OLEH
LABORATORIUM BIOKIMIA
2017
A. Tabel 8. Hasil Pengamatan Uji Benedict, Barfoed, Seliwanoff, dan Iod ................ 6
B. Tabel 10. Hasil Uji Peragian .............................................. 7
C. Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah …………………………….. 7
LAMPIRAN ........................................................................................ 19
TUJUAN PERCOBAAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif
2. Memahami proses glikolisis
3. Menentukan kadar glukosa darah
4. Menginterpretasi hasil pemeriksaan kadar gula darah bernilai diagnostik untuk
diabetes mellitus
B. PERCOBAAN
1. Uji Benedict
Tujuan : Menentukan gula pereduksi
Alat dan bahan : Tabung reaksi, pipet tetes, reagen, sampel dan berbagai jenis
karbohidrat
Prosedur : 2 mL Larutan Benedict dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi,
tambahkan ke dalam masing – masing tabung secara berturut
yaitu glukosa 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, laktosa 1% dan
amilum 1%, masing – masing 1 mL. Kocok perlahan, panaskan di
api spirtus sampai terjadi perubahan warna (± 2 menit).
Dinginkan dan amati warna larutan dan endapan yang terbentuk.
Hasil positif bila terdapat endapan berwarna hijau, kuning atau
merah bata.
2. Uji Barfoed
Tujuan : Mendeteksi Monosakarida
Alat dan bahan : Tabung reaksi, pipet tetes, reagen, sampel dan berbagai jenis
karbohidrat
Prosedur : Empat tabung reaksi, masing – masing berisi 1 mL sukrosa 1%,
laktosa 1%, maltosa 1%, dan glukosa 1%, ditambahkan 1 mL
pereaksi Barfoed, dipanaskan di api spirtus selama 3 menit,
dinginkan dalam air selama 2 menit. Tambahkan 1 mL pereaksi
warna fosfomolibdat di campur pelan – pelan. Amati yang
3. Uji Seliwanoff
Tujuan : Identifikasi karbohidrat yang mengandung gugus ketosa
Alat dan bahan : Tabung reaksi, pipet tetes, reagen, sampel dan berbagai jenis
karbohidrat
Prosedur : Siapkan 4 tabung reaksi yang masing – masing diisi dengan 2 mL
pereaksi Seliwanof, ditambahkan 10 tetes glukosa, fruktosa,
laktosa dan sukrosa. Dipanaskan 1 menit. Jika terbentuk endapan,
maka endapan di saring, kemudian endapan hasil saringan
dilarutkan dalam alkohol. Amati perubahan yang terjadi! Reaksi
positif ditandai dengan terbentuknya warna merah.
4. Uji Iod
Tujuan : Mengetahui adanya polisakarida amilum
Alat dan bahan : Plat tetes atau papan uji, pipet tetes, reagen, sampel dan berbagai
jenis karbohidrat
Prosedur : Teteskan 2 tetes amilum, dextrin, gum arab, ke plat tetes
kemudian ditambahkan 2 tetes larutan Iod. Amati perubahan
warna. Larutan pati akan bereaksi dengan Iod membentuk warna
biru.
Alat dan Bahan : Tabung peragian, suspense ragi (1 gram ragi dalam 14 mL
aquades), larutan glukosa 2%, larutan fluoride.
1 2 3
Tabung
Kontrol + Kontrol - Uji
Tinggi kolom CO2
1,4 cm 0,4 cm 0,5 cm
yang terbentuk (cm)
Kadar glukosa* 1% 0,5% 0,5%
Warna Endapan orange Endapan kuning Endapan kuning
*penentuan kadar glukosa dengan Uji Benedict
Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 6
Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah
No Kadar Gula
Nama / NRP Kelompok Analisis Hasil
. darah (mmol/L)
1 Anna Chairat / 110115149 C-4 82 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
2 Femi / 110116351 C-1 87 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
3 Berliana / 110116365 C-2 90 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
4 Nur Syirin / 110116333 C-3 72 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
5 Giovanni / 110116010 C-6 76 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
6 Dias Y / 110116337 C-5 87 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
BAB III
PEMBAHASAN
A. DASAR TEORI
Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen. Contoh : glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11, selulosa (C6H10O5)n.
Rumus umum karbohidrat Cn(H2O)n. Karbohidrat juga dapat diartikan polihidroksi
aldehid (aldose) atau polihidroksi keton (ketose) dan turunannya atau senyawa yang bila
dihidrolisa akan menghasilkan salah satu atau kedua komponen di atas.
Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 7
Karbohidrat berasal dari bahasa Jerman, yaitu “Kohlenhydrate” dan dari bahasa
Perancis, yaitu “Hydrate de Carbon”. Penamaan ini didasarkan atas komposisi unsur
karbon yang mengikat hidrogen dan oksigen dalam perbandingan yang selalu sama
seperti pada molekul air yaitu perbandingan 2 : 1. Karena komposisi yang demikian,
senyawa ini pernah disangka sebagai hidrat karbon, tetapi sejak 1880, senyawa tersebut
bukan hidrat dari karbon. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa
Arab "sakkar" artinya gula. Karbohidrat sederhana mempunyai rasa manis sehingga
dikaitkan dengan gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefinisikan
sebagai suatu polihidroksialdehid atau polihidroksiketon. Contoh glukosa adalah suatu
polihidroksi aldehid karena mempunyai satu gugus aldehid dan 5 gugus hidroksil (OH).
Karbohidrat memegang peranan penting dalam sistem biologi khususnya dalam
respirasi. Karbohidrat dihasilkan oleh proses fotosintesa didalam tanaman - tanaman
berdaun hijau. Karbohidrat dapat dioksida menjadi energi, misalnya glukosa dalam sel
jaringan manusia dan binatang. Fermentasi karbohidrat oleh kamir atau mikroba lain
dapat menghasilkan CO2, alkohol, asam organik dan zat-zat organik lainnya. Karbohidrat
merupakan sumber energi bagi aktivitas kehidupan manusia disamping protein dan
lemak. Membekalkan tenaga bagi aktivitas harian seperti gerakkan, pertumbuhan dan
lain-lain aktivitas sel di dalam tubuh.
Dalam bahan-bahan pangan nabati, karbohidrat merupakan komponen yang relatif
tinggi kadarnya. Beberapa zat yang termasuk golongan karbohidrat adalah gula, dekstrin,
pati, selulosa, hemiselulosa, pektin, gum dan beberapa karbohidrat yang lain.
Unsur-unsur yang membentuk karbohidrat hanya terdiri dari karbon (C), hidrogen
(H) dan oksigen (O), kadang-kadang juga nitrogen (N). Pentosa dan hektosa merupakan
contoh karbohidrat sederhana, misalnya arabinosa, glukosa, fruktosa, galaktosa dan
sebagainya.
1. Uji Benedict
2. Uji Barfoed
Uji ini digunakan untuk mendeteksi monosakarida yang terdapat di dalam
sakarida. Uji ini menggunakan larutan asam. Berbeda dengan pereaksi benedict. Cara
kerjanya yaitu 4 tabung reaksi masing-masing berisi 1 ml sukrosa 1%, laktosa 1%,
maltosa 1%, dan glukosa 1%, ditambahkan 1 ml pereaksi barfoed, di panaskan di atas
api spirtus selama 3 menit, di dinginkan dalam air selama 2 menit. Tambahkan 1 ml
pereaksi fosfomolibdat. Dicampur pelan-pelan. Amati yang terjadi, warna biru gelap
dan endapan merah bata menunjukkan adanya monosakarida. Reaksi yang terjadi
yaitu ion Cu2+ (dari pereaksi barfoed) dalam suasana asam akan di reduksi lebih cepat
oleh gula reduksi monosakarisa daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O
berwarna merah bata. Hasil pengamatan kami yaitu glukosa menghasilkan endapan
biru gelap dan larutan biru sehingga termasuk golongan monosakarida. Hal terebut
dikarenakan glukosa merupakan monosakarida, tersusun dari 6 atom, karbon (heksosa).
Struktur glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar untuk membedakan antara gula
reduksi dan non-reduksi. Glukosa merupakan gula reduksi, hal ini didasarkan pada adanya
gugus aldehid (-CHO) yang dapat mereduksi larutan Cu 2SO4 membentuk endapan merah
bata. Fruktosa merupakan gula non reduksi dimana gula ini tidak dapat mereduksi akibat
3. Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat yang mengandung
gugus ketosa, membedakan gula aldosa dan ketosa. Ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi merah yang menunjukan bahwa fruktosa memiliki gugus
ketosa. Ketosa di bedakan dari aldosa karena adanya gugus fungsi keton atau aldehid
pada gula tersebut. Jika gula mempunyai gugus keton, maka gula tersebut tegolong
ketosa, jika gula tersebut mempunyai gugus aldehid maka gula tersebut tergolong
aldosa. Cara kerjanya yaitu 4 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 3 ml pereaksi
seliwanoff, di tambahkan 10 tetes glukosa, fruktosa, laktosa, dan sukrosa. Dipanaskan
1 menit, jika terbentuk endapan,maka endapan di saring kemudian di larutkan dalam
alkohol. Amati perubahan yang terjadi, reaksi positif di tandai dengan terbentuknya
warna merah.
Reaksi yang terjadi yaitu dalam pereaksi seliwanoff mengadung HCl yang
akan mendehidrasi D-fruktosa menghasilkan hidroksimetilfurfural sehingga furfural
mengalami kondensasi setelah penambahan resolsinol (pereaksi seliwanoff)
membentuk larutan yang berwarna merah orange. Sehingga larutan uji yang
menghasilkan warna merah mengandung gugus ketosa. Hasil yang kami dapatkan
yaitu sukrosa menghasilkan larutan warna merah, sedangkan glukosa menghasilkan
larutan tidak berwarna, fruktosa menghasilkan larutan warna merah bata, serta laktosa
menghasilkan larutan berwarna kuning pucat. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa
dan sukrosa tergolong ketosa karena fruktosa dan ketosa merupakan karbohidrat yang
positif memiliki gugus keton. Sukrosa memberikan hasil yang positif karena disakarida
yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Glukosa dan galaktosa tidak menghasilkan hasil positif
karena glukosa dan galaktosa hanya memiliki gugus aldehid. Hal ini menyebabkan tidak ada
gugus keton yang bereaksi dengan reagen Seliwanoff.
4. Uji Iod.
Uji iod bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida amilum. Reagen yang di
gunakan adalah laruran iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium iodide.
Reaksi antara polisakarida dengan iodine membentuk rantai poliiodida (berwarna biru
/ coklat / kuning). Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar),
Tabung 1 2 3
Suspensi ragi 14 - 13,5 ml
Suspensi ragi yang
14 ml
telah dididihkan
Larutan fluorida 0,5 ml
Larutan glukosa 2 % 2 ml 2 ml 2 ml
Di homogenkan dengan cara membalik-balikkan tabung 3-4 kali, sehingga lengan
tabung tertutup dengan suspensi regi. Diamkan selama 15 menit pada suhu kamar.
Kemudian lakukan pengukuran pada setiap tabung. Hasil yang kami dapatkan tinggi
kolom CO2 yang terbentuk pada masing-masing tabung, untuk tabung peragian yang
ditambahkan larutan fluoride dan arsenat menghasilkan tinggi kolom CO 2 yang lebih
tinggi pada kontrol positif ini menandakan bahwa tidak adanya penghabatan proses
glikolisis sehingga CO2 yang terbentuk lebih sedikit.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Uji Benedict
Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif. Pada fruktosa uji positif terbentuk
endapan hijau kekuningan, glukosa terbentuk endapan merah kecokelatan, laktosa
terbentuk endapan merah bata. Glukosa, fruktosa, laktosa menandakan bahwa
mengandung gula pereduksi sedangkan amilum dan sukrosa negatif terhadap uji benedict
yang menandakan bahwa tidak mengandung gula pereduksi.
3. Uji Seliwanoff
Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil
pada glukosa larutan tidak berwarna, pada fruktosa larutan berwarna merah bata, pada
laktosa larutan berwarna kuning pucat, dan pada sukrosa larutan warna merah. Hasil yang
dapat diperoleh yaitu fruktosa dan sukrosa positif terhadap uji seliwanoff yang positif
terhadap adanya ketosa. Sedangkan glukosa dan laktosa negatif terhadap uji seliwanoff
yang negatif terhadap adanya ketosa.
4. Uji Iod
Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif. Dari hasil pengamatan
didapatkan hasil pada amilum terbentuk warna biru, pada dextrin berwarna kuning, pada
gum arab berwarna cokelat. Hasil yang dapat diperoleh yaitu amilum positif terhadap uji
seliwanoff yang menunjukkan adanya polisakarida. Sedangkan dextrin dan gum arab
negatif terhadap uji seliwanoff yang tidak menunjukkan adanya ketosa.
Dawn B, Marks. 2000. Dasar – Dasar Kimiawi dan Biologis Biokimia. Jakarta : penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Murray, R.K. et al. 2006 biokimia harper edisi 27. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia struktur dan fungsi biomolekul. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioesakta. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN
TUGAS BACA
1. Pemeriksaan gula darah saat ini marak digunakan masyarakat Indonesia. Pengecekan
dapat dilakukan di laboratorium ataupun pemeriksaan mandiri. Jenis gula darah apa yang
dideteksi oleh alat pengukur gula darah tersebut? Mengapa jenis gula darah tersebut yang
dapat diwakili “kadar gula darah” seseorang?
Jawab :
Glukometer membantu mendeteksi kadar gula dalam tubuh pada saat tertentu,
yakni pada saat sampel diambil dari tubuh penderita. Peran glukometer semakin besar
Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 18
dan menjadi fungsi utama adalah memberdayakan penderita Diabetes Melitus untuk
memonitor dirinya sendiri tanpa perlu berkunjung ke dokter atau ke rumah sakit.
Glukometer adalah salah satu alat yang digunakan untuk mendapatkan niali kadar
glukosa dalam darah perifer atau sentral. Nilai-nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam
bentuk satuan, yakni dalam mg/dL atau mmol/L. Niali tersebut dalah nilai klinis yang
penting untuk gangguan metabolisme, seperti Diabetes Melitus, denutrisi dan
konsekuensi lainnya seperti koma hiperosmolar, sindrom malabsorbsi, dan yang paling
parah adalah hipoglikemia atau hiperglikemia. Glukometer dan pengobatan farmasi yang
tepat adalah dasar kontrol glikemik pada pasien diabetes. Dirumah, beberapa glikometer
memiliki beberapa jenis strip untuk memonitor variabel-variabel lain seperti keton yang
dihasilkan ketika seorang pasien mengalami hiperglikemia. Bagian yang paling penting
adalah strip bebentuk persegi panjang yang berfugsi sebagai sensor untuk menempatkan
darah dan mendapatkan pengukuran ditentukan dengan konverter analo-digital dari
mikrokontroler.
Sel darah merah hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar. Ini
karena sel darah merah tidak memiliki mitokondria, tempat berlangsungnya sebagian
besar reaksi oksidasi bahan seperti asam lemak dan bahan bakar lain. Sel darah merah
memperoleh energi melalui proses glikolisis yaitu pengubahan glukosa menjadi piruvat.
Piruvat akan dibebaskan ke dalam darah secara langsung atau diubah menjadi laktat
kemudian dilepaskan. Sel darah merah tidak dapat bertahan hidup tanpa glukosa. Tanpa
sel darah merah, sebagian besar jaringan tubuh akan menderita kekurangan energi karena
jaringan memerlukan oksigen agar dapat sempurna mengubah bahan bakar menjadi CO 2
Meskipun disebut gula darah, selain glukosa, juga ditemukan jenis gula-gula lainnya,
seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur
melalui hormon insulin dan leptin. Dan hanya glukosa yang digunakan untuk pengukuran
gula darah, karena glukosa merupakan monosakarida, monosakarida adalah senyawa
pereduksi yang bersifat mereduksi senyawa pengoksidasi. Gula dioksidasi pada gugus
karbonat dan senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi. Kemampuan ini sangat
bermanfaat untuk analisa gula, gula yang mempunyai kemampuan ini disebut gula
pereduksi.
2. Tuliskan karasteristik dan nilai normal dari berbagai jenis gula darah dibawah ini!
Jawab :
Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 19
Jenis Karasteristik / Definisi Nilai normal
Pengambilan darah dilakukan setiap
Gula darah acak 70 – 125 mg/dl
saat dan tidak perlu persiapan
Pengambilan darah dilakukan di pagi
Gula darah puasa hari, pasien diminta untuk puasa 70 – 110 mg/dl
selama 10-16 jam
Gula darah 2 jam Pengambilan darah dilakukan 2 jam
100 – 140 mg/dl
post prandial tepat sesudah selesai makan
3. Pemantauan kadar glikemik yang ketat diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan terapi
diabetes militus. Pasien yang menggunakan terapi obat antidiabetik oral harus memantau kadar
glukosa darah puasa, sedangkan pasien yang menggunakan insulin harus lebih sering memeriksa
kadar glukosa darah sewaktu. Parameter lain yang sering disarankan adalah HbA1c. Jelaskan
karakteristik dan tujuan pemeriksaan HbA1c!
Jawab :
Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA1, HbA2, HbF (fetus). Hemoglobin A (HbA)
terdiri atas 91 sampai 95% dari jumlah hemoglobin total. Molekul glukosa berikatan
dengan HbA1 yang merupakan bagian dari hemoglobin A. Proses pengikatan ini disebut
glikolisasi atau hemoglobin terglikosilasi atau hemoglobin A. Dalam proses ini terdapat
ikatan antara glukosa dan hemoglobin. Pada penyandang DM, glikosilasi hemoglobin
meningkat secara proporsional dengan ladar rata-rata glukosa darah selama 120 hari
terakhir, bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal selama 120 terakhir,
maka hasil hemoglobin A1c akan menunjukkan nilai normal.
Hasil pemerikasaan hemoglobin A1c merupakan pemerikaan tunggal yang sangat
akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua
penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfat bagi pasien yang membutuhkan kendali
glikemik (Soewondo P, 2004).
Pembentukan HbA1c terjadi dengan lambat yaitu 120 hari, yang merupakan
rentang hidup sel darah merah. HbA1c terdiri atsa 3 molekul, HbA1a, HbA1b dan HbA1c
sebesar 70%, HbA1c dalm bentuk 70% terglikolisasi (mengabsorbsi glukosa). Jumlah
hemoglobin yang terglikolisasi bergantung pada jumlah glukosa yang tersedia. Jika kadar
glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi
dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin (Kee KL, 2003). Kadar HbA1c
merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan kondisi 8-12 minggu
sebelumnya, karena waktu paruh eritrosit 120 hari (Kee JL, 2003), karena mencerminkan
ANALISIS KASUS
1. Seorang wanita gemuk berusia 50 tahun datang ke klinik kesehatan, dengan keluhan haus yang
berlebihan, banyak minum dan sering buang air kecil, dimana sebelumnya tidak pernah ada
keluhan medis dan sudah lama tidak ke dokter. Hasil pengamatan fisik umumnya normal dan
dokter mengatakan wanita tersebut tidak dalam kondisi sakit akut. Urinalisis menunjukkan kadar
glukosa meningkat, dimana kadar glukosa serum sewaktu adalah 320 mg/dL.
a. Apakah dugaan penyakit yang dialamai oleh wanita tersebut? Jelaskan alasannya!
Jawab :
a. Menurut kami, penyakit yang dialami oleh wanita tersebut adalah diabetes melitus.
Gejala diabetes melitus berupa:
- Poliuria (banyak berkemih)
- Polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
Sehingga, kami menduga bahwa wanita tersebut mengalami diabetes melitus tipe II.
Diabetes melitus tipe II atau adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-
dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi
bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah. DM tipe II ini merupakan
penyakit sindrom metabolik yang diakibatkan hiperglikemia sekunder kronis. Penyebab
hiperglikemia sekunder kronis tersebut adalah resistensi jaringan terhadap insulin atau
disertai dengan defisiensi insulin relatif. Pada penderita DM Tipe II, jumlah insulin
endogen dalam sirkulasi tubuh mampu mencegah terjadinya ketoasidosis, namun tidak
cukup untuk menekan hiperglikemia yang diakibatkan oleh menurunnya sensitivitas
jaringan terhadap insulin. DM tipe II merupakan sindrom penyakit yang disebabkan oleh
baik penurunan sensitivitas jaringan (resistensi jaringan pada insulin) atau hilangnya sel
pankreas-β. Kedua hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik atau faktor
lingkungan seperti obesitas.
Diabetes melitus tipe 2 juga terjadi karena lemahnya kemampuan pankreas pada
sel β pankreas dalam mensekresikan insulin yang dikombinasikan dengan lemahnya
aksi insulin sehingga menyebabkan penurunan sensitivitas insulin. Penurunan
sensitivitas insulin terjadi pada permukaan sel tubuh yang dinamakan reseptor insulin,
reseptor insulin akan memberikan sinyal pada pengangkut glukosa untuk
memungkinkan lewatnya glukosa yang dibawa oleh hormon insulin masuk ke dalam
sel. Di dalam mitokondria, glukosa tersebut akan digunakan untuk menghasilkan
energi yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi setiap sel tubuh. (Hartono dalam
Fachreza,2009). Akibat terjadinya disfungsi pada mitokondria menyebabkan
terjadinya akumulasi mutasi-mutasi
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
- Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200
mg/dL
- Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
- Kadar serum sewaktu normal 65-110 mg/dL
Dalam kasus ini, kadar glukosa serum sewaktu pada uji urinalisis wanita tersebut
320 mg/dL. Kadar glukosa serum sudah melebihi batas normal yaitu <200 mg/dL.
b. Apakah dasar biokimia dari penyakit tersebut?
Jawab :
Resistensi insulin pada jaringan adiposa menyebabkan peningkatan lipolisis
sehingga akan terjadi peningkatan asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas yang
tinggi akan menstimulir konversi asam amino menjadi glukosa di hepar, sehingga kadar
glukosa darah meningkat. Pada orang yang normal, sekitar separuh dari glukosa yang
dimakan diubah menjadi energi lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak
atau glikogen. Glikolisis akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses
glikogenesis ataupun lipogenesis akan terhalang.
Hormon insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati dengan cara meningkatkan
aktivitas enzim-enzim yang berperan, termasuk glukokinase, fosfofruktokinase dan
piruvat kinase. Bertambahnya glikolisis akan meningkatkan penggunaan glukosa
sehingga secara tidak langsung menurunkan pelepasan glukosa ke plasma darah. Insulin
juga menurunkan aktivitas glukosa-6-fosfatase yaitu enzim yang berada di hati dan
berfungsi mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat.Kerja insulin dilaksanakan dengan
mengaktifkan protein kinase, menghambat protein kinase lain atau merangsang aktivitas
fosfoprotein fosfatase. Defosforilasi meningkatkan aktivitas sejumlah enzim penting.
Modifikasi kovalen ini memungkinkan terjadinya perubahan yang hampir seketika pada
aktivitas enzim tersebut.
Dalam menghambat atau merangsang kerja suatu enzim, insulin memainkan
peran ganda. Selain menghambat secara langsung, insulin juga mengurangi terbentuknya
cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin. Insulin meransang terbentuknya
fosfodiesterase-cAMP. Dengan demikian insulin mengurangi kadar cAMP dalam darah.
2. Dua mahasiswa yang demo dengan cara mogok makan, akhirnya dilarikan ke RS
terdekat. Mereka telah mogok makan selama tiga hari. Kondisinya lemah, pucat dan
gemetar. Jelaskan hal berikut ini :
a. Apakah perubahan aspek biokimia terkait pemakaian bahan bakar yang terjadi pada
kondisi kelaparan tersebut?
Jawab :
Pada kondisi kelaparan perubahan aspek biokimia yang terkait dalam protein dan
glukosa. Pemakaian bahan bakar pada kondisi kelaparan pada saat simpanan
glukogen pada otot dan hati sudah habis, maka digunakan simpanan lemak untuk
menghasilkan energi. Bila simpanan lemak habis maka protein di katabolisme
(terutama protein di otot) untuk memasok asam amino dan energi. Pada kondisi
tersebut juga protein yang ada di otot menurun untuk diubah menjadi glukosa. Bila
protein tersebut terus menerus nantinya akan habis. Jika habis maka glukosa juga
tidak akan terbentuk
LAMPIRAN
5. Amilum 1%
3. Maltosa 1% 4. Glukosa 1%
3. Laktosa 4. Sukrosa