Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

KARBOHIDRAT DAN DIABETES MELITUS

OLEH

1. KEVIN KURNIAWAN (110115050)


2. ANNA CHAIRAT (110115149)
3. NOVITA EKA PERMATASARI (110115205)
4. ADE SUHARTINA SARI (110115305)
5. KRESENSIA MATHILDA BATE SAMBI (110116338)
6. LENNY MEGA JUNINGSIH (110116339)
7. VENANSIA APRILIA BERA KOTO (110116340)

LABORATORIUM BIOKIMIA

DEPARTEMEN FARMASI KLINIS DAN KOMUNIKASI

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SURABAYA

2017

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 1


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................................2

BAB I. TUJUAN PERCOBAAN

A. Tujuan Praktikum ......................................................................................... 3


B. Percobaan .......................................................................................... 3

BAB II. HASIL PENGAMATAN

A. Tabel 8. Hasil Pengamatan Uji Benedict, Barfoed, Seliwanoff, dan Iod ................ 6
B. Tabel 10. Hasil Uji Peragian .............................................. 7
C. Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah …………………………….. 7

BAB III. PEMBAHASAN

A. Dasar Teori .............................................................................................. 8


B. Uji Benedict .............................................................................................. 11
C. Uji Barfoed .............................................................................................. 11
D. Uji Seliwanoff …………………………………………………………….. 12
E. Uji Iod …………………………………………………………….. 13
F. Uji Glikolisis dalam Sel Ragi …………………………………………….. 13
G. Pemeriksaan Kadar Gula Darah …………………………………………….. 14

BAB IV. KESIMPULAN ......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

LAMPIRAN ........................................................................................ 19

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 2


BAB I

TUJUAN PERCOBAAN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif
2. Memahami proses glikolisis
3. Menentukan kadar glukosa darah
4. Menginterpretasi hasil pemeriksaan kadar gula darah bernilai diagnostik untuk
diabetes mellitus

B. PERCOBAAN
1. Uji Benedict
Tujuan : Menentukan gula pereduksi
Alat dan bahan : Tabung reaksi, pipet tetes, reagen, sampel dan berbagai jenis
karbohidrat
Prosedur : 2 mL Larutan Benedict dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi,
tambahkan ke dalam masing – masing tabung secara berturut
yaitu glukosa 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, laktosa 1% dan
amilum 1%, masing – masing 1 mL. Kocok perlahan, panaskan di
api spirtus sampai terjadi perubahan warna (± 2 menit).
Dinginkan dan amati warna larutan dan endapan yang terbentuk.
Hasil positif bila terdapat endapan berwarna hijau, kuning atau
merah bata.

2. Uji Barfoed
Tujuan : Mendeteksi Monosakarida
Alat dan bahan : Tabung reaksi, pipet tetes, reagen, sampel dan berbagai jenis
karbohidrat
Prosedur : Empat tabung reaksi, masing – masing berisi 1 mL sukrosa 1%,
laktosa 1%, maltosa 1%, dan glukosa 1%, ditambahkan 1 mL
pereaksi Barfoed, dipanaskan di api spirtus selama 3 menit,
dinginkan dalam air selama 2 menit. Tambahkan 1 mL pereaksi
warna fosfomolibdat di campur pelan – pelan. Amati yang

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 3


terjadi!. Warna biru gelap dan endapan merah bata menunjukkan
adanya monosakarida.

3. Uji Seliwanoff
Tujuan : Identifikasi karbohidrat yang mengandung gugus ketosa
Alat dan bahan : Tabung reaksi, pipet tetes, reagen, sampel dan berbagai jenis
karbohidrat
Prosedur : Siapkan 4 tabung reaksi yang masing – masing diisi dengan 2 mL
pereaksi Seliwanof, ditambahkan 10 tetes glukosa, fruktosa,
laktosa dan sukrosa. Dipanaskan 1 menit. Jika terbentuk endapan,
maka endapan di saring, kemudian endapan hasil saringan
dilarutkan dalam alkohol. Amati perubahan yang terjadi! Reaksi
positif ditandai dengan terbentuknya warna merah.

4. Uji Iod
Tujuan : Mengetahui adanya polisakarida amilum
Alat dan bahan : Plat tetes atau papan uji, pipet tetes, reagen, sampel dan berbagai
jenis karbohidrat
Prosedur : Teteskan 2 tetes amilum, dextrin, gum arab, ke plat tetes
kemudian ditambahkan 2 tetes larutan Iod. Amati perubahan
warna. Larutan pati akan bereaksi dengan Iod membentuk warna
biru.

5. Uji Glikolisis dalam Sel Ragi


Tujuan :
- Mengamati proses glikolisis di dalam sel ragi dengan mengukur kadar
glukosa yang tersisa dan tinggi kolom CO2 yang di hasilkan.
- Mengamati pengaruh inhibitor seperti fluoride atau arsenat terhadap
proses glikolisis.

Alat dan Bahan : Tabung peragian, suspense ragi (1 gram ragi dalam 14 mL
aquades), larutan glukosa 2%, larutan fluoride.

Prosedur : Disiapkan tiga tabung peragian (pelaksanaan : dua kelompok

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 4


digabung jadi satu, masing – masing kelompok diwakili oleh satu
mahasiswa), tabung oertama sebagai kontrol positif, tabung dua
sebagai kontrol negatif dan tabung tiga sebagai uji. Beri perlakuan
pada masing – masing tabung (Tabel 9).
Dihomogenkan dengan cara membalik balikkan tabung 3 –
4 kali, sehingga lengan tabung tertutup dengan suspense ragi.
Didiamkan selama 15 menit pada suhu kamar. Kemudian
dilakukan pengukuran pada setiap tabung.

6. Pemeriksaan Kadar Gula Darah.


Tujuan : Menentukan kadar gula darah sewaktu
Alat dan bahan : Alat uji glukosa darah (glukometer), kapas, alkohol, jarum tusuk,
alat penusuk, test strip
Prosedur : Tentukan manusia coba yang akan di periksa kadar glukosa darah
sewaktunya. Bersihkan ujung jari telunjuk dengan kapas, yang
telah dibasahi alkohol. Masukkan jarum ke dalam alat tujuk, atur
kedalaman jarum. Tempatkan test strip di glukometer. Teteskan
darah ke test strip, dan amati hasil pemeriksaan. Catat data
manusia coba dari setiap kelompok diatas.

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 5


BAB II
HASIL PENGAMATAN

Tabel 8. Hasil Pengamatan Uji Benedict, Barfoed, Seliwanoff, dan Iod.

Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan


Reaksi Uji Benedict
Glukosa 1% Terdapat endapan merah kecokelatan (+) Positif gula pereduksi
Sukrosa 1% Larutan biru, tidak terdapat endapan (-) Negatif gula pereduksi
Fruktosa 1% Terdapat endapan hijau kekuningan (+) Positif gula pereduksi
Laktosa 1% Terdapat endapan merah bata (+) Positif gula pereduksi
Amilum 1% Larutan biru, tidak terdapat endapan (-) Negatif gula pereduksi
Reaksi Uji Barfoed
Sukrosa 1% Larutan biru, tidak terdapat endapan (-) Negatif adanya Monosakarida
Laktosa 1% Larutan biru, tidak terdapat endapan (-) Negatif adanya Monosakarida
Maltosa 1% Larutan biru, tidak terdapat endapan (-) Negatif adanya Monosakarida
Glukosa 1% Larutan biru, terdapat endapan biru gelap (+) Positif adanya Monosakarida
Reaksi Uji Seliwanoff
Glukosa Larutan tidak berwarna (-) Negatif adanya ketosa
Fruktosa Larutan warna merah bata (+) Positif adanya ketosa
Laktosa Larutan kuning pucat (-) Negatif adanya ketosa
Sukrosa Larutan warna merah (+) Positif adanya ketosa
Reaksi Uji Iod
Amilum Biru tua (+) Postiif adanya polisakarida
amilum
Dextrin Kuning (-) Negatif adanya polisakarida
amilum
Gum Arab Coklat (-) Negatif adanya polisakarida
amilum

Tabel 10. Hasil Uji Peragian

1 2 3
Tabung
Kontrol + Kontrol - Uji
Tinggi kolom CO2
1,4 cm 0,4 cm 0,5 cm
yang terbentuk (cm)
Kadar glukosa* 1% 0,5% 0,5%
Warna Endapan orange Endapan kuning Endapan kuning
*penentuan kadar glukosa dengan Uji Benedict
Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 6
Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah
No Kadar Gula
Nama / NRP Kelompok Analisis Hasil
. darah (mmol/L)
1 Anna Chairat / 110115149 C-4 82 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
2 Femi / 110116351 C-1 87 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
3 Berliana / 110116365 C-2 90 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
4 Nur Syirin / 110116333 C-3 72 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
5 Giovanni / 110116010 C-6 76 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal
6 Dias Y / 110116337 C-5 87 mmol/L Gula acak normal, karena
masuk dalam rentan nilai
normal

BAB III

PEMBAHASAN

A. DASAR TEORI
Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen. Contoh : glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11, selulosa (C6H10O5)n.
Rumus umum karbohidrat Cn(H2O)n. Karbohidrat juga dapat diartikan polihidroksi
aldehid (aldose) atau polihidroksi keton (ketose) dan turunannya atau senyawa yang bila
dihidrolisa akan menghasilkan salah satu atau kedua komponen di atas.
Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 7
Karbohidrat berasal dari bahasa Jerman, yaitu “Kohlenhydrate” dan dari bahasa
Perancis, yaitu “Hydrate de Carbon”. Penamaan ini didasarkan atas komposisi unsur
karbon yang mengikat hidrogen dan oksigen dalam perbandingan yang selalu sama
seperti pada molekul air yaitu perbandingan 2 : 1. Karena komposisi yang demikian,
senyawa ini pernah disangka sebagai hidrat karbon, tetapi sejak 1880, senyawa tersebut
bukan hidrat dari karbon. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa
Arab "sakkar" artinya gula. Karbohidrat sederhana mempunyai rasa manis sehingga
dikaitkan dengan gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefinisikan
sebagai suatu polihidroksialdehid atau polihidroksiketon. Contoh glukosa adalah suatu
polihidroksi aldehid karena mempunyai satu gugus aldehid dan 5 gugus hidroksil (OH).
Karbohidrat memegang peranan penting dalam sistem biologi khususnya dalam
respirasi. Karbohidrat dihasilkan oleh proses fotosintesa didalam tanaman - tanaman
berdaun hijau. Karbohidrat dapat dioksida menjadi energi, misalnya glukosa dalam sel
jaringan manusia dan binatang. Fermentasi karbohidrat oleh kamir atau mikroba lain
dapat menghasilkan CO2, alkohol, asam organik dan zat-zat organik lainnya. Karbohidrat
merupakan sumber energi bagi aktivitas kehidupan manusia disamping protein dan
lemak. Membekalkan tenaga bagi aktivitas harian seperti gerakkan, pertumbuhan dan
lain-lain aktivitas sel di dalam tubuh.
Dalam bahan-bahan pangan nabati, karbohidrat merupakan komponen yang relatif
tinggi kadarnya. Beberapa zat yang termasuk golongan karbohidrat adalah gula, dekstrin,
pati, selulosa, hemiselulosa, pektin, gum dan beberapa karbohidrat yang lain.

Unsur-unsur yang membentuk karbohidrat hanya terdiri dari karbon (C), hidrogen
(H) dan oksigen (O), kadang-kadang juga nitrogen (N). Pentosa dan hektosa merupakan
contoh karbohidrat sederhana, misalnya arabinosa, glukosa, fruktosa, galaktosa dan
sebagainya.

Kaitan antara Metabolisme Karbohidrat dan Diabetes Mellitus


Metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata rantai yang tidak
dapat dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus
dijelaskan oleh keberadaan hormon insulin. Diabetes mellitus adalah gangguan
metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan menifestasi
berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka
diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan post prandial, aterosklerotik
dan penyakit vascular microangiophaty dan neurophaty. Manifestasi klinis hiperglikemia
biasanya telah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 8


vascularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan ( gangguan glukosa puasa
dan gangguan toleransi glukosa ) dapat tetap berisiko mengalami komplikasi diabetes
mellitus.
Diabetes mellitus merupakan penyakit endokrin yang paling lazim. Frekuensi
sesungguhnya diperoleh karena perbedaan standar diagnosis tetapi mungkin antara 1-2%
jika hiperglikemia puasa merupakan kriteria diagnosis. Penyakit ini ditandai oleh
komplikasi metabolik dan komplikasi jangka panjang yang melibatkan mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah.

Penderita diabetes mellitus mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem


kerja insulin, sedangkan ini sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme
karbohidrat. Akibatnya, penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada
metabolisme karbohidrat. Tubuh manusia membutuhkan energi agar dapat berfungsi
dengan baik. Energi tersebut diperoleh dari hasil pengolahan makanan melalui proses
pencernaan di usus. Di dalam saluran pencernaan itu, makanan dipecah menjadi bahan
dasar dari makanan tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino,
dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan tersebut akan diserap oleh usus
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh untuk
dipergunakan sebagai bahan bakar. Dalam proses metabolisme, insulin memegang
peranan sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya
digunakan sebagai bahan bakar. Pengeluaran insulin tergantung pada kadar glukosa
dalam darah. Kadar glukosa darah sebesar > 70 mg/dl akan menstimulasi sintesa insulin.
Insulin yang diterima oleh reseptor pada sel target, akan mengaktivasi tyrosin kinase
dimana akan terjadi aktivasi sintesa protein, glikogen, lipogenesis dan meningkatkan
transport glukosa ke dalam otot sekeletal dan jaringan adipose dengan bantuan
transporter glukosa (GLUT 4).
Insulin berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel β pankreas. Insulin terdiri
atas dua rantai polipeptida. Struktur insulin manusia dan beberapa spesies mamalia kini
telah diketahui. Insulin manusia terdiri atas 21 residu asam amino pada rantai A dan 30
residu pada rantai B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh adanya dua buah rantai disulfida.
Insulin disekresi sebagai respon atas meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma
darah. Konsentrasi ambang untuk sekresi tersebut adalah kadar glukosa pada saat puasa
yaitu antara 80-100 mg/dL. Respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang
berkisar dari 300-500 mg/dL. Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 9


seluruh tubuh. Umur insulin dalam aliran darah sangat cepat. waktu paruhnya kurang dari
3-5 menit.
Sel-sel tubuh menangkap insulin pada suatu reseptor glikoprotein spesifik yang
terdapat pada membran sel. Reseptor tersebut berupa heterodimer yang terdiri atas
subunit α dan subunit β dengan konfigurasi α2β2. Subunit α berada pada permukaan luar
membran sel dan berfungsi mengikat insulin. Subunit β berupa protein transmembran
yang melaksanakan fungsi tranduksi sinyal. Bagian sitoplasma subunit β mempunyai
aktivitas tirosin kinase dan tapak autofosforilasi.

Terikatnya insulin subunit α menyebabkan subunit β mengalami autofosforilasi


pada residu tirosin. Reseptor yang terfosforilasi akan mengalami perubahan bentuk,
membentuk agregat, internalisasi dan menghasilkan lebih dari satu sinyal. Dalam kondisi
dengan kadar insuli tinggi, misalnya pada obesitas ataupun akromegali, jumlah reseptor
insulin berkurang dan terjadi resistansi terhadap insulin. Resistansi ini diakibatkan
terjadinya regulasi ke bawah. Reseptor insulin mengalami endositosis ke dalam vesikel
berbalut klatrin.

Insulin mengatur metabolisme glukosa dengan memfosforilasi substrat reseptor


insulin (IRS) melalui aktivitas tirosin kinase subunit β pada reseptor insulin. IRS
terfosforilasi memicu serangkaian rekasi kaskade yang efek nettonya adalah mengurangi
kadar glukosa dalam darah.

Pengaturan metabolisme glukosa oleh insulin melalui berbagai mekanisme


kompleks yang efek nettonya adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah. Oleh
karena itu, penderita diabetes mellitus yang jumlah insulinnya tidak mencukupi atau
bekerja tidak efektif akan mengalami hiperglikemia.

1. Uji Benedict

Uji benedict digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat melalui pereaksi gula


pereduksi. Cara kerjanya yaitu 3 ml larutan benedict di masukkan ke dalam 5 tabung
reaksi, kemudian masing-masing di tambahkan larutan uji 2 ml secara berturut-turut,
glukosa 1 %, sukrosa 1%, fructosa 1%, laktosa 1% dan amilum 1%. Kocok perlahan dan
panaskan di atas api spirtus sampai terjadi perubahan warna selama ± 2 menit.
Didinginkan dan amati warna larutan dan endapan yang terbentuk. Hasil positif bila
terdapat endapan berwarna hijau, kuning atau merah bata. Reaksi yag terjadi ketika
Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 10
larutan uji di masukkan ke dalam larutan benedict yaitu reduksi ion Cu2+ dan CuSO4
oleh larutan uji yang mengandung gula pereduksi dan membentuk Cu2O yang merupakan
endapan merah bata. Pereaksi benedict terdiri dari logam Cu dan larutan basa kuat. Pada
larutan uji yang tidak mengandung gula pereduksi tidak akan menghasilkan endapan
merah karena tidak mampu mereduksi ion Cu2+ dan CuSO4.
Hasil yang kami dapatkan bahwa glukosa menghasilkan endapan merah
kecokelatan, fruktosa menghasilkan endapan hijau kekuningan, dan laktosa menghasilkan
endapan merah bata sehingga mengandung gula pereaksi atau gula pereduksi yang
mampu mereduksi senyawa pengoksisdasi, dimana ujung pereduksinya adalah ujung yang
mengandung aldehida. Sedangkan pada laktosa yang menghasilkan D-Glukosa dan D-Galaktosa,
dimana laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebeas pada residu gula glukosa,
sehingga laktosa adalah disakarida pereduksi . Sedangkan sukrosa dan amilum menghasilkan
warna biru tidak ada endapan, sehingga tidak mengandung gula pereaksi. Hal ini
dikarenakan sukrosa tidak mengandung atom karbon anomer bebas, karena atom karbon kedua
anomernya yaitu yang terdapat pada glukosa dan aktosa berikatan satu sama lainnya. Sedangkan
pati tersusun dari D-glukosa yang banyak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa golongan
monosakarisa mempu mereduksi senyawa pengoksidasi atau di sebut gula pereduksi.

2. Uji Barfoed
Uji ini digunakan untuk mendeteksi monosakarida yang terdapat di dalam
sakarida. Uji ini menggunakan larutan asam. Berbeda dengan pereaksi benedict. Cara
kerjanya yaitu 4 tabung reaksi masing-masing berisi 1 ml sukrosa 1%, laktosa 1%,
maltosa 1%, dan glukosa 1%, ditambahkan 1 ml pereaksi barfoed, di panaskan di atas
api spirtus selama 3 menit, di dinginkan dalam air selama 2 menit. Tambahkan 1 ml
pereaksi fosfomolibdat. Dicampur pelan-pelan. Amati yang terjadi, warna biru gelap
dan endapan merah bata menunjukkan adanya monosakarida. Reaksi yang terjadi
yaitu ion Cu2+ (dari pereaksi barfoed) dalam suasana asam akan di reduksi lebih cepat
oleh gula reduksi monosakarisa daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O
berwarna merah bata. Hasil pengamatan kami yaitu glukosa menghasilkan endapan
biru gelap dan larutan biru sehingga termasuk golongan monosakarida. Hal terebut
dikarenakan glukosa merupakan monosakarida, tersusun dari 6 atom, karbon (heksosa).
Struktur glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar untuk membedakan antara gula
reduksi dan non-reduksi. Glukosa merupakan gula reduksi, hal ini didasarkan pada adanya
gugus aldehid (-CHO) yang dapat mereduksi larutan Cu 2SO4 membentuk endapan merah
bata. Fruktosa merupakan gula non reduksi dimana gula ini tidak dapat mereduksi akibat

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 11


tidak adanya gugus aldehid, gugus yang dimiliki fruktosa adalah gugus keton (C=O).
sedangkan, sukrosa, laktosa dan maltose merupakan oligosakarida (disakarida) sehingga tidak
menghasilkan endapan merah bata.

3. Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat yang mengandung
gugus ketosa, membedakan gula aldosa dan ketosa. Ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi merah yang menunjukan bahwa fruktosa memiliki gugus
ketosa. Ketosa di bedakan dari aldosa karena adanya gugus fungsi keton atau aldehid
pada gula tersebut. Jika gula mempunyai gugus keton, maka gula tersebut tegolong
ketosa, jika gula tersebut mempunyai gugus aldehid maka gula tersebut tergolong
aldosa. Cara kerjanya yaitu 4 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 3 ml pereaksi
seliwanoff, di tambahkan 10 tetes glukosa, fruktosa, laktosa, dan sukrosa. Dipanaskan
1 menit, jika terbentuk endapan,maka endapan di saring kemudian di larutkan dalam
alkohol. Amati perubahan yang terjadi, reaksi positif di tandai dengan terbentuknya
warna merah.
Reaksi yang terjadi yaitu dalam pereaksi seliwanoff mengadung HCl yang
akan mendehidrasi D-fruktosa menghasilkan hidroksimetilfurfural sehingga furfural
mengalami kondensasi setelah penambahan resolsinol (pereaksi seliwanoff)
membentuk larutan yang berwarna merah orange. Sehingga larutan uji yang
menghasilkan warna merah mengandung gugus ketosa. Hasil yang kami dapatkan
yaitu sukrosa menghasilkan larutan warna merah, sedangkan glukosa menghasilkan
larutan tidak berwarna, fruktosa menghasilkan larutan warna merah bata, serta laktosa
menghasilkan larutan berwarna kuning pucat. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa
dan sukrosa tergolong ketosa karena fruktosa dan ketosa merupakan karbohidrat yang
positif memiliki gugus keton. Sukrosa memberikan hasil yang positif karena disakarida
yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Glukosa dan galaktosa tidak menghasilkan hasil positif
karena glukosa dan galaktosa hanya memiliki gugus aldehid. Hal ini menyebabkan tidak ada
gugus keton yang bereaksi dengan reagen Seliwanoff.

4. Uji Iod.
Uji iod bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida amilum. Reagen yang di
gunakan adalah laruran iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium iodide.
Reaksi antara polisakarida dengan iodine membentuk rantai poliiodida (berwarna biru
/ coklat / kuning). Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar),

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 12


sehingga dapat berikatan dengan iodine, sedangkan karbohidrat berantai pendek
seperti disakarida dan monosakarida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak
dapat berikatan dengan iodine.
Larutan pati akan bereaksi dengan iod membentuk warna biru, karena iod masuk
ke dalan kumparan molekul pati. Senyawa ini hanya stabil dalam larutan dingin. Pada
pemanasan, warna biru akan hilang karena molekul pati meregang, sehingga iod lepas
dari kumparan pati, tetapi akan kembali menjadi warna biru bila didinginkan. Cara
kerjanya yaitu teteskan 2 tetes amilum, dextrin, dan gum arab ke plat tetes.
Tambahkan 2 tetes larutan iod dan amati perubahan warna, larutan pati akan bereaksi
dengan iod membentuk warna biru. Hasil yang kami dapatkan, pati atau amilum
memberikan hasil positif warna biru tua sehingga mengandung polisakarida
sedangkan dextrin memberikan hasil negatif berwarna kuning pekat dan gum arab
juga memberikan hasil negatif yang berwarna merah kecoklatan jadi tidak
mengandung polisakarida.

5. Uji Glikolisis dalam Sel Ragi


Uji glikolisis dalam sel ragi bertujuan untuk mengamati proses glikolisis di dalam
sel ragi dengan mengukur kadar glukosa yang tersisa dan tinggi kolom CO 2 yang di
hasilkan, mengamati pengaruh inhibitor seperti fluoride atau arsenat terhadap proses
glokolisis. Glikolisis merupakan proses penguraian atau katabolisme karbohidrat
(glukosa) menjadi asam piruvat. Glikolisis dapat berlangsung secara aerob
(memerlukan oksigen) dan juga anaerob (tanpa oksigen). Dalam kondisi aerob,
piruvat yang terbentuk akan dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Sedangkan dalam
kondisi anaerob, karbohidrat seperti glukosa dan sukrosa akan diuraikan oleh enzim
dalam ragi menjadi alkohol dan CO2 sebagai produk akhir. Kadar glukosa dan kadar
etanol dari hasil glikolisis sel ragi dapat ditentukan dengan melihat tinggi rendahnya
kolom CO2 yang terbentuk pada lengan tabung. Semakin tinggi kolom CO 2 yang
terbentuk, maka kadar CO2 yang dihasilkan pada proses glikolisis semakin tinggi,
yang berarti kadar glukosa dalam sel ragi berkurang karena glukosa dihidrolisis oleh
enzim glikolisis menjadi CO2 dan etanol. Sedangkan kadar etanol juga akan
meningkat jika tinggi kolom CO2 semakin besar karena etanol dan CO 2 merupakan
hasil penguraian glukosa pada proses glikolisis. Larutan fluorida dan larutan arsenat
berfungsi sebagai penghambat atau inhibitor kerja enzim dalam memecah glukosa
menjadi etanol dan CO2.

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 13


Cara kerjanya yaitu disiapkan 3 tabung peragian (pelaksanaan: 2 kelompok di
gabung jadi satu, masing-masing kelompok di wakili oleh satu mahasiswa) tabung
pertama sebagai kontrol positif, tabung kedua kontrol negatif dan tabung ketiga
sabagai uji . dan beri perlakuan pada masing-masing tabung.

Tabung 1 2 3
Suspensi ragi 14 - 13,5 ml
Suspensi ragi yang
14 ml
telah dididihkan
Larutan fluorida 0,5 ml
Larutan glukosa 2 % 2 ml 2 ml 2 ml
Di homogenkan dengan cara membalik-balikkan tabung 3-4 kali, sehingga lengan
tabung tertutup dengan suspensi regi. Diamkan selama 15 menit pada suhu kamar.
Kemudian lakukan pengukuran pada setiap tabung. Hasil yang kami dapatkan tinggi
kolom CO2 yang terbentuk pada masing-masing tabung, untuk  tabung peragian yang
ditambahkan larutan fluoride dan arsenat menghasilkan tinggi kolom CO 2 yang lebih
tinggi pada kontrol positif ini menandakan bahwa tidak adanya penghabatan proses
glikolisis sehingga CO2 yang terbentuk lebih sedikit.

6. Pemeriksaan Kadar Gula Darah


Pemeriksaan kadar gula darah bertujuan untuk menentukan kadar gula darah
sewaktu. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi
tetap, yaitu antara 70 – 100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah
setelah kita makan-makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu,
jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada penderita diabetes
melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah. Harga
normal dalam menentukan kadar glukosa darah adalah kadar gula darah sewaktu : 60
– 120 mg/dl dan kadar gula darah puasa : 70 - 110 mg/dl. Salah satu contoh penyakit
yang disebabkan oleh kelainan kadar glukosa yaitu diabetes mellitus. Diabetes
mellitus merupakan penyakit yang timbul karena suatu gangguan dari pankreas, yaitu
organ tubuh yang biasa menghasilkan insulin dan sangat berperan dalam metabolisme
glukosa bagi sel tubuh. Seseorang yang terkena diabetes mellitus selalu ditandai oleh
naiknya kadar gula darah (hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine.
Orang yang menderita diabetes mellitus jumlah glukosa darah lebih besar dari 130
mg per 100 ml darah. Cara kerjanya yaitu tentukan mahasiswa yang akan diperiksa
kadar glukosa darah sewatunya. Bersihkan ujung jari telunjuk dengan kapas yang
telah di basahi alkoho. Masukkan jarum kedalam alat tujuk, atur kedalaman jarum.

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 14


Tempatkan test strip di glukometer. Teteskan darah ke test strip dan amati hasil
pemeriksaan.

BAB IV

KESIMPULAN

1. Uji Benedict
Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif. Pada fruktosa uji positif terbentuk
endapan hijau kekuningan, glukosa terbentuk endapan merah kecokelatan, laktosa
terbentuk endapan merah bata. Glukosa, fruktosa, laktosa menandakan bahwa
mengandung gula pereduksi sedangkan amilum dan sukrosa negatif terhadap uji benedict
yang menandakan bahwa tidak mengandung gula pereduksi.

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 15


2. Uji Barfoed
Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil
pada glukosa terbentuk endapan biru gelap positif terhadap monosakarida. Sedangkan
sukrosa, laktosa, maltose negatif terhadap uji barfoed yang menunjukkan bahwa sukrosa,
laktosa, maltose bukan termasuk monosakarida.

3. Uji Seliwanoff
Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil
pada glukosa larutan tidak berwarna, pada fruktosa larutan berwarna merah bata, pada
laktosa larutan berwarna kuning pucat, dan pada sukrosa larutan warna merah. Hasil yang
dapat diperoleh yaitu fruktosa dan sukrosa positif terhadap uji seliwanoff yang positif
terhadap adanya ketosa. Sedangkan glukosa dan laktosa negatif terhadap uji seliwanoff
yang negatif terhadap adanya ketosa.

4. Uji Iod
Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif. Dari hasil pengamatan
didapatkan hasil pada amilum terbentuk warna biru, pada dextrin berwarna kuning, pada
gum arab berwarna cokelat. Hasil yang dapat diperoleh yaitu amilum positif terhadap uji
seliwanoff yang menunjukkan adanya polisakarida. Sedangkan dextrin dan gum arab
negatif terhadap uji seliwanoff yang tidak menunjukkan adanya ketosa.

5. Uji Glikolisis dalam Sel Ragi


Hasil yang kami dapatkan tinggi kolom CO 2 yang terbentuk pada masing-masing
tabung, untuk  tabung peragian yang ditambahkan larutan fluoride dan arsenat
menghasilkan tinggi kolom CO2 yang lebih tinggi pada kontrol positif ini menandakan
bahwa tidak adanya penghabatan proses glikolisis sehingga CO2 yang terbentuk lebih
sedikit.

6. Pemeriksaan Kadar Gula Darah


Hasil yang kami dapatkan dari hasil pemeriksaan glukosa darah secara acak yang
dilakukan setiap saat dan tidak perlu persiapan dari beberapa manusia coba menunjukkan
bahwa rata – rata kadar gula darah pada beberapa manusia coba tersebut dikatakan
normal karena masih masuk dalm rentang nilai normalnya yaitu 70 – 125 mg/dl.

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 16


DAFTAR PUSTAKA

Bintang, Maria. 2010. Biokimia: Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.

Dawn B, Marks. 2000. Dasar – Dasar Kimiawi dan Biologis Biokimia. Jakarta : penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Murray, R.K. et al. 2006 biokimia harper edisi 27. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia struktur dan fungsi biomolekul. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ngili, Yohanis. 2010. Biokimia dasar. Bandung: penerbit Rekayasa Sains.


Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 17
Yazid, Estien. 2006. Penentuan praktikum biokimia. Yogyakarta : ANDI.

Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioesakta. Jakarta: EGC.

LAMPIRAN

TUGAS BACA
1. Pemeriksaan gula darah saat ini marak digunakan masyarakat Indonesia. Pengecekan
dapat dilakukan di laboratorium ataupun pemeriksaan mandiri. Jenis gula darah apa yang
dideteksi oleh alat pengukur gula darah tersebut? Mengapa jenis gula darah tersebut yang
dapat diwakili “kadar gula darah” seseorang?
Jawab :
Glukometer membantu mendeteksi kadar gula dalam tubuh pada saat tertentu,
yakni pada saat sampel diambil dari tubuh penderita. Peran glukometer semakin besar
Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 18
dan menjadi fungsi utama adalah memberdayakan penderita Diabetes Melitus untuk
memonitor dirinya sendiri tanpa perlu berkunjung ke dokter atau ke rumah sakit.
Glukometer adalah salah satu alat yang digunakan untuk mendapatkan niali kadar
glukosa dalam darah perifer atau sentral. Nilai-nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam
bentuk satuan, yakni dalam mg/dL atau mmol/L. Niali tersebut dalah nilai klinis yang
penting untuk gangguan metabolisme, seperti Diabetes Melitus, denutrisi dan
konsekuensi lainnya seperti koma hiperosmolar, sindrom malabsorbsi, dan yang paling
parah adalah hipoglikemia atau hiperglikemia. Glukometer dan pengobatan farmasi yang
tepat adalah dasar kontrol glikemik pada pasien diabetes. Dirumah, beberapa glikometer
memiliki beberapa jenis strip untuk memonitor variabel-variabel lain seperti keton yang
dihasilkan ketika seorang pasien mengalami hiperglikemia. Bagian yang paling penting
adalah strip bebentuk persegi panjang yang berfugsi sebagai sensor untuk menempatkan
darah dan mendapatkan pengukuran ditentukan dengan konverter analo-digital dari
mikrokontroler.
Sel darah merah hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar. Ini
karena sel darah merah tidak memiliki mitokondria, tempat berlangsungnya sebagian
besar reaksi oksidasi bahan seperti asam lemak dan bahan bakar lain. Sel darah merah
memperoleh energi melalui proses glikolisis yaitu pengubahan glukosa menjadi piruvat.
Piruvat akan dibebaskan ke dalam darah secara langsung atau diubah menjadi laktat
kemudian dilepaskan. Sel darah merah tidak dapat bertahan hidup tanpa glukosa. Tanpa
sel darah merah, sebagian besar jaringan tubuh akan menderita kekurangan energi karena
jaringan memerlukan oksigen agar dapat sempurna mengubah bahan bakar menjadi CO 2

dan H2O (Aswani V., 2010).

Meskipun disebut gula darah, selain glukosa, juga ditemukan jenis gula-gula lainnya,
seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur
melalui hormon insulin dan leptin. Dan hanya glukosa yang digunakan untuk pengukuran
gula darah, karena glukosa merupakan monosakarida, monosakarida adalah senyawa
pereduksi yang bersifat mereduksi senyawa pengoksidasi. Gula dioksidasi pada gugus
karbonat dan senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi. Kemampuan ini sangat
bermanfaat untuk analisa gula, gula yang mempunyai kemampuan ini disebut gula
pereduksi.

2. Tuliskan karasteristik dan nilai normal dari berbagai jenis gula darah dibawah ini!
Jawab :
Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 19
Jenis Karasteristik / Definisi Nilai normal
Pengambilan darah dilakukan setiap
Gula darah acak 70 – 125 mg/dl
saat dan tidak perlu persiapan
Pengambilan darah dilakukan di pagi
Gula darah puasa hari, pasien diminta untuk puasa 70 – 110 mg/dl
selama 10-16 jam
Gula darah 2 jam Pengambilan darah dilakukan 2 jam
100 – 140 mg/dl
post prandial tepat sesudah selesai makan

3. Pemantauan kadar glikemik yang ketat diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan terapi
diabetes militus. Pasien yang menggunakan terapi obat antidiabetik oral harus memantau kadar
glukosa darah puasa, sedangkan pasien yang menggunakan insulin harus lebih sering memeriksa
kadar glukosa darah sewaktu. Parameter lain yang sering disarankan adalah HbA1c. Jelaskan
karakteristik dan tujuan pemeriksaan HbA1c!
Jawab :

Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA1, HbA2, HbF (fetus). Hemoglobin A (HbA)
terdiri atas 91 sampai 95% dari jumlah hemoglobin total. Molekul glukosa berikatan
dengan HbA1 yang merupakan bagian dari hemoglobin A. Proses pengikatan ini disebut
glikolisasi atau hemoglobin terglikosilasi atau hemoglobin A. Dalam proses ini terdapat
ikatan antara glukosa dan hemoglobin. Pada penyandang DM, glikosilasi hemoglobin
meningkat secara proporsional dengan ladar rata-rata glukosa darah selama 120 hari
terakhir, bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal selama 120 terakhir,
maka hasil hemoglobin A1c akan menunjukkan nilai normal.
Hasil pemerikasaan hemoglobin A1c merupakan pemerikaan tunggal yang sangat
akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua
penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfat bagi pasien yang membutuhkan kendali
glikemik (Soewondo P, 2004).
Pembentukan HbA1c terjadi dengan lambat yaitu 120 hari, yang merupakan
rentang hidup sel darah merah. HbA1c terdiri atsa 3 molekul, HbA1a, HbA1b dan HbA1c
sebesar 70%, HbA1c dalm bentuk 70% terglikolisasi (mengabsorbsi glukosa). Jumlah
hemoglobin yang terglikolisasi bergantung pada jumlah glukosa yang tersedia. Jika kadar
glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi
dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin (Kee KL, 2003). Kadar HbA1c
merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan kondisi 8-12 minggu
sebelumnya, karena waktu paruh eritrosit 120 hari (Kee JL, 2003), karena mencerminkan

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 20


keadaan glikemik selama 2-3 bulan maka pemeriksaan HbA1c dianjurkan dilakukan
setiap 3 bulan (Darwis Y, 2005).
Peningkatan kadar Hba1c > 8% mengindikasikan DM yang tidak terkendali dan
beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang seperti nefropati, retinopati,
atau kardiopati. Penurunan 1% dari HbA1c akan menurukan komplikasi sebesar 35%
(Soewondo P, 2004).
Pemerikasan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM.
Pemerikasaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal penanganan,
pemerikasaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian
(Kee JL, 2003)
Pada keadaan normal kadar HbA1c adalah 4-6%. Sedangkan, pada penderita DM
kadarnya adalah >6,5%.

ANALISIS KASUS
1. Seorang wanita gemuk berusia 50 tahun datang ke klinik kesehatan, dengan keluhan haus yang
berlebihan, banyak minum dan sering buang air kecil, dimana sebelumnya tidak pernah ada
keluhan medis dan sudah lama tidak ke dokter. Hasil pengamatan fisik umumnya normal dan
dokter mengatakan wanita tersebut tidak dalam kondisi sakit akut. Urinalisis menunjukkan kadar
glukosa meningkat, dimana kadar glukosa serum sewaktu adalah 320 mg/dL.
a. Apakah dugaan penyakit yang dialamai oleh wanita tersebut? Jelaskan alasannya!
Jawab :
a. Menurut kami, penyakit yang dialami oleh wanita tersebut adalah diabetes melitus.
Gejala diabetes melitus berupa:
- Poliuria (banyak berkemih)
- Polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 21


- Polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)
- Pada penderita obesitas maka gangguan DM dapat dipastikan apabila terdapat
hiperglikemia dan glikosuria secara laboratoris.

Gejala yang dialami oleh wanita tesebut adalah :

- Rasa haus yang berlebihan


- Banyak minum dan sering buang air kecil

Sehingga, kami menduga bahwa wanita tersebut mengalami diabetes melitus tipe II.
Diabetes melitus tipe II atau adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-
dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi
bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah. DM tipe II ini merupakan
penyakit sindrom metabolik yang diakibatkan hiperglikemia sekunder kronis. Penyebab
hiperglikemia sekunder kronis tersebut adalah resistensi jaringan terhadap insulin atau
disertai dengan defisiensi insulin relatif. Pada penderita DM Tipe II, jumlah insulin
endogen dalam sirkulasi tubuh mampu mencegah terjadinya ketoasidosis, namun tidak
cukup untuk menekan hiperglikemia yang diakibatkan oleh menurunnya sensitivitas
jaringan terhadap insulin. DM tipe II merupakan sindrom penyakit yang disebabkan oleh
baik penurunan sensitivitas jaringan (resistensi jaringan pada insulin) atau hilangnya sel
pankreas-β. Kedua hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik atau faktor
lingkungan seperti obesitas.

Diabetes melitus tipe 2 juga terjadi karena lemahnya kemampuan pankreas pada
sel β pankreas dalam mensekresikan insulin yang dikombinasikan dengan lemahnya
aksi insulin sehingga menyebabkan penurunan sensitivitas insulin. Penurunan
sensitivitas insulin terjadi pada permukaan sel tubuh yang dinamakan reseptor insulin,
reseptor insulin akan memberikan sinyal pada pengangkut glukosa untuk
memungkinkan lewatnya glukosa yang dibawa oleh hormon insulin masuk ke dalam
sel. Di dalam mitokondria, glukosa tersebut akan digunakan untuk menghasilkan
energi yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi setiap sel tubuh. (Hartono dalam
Fachreza,2009). Akibat terjadinya disfungsi pada mitokondria menyebabkan
terjadinya akumulasi mutasi-mutasi

Diagnosis DM tidak hanya didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin


saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh
darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 22


dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer. Seseorang
didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:

- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
- Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200
mg/dL
- Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
- Kadar serum sewaktu normal 65-110 mg/dL
Dalam kasus ini, kadar glukosa serum sewaktu pada uji urinalisis wanita tersebut
320 mg/dL. Kadar glukosa serum sudah melebihi batas normal yaitu <200 mg/dL.
b. Apakah dasar biokimia dari penyakit tersebut?
Jawab :
Resistensi insulin pada jaringan adiposa menyebabkan peningkatan lipolisis
sehingga akan terjadi peningkatan asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas yang
tinggi akan menstimulir konversi asam amino menjadi glukosa di hepar, sehingga kadar
glukosa darah meningkat. Pada orang yang normal, sekitar separuh dari glukosa yang
dimakan diubah menjadi energi lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak
atau glikogen. Glikolisis akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses
glikogenesis ataupun lipogenesis akan terhalang.
Hormon insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati dengan cara meningkatkan
aktivitas enzim-enzim yang berperan, termasuk glukokinase, fosfofruktokinase dan
piruvat kinase. Bertambahnya glikolisis akan meningkatkan penggunaan glukosa
sehingga secara tidak langsung menurunkan pelepasan glukosa ke plasma darah. Insulin
juga menurunkan aktivitas glukosa-6-fosfatase yaitu enzim yang berada di hati dan
berfungsi mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat.Kerja insulin dilaksanakan dengan
mengaktifkan protein kinase, menghambat protein kinase lain atau merangsang aktivitas
fosfoprotein fosfatase. Defosforilasi meningkatkan aktivitas sejumlah enzim penting.
Modifikasi kovalen ini memungkinkan terjadinya perubahan yang hampir seketika pada
aktivitas enzim tersebut.
Dalam menghambat atau merangsang kerja suatu enzim, insulin memainkan
peran ganda. Selain menghambat secara langsung, insulin juga mengurangi terbentuknya
cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin. Insulin meransang terbentuknya
fosfodiesterase-cAMP. Dengan demikian insulin mengurangi kadar cAMP dalam darah.

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 23


Penderita dengan kadar gula yang sangat tinggi maka gula tersebut akan
dikeluarkan melalui urine. Gula disaring oleh glomerolus ginjal secara terus menerus,
tetapi kemudian akan dikembalikan ke dalam sistem aliran darah melalui sistem
reabsorpsi tubulus ginjal. Kapasitas ginjal mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju 350
mg/menit. Ketika kadar glukosa amat tinggi, filtrat glomerolus mengandung glukosa di
atas batas ambang untuk direabsorpsi dan glukosa dikeluarkan melalui urine. Gejala ini
disebut glikosuria, yang mrupakan indikasi lain dari penyakit diabetes mellitus.
Glikosuria ini mengakibatkan kehilangan kalori yang sangat besar.
Kadar glukosa yang amat tinggi pada aliran darah maupun pada ginjal, mengubah
tekanan osmotik tubuh. Secara otomatis, tubuh akan mengadakan osmosis untuk
menyeimbangkan tekanan osmotik. Ginjal akan menerima lebih banyak air, sehingga
penderita akan sering buang air kecil. Konsekuensi lain dari hal ini adalah, tubuh
kekurangan air. Penderita mengalami dehidrasi(hiperosmolaritas) bertambahnya rasa
haus dan gejala banyak minum (polidipsia).

2. Dua mahasiswa yang demo dengan cara mogok makan, akhirnya dilarikan ke RS
terdekat. Mereka telah mogok makan selama tiga hari. Kondisinya lemah, pucat dan
gemetar. Jelaskan hal berikut ini :
a. Apakah perubahan aspek biokimia terkait pemakaian bahan bakar yang terjadi pada
kondisi kelaparan tersebut?
Jawab :
Pada kondisi kelaparan perubahan aspek biokimia yang terkait dalam protein dan
glukosa. Pemakaian bahan bakar pada kondisi kelaparan pada saat simpanan
glukogen pada otot dan hati sudah habis, maka digunakan simpanan lemak untuk
menghasilkan energi. Bila simpanan lemak habis maka protein di katabolisme
(terutama protein di otot) untuk memasok asam amino dan energi. Pada kondisi
tersebut juga protein yang ada di otot menurun untuk diubah menjadi glukosa. Bila
protein tersebut terus menerus nantinya akan habis. Jika habis maka glukosa juga
tidak akan terbentuk

b. Bagaimana pengaruh kelaparan terhadap protein tubuh, terutama protein otot?


Jawab :
Yang berperan utama pada saat tubuh merasa lapar adalah hypothalamus. Agar
berfungsi dengan baik otak memerlukan glukosa. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 24


sampai ke otot. Jadi otak member isyarat untuk menghentikan produksi insulin. Jika
kurang makan, tubuh akan menambah protein untuk memproduksi energi. Pada saat
kelaparan, protein juga (terutama yang ada di otot) di katabolisme untuk memasok
asam amino dan energi. Sehingga akan merugikan otot – otot yang sebagian besar
terdiri dari protein. Hal ini dapat berakibat terjadinya pengecilan otot.

c. Bagaimana perubahan sumber utama glukosa darah saat kelaparan?


Jawab :
Pada saat kelaparan sumber glukosa darah berasal dari glukoneogenesis,
glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari sumber – sumber non gliserol dan
beberapa jenis asam lemak. Lokasi ada di hati pada saat karbohidrat terbatas maka
asam laktat yang terbentuk dalam otot diubah kembali oleh konsentrasi karbohidrat
seluler yang rendah dan penurunan gula darah. Glukoneogenesis juga dapat diartikan
yatu sintesis glukosa dari prekursor non karbohidrat, yaitu : piruvat, laktat, gliserol,
asam amino. Karena tidak adanya asupan glukosa dari luar. (Harper, Hal : 848)

LAMPIRAN

1. Reaksi Uji Benedict


1. Glukosa 1 % 2. Sukrosa 1%

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 25


3. Fruktosa 1% 4. Laktosa 1%

5. Amilum 1%

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 26


2. Reaksi Uji Barfoed
1. Sukrosa 1% 2. Laktosa 1%

3. Maltosa 1% 4. Glukosa 1%

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 27


3. Reaksi Uji Seliwanoff
1. Glukosa 2. Fruktosa

3. Laktosa 4. Sukrosa

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 28


4. Reaksi Uji Iod

5. Uji Glikolisis dalam Sel Ragi

Laporan Biokimia – Karbohidrat dan Diabetes Melitus Page 29

Anda mungkin juga menyukai