, ditambahkan feri klorida, lalu diamati
menggunakan mikroskop. FeCl3 disini berperan sebagai alat uji kemurnian aspirin. Adapun
reaksi antara FeCl3 dengan aspirin yaitu :
[13]
FeCl3 bereaksi dengan gugus fenol yang terdapat pada asam salisilat akan membentuk
kompleks ungu. Jika pada penambahan FeCl3 membentuk warna ungu, maka masih terdapat
asam salisilat dalam larutan karena asam salisilat mempunyai gugus fenol sehingga aspirin yang
terbentuk belum murni [5]. Hasil yang didapat kemudian dicatat dan dianalisis.
Hasil yang didapat pada saat 5 gram asam salisilat + 9 ml anhidrida asam asetat yaitu
terbentuk warna kuning keruh dan berbau tajam. Pada saat 5 gram asam salisilat + 9 ml
anhidrida asam asetat + 5 tetes asam sulfat pekat warna berubah menjadi kuning pucat, bau
menyengat tajam, larutannya mengental dan suhu naik. Dipanaskan dengan suhu 50-60℃
selama 15 menit, warna berubah menjadi lebih pekat. Setelah didinginkan, warna tidak berubah
atau tetap. Larutan yang sudah dingin + 75 ml aquades akan berubah warna menjadi putih susu
dan membentuk kristal putih. Dilakukan penyaringan akan terbentuk serbuk berwarna putih
pucat. Penambahan 15 ml alkohol + 37 ml air panas, serbuk menjadi larut, bau ester, warna
lebih putih. Setelah dilakukan Rekristalisasi, warnanya menjadi putih bersih. Aspirin dengan
jumlah sedikit + alkohol + FeCl3, warna pada larutan menjadi kuning. FeCl3 disini berperan
sebagai alat uji kemurnian aspirin. FeCl3 bereaksi dengan gugus fenol akan membentuk
kompleks ungu. Jika pada penambahan FeCl3 membentuk warna ungu, maka masih terdapat
asam salisilat dalam larutan dan aspirin yang terbentuk belum murni [5]. Pada percobaan yang
dilakukan, warna pada larutan berubah menjadi kuning, dimana sudah tidak ada asam salisilat
lagi di dalam larutan dan aspirin yang terbentuk sudah murni. Pengamatan dibawah mikroskop
dengan objek glass (aspirin + alkohol) terbentuk kristal kotak-kotak. Hal yang dapat
mempengaruhi hasil yang diperoleh diantaranya pada saat waktu penimbangan bahan tidak
sesuai. Pada proses pemanasan suhu melebihi batas yang telah ditetapkan. Pada penyaringan
masih banyak yang tertinggal sehingga tidak semuanya ter-rekristalisasi. Pada saat proses
rekristalisasi, penambahan pelarut untuk rekristalisasi terlalu banyak, sehingga zat yang telah
mengkristal dapat terlarut kembali dan menghasilkan bentuk kristal yang kurang sempurna [3].
Sehingga untuk mendapatkan kristal yang murni, berwarna putih bersih dan berbentuk jarum
atau lempengan tersusun sesuai dengan literatur, dapat dilakukan proses rekristalisasi kembali.
Penimbangan hasil yaitu dihasilkan bobot sebesar 5,0758 gram.
Pada perhitungan pembuatan aspirin dihitung rendemennya. Mula-mula diketahui massa
mula-mula asam salisilat 5 gram dan massa molekul asam salisilat 138,12 gram/mol. Dihitung
mol asam salisilat dan diketahui hasilnya 0,036 mol. 1 mol asam salisilat setara dengan 1 mol
aspirin karena koefisien reaksi atau perbandingan molnya 1:1, sehingga mol aspirin sama
dengan 0,036 mol. Kemudian dihitung berat aspirin secara teoritis dengan rumus mol aspirin
dikali dengan berat molekul aspirin sama dengan 6,485 gram. Dihitung berat aspirin hasil
praktikum didapatkan sebesar 5,0785 gram. Menghitung rendemen dengan rumus hasil
praktikum dibagi hasil teori kali 100% hasilnya 78,3%. Dalam kimia, rendemen merujuk pada
jumlah produk reaksi yang dihasilkan pada reaksi kimia. Rendemen absolut dapat ditulis
sebagai berat dalam gram atau dalam mol. Rendemen relatif yang digunakan sebagai
perhitungan efektivitas prosedur, dihitung dengan membagi jumlah produk yang didapatkan
dalam mol dengan rendemen teoritis dalam mol. Untuk mendapatkan rendemen persentase,
maka kalikan rendemen fraksional dengan 100%. Hasil rendemen yang baik jika didapatkan
mencapai 100%, namun hasil yang kami dapatkan tidak mencapai 100% karena kemungkinan
terjadi kesalahan pada saat proses kristalisasi dan rekristalisasi kurang sempurna. Sehingga
menyebabkan hasil kristal aspirin yang terbentuk tidak sesuai dengan massa teoritisnya [18].
SOAL BUKU PP
1. Tulis mekanisme reaksi yang terjadi.
Jawab :
[13]
2. Tulis reaksi identifikasi kemurnian aspirin menggunakan reagen FeCl3
Jawab :
[13]
3. Jika hasil kemurnian menunjukkan aspirin belum murni, apa yang saudara lakukan untuk
meningkatkan kemurnian?
Jawab : Dengan melakukan rekristalisasi. Dimana rekristalisasi merupakan proses
pembentukan kristal dari larutannya yang berlangsung relatif lambat namun selektif.
4. Jika saudara ingin menggunakan instrument analisis untuk mengevaluasi kemurnian
senyawa dan mengkonfirmasi struktur dari senyawa yang anda dapatkan, instrument analisis
apakah yang saudara dapat gunakan? Jelaskan metode dan prinsip analisisnya.
Jawab : Analisis instrumental yang digunakan diantaranya :
- Spektrofotometer adalah sebuah alat hasil penggabungan dari alat spektrometer dan
fotometer untuk menganalisa sebuah senyawa untuk melihat perpindahan panjang
gelombang maksimum. Prinsip kerja alat ini berdasarkan hukum Lambert Beer, bila
cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya
tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitan adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel
(Io).
- Spektroskopi infra merah adalah sebuah metode analisis instrumentasi pada senyawa
kimia yang menggunakan radiasi infra merah untuk melihat gugus fungsi pada
senyawa organik. Prinsip kerjanya jika radiasi inframerah dikenakan pada sampel
senyawa organik, beberapa frekuensi bisa diserap oleh senyawa tersebut.
- NMR, salah satu metode analisis yang paling mudah digunakan untuk menentukan
struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan
arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat
mengalami reaksi.
- KLT pada sintesis bertujuan utama untuk mengetahui dan memastikan apakah
sintesis yang kita lakukan dapat menghasilkan senyawa yang kita inginkan. Dengan
cara mengamati RF senyawa hasil sintesis dan senyawa-senyawa pereaksi yang kita
gunakan. Kalau noda senyawa pereaksi yang kita gunakan hilang dan muncul noda
baru yang merupakan RF senyawa hasil reaksi maka dapat dikatakan bahwa sintesis
kita berhasil.
-
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat yang memiliki peranan
besar dalam bidang farmasi, yaitu sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor),
antipretik (terhadap demam), dan anti inflamasi (peradangan).
Aspirin disintesis dari asam salisilat dan anhidrida asam asetat dengan menggunakan
katalis H2SO4, di mana prinsip dari sintesis aspirin pada praktikum ini adalah kristalisasi
dan rekristallisasi.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
aspirin dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan metanol dan dari percobaan
diperoleh rendemennya sebesar 72,9 %.
VI.2 Saran
Saran yang bisa kami berikan pada praktikum sintesis aspirin ini adalah mengenai video
yang diberikan. Video yang disajikan cukup bagus namun diharapkan agar videonya lebih
informatif, sehingga praktikan mampu memahami tiap perlakuan atau cara kerjanya dengan
baik, misalnya seperti hasil akhir aspirin dan bagaimana pengamatan di mikroskopnya.
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadi. Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah pada Pembuatan Konsentrat Vitamin E dari
Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. Jurnal Teknologi Pertanian Vol.11 No. 1: 2010.
2. Wilcox, C.F., Wilcox, M.F. Experimental Organic Chemistry: a Small Scale Approach,
2nd edition. Prentice Hall : New Jersey, 44-65; 1995.
3. Aurel. Kimia Organik Pembuatan Aspirin. Bandung : FMIPA Universitas Al-Ghifari; 2015.
4. Fischer, Louis. F. Experiment in Organic Chemistry, 3nd edition. Boston : Revised, D.
C.Heath and Company ; 1967.
5. Groggin, P.H. Unit Processes in Organic Synthesis. Mac, Grow Hill Book Company Inc.
New York; 1985.
6. Austin. T. George. Shreve’s Chemical Proces’s Industries, 5 ͭ ͪ ed. New York : Mc Graw
Hill Book Company; 1984.
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1979.
8. Vogel, A.I. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Direvisi G.
Svehla. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta; 1990.
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
10. Solomons, T.W. Graham, Fryhle, CraigB. Organic Chemistry 10th edition. America : John
Wiley International Student Version; 2011.
11. Fessenden dan Fessenden. Kimia Organik, Edisi ketiga, Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga;
1992.
12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1995.
13. Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga. Jilid 2.
Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga : Jakarta; 1986.
14. Dewi, Devina Fitrika. Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasi dalam Reaktor
Terfluidisasi Menggunakan Media Pasir Silika. Jurnal Purifikasi. Vol 4 No.4; 2003.
15. Baysinger, Grace.et al.Handbook of Chemistry and Physics 85th ed. NewYork : CRC; 2003.
16. Surya, Y.Fisika Modern. Tangerang : Penerbit Kandel; 2009.
17. Shan N, M.J. Zaworotko.The role of co-crystals in pharmaceutical science. Drug
Discovery Today. 13:440-446; 2008.
18. Vogel et al. Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, 5th Edition. Prentice Hall;
1996.
VIII. LAMPIRAN
VIII.1 Gambar Pembuatan Aspirin
a. Asam Salisilat + Anhidrida asam asetat + Asam sulfat pekat
b. Penyaringan dengan vacuum d. Penimbangan Aspirin
Perhitungan Stoikiometri :