BOBOT JENIS
I. TUJUAN
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk
membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan
volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot
13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan
sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak.
Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar
perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai
perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot
volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis
alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel, 2006)
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin,
1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan
dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat
jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara
lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).
Kerapatan partikel bulk adalah volume terlihat dari gas yang bergerak
melewati partikel. Hal ini penting dalam proses-proses seperti sedimentasi dan
fluidasasi tetapi jarang digunakan dalam bentuk sediaan padat.
m
Kerapatan bulk = v
Keterangan:
m = massa/bobot zat padat (g)
v = volume bulk (ml)
Kerapatan partikel mampat adalah ketika pengukuran volume termasuk pori-
pori antarpartikulat.
m
Kerapatan mampat = v
Keterangan:
m = massa/bobot zat padat (g)
v = volume mampat (ml)
1. Gelas ukur
2. Timbangan Analitik
1. Coffein
2. Lactosa
3. Sulfadiazine
4. Papaverin
5. Methamphyron
6. Phenytoin
7. Asetosal
8. Nipagin
9. SL
10. PGS
11. Glukosa
12. Talk venetum
13. Sulfur P
16. Theophylin
1. Methampyron
Vbulk = 20ml
Vmampat = 14ml
m = 10 gram
10
=0,5 g /ml
Kerapatan bulk: 20
10
=0 , 71 g /ml
Kerapatan mampat: 14
2. Coffeinum
Vbulk = 25ml
Vmampat = 18ml
m = 10 gram
10
=0,4 g/ml
Kerapatan bulk: 25
10
=0 ,55 g/ml
Kerapatan mampat: 18
3. Laktosa
Vbulk = 20ml
Vmampat = 15ml
m = 10 gram
10
=0,5 g /ml
Kerapatan bulk: 20
10
=0 ,66 g /ml
Kerapatan mampat: 15
4. Papaverin HCL
Vbulk = 18ml
Vmampat = 9ml
m = 10 gram
10
=0,55 g/ml
Kerapatan bulk: 18
10
=1,1 g/ml
Kerapatan mampat: 9
5. Sulfadiazin
Vbulk = 16ml
Vmampat = 15ml
m = 10 gram
10
=0 , 625 g /ml
Kerapatan bulk: 16
10
=0 ,66 g /ml
Kerapatan mampat: 15
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kita melakukan percobaan bulk dan mampat untuk
mengetahui kerapatan dari:
1. Coffein
2. Lactosa
3. Sulfadiazine
4. Papaverin
5. Methamphyron
6. Phenytoin
7. Asetosal
8. Nipagin
9. SL
10. PGS
11. Glukosa
13. Sulfur P
16. Theophylin
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu penentuan bobot
jenis dan kerapatan zat. Pada percobaan penentuan kerapatan zat, bahan yang dipakai
yaitu sebanyak 10 g. Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kerapatan bulk
dan kerapatan mampat. Pada kerapatan bulk, tidak diberi perlakuan apapun, zat yang
akan dihitung kerapatannya langsung dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk
mengukur volume bulk. Selanjutnya dihitung kerapatan bulk. Berbeda dengan
kerapatan bulk, pada kerapatan mampat memiliki perlakuan khusus, untuk
memampatkan zat, gelas ukur diketuk sebanyak 100 ketukan hingga zat yang ada di
dalam gelas ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume mampatnya. Selanjutnya
dihitung kerapatan mampat. Meskipun setiap zat memiliki massa yang sama, tetapi
zat yang diuji percobaan bulk memiliki volume lebih besar dari zat yang diuji
percobaan mampat. Karena masih terdapat ruang kosong/pori-pori pada percobaan
bulk. Cara menghitung kerapatan yaitu dengan cara membagi bobot dengan volume.
VII. KESIMPULAN
Pada hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa semakin berat bobot suatu zat
semakin tinggi pula kerapatan yang dimiliki zat tersebut. Karena kerapatan
berbanding lurus dengan bobot suatu zat. Sedangkan, semakin besar volume zat
semakin rendah kerapatannya.
BOBOT JENIS
Dosen Pembimbing:
Masruhen S,F,Apt
Disusun Oleh:
184034
KESDAM V/BRAWIJAYA
2019