Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 2
FOLIUM

Shift/Kelompok: D/7
Anggota:
Deden Miftah Fauzan 10060319159
Agung Gunawan 10060319160
Muhammad Fajar 10060319161
Fadil Rido Gumelar 10060319162

Tanggal Praktikum : 2 Desember 2020


Tanggal Penyerahan : 9 Desember 2020
Asisten : Fathan Said,S.Farm.

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020 M/1442 H
I. Tujuan Pengamatan

Mengamati secara organoleptis, makroskopik, dan mikroskopik dengan

contoh simplisia Orthosiphonis Staminei Folium, Abri Folium, Psidii Guajavae

Folium, Sericocalycis Crispi Folium, Sonchi Arvensidis Folium, Piperis Betle

Folium, Blumeae Balsamiferae Folium, dan Guazumae Ulmifoliae Folium

menggunakan reagen Kloral Hidrat.

II. Teori Dasar

1. DEFINISI DAUN

Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya

dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal dengan

nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helaian,

berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau Daun sesungguhnya adalah cabang

atau ranting yang mengalami modifikasi. Ada tumbuhan tingkat tinggi daun

merupakan tempat penting untuk fotosintesis. Daun merupakan salah satu organ

pokok pada tumbuhan (Tjitrosoepomo, G. 1985).

Daun memilki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian

daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi

mengolahmakanan melalui fotosintesis. Selain itu daun juga berfungsi sebagai alat

transportasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh

tumbuhan. Dan yang tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat transpirasi

(penguapan air) dan respirasi (pernapasan dan pertukaran gas). Dengan kemampuan

membedakan setiap komponen penyusun struktur daun, dapat dijadikan sebagai


dasar ilmu taksonomi, dengan cara mengelompokkan tumbuhan berdasarkan

karakteristiknya tersebut. Dengan mengenal stuktur daun,dapat ditelaah komponen-

komponen setiap struktur secara lebih terperinci, mulai dari bangunnya, ujung,

pangkal, tepi, daging, sistem pertulangan, warna, dan permukaannya, dan dapat

membedakan struktur daun antara satu jenis tumbuhan dengan tumbuhan lainnya

yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari (Rosanti, 2013).

2. MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN

Daun sebenarnya adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang

kemudian berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel dan jaringan seperti yang

terdapat pada batang. Perbedaannya, batang mempunyai pertumbuhan yang tidak

terbatas, sedangkan daun mempunyai pertumbuhan terbatas, yang segera berhenti

tumbuh, berfungsi untuk beberapa musim lalu gugur (Tjitrosomo, 1983).

Bentuk daun tipis melebar, warna hijau, dan duduknya pada batang yang

menghadap ke atas itu memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-

tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk: Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi),

terutama yang berupa zat gas (CO2), Pengolahan zat-zat makanan

(asimilasi), Penguapan air (transpirasi), Pernafasan (respirasi). Tumbuhan

mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang diambil adalah zat-

zat yang bersifat anorganik. Air beserta garam-garam diambil dari tanah oleh akar

tumbuhan, sedang gas asam arang yang merupakan zat makanan pula bagi

tumbuhan diambil dari udara melalui celah-celah yang halus yang disebut mulut

daun (stoma) masuk kedalam daun. Zat-zat itu belum sesuai dengan keperluan
tumbuhan, oleh sebab itu harus diubah, diolah dijadikan zat-zat organic yang sesuai

dengan kepentingan tumbuhan. Pengolahan zat anorganik menjadi zat organic ini

dilakukan oleh daun dengan bantuan sinar matahari. Pekerjaan ini disebut

asilmilasi, jadi daun dapat disamakan dapur bagi tumbuhan. Misalnya gas asam

arang yang berasal dari udara dengan air yang berasal dari tanah dalam daun diubah

menjadi zat gula, dan zat-zat organic yang terbuka di dalam daun seterusnya

diangkut ke tempat-tempat penimbunan dan disitu merupakan zat makanan

cadangan. Karena untuk tugas daun ini diperlukan bantuan sinar matahari, maka

daun bentuknya pipih dan lebar dan selalu menghadap keatas untuk menangkap

matahari sebanyak-banyaknya. (Tjitrosoepomo, 2001).

Daun tunggal, daun yang hanya mempunyai satu helai daun pada

tangkainya, daun disebut daun tunggal. Sebagai contoh, daun manga, jambu,

kamboja, ubi kayu, dan lain-lain. Daun majemuk, terdapat lebih satu helai daun,

maka daun disebut daun majemuk. Helaian daunnya terdiri dari beberapa anak

daun. Daun majemuk ada dua macam, daun bersirip tunggal dan daun bersirip

ganda. Daun lengkap mempunyai bagian-bagian seperti Upih daun atau pelepah

daun (Vagina) umumnya hanya didapati pada tumbuhan yang tergolong dalam

tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae) saja, antara lain suku rumput

(Graminiae), suku empon-empon (Zingiberacceae), pisang (Musa sapientum L.),

golongan palma (Palmae), dan lain-lain. (Tjitrosoepomo, 2001).

Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk

batang, juga dapat mempunyai fungsi lain Sebagai pelindung kuncup yang masih

muda, seperti dilihat pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) dan Memberi
kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun semuanya membungkus

batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai batang dari luar

adalah upih-upihnya tadi. Hal itu saja terjadi apabila upih daun amat besar seperti

pada pisang (Musa paradisiaca L.). Batang yang tampak pada pohon pisang

sebenarnya bukan batang tanaman yang sesungguhnya dari itu disebut batang semu

(Tjitrisoepomo, 2001).

Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan

bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa hingga

dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran

tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pada suatu

tumbuhan ukurannya dan bentuk nya dapat berbeda. Umumnya tangkai daun

berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Jika

dilihat pada penampang melintangnya dapat kita jumpai kemungkinan-

kemungkinan seperti bulat dan berongga, misalnya tangkai daun papaya (Carica

papaya L.), pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk

(Citrus sp.), Bersegi, dan Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur

dangkal atau beralur dalam seperti tangkai daun pisang. Dalam uraian mengenai

susunan daun telah dikemukakan pula bahwa tangkai daun dapat mengalami

pergantian bentuk (metamorfosis) menjadi menjadi Semacam helaian daun yang

dinamakan filodia (Tjitrosoepomo, 2001).

Helaian daun (lamina) merupakan bagian daun yang berbentuk pipih dorso-

ventral, berwarna hijau, berupa daging daun (interveium) dan urat daun, serta

bertanggung jawab dalam proses fotosintesis. Helaian daun acapkali diistilahkan


sebagai keseluruhan organ daun karena helaian daun merupakan bagian daun yang

paling penting peranannya dan paling menarik perhatian karena memiliki bentuk,

ukuran, serta warna yang beraneka ragam. Dengan demikian, suatu sifat atau ciri-

ciri dari helaian daun tersebut juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu

jenis tanaman. (Ratnasari, 2008).

Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai

daun yang helaiannya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun

warnanya. Tidak mudah untuk menemukan jenis-jenis tumbuhan yang helaiannya

persis sama bentuk dan warnanya. Oleh sebab itu, walaupun tidak besar nilainya,

terutama dalam hal meragukan, sering orang membandingkan bentuk helaian daun

untuk memperoleh kepastian mengenai jenis tumbuhan yang dihadapi untuk

dikenal. Karena helaian daun merupakan bagian daun yang terpenting dan lekas

menarik perhatian, maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk

helainnya, disebut pula sebagai sifat daunnya. Sifat daun yang perlu mendapat

perhatian kita adalah bangunnya, ujungnya, pangkalnya, susunan tulang-tulangnya,

tepiannya, daging daunnya, dan sifat lainnya. (Tjitrosoepomo, 2001).

Secara struktur pembentuknya, daun dibagi menjadi epidermis (dengan

stomata), mesofil, serta jaringan pengangkut. Akan tetapi, susunan komponen

tersebut dipengaruhi oleh lingkungan fisik seperti ketersediaan air, intensitas

cahaya, dan relung ekologis tumbuhan (Cutler, 2007).

Epidermis merupakan jaringan kompleks yang biasanya terdiri dariselapis

sel (pada beberapa spesies ada yang membentuk beberapa lapisansel). Sifat

terpenting pada jaringan ini ialah susunan sel yang rapat sertaadanya kutikula dan
stomata. Sementara itu, mesofil merupakan jaringanyang mengandung banyak

klorofil serta ruang antar sel untuk prosesfotosintesis. Mesofil dapat bersifat

homogen atau dibedakan menjadi jaringan tiang (palisade) atau jaringan spons

(bunga karang) (Hidayat, 1995).

Mesofil merupakan lapisan jaringan dasar yang terletak antara epidermis

atas dan epidermis bawah dan di antara berkas pengangkut. Mesofil dapat tersusun

atas parenkim yang relatif homogen atau berdifferensiasi menjadi parenkim

palisade (jaringan tiang), jaringan pagar dan parenkim sponsa (jaringan bunga

karang). Sesuai dengan fungsinya parenkim mesofil merupakan daerah fotosintesis

terutama karena mengandung kloroplas (Savitri, 2008).

Parenkim palisade merupakan sel-sel yang bentuknya silindris, tersusun

rapat berjajar seperti pagar. Daun yang memiliki parenkim palisade di lapisan atas

atau parenkim spongiosa di lapisan bawahnya disebut daun dosiventral atau

bifasial. Apabila parenkim palisade terdapat di kedua sisi atau tidak dijumpai

parenkim palisade pada kedua sisinya disebut daun isobilateral atau isolateral atau

unifasial. Parenkim sponsa tersusun atas sel-sel yang bentuknya bervariasi,

umumnya tidak teratur, bercabang-cabang, berisi kloroplas dan tersusun

sedemikian rupa sehingga membentuk jaringan seperti bunga karang (sponsa)

(Sutrian, 2004).

Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang teratur bentuknya. Hubungan

antara sel dan sel lainnya terbatas pada ujung cabang itu. Dilihat dari hubungan

antara sel-sel yang berdampingan maka jaringan spons memiliki kesinambungan

horizontal yang sejajar dengan permukaan daun, sedangkan jaringan tiang


sinambung hanya dalam arah tegak lurus terhadap permukaan (Fahn, 1991).

Menurut bentuknya parenkim dapat dibedakan sebagai berikut (Iserep, 1993) :

a) Parenkim palisade adalah parenkim dengan bentuk sel panjang, tegak dan

mangandung kloroplas. Contoh : mesofil daun.

b) Parenkim bunga karang adalah parenkim dengan bentuk dan susunan selnya

tidak teratur dan ruang antarsel relatif besar. Contoh : mesofil daun.

c) Parenkim bintang adalah parenkim yang bentuknya seperti bintang, saling

berhubungan di ujungnya sehingga banyak mempunyai ruang antarsel.

d) Parenkim lipatan adalah parenkim yang dinding selnya mengalami pelipatan

kearah dalam serta banyak mengandung kloroplas.

Pada daun terletak di dalam tulang daun beserta vena-venanya. Pada

penampang melintang daun, berkas pengangkut ini terdiri dari 1 ikatan pembuluh,

yang xylemnya terletak menghadap ke permukaan atas daun dan floemnya ke

permukaan bawah daun. Pada tulang daun yang lebih kecil atau vena daun, berkas

pengangkutnya dapat lebih sederhana dan kadang-kadang tidak sempurna terdiri

atas xylem saja atau floem saja (Loveless, 1987).

Jaringan pembuluh berada tersebar pada helai daun yang eratkaitannya

untuk menyokong jaringan mesofil. Jaringan ini membentuksistem yang saling

berhubungan, terletak pada bidang median, sejajardengan permukaan daun. Berkas

pembuluh daun sering disebut sebagaitulang daun, sementara sistem yang

dibentuknya merupakan sistem tulangdaun. Terdapat dua pola pada sistem tulang

daun, yaitu sistem tulang daun jala (bercabang, dan memiliki costa atau ibu tulang

daun) dan sistemtulang daun sejajar (Hidayat, 1995).


3. SUMBER SIMPLISIA DAN PEMANFAATANNYA

Daun Kumis Kucing (Orthosiphonis Staminei Folium) adalah daun Orthosiphon

stamineus Benth., suku Lamiaceae, mengandung flavonoid sinensetin tidak kurang

dari 0,10%. Identitas simplisia berupa helaian daun, rapuh, bentuk bulat telur,

lonjong, belah ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak, pangkal membulat

sampai runcing, tepi beringgit sampai bergerigi tajam, ujung runcing sampai

meruncing, pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun tampak jelas, batang dan

cabang-cabang berbentuk persegi, warna agak ungu, kedua permukaan halus; warna

hijau kecokelatan; tidak berbau; rasa agak pahit (Anonim, 2017).

Kumis kucing (Orthosiphon stamineus) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan

berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti:

kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa

Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura) (Hidayat, 2015).

Daun Saga Manis (Abri Folium) merupakan daun dari tanaman Abrus precatoris L.

atau lebih sering dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai daun saga memiliki

daun majemuk, berbentuk bulat telur, berukuran kecil, bersirip ganjil dan memiliki

rasa agak manis. Daun saga mempunyai kandungan kimia antara lain flavonoid dan

polifenol yang merupakan agen bioaktif antimikroba (Gul, 2013).

Daun saga (Abrus precatorius L.) mengandung saponin dan flavonoid yang dapat

digunakan untuk mengobati ulcers atau radang pada mulut dan bronchitis (Hussain,

2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2006) menyebutkan

bahwa ekstrak etanol daun saga mempunyai kandungan flavonoid dan saponin yang
memiliki aktivitas antibakteri lebih baik pada bakteri gram positif (S. aureus) dari

pada gram negatif (E. coli).

Psidium guajava L. atau yang lebih dikenal jambu biji telah lama digunakan sebagai

tumbuhan obat oleh masyarakat. Beberapa khasiat dari jambu biji ini antara lain

sebagai antidiare, antibakteri, antioksidan analgesik, dan antiinflamasi. Bagian

tanaman yang digunakan agar diperoleh masing-masing aktivitas biologi dan

farmakologi tersebut tidak selalu sama, misalnya agar diperoleh aktivitas sebagai

alternatif pada terapi supportif demam berdarah dan antibakteri digunakan bagian

daun, sedangkan jika diinginkan kandungan vitamin C digunakan buahnya.

(Yohanes, 2013).

Daun Jambu Biji (Psidii Guajavae Folium) sudah digunakan sejak dulu sebagai obat

tradisional untuk diare, radang lambung, sariawan,keputihan, dan kencing manis.

Daun bersifat netral, berkhasiat sebagai antidiare, antiradang, penghentian

perdarahan (hemostasis), dan peluruh haid.Daun jambu biji mengandung senyawa

aktif seperti tannin, triterpenoid, saponin, kuersetin, guayaverin, leukosianidin,

minyak atsiri, asam malat, asam oksalat, dan eugenol. Senyawa dalam daun jambu

biji yang berupa flavonoid, tannin dan terpenoid mempunyai efek antibakteri

dengan merusak struktur membrannya (Prof. Dr. Dr. Sumarno, dmm, sp mk, 2004).

Tanaman Keji Beling merupakan tanaman dari simplisia daun keji beling

mengandung sejumlah besar senyawa aktif seperti polifenol, katekin, alkaloid,

kafein, tanin, vitamin (C, B1 dan B2) dan juga kandungan mineral yang tinggi

termasuk kalium (51%), kalsium (24%), natrium (13%), besi (1%) dan fosfor (1%).

Uji praklinis menunjukkan bahwa tanaman keji beling berkhasiat sebagai


antioksidan, antidiabetes, penyembuhan luka, antiulcer, antimikroba, antikanker

dan sebagai agen diuretik untuk mengobati batu ginjal dan kencing batu

(Nurraihana, 2013).

Daun Tempuyung (Sonchi Arvensidis Folium) merupakan simplisia dari

tumbuhan tempuyung (Sonchus arvensis L) dari suku Asteraceae sudah lama

dikenal di masyarakat dan sering dihubungkan dengan batu ginjal atau kesulitan

buang air kecil. Selain itu tempuyung juga dipakai untuk menyembuhkan asam urat,

darah tinggi, beberapa kasus sakit kepaladan prostat. Di Indonesia daun tempuyung

di gunakan sebagai obat untuk “menghancurkan” batu ginjal. Kelarutan batu ginjal

diduga melalui efek diuretiknya (Winarto,2004) .

Dalam daun tempuyung terkandung kalium berkadar cukup tinggi.

Kehadiran kalium ini membuat batu ginjal, berupa kalsium karbonat, tercerai berai,

karena kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa

karbonat, oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal. Hingga

akhirnya endapan batu ginjal itu larut dan hanyut keluar bersama urine (Endjo,

2004).

Daun Sirih (Piperis Betle Folium) merupakan simplisia dari tanaman sirih

(Piper betle L.) sudah lama digunakan sebagai obat sejak dulu. Kandungan daun

sirih antara lain saponin, polifenol, minyak atsiri, dan flavonoid. Selain itu daun

sirih juga mempunyai khasiat sebagai obat batuk (Syamsuhidayat, 1991).

Daun Jati Belanda (Guazumae Ulmifoliae Folium) merupakan simplisia

dari Jati Belanda (Guazuma ulmifolia). Kandungan daun jati belanda antara lain

tanin dan musilago (Suharmiati, 2003).


Tanin bersifat sebagai astringen, yaitu suatu efek mengecilkan pori-pori

permukaan usus sehingga mengurangi absorbsi pada permukaan usus. Tanaman jati

belanda mempunyai efek antidiare, astringen, dan menguruskan badan (Arief,

2005).

Sediaan daun jati belanda yang tersedia di pasaran berupa simplisia kering

(untuk disedu), kapsul dan tablet, dari sediaan yang ada sediaan kapsul yang dapat

manutupi rasa pahit dari daun jati belanda. Salah satu sediaan yang dapat dibuat

untuk menutupi rasa pahit dari daun jati belanda adalah dengan dibuat tablet hisap

(Rowe, 2009).

Daun sembung (Blumeae Balsamiferae Folium) adalah simplisia dari

tanaman sembung (Blumea balsamifera) yang memiliki banyak khasiat.

Masyarakat Indonesia memanfaatkan daun sembung untuk mengatasi influenza,

rematik, nyeri haid, haid tidak teratur, demam, asma, batuk, bronchitis, perut

kembung, diare, dan diabetes (Dalimartha, 1999).

Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun sembung merupakan

bahan aktif biofarmaka. Metabolit sekunder terdiri atas senyawa flavonoid,

alkaloid, tanin, terpenoid dan saponin. Flavonoid telah dibuktikan dapat

menghambat pertumbuhan sel-sel kanker pada manusia (Lamson, 2000).

Senyawa flavonoid dan polifenolat bersifat antioksidan, antidiabetik,

antikanker, antiseptik, dan anti inflamasi (Sudewo, 2005).

Flavonoid merupakan senyawa yang mengandung C15 yang terdiri atas dua

inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A mempunyai
karakteristik bentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B

biasanya 4-,3,4- ,atau 3,4,5-terhidroksilasi (Sastrohamidjodjo, 1995).

4. PEMBUATAN SIMPLISIA

Simplisia adalah bentuk jamak dari simpleks yang berasal dari kata simple,

yang berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-

bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami

perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI membuat batasan tentang simplisia

sebagai berikut: simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum

mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa

bahan yang telah dikeringkan (Widyaningrum, 2011).

Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas

gabungan nama spesies diikuti dengan nama bagian tanaman. Sebagai contoh,

merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama simplisianya disebut Piperis

albi fructus. Fructus menunjukkan nama bagian tanaman yang digunakan yaitu

buahnya (Tjitrosoepomo, 2001).

Tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah sebai berikut:

1. Pengolahan bahan baku

2. Sortasi basah

3. Pencucian

4. Perajangan

5. Pengeringan

6. Sortasi kering
Pengepakan dan penyimpanan (Laksana, 2010).

III. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah mikroskop, kaca

objek, kaca penutup, dan jarum pengaduk. Bahan yang digunakan pada percobaan

kali ini adalah reagen kloral hidrat.

IV. Prosedur Percobaan

Kaca objek dan kaca penutup disediakan yang bersih dan bebas minyak.

Kemudian, reagen ditetesi 2-3 tetes diatas kaca objek dari reagen yang digunakan

untuk pengataman. Selanjutnya, ditambahkan objek yang akan diamati. Ditutup

sediaan dengan kaca penutup. Dipanaskan kaca objek diatas api kecil sampai

gelembung yang terjebak dalam sediaan keluar. Jika terdapat butir atau musilago,

penambahan reagen dan pemanasan kaca objek diulang. Diamati objek.

Ditambahkan kembali reagen untuk mencegah kristalisasi kloral hidrat saat

pengamatan.

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Orthosiphonis Staminei Folium


 Sketsa Hasil pengamatan

 Makroskopik
Keterangan Bau = Aromatik
 Mikroskopik

Keterangan :
- Perbesaran = 400x
- Reagen = Floroglusinol + HCl
- Fragmen yang ditemukan =
A. Epidermis atas
B. Pembuluh kayu
 Klasifikasi Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Species : Orthoshipon aristatus B. (Dalimarta, 2003).
 Morfologi
Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus,
pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada
kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tanda yang keluar di ujung cabang, warna
ungu pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunganya (Hidayat,
2015).
 Perbandingan dengan literatur
Berdasarkan hasil pengamatan Orthosiphonis Staminei Folium terdiri dari
fragmen epidermis atas dan pembuluh kayu. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu
terdapat fragmen pengenal berupa epidermis atas dan epidermis bawah, rambut
penutup dengan kutikula bergaris dan berisi zat berwarna ungu, rambut kelenjar,
fragmen mesofil, pembuluh kayu dengan penebalan spiral, tangga, dan jala. Tetapi
pada hasil pengamatan yang dilakukan hanya terdapat fragmen epidermis atas dan
pembuluh kayu.
5.2 Abri Folium
 Sketsa Hasil Pengamatan

 Makroskopik

Keterangan Bau = Bau Lemah


 Mikroskopik
Keterangan :
- Perbesaran = 100x dan 400x
- Reagen = Kloral Hidrat
- Fragmen yang ditemukan =
A. Rambut penutup
B. Berkas pembuluh
C. Hablur kalsium oksalat
D. Rambut penutup
E. Mesofil daun dan tulang daun
F. Berkas pembuluh
 Klasifikasi Daun Saga (Abrus precatorius)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermea
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Abrus
Jenis : Abrus precatoius L (Dalimarta, 2003).
 Morfologi
Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta berukuran kecil-kecil. Daun
Saga bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis. Saga mempunyai buah polong
berisi biji-biji yang berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin.
Bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam
tandan bunga (Tjitrosoepomo, 2013).
 Perbandingan dengan literatur
Berdasarkan hasil pengamatan Abri Folium terdiri dari beberapa fragmen
yaitu rambut penutup, berkas pembuluh, hablur kalsium oksalat, mesofil daun &
tulang daun. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu terdapat fragmen rambut penutup,
epidermis atas, epidermis bawah, mesofil fragmen berkas pengangkut yang
didampingi deretan sel hablur, stomata, kalsium oksalat pada urat daun. Tetapi pada
hasil pengamatan yang dilakukan hanya terdapat fragmen rambut penutup, berkas
pembuluh, hablur kalsium oksalat, mesofil daun & tulang daun.
5.3 Psidii Guajavae Folium
 Sketsa Hasil Pengamatan

 Makroskopik

Keterangan Bau = Aromatik


 Mikroskopik
Keterangan :
- Perbesaran = 400x
- Reagen = Kloral Hidrat
- Fragmen yang ditemukan =
A. Rambut penutup
B. Epidermis atas
C. Epidermis dengan mesofil bagian atas
D. Berkas pembuluh
 Klasifikasi Daun Jambu Biji (Psidium guajava L)
Regnum : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Mirtales
Family : Mirtaceae
Genus : Psidium
Species : Psidium guajava L (Dalimarta, 2003).
 Morfologi
Bentuk berupa lembaran daun, warna hijau; bau khas aromatic; rasa kelat.
Daun tunggal,bertangkai pendek, panjang tangkai daun 0,5-1 cm; helai daun
berbentuk bundar menjorong,panjang 5-13 cm, lebar 3-6 cm; pinggir daun rata agak
menggulung ke atas; permukaan atas agaklicin, warna hijau kecokelatan; ibu tulang
daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang menyirip
(Tjitrosoepomo, 2013).
 Perbandingan dengan literatur
Berdasarkan hasil pengamatan Psidii Guajavae Folium terdiri dari beberapa
fragmen rambut penutup, epidermis atas, epidermis dengan mesofil bagian atas dan
berkas pembuluh. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu terdapat fragmen epidermis
atas, rambut penutup, epidermis dengan mesofil bagian atas, epidermis bawah
dengan stomata, mesofil bagian bawah, dan hablur kalsium oksalat. Tetapi pada
hasil pengamatan yang dilakukan hanya terdapat fragmen rambut penutup,
epidermis atas, epidermis dengan mesofil bagian atas dan berkas pembuluh.
5.4 Sericocalycis Crispi Folium
 Sketsa Hasil Pengamatan

 Makroskopik

Keterangan Bau = Bau Lemah


 Mikroskopik
Keterangan :
- Perbesaran = 400x
- Reagen = Kloral Hidrat
- Fragmen yang ditemukan =
A. Epidermis atas
B. Parenkim
C. Berkas pembuluh
D. Epidermis bawah
 Klasifikasi Daun Kejibeling (Sericocalyx crispus (L) Bremek
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Sub Kelas :Asteridae
Ordo :Scrophulariales
Famili :Acanthaceae
Genus :Strobilanthes
Spesies : Strobilanthes crispus (Wisaksono, 2008)
 Morfologi
Daun tunggal, berhadapan, lanset atau lonjong, tepi beringgit, ujung
meruncing, pangkal runcing, panjang 9-18 cm, lebar 3-8 cm, bertangkai pendek,
pertulangan menyirip, hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, mahkota bentuk
corong, berambut, ungu, kelopak berambut pendek, kuning, benang sari empat,
putih, kuning. Buah bulat, cokelat. Biji bulat, kecil, pipih, cokelat (Wisaksono,
2008).
 Perbandingan dengan literatur
Berdasarkan hasil pengamatan Sericocalycis Crispi Folium terdapat beberapa
fragmen yaitu epidermis atas, parenkim, berkas pembuluh, dan epidermis bawah.
Hal ini sesuai dengan literatur yaitu terdapat fragmen epidermis atas, epidermis
bawah, sistolit, epidermis dengan mesofil, rambut penutup, berkas pembuluh, dan
parenkim. Tetapi pada hasil pengamatan yang dilakukan hanya terdapat fragmen
epidermis atas, parenkim, berkas pembuluh, dan epidermis bawah.
5.5 Sonchi Arvensidis Folium
 Klasifikasi
Merupakan Daun Tempuyung dari tumbuhan Sonchus arvensis L.

Nama Simplisia : Sonchi Folium


Tanaman Asal : Daun Tempuyung
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Sonchus
Spesies : Sonchus arvensis L.

 Makroskopik
Daun : tunggal, tidak bertangkai, helaian daun berbentuk lonjong atau
berbentuk lanset, berlekuk menjari atau berlekuk tidak teratur; pangkal daun
menyempit atau berbentuk panah sampai berbentuk jantung; pinggir daun bergerigi
tidak teratur; permukaan daun sebelah atas agak kasar dan berwarna lebih pucat
 Mikroskopik

Fragmen pengenal yang terlihat adalah epidermis atas dengan dinding samping
agak bergelombang, fragmen epidermis bawah, rambut kelenjar dan stomata

Mesofil dengan
tulang daun

Hablur kalsium
oksalat

Rambut kelenjar
Stomata

Berkas pembuluh

Epidermis atas

Stomata

Epidermis atas
Epidermis bawah

Keterangan:
 Untuk gambar A dan B menggunakan perbesaran 100x dan gambar C, D, E, F
menggunakan perbesaran 400x

 Sketsa Hasil Pengamatan


 Perbandingan dengan literatur
Berdasarkan hasil pengamatan Sonchi Arvensidis Folium, ditemukan
beberapa fragmen seperti rambut kelenjar, mesofil dengan tulang daun dan hablur
kalsium oksalatnya, berkas pembuluh, epidermis atas dan epidermis bawah. Hal ini
sesuai dengan literatur (Depkes RI, 1997)
5.6 Piperis Betle Folium
 Klasifikasi

Merupakan Daun Sirih dari tumbuhan Piper betle L.

Nama Simplisia : Piperis Betle Folium

Tanaman Asal : Daun Sirih

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae
Genus : Piper

Spesies : Piper betle L

 Makroskopik

Bentuk dari daun sirih berbentuk seperti jantung. Daunnya tunggal dan pada
ujung daunnya berbentuk runcing. Pada tiap daunnya terdapat tangkai.

 Mikroskopik

Fragmen pengenal yang terlihat adalah mesofil, epidermis atas, dan


epidermis bawah.
Epidermis atas

Mesofi
l

Epidermis bawah

Epidermis atas
Mesofil

Keterangan:

Untuk semua gambar menggunakan reagen floroglusino-HCl. Untuk


gambar A sampai D menggunakan perbesaran 100x, sedangkan untuk gambar E
menggunakan perbesaran 400x.

 Sketsa Hasil Pengamatan


 Perbandingan dengan literatur

Berdasarkan hasil pengamatan Piperis Betle Folium, ditemukan beberapa


fragmen seperti mesofil, epidermis atas, dan epidermis bawah. Hal ini kurang sesuai
dengan apa yang ditemukan pada literatur seperti jaringan palisade, dan berkas
pembuluh. (Ria Septiyana, 2013)

5.7 Guazumae Ulmifoliae Folium


 Klasifikasi
Merupakan Jati Belanda adalah daun Guazuma ulmifolia L.

Nama Simplisia : Guazumae Folium

Tanaman Asal : Daun Jati Belanda

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Guazuma

Spesies : Guazuma ulmifolia L.

 Makroskopik
Pada pangkal daun berbentuk bundar telur sampai lanset, pangkal daun
berbentuk jantung yang tidak setangkup, ujung daun meruncing, pinggir daun
bergigi, permukaan kasar, dan berwarna hijau kecoklatan.
 Mikroskopik
Fragmen pengenal yang terlihat adalah rambut penutup, rambut kelenjar,
dan epidermis.

Rambut penutup
Rambut Kelenjar

Epidermis

 Sketsa Hasil Pengamatan

 Perbandingan dengan literatur


Berdasarkan hasil pengamatan Guazumae Ulmifoliae Folium, ditemukan
beberapa fragmen saja seperti rambut penutup, rambut kelenjar, dan epidermis. Hal
ini kurang apabila dibandingkan dengan literatur seperti jaringan palisade, jaringan
pembuluh, dan sel lendir.
5.8 Blumeae Balsamiferae Folium
 Klasifikasi

Sistematika tanaman sembung adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Blumea

Spesies : Blumea balsamifera (L.) D.C.

 Makroskopik

Daun tunggal, bertangkai pada setiap daun, pada tangkai daun terdapat
beberapa pasang daun kecil berbentuk lidah tombak, helai daun berbentuk bundar
telur dan pangkal daun runcing. Permukaan daun berambut dan permukaan bawah
berambut sangat rapat.
 Mikroskopik

Fragmen pengenal yang terlihat adalah rambut penutup, berkas pembuluh,


epidermis bawah, stomata, dan serabut sklerenkim.

Rambut penutup
Berkas pembuluh
Stomata

Epidermis bawah
Serabut Skelerenkim

Keterangan:

Untuk semua gambar menggunakan reagen floroglusinol-HCl. Untuk gambar A, B,


dan C menggunakan perbesaran 100x. Untuk gambar D menggunakan perbesaran
400x.

 Sketsa hasil pengamatan


 Perbandingan dengan literatur

Berdasarkan hasil pengamatan Blumeae Balsamiferae Folium, ditemukan


beberapa fragmen seperti rambut penutup, berkas pembuluh, epidermis bawah,
stomata, dan serabut sklerenkim. Hasil ini sesuai dengan literatur, dimana
ditemukan rambut penutup, berkas pembuluh, epidermis bawah, stomata, dan
serabut sklerenkim.
VI. Kesimpulan

Dari hasil percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa simplisia

diantaranya:

1. Orthosiphonis Staminei Folium

Mempunyai organoleptis, bau aromatik, rasa agak asin , agak pahit. Lalu

mempunyai makroskopik yaitu bentuk daunnya bulat telur agak lonjong dengan

ujungnya yang runcing dan mikroskopik yaitu fragmen pengenal adalah epidermis

atas dan epidermis bawah, rambut penutup dengan kutikula bergaris dan berisi zat

berwarna ungu, rambut kelenjar, fragmen mesofil, pembuluh kayu dengan

penebalan spiral, tangga dan jala.

2. Abri Folium

Mempunyai organoleptis bau lemah, rasa agak manis, khas, serbuk

berwarna lalu mempunyai makroskopik yaitu berwarna hijau sampai hijau pucat

atau hijau kekuning-kuningan, tangkai daun pendek, helai daun berbentuk jorong

melebar atau bundar dan mikroskopik fragmen pengenal adalah rambut penutup

dan mempunya mikroskopik fragmen pengenal adalah rambut penutup, epidermis

atas, epidermis bawah, mesofil fragmen berkas pengangkut yang didampingi

deretan sel hablur, stomata, kalsium oksalat pada urat daun.

3. Psidii Guajavae Folium

Mempunyai organoleptis yaitu bau khas aromatik, rasa kelat, serbuk

berwarna hijau, lalu memiliki makroskopik yaitu Daunnya tunggal, bertangkai

pendek, helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong atau bulat memanjang,

lalu memiliki mikroskopik yaitu fragmen pengenal banyak terdapat rambut penutup
yang terlepas, hablur kalsium oksalat, stomata tipe anomositik, mesofil dengan

kelenjar lisigen.

4. Sericocalycis Crispi Folium

Mempunyai organoleptis yaitu bau lemah, rasa agak sepat dan agak pahit,

serbuk berwarna hijau sampai hijau kelabu. Lalu mempunyai makroskopik

serbuknya berwarna hijau sampai hijau keabuan. Lalu secara mikroskopik yaitu

fragmen pengenal adalah fragmen permukaan atas helai daun dengan sel litosis dan

sistolit; sistolit yang terlepas atau masih dalam jaringan daun; fragmen permukaan

bawah daun dengan stomata tipe bidiasitik; rambut penutup; rambut kelenjar.

5. Sonchi Arvensidis Folium

Mempunyai organoleptis yaitu bau lemah, rasa agak kelat, serbuk berwarna

hijau kelabu, lalu memiliki makroskopik yaitu serbuknya berwarna hijau sampai

hijau kelabu. Lalu mempunyai mikroskopik fragmen pengenal adalah fragmen

epidermis atas dengan dinding samping umumnya agak menggelombang; fragmen

epidermis bawah dengan dinding samping lebih bergelombang; rambut kelenjar;

stomata.

6. Piperis Betle Folium

Mempunyai organoleptis dan makroskopik yaitu memiliki bau yang

aromatik dan warna daun hijau kecoklatan. Lalu mempunya mikroskopik

Epidermis terdiri dari 1 lapis sel, bentuk persegi empat, kutikula tebal licin.

Epidermis bawah serupa dengan epidermis atas. Pada kedua permukaan daun

terdapat rambut penutup dan rambut kelenjar. Stomata tipe anomositik, terdapat

banyak pada epidermis bawah dan pada epidermis atas tidak terdapat stomata.
Terdapat sel minyak berisi minyak atsiri berwarna kekuningan pada bag.

Hipodermis.

7. Guazumae Ulmifoliae Folium

Mempunyai organoleptis dan makroskopik memiliki bau yang aromatik,

dan warna daun hijau kecoklatan, lalu mempunyai mikroskopik yaitu fragmen

pengenalnya berupa rambut penutup berbentuk bintang, rambut kelenjar, hablur

kalsium oksalat berbentuk prisma, pembuluh kayu dengan penebalan tangga, dan

fragmen epidermis atas dan epidermis bawah.

8. Blumeae Balsamiferae Folium

Mempunyai organoleptis dan makroskopik yaitu memiliki bau yang

aromatik, dan daunnya berwarna hijau keabu-abuan. Lalu mempunyai mikroskopik

fragmen pengenal berupa rambut berdinding tipis, pembuluh kayu dengan

penebalan tangga dan spiral sklerenlim, fragmen mesofil dan fragmen epidermis.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes. (2007). Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung.

Anief. (2005). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Anonim. (2017). Farmakope Indonesia, Edisi III, Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Cutler, D. (2007). Plant Anatomy: An Applied Approach. New York:Blackwell

Publishing.

Dalimartha S. (2005). Tanaman obat di lingkungan sekitar. Jakarta: Puspa Swara.

Dalimartha. (1999). Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia. Jakarta: Trubus

Agriwidya.

Dalimarta, S. (2003) . Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Jakarta : Trubus

Agriwijya.

Depkes RI, 1997, Materia Medika Indonesia Jilid I, Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 100-104.

Endjo, D. (2004). Gulma Sebagai Tanaman Obat. Cetakan Pertama. Jakarta:

Penerbit Penebar Swadaya. Hal 2-6, 8-9.

Gul. (2013). Antioxidant and antiproliferative activities of Abrus precatorius Leaf

Extracts-an In Vitro Study, Complementary & Alternative Medicine, pp.1–

12.

Hidayat, E. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.

Hidayat, S. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo.

Hussain. (2014). GC-MS Analysis and Antimikrobial Activity of Abrus


Precatorius L. Journal of Microbiology and Biotechnology research,

pp.24–30.

Laksana. (2010). Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia,UGM,

Yogyakarta.

Lamson, D.W. (2000). Antioxidants and cancer III Quercetin, Alternative

Medicine Review, 5 (3): 196-208.

Mulyani, S. (2006). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Nuraihana. (2013). Phytochemistry, pharmacology and toxicology properties of

Strobilanthes crispus, International Food Research Journal 20(5): 2045-

2056. Pustaka.

Prof. Dr. Dr. Sumarno, dmm, sp mk. (2013). Efek Antibakteri Ekstrak Daun

Jambu Biji (Psidium guajava Lamk.) Terdadap Staphylococcus aureus

Secara In Vitro.

Ratnasari. (2008). Galeri Tanaman Hias Daun. Jakarta. Penebar swadaya.

Rosanti, D. (2013). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Rowe. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed., Pharmaceutical Press,

London, pp. 4224–428.

Sastrohamidjodjo, H. (1995). Sintesis Bahan Alam. Universitas Gajah Mada.

Yogyakarta

Savitri, S. (2008). Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan

(Anatomi Tumbuhan). Malang: UIN Press.

Septiyana. (2013). Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanolik Daun Sirih terhadap

Candida albicans ATCC 10231 dan Candida albicans hasil isolasi. 2(2), 31-
37

Sudewo, B. (2005). Basmi penyakit dengan sirih merah. Jakarta: Agromedia

Suharmiati. (2003). Khasiat & Manfaat Jati Belanda Si Pelangsing dan Peluruh

Kolestrol. Jakarta: Argo Media Pustaka.

Sutrian. (2004). Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan tentang Sel dan Jaringan.

Jakarta : PT Rineka cipta.

Syamsuhidayat. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia, 305-306,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan , Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. (1985). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Tjitrosoepomo, G. (2001). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. Gadjah Mada

Univertsity Press.

Tjitrosoepomo.(2013). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM.

Tjitrosomo, S. S. (1983). Botani Umum I. Bandung: Penerbit Angkasa.

Wahyuningsih I. (2006). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Saga Terhadap

Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli serta Profil KLT, Skripsi,

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Widyaningrum. (2011). Kitab Tanaman Obat Nasional. Media Pressindo. Jakarta

Winarto. (2004). “Tempuyung” Tanaman Penghancur Batu Ginjal, Agro Media

Pustaka, Jakarta.

Wisaksono, L.S. (2008). Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat

Citeureup. 1nd Ed. Jakarta Pusat : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional,

Kosmetik, dan Produk Komplemen Direktorat Obat Asli Indonesia.

Yohanes. (2013). Formulation Lazonge Of Guava Leaves (Psidium guava L.)

Containing Flavonoids With A Combination Of Excipient Mannitol –

Sucrose. Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai