Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM III

BOBOT JENIS

I. TUJUAN

Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengukuran kerapatan bulk terhadap zat padat.


2. Melakukan pengukuran kerapatan mampat terhadap zat padat.

II. DASAR TEORI

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting untuk
membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan
volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot
13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan
sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak.
Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar
perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai
perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot
volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis
alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel, 2006)

Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).

Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin,
1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan
dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1993).

Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat
jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara
lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).

Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai


perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama
pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan
dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang
pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis
miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi
menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).

Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer,


neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan
didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).

Kerapatan partikel bulk adalah volume terlihat dari gas yang bergerak
melewati partikel. Hal ini penting dalam proses-proses seperti sedimentasi dan
fluidasasi tetapi jarang digunakan dalam bentuk sediaan padat.
m
Kerapatan bulk = v
Keterangan:
m = massa/bobot zat padat (g)
v = volume bulk (ml)
Kerapatan partikel mampat adalah ketika pengukuran volume termasuk pori-
pori antarpartikulat.
m
Kerapatan mampat = v
Keterangan:
m = massa/bobot zat padat (g)
v = volume mampat (ml)

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan:

1. Gelas ukur

2. Timbangan Analitik

Bahan yang digunakan:

1. Coffein

2. Lactosa

3. Sulfadiazine

4. Papaverin

5. Methamphyron

6. Phenytoin

7. Asetosal

8. Nipagin

9. SL

10. PGS

11. Glukosa
12. Talk venetum

13. Sulfur P

14. Zinc Oxyd

15. Asam salisilat

16. Theophylin

17. Asam borat P

18. Asam benzoat

19. Amilum Oryzae

20. Magnesium oxid

IV. PROSEDUR KERJA

A. Menentukkan Kerapatan Bulk

1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang zat sebanyak 10 gram dan masukkan ke dalam gelas ukur

3. Jangan diketuk atau biarkan menempati ruang dengan sendirinya

4. Setelah itu ukur volume zat padat, catat

5. Hitung kerapatan bulk

B. Menentukkan Kerapatan Mampat

1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang zat sebanyak 10 gram dan masukkan ke dalam gelas ukur

3. Ketuk sebanyak 100 kali ketukan


4. Setelah itu ukur volume zat padat, catat

5. Hitung kerapatan mampat

V. HASIL PRAKTIKUM DAN ANALISA

Hasil praktikum: lihat tabel di halaman selanjutnya


Analisa:

1. Methampyron

Vbulk = 20ml

Vmampat = 14ml

m = 10 gram

10
=0,5 g /ml
 Kerapatan bulk: 20

10
=0 , 71 g /ml
 Kerapatan mampat: 14

2. Coffeinum

Vbulk = 25ml

Vmampat = 18ml

m = 10 gram

10
=0,4 g/ml
 Kerapatan bulk: 25

10
=0 ,55 g/ml
 Kerapatan mampat: 18

3. Laktosa

Vbulk = 20ml

Vmampat = 15ml

m = 10 gram
10
=0,5 g /ml
 Kerapatan bulk: 20

10
=0 ,66 g /ml
 Kerapatan mampat: 15

4. Papaverin HCL

Vbulk = 18ml

Vmampat = 9ml

m = 10 gram

10
=0,55 g/ml
 Kerapatan bulk: 18

10
=1,1 g/ml
 Kerapatan mampat: 9

5. Sulfadiazin

Vbulk = 16ml

Vmampat = 15ml

m = 10 gram

10
=0 , 625 g /ml
 Kerapatan bulk: 16

10
=0 ,66 g /ml
 Kerapatan mampat: 15
VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kita melakukan percobaan bulk dan mampat untuk
mengetahui kerapatan dari:

1. Coffein

2. Lactosa

3. Sulfadiazine

4. Papaverin

5. Methamphyron

6. Phenytoin

7. Asetosal

8. Nipagin

9. SL

10. PGS

11. Glukosa

12. Talk venetum

13. Sulfur P

14. Zinc Oxyd

15. Asam salisilat

16. Theophylin

17. Asam borat P


18. Asam benzoat

19. Amilum Oryzae

20. Magnesium oxid

Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu penentuan bobot
jenis dan kerapatan zat. Pada percobaan penentuan kerapatan zat, bahan yang dipakai
yaitu sebanyak 10 g. Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kerapatan bulk
dan kerapatan mampat. Pada kerapatan bulk, tidak diberi perlakuan apapun, zat yang
akan dihitung kerapatannya langsung dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk
mengukur volume bulk. Selanjutnya dihitung kerapatan bulk. Berbeda dengan
kerapatan bulk, pada kerapatan mampat memiliki perlakuan khusus, untuk
memampatkan zat, gelas ukur diketuk sebanyak 100 ketukan hingga zat yang ada di
dalam gelas ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume mampatnya. Selanjutnya
dihitung kerapatan mampat. Meskipun setiap zat memiliki massa yang sama, tetapi
zat yang diuji percobaan bulk memiliki volume lebih besar dari zat yang diuji
percobaan mampat. Karena masih terdapat ruang kosong/pori-pori pada percobaan
bulk. Cara menghitung kerapatan yaitu dengan cara membagi bobot dengan volume.

VII. KESIMPULAN

Pada hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa semakin berat bobot suatu zat
semakin tinggi pula kerapatan yang dimiliki zat tersebut. Karena kerapatan
berbanding lurus dengan bobot suatu zat. Sedangkan, semakin besar volume zat
semakin rendah kerapatannya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Rusdan, Mutmainnah. 2013. https://mutmainnahrusdan.wordpress.com/2 013/06/26/


laporan-bobot-jenis-dan- kerapatan/ Diakses pada 1 Oktober 2019 pukul 18.20

Susila, Nurmaida Mastur. 2014. http://nurmaidamastursusila.blogs pot.com/2014 /


12/bobot-jenis-dan-kerapatan.html Diakses pada 1 Oktober 2019 pukul 18.50
IX. LAMPIRAN
LAPORAN FISIKA FARMASI

BOBOT JENIS

Dosen Pembimbing:

Masruhen S,F,Apt

Disusun Oleh:

Rina Purnama Sari

184034

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN

KESDAM V/BRAWIJAYA

PROGRAM STUDI FARMASI

2019

Anda mungkin juga menyukai