Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FITOKIMIA

EKSTRAKSI DAUN SINGKONG DENGAN METODE


CORONG PISAH

Disusun Oleh:
1. Almira Khansa Zain (184006)
2. Christiawan Wahu Saputra (184011)
3. Famila Pagita Putri (184016)
4. Nur Afifah Zahroh (184028)
5. Lailatus Syahnur Mauliddiah (184021)
6. Reizeisa Oktaviantoro (184033)
7. Susi Wijiatini (184039)
8. Amelita Firman Pramisty (184046)

PROGAM STUDI FARMASI


POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN
MALANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan Laporan sebagai tugas dari mata kuliah Fitokimia dengan
judul “Ekstraksi Daun Singkong Dengan Metode Corong Pisah“.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 29 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3

2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Tanaman Daun Singkong.......................... 3

2.2 Senyawa Polar Dan Non Polar Daun Singkong..................................... 6

2.3 Ekstrasi Corong Pisah............................................................................ 8

BAB III METODE KERJA.............................................................................. 11

3.1 Alat Dan Bahan...................................................................................... 11

3.2 Langkah Kerja ....................................................................................... 11

3.3 Hasil Skrining Fitokimia………………………………………………13

BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 17

4.1 Kesimpulan............................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18

LAMPIRAN..................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
keanekaragaman tumbuhan, dari sekian banyak keanekaragaman terdapat tumbuhan
yang memiliki khasiat untuk pengobatan dan dimanfaatkan hingga sekarang
(Sutardjo, 1999).

Tanaman yang akan dimanfaatkan menjadi Obat Tradisional, bahan baku


yang digunakan harus memenuhi persyaratan mutu, yaitu dengan cara dilakukannya
standarisasi. Standarisasi merupakan serangkaian parameter, prosedur, dan cara
pengukuran yang harus memenuhi standar dan jaminan stabilitas produk. Standarisasi
tanaman dilakukan agar dapat digunakan sebagai bahan baku obat tradisional yang
memiliki kualitas sesuai dengan persyaratan (BPOM RI, 2005).

Singkong dengan nama latin Manihot esculenta atau ketela pohon merupakan


tanaman pangan dengan nama lain uni kayu atau kasape. Singkong berasal dari benua
Amerika, tepatnya dari Negara Brasil. Bentuk-bentuk moderen dari spesies yang telah
di budidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun
spesies Manihot yang liar ada banyak, semua varitas Manihot esculenta dapat
dibudidayakan.

Penyebarannya hampir keseluruh dunia, antara lain : Afrika, Madagaskar,


India. Singkong berkembang di Negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya
dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Singkong ditanam secara komersial di
wilayah Indonesia sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang
Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil.

Singkong (Manihot esculenta ) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi


dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun di
daerah tropis dan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi berbagai tanah.
Tanaman ini memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Kandungan kimia dan zat
gizi pada singkong adalah karbohidrat, lemak, protein, serat makanan, vitamin (B1,
C), mineral (Fe, F, Ca), dan zat non gizi, air. Selain itu, umbi singkong mengandung
senyawa tanin (Soenarso, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa klasifikasi dan morfologi tanaman daun singkong?
2. Apa saja kandungan yang terdapat dalam daun daun singkong?
3. Apa saja senyawa polar dan non polar yang terdapat dalam daun singkong?
4. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi corong pisah?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman daun singkong
2. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam daun singkong
3. Untuk mengetahui senyawa polar dan non polar yang terdapat dalam daun
singkong
4. Untuk mengetahui ekstraksi corong pisah

1.4 Manfaat Penelitian


Praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang simplisia daun
singkong sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian berikutnya
maupun digunakan dalam pembuatan obat herbal.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Daun Singkong

A. Klasifikasi Tanaman Daun Singkong


Daun singkong atau daun umbi kayu berasal dari tanaman singkong.
Tanaman ini memiliki nama latin Manihot esculenta . Adapun klasifikasi
tanaman singkong menurut Sukria dan Rantan (2009) adalah sebagai berikut:
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz

B. Morfologi Tanaman daun Singkong


Morfologi atau ciri-ciri daun singkong, dapat dilihat dari akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji. Berikut penejalasannya:

1. Akar
Akar merupakan organ penyimpanan utama pada umbi singkong.
Secara anatomi, akar singkong bukan akar umbi, tetapi akar sejati yang tidak
bisa digunakan untuk perbanyakan vegetatif. Akar penyimpanan pada
singkong memiliki tiga jaringan berbeda yaitu periderm, korteks, dan

3
parenkim. Ukuran dan bentuk akar tergantung kondisi genotif dan lingkungan
(Alves, 2002). Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung
dan berfungsi sebagai tempat penampungan makanan cadangan. Bentuk umbi
biasanya bulat memanjang, terdiri atas kulit luar tipis (ari) berwarna
kecoklatan (kering), kulit dalam agak tebal berwarna keputih-putihan (basah),
dan daging berwarna putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang
mengandung sianida dengan kadar berbeda.

2. Batang

Secara umum batang singkong berbentuk silinder dan dibentuk oleh


buku dan ruas. Singkong yang tumbuh dari stek batang dapat dihasilkan
batang primer sebanyak tunas yang terdapat pada batang yang distek (Alves,
2002). Batang singkong memiliki percabangan simpodial. Batang utama
dapat terbagi dua, tiga, atau empat bagian. Bagian-bagian tersebut
menghasilkan cabang lainnya. Percabangan tersebut terjadi karena induksi
perbungaan (Alves, 2002).

3. Daun
Daun singkong termasuk daun yang tidak lengkap (incompletes)
karena hanya terdiri atas helai daun dan tangkai daun. Daunnya memiliki
pertulangan daun menjari dan jumlah belahan helai atau sirip daun pada satu
tangkai terdiri dari 3-9 helai. Letak daun yang dekat dengan perbungaan
biasanya berukuran lebih kecil dan belahan daunnya hanya terdiri atas 3 helai
(Alves, 2002). Permukaan atas daun dilapisi kutikula yang mengkilap.
Stomata terdapat pada bagian bawah (abaksial) daun dan memiliki bentuk
parasitik. Tiap daun yang sudah dewasa akan dikelilingi dua stipula dengan
panjang kira-kira 0,5–1,0 cm. Panjang tangkai daun biasanya bervariasi atara
5-30 cm (Alves, 2002).

4
4. Bunga
Tanaman singkong memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam
satu pohon. Ukuran bunga jantan setengah dari ukuran bunga betina. Tangkai
bunga jantan tipis, lurus, dan pendek, sedangkan tangkai bunga betina tebal,
melengkung, dan panjang. Bunga singkong mengalami protogini dimana
bunga betina pada perbungaan yang sama dengan bunga jantan membuka 1-2
minggu lebih cepat (Alves, 2002).

Daun singkong mengandung tanin, sulfur, asam format dan peroksida


(Wijayakusuma dan Dalimarta, 2006). Peroksida merupakan senyawa
pengoksidasi yang reaksinya mampu membunuh mikroorganisme (Soekardjo,
1995). Berdasarkan penapisan fitokimia, simplisia ekstrak etanol daun singkong
mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, dan tannin.

1. Flavonoid

Menurut Marais dkk. (2006) flavonoid biasanya digunakan untuk


menjelaskan produk yang dihasilkan tanaman yang termasuk ke dalam senyawa
dengan rumus kimia C6-C3-C6. Flavonoid memiliki ikatan glikosida yang dapat
didegradasi oleh aktifitas enzim yang didapatkan dari bahan tanaman baik dalam
bentuk segar maupun kering. Ekstraksi flavonoid dibutuhkan pelarut yang sesuai
dengan kepolarannya. (Marston dan Hostettmann, 2006). Kegunaan dari
flavonoid bagi kesehatan diantaranya adalah menangkal radikal bebas, mengikat
logam dalam tubuh, menstimulus sistem imun, mencegah nitrasi tirosin, sebagai
antialergi, antibakterial, dan antikarsinogenik (Merken dkk., 2001).

2. Saponin

Saponin merupakan glikosida triterpena dan sterol yang terdeteksi


dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin adalah senyawa aktif permukaan
yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah (Harborne, 1987).

5
Saponin terdiri dari glikosida yang aglikonnya disebut sapogenin (Gunawan
dan Mulyani, 2004). Saponin merupakan senyawa yang bersifat antibakteri
dengan melisiskan membran sel bakteri. Membran sel berfungsi sebagai jalur
keluar masuknya bahan-bahan penting yang dibutuhkan oleh sel. Apabila
fungsi membran sel mengalami kerusakan akan mengakibatkan sel tersebut
mati (Ajizah, 2004).

3. Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup


tinggi (lebih dari 1000) dan bersifat polar (Hagerman, 2002). Tanin memiliki
kemampuan mengganggu metabolisme dan permeabilitas dinding sel bakteri,
akibatnya sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhan
bakteri akan terhambat bahkan mati (Ajizah, 2004). Tanin juga memiliki daya
antibakteri melaluireaksi dengan membran sel dan inaktivasi enzim beta-
laktamase (Masduki, 1996).

4. Alkaloid

Akaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu


atau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid
mengandung atom karbon, hidrogen, nitrogen dan pada umumnya mengandung
oksigen dalam ilmu kimia analisis dinamakan senyawa dengan gugus C, H O
dan N.

2.2 Senyawa Polar dan Non Polar Daun Singkong

A. Polar

1. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polar, maka flavonoid umumnya larut
dalam pelarut etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton,
dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain

6
(Markham, 1988). Flavonoid di alam merupakan senyawa yang larut dalam
air dan dapat diekstraksi dengan menggunakan etanol 70%. Adanya gula yang
terikat pada flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut
dalam air (Markham, 1988).

2. Saponin
Saponin merupakan glikosida triterpena dan sterol yang terdeteksi
dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin adalah senyawa aktif permukaan
yang bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah (Harborne,
1987).Saponin terdiri dari glikosida yang aglikonnya disebut sapogenin
(Gunawan dan Mulyani, 2004).

3. Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul


cukup tinggi (lebih dari 1000) dan bersifat polar (Hagerman, 2002). Semua
jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar
apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organik seperti
metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.

B. Non Polar

1. Alkaloid

Senyawa alkaloid memiliki rasa yang pahit karena ia bersifat basa. Atom
nitrogen yang dikandung oleh alkaloid berasal dari asam amino. Dalam bagian
tumbuhan, alkaloid berada dalam bentuk bebas, sedangkan biasanya, ada juga
alkaloid yang berbentuk cairan. Alkaloid yang berbentuk bebas biasanya larut
dalam kloroform, namun tidak larut dalam air.

7
2.2 Ekstrasi Corong Pisah

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia


di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua. Ekstraksi
cair-cair biasanya dilakukan dengan menggunakan corong pemisah (separatory
funnel). Corong pisah yang berisi sampel dan pelarut organik dikocok untuk
mencampurkan pelarut dengan sampel sehingga terpisah menjadi dua lapisan
yaitu fasa organik dan fasa cair. Ekstraksi cair-cair mempunyai tujuan untuk
mendapatkan selektivitas yang tinggi pada tiap komponen. Komponen kimia
akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya
dengan perbandingan konsentrasi yang tetap (Sampurno 2000).

Menurut Harbone (1987), untuk mendapatkan ekstrak dengan jumlah dan


hasil yang optimum dapat menggunakan beberapa pelarut yang berbeda tingkat
kepolarannya. Ekstrasi dapat dilakukan dimulai dengan pelarut nonpolar
(misalnya n-heksana atau kloroform), dilanjutkan dengan pelarut semipolar (etil
asetat atau dietil eter) kemudian pelarut polar (metanol atau etanol). Pelarut
nonpolar dapat memisahkan senyawa lemak, minyak atsiri dan steroid,
sedangkan pelarut semipolar memisahkan senyawa seperti kumarin, kuinon dan
alkaloid. senyawa yang dapat diperoleh dari ekstraksi pelarut polar berupa
glikosida, saponin dan tanin. Senyawa yang diperoleh dari hasil ekstraksi
menjadi lebih spesifik karena dilakukan pemisahan dari ekstrak yang lebih
komplek.

8
Diagram Alir

1. Ekstraksi Infusa

Timbang Simplisia
Segar
Pencucian

Dimasukkan dalam panci infusa bagian


atas
m panci infusa
Tambah aquadest dengan perbandingan
1:9
Masukkan panci infusa bagian atas pada panci bagian
bawah
Rebus hingga suhu pada panci infusa bagian atas mencapai suhu 90˚C

Perebusan dilakukan selama 15 menit

Serkai selagi panas dengan menggunakan kain mori

Tambahkan air panas melalui ampas jika belum mencukupi volume yang dikendaki

Ekstrak

2. Ekstraksi Corong Pisang

9
Ekstrak
Campuran maksimal berisi
Masukkan ekstrak dan pelarut kedalam ¾ dari corong pemisah
corong pemisah untuk menghindari ledaakan
dan tekanan terlalu tinggi
Adanya 2 fase cair yang terlihat yakni lapisan atas
berupa fase cair ekstrak dan lapisan bawah lapisan
pelarut

Lakukan pengocokan secara


perlahan

Buka kran sesekali untuk mengeluarkan gas

Diamkan corong selama beberapa waktu hingga dua


fase pelarut tersebut terpisah sempurna

Buka keran dan penyumbat corong

Hasilnya dua fase larutan tersebut akan terpisah


dengan salah satu fase keluar dari corong

HIPOTESIS

Daun singkong mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan


tannin. Pada proses pemisahan komponen senyawa dalam ekstrak daun singkong
dengan corong pisah, bahwa senyawa flavonoid, saponin dan tanin akan larut pada
pelarut polar dan alkaloid akan larut pada pelarut non polar. Hal tersebut dilihat dari
sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing senyawa.

BAB III

10
METODE KERJA

3.1 ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Timbangan analitik,
2. Panci infusa,
3. corong,
4. batang pengaduk,
5. beaker glass,
6. kain mori,
7. gelas ukur,
8. termometer,
9. corong pisah 250 ml
B. Bahan
1. Daun singkong segar
2. Aquadest (polar)
3. Etil asetat (semi polar)
4. Kloroform (non polar)

3.2 Cara kerja


A. Infusa
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang daun singkong segar 15 gram dan cuci sampai bersih
3. Masukkan daun belimbing wuluh segar 15 gram kedalam panci infusa bagian
atas, tambahkan air sebanyak 150 ml.
4. Tambahkan air pada panci bagian bawah, lalu masukkan panci bagian atas
pada panci bagian bawah.
5. Panaskan diatas kompor sambil diukur suhunya dengan termometer
6. Ketika suhu mencapai 90˚C, pertahankan suhunya.

11
7. Ketika suhunya 90˚C jalankan stopwatch hingga 15 menit, dan matikan
kompor.
8. Saring infusa untuk memisahkannya dengan simplisia dengan menggunakan
kain mori.
9. Tambahkan air panas melalui ampas hingga volume 150 ml

B. Corong Pisah
1. Siapkan corong pisah 250 ml, larutan kloroform 50 ml, aquadest 50 ml, infusa
daun singkong 50 ml dan larutan etil asetat 50 ml
2. Masukkan infusa daun singkong 50 ml pada corong pisah dan kemudian
tambahkan aquadest 50 ml.
3. Campuran maksimal berisi ¾ dari corong pemisah untuk menghindari
ledaakan dan tekanan terlalu tinggi.
4. Setelah itu dilakukan pengocokan, lakukan secara perlahan agar tidak
terbentuk emulsi
5. Buka kran sesekali untuk mengeluarkan gas
6. Berikutnya diamkan corong selama beberapa waktu hingga dua fase pelarut
tersebut terpisah sempurna. Jika sudah terlihat pemisahan terjadi secara
maksimal, kemudian buka keran dan penyumbat corong.
7. Hasilnya dua fase larutan tersebut akan terpisah dengan salah satu fase keluar
dari corong. 
8. Larutan yang tersisa di corong pisah tambahkan larutan etil asetat dan lakukan
pengocokan dan lakukan cara yang sama seperti cara diatas.
9. Hasil dari pemisahan kedua ditambah dengan kloroform dan lakukan
pengocokan seperti cara diatas.
10. Dari pemisahan mendapatkan 3 hasil larutan yaitu hasil dari pemisahan
larutan yang bersifat polar, semi polar, dan non polar.

3.3 Hasil Skrining Fitokimia

12
1.) Penapisan Golongan Karbohidrat (+ endapan warna biru kehijauan)
5 tetes sampel

10 tetes larutan benedict

Dikocok

Didihkan 2 menit
(masukan ke dalam pemanas yang mendidh selama 2 menit)
Hasil :
 Sampel etil asetat : endapan biru (+)
 Sampel klorofroam : endapan biru (+)
 Sampel air : endapan hijau (+)

2.) Golongan Tanin dan Saponin


a. Tanin (bewarna hijau)
10 ml sampel

10 ml air panas

Didihkan (5 menit)

Disaring

Filtrat + FeCL3 1%

Amati

Hasil :

13
 Sampel etil asetat : endapan kuning dan putih 2 lapisan (-)
 Sampel klorofom : endapan kuning dan putih 2 lapisan (-)
 Sampel air : endapan hijau kehitaman (+)

b. Saponin (berbentuk buih)


5 ml sampel

5 ml aquadest

Dipanaskan 5 menit

Disaring

Filtratd dikocok kuat


Hingga terbentuk buih

Amati
Hasil :
 Sampel air : terbentuk buih sempurna (+)
 Sampel klorofom : tidak terbentuk buih (-)
 Sampel etil asetat : tidak terbentuk buih (-)

14
3.) Golongan Favonoid (ada cincin/lapisan amil alkohol bewarna jingga)
5 ml sampel + 5 ml aquadest

Dipanaskan

Disaring

Filtrate + serbuk Mg

HCL ( 1:1)

Etanol

Amil alkohol

Amati
Hasil :
 Sampel air : ada cincin+ lapisan tapi tiddak bewarna jingga warna (putih)
 Sampel klorofom : -
 Sampel etil asetat : -

15
4.) Golongan Alkoloid
2ml sampel

3 tetes NH3 (Aamoniak)

5 ml klorofom

Disaring

Filtrate

H2SO4
Sampai terbentuk lapisan asam

Amati

Dragendorf mayer
(endapan jingga) (endapan putih)

Wagner
(endapan coklat)
Hasil :
 Sampel air : positif ternbentuk warna
 Sampel klorofom : -
 Sampel etil asetil : -

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan :
 Daun singkong terbukti mengandung alkaloid, flavonoid, saponin steroid, dan
tannin
 Senyawa polar yang terdapat pada daun singkong antara lain flavonoid,
saponin, dan tanin. Sedangkan senyawa non polar yang terdapat pada daun
singkong adalah alkaloid.
 Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di
antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua.

17
DAFTAR PUSTAKA

Oktiani R, Aldi Y, Bakhtiar A. 2009. Uji aktivitas bioflavonoid rutin dari daun
singkong (Manihot uttilissima Pohl) terhadap waktu pembekuan darah dan
jumlah sel trombosit. Artikel Hibah Strategis Nasional. (diakses 29
Desember 2019).
Munawaroh, Safaatul. Dkk. (2010). Ekstraksi Minyak Daun Jeruk
Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-
Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik : Vol. 2, No.1,( diakses
29 Desember 2019).

Kumalaningsih, S. (2007). Pengaruh Kadar Tannin yang Terdapat di Dalam Teh.


Tersedia pada http://antioxidantcentre.com/index2.php., (diakses 29
Desember 2019).

Underwood, A. L dan Day A. R. (1990). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.


Penerbit Jakarta.: Erlangga. (diakses 29 Desember 2019).

Karmana, Oman 1984, Penuntun Pelajaran Biologi, Bandung: Ganeca Exact.


(diakses 29 Desember 2019).

https://id.wikipedia.org/wiki/Corong_pemisah ( diakses 29 Desember 2019).

http://ibar-rocker.blogspot.com/2014/09/makalah-lengkap-tentang-
singkong.html (diakses 29 Desember 2019).

https://id.wikipedia.org/wiki/Ketela_pohon (diakses 29 Desember 2019).

18
LAMPIRAN

Gambar 1. Penimbangan daun singkong Gambar 2. Proses infusa

Gambar 3. Ekstraksi corong pisah Gambar 4. Hasil ekstraksi

Gambar 5. Hasil Skrining Fitokimia

19
20

Anda mungkin juga menyukai