Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI PADAT


FORMULASI SALEP EKSTRAK DAUN GULMA SIAM
(Choromolaena odorata L.)

KELOMPOK 3 :

FAUSTINA SALASA
NUR ELSYA LATAMBAGA
INDRI WULANDARI
LILI SRI HANDAYANI
SULASTRI WULANDARI
ASNUR ALIMASI
LINSEPDA LIMBONG
NURUL HIDAYAT
SANTI MAFBRIANA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-
Nya maka penulis dapat  menyelesaikan makalah yang berjudul “FORMULASI
SALEP EKSTRAK DAUN GULMA SIAM (Choromolaena odorata L.)”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Formulasi Teknologi Sediaan Semi Padat.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi menyempurnakan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang  tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada teman-teman anggota kelompok 3 kelas B4
Farmasi. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Kendari, 30 Maret 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Potensi Tumbuhan Gulma Siam (Choromolaena odorata L.).............3
2.2 Metode Pembuatan Formulasi Salep Ekstrak Daun Gulma Siam
(Choromolaena odorata L.)................................................................................4
2.3 Langkah-Langkah Untuk Mendesaian Formula Salep Ekstrak Daun
Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)..........................................................7
2.4 Evaluasi, Pengujian Keamanan Dan Sensitifitas Dari Salep Ekstrak
Daun Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)...............................................8
BAB 3 PENUTUP................................................................................................10
3.1 Kesimpulan............................................................................................10
3.2 Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan dengan nama latin Chromolaena odorata (L.) R.M. King
& H. Rob. atau yang dikenal dengan nama tekelan merupakan salah satu
tumbuhan gulma yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Tumbuhan dari
suku Compositae atau Asteraceae ini telah digunakan dalam pengobatan
tradisional sebagai diuretik, koagulan, antimalaria, antidiare, antiulcer,
antihipertensi, antispasmodik, antioksidan, analgesik, antipiretik, astringen,
antiinflamasi, antiprotozoa, antijamur, dan antibakteri. Bagian daun dari
tumbuhan Gulma Siam sering digunakan untuk perawatan luka ringan, luka
bakar, dan infeksi pada kulit (Odutayo et al., 2017; Michael et al., 2015;
Agrawal et al., 2014).
Sebagai wilayah dengan potensi lokal yang tinggi dan berada di
kawasan Indonesia timur, Sumbawa menawarkan potensi ragam tanaman
obat tradisional yang kaya namun belum tergarap secara ilmiah. Salah satu
yang menjadi asset lokal dan diedarkan secara luas adalah metode
pengobatan tradisional yang memanfaatkan tanaman tanaaman lokal yang
tersebar dan melimpah. Tanaman Gulma Siam (Chromolaena odorata) atau
dikenal dengan nama lokal Sentalo merupakan salah satu tanaman obat yang
sering dimanfaatkan untuk menghentikan pendarahan, obat luka dan
demam. Gulma Siam memiliki potensi tersebut dikarenakan kandungan
metabolit sekunder yang dimilikinya terekstraksi lewat perendaman, peras
dan penumbukan daun yang kemudian ditempel di bagian tubuh yang luka.
Pada umumnya tumbuhan Gulma Siam memiliki kandungan senyawa
seskuiterpen lakton dan diterpen lakton, disamping metabolit lain seperti
flavonoid, terpenoid dan sterol (Mulyadi, 1995: Talaptra, 1978; Huo, 2004;
El-Seedi, 2001; Shen, 2005).
Salep merupakan sediaan semisolid yang lunak, mudah dioleskan, dan
digunakan sebagai obat luar pada kulit dan membran mukosa. Pelepasan
bahan obat dari basis salep sangat dipengaruhi oleh faktor fisikakimia baik
dari basis maupun dari bahan obatnya, kelarutan, viskositas, ukuran partikel,

1
homogenitas, dan formulasi. Pemilihan basis salep yang tepat sangat penting
karena basis salep mempengaruhi efek terapeutik dari suatu salep. Salep
yang digunakan pada epidermis, mukosa, salep penetrasi atau bentuk cream
memerlukan basis salep yang berbeda-beda. Kelarutan dan stabilitas obat di
dalam basis, juga sifat luka pada kulit, menentukan pilihan dari pembawa
sediaan semipadat. Salep terdiri dari bahan obat yang terlarut ataupun
terdispersi di dalam basis atau basis salep sebagai pembawa zat aktif. Basis
salep yang digunakan dalam sebuah formulasi obat harus bersifat inert
dengan kata lain tidak merusak ataupun mengurangi efek terapi dari obat
yang dikandungnya (Anief, 2007). Berdasarkan hal tersebut maka kami
sebagai mahasiswa farmasi tertarik untuk membuat sediaan salep dari
ekstrak daun Gulma Siam (Choromolaena odorata L.).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi tumbuhan Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)
yang diperuntukkan sebagai salep (obat luar)
2. Bagaimana metode pembuatan formulasi salep ekstrak daun Gulma
Siam (Choromolaena odorata L.)
3. Bagaimana langkah-langkah untuk mendesaian formula salep ekstrak
daun Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)
4. Bagaimana evaluasi, pengujian keamanan dan sensitifitas dari salep
ekstrak daun Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui potensi tumbuhan Gulma Siam (Choromolaena
odorata L.) yang diperuntukkan sebagai salep (obat luar)
2. Untuk mengetahui metode pembuatan formulasi salep ekstrak daun
Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)
3. Untuk mengetahui langkah-langkah untuk mendesaian formula salep
ekstrak daun Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)
4. Untuk mengetahui evaluasi, pengujian keamanan dan sensitifitas dari
salep ekstrak daun Gulma Siam (Choromolaena odorata )
BAB 2

2
TNJ AUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Tumbuhan Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)
Gulma siam (Chromolaena odorata L.) merupakan tanaman obat
yang dimanfaatkan masyarakat sebagai obat luka, mengobati infeksi, sakit
kepala, diare, sebagai adstringent, antispasmodik, antihipertensi, anti
inflamasi dan diuretik. Daun gulma siam merupakan salah satu jenis
tumbuhan dari famili Compositae yang mempunyai kandungan senyawa
aktif flavonoid, saponin, tanin, phytat dan glikosida sianogenik yang
memberikan pengaruh terhadap kesembuhan luka. Luka dapat dialami oleh
mahluk hidup tak terkecuali hewan, baik hewan besar maupun kecil.
Aktivitas hewan tersebut dapat terganggu akibat rasa sakit yang diakibatkan
oleh luka. Luka merupakan suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh yang dapat disebabkan trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan
(Manjas dkk, 2010). Berapa efek akan muncul diantaranya hilangnya
seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, ketika terdapat
luka perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian
sel (Sjamsuhidahat dan Jong, 2005).
Daun Gulma siam merupakan tumbuhan obat baik didalam maupun
diluar negeri berkembang pesat. Penelitian yang berkembang terutama pada
segi farmakologi maupun fitokimia berdasarkan indikasi tumbuhan obat
yang telah digunakan sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara
empiris. Hasil penelitian tersebut, tentunya lebih menetapkan para pengguna
tumbuhan obat akan khasiat maupun kegunaanya (Dalimarta, 2000). Secara
tradisional daun Gulma siam digunakan sebagai obat dalam penyembuhan
luka, obat kumur, untuk pengobatan sakit pada tenggorokan, obat batuk,
obat malaria, antimikroba, sakit kepala, antidiare, anti inflamasi dan diuretic
(Vital and Rivera, 2009).
Penelitian kesembuhan luka yang menggunakan ekstrak C.odorata
yang dilakukan oleh Thang et al., (1998 dan 2001), melaporkan bahwa
ekstrak C.odorata memacu proliferasi keratinosit pada human epidermal

3
keratinocyte dengan konsentrasi rendah (0,1– 5 μg/mL).13,14 Juga telah
dilakukan pengujian untuk pengobatan luka pada mencit jantan dengan
konsentrasi ekstrak gulma siam 2,5%, 5%, dan 10%, hasilnya menunjukkan
bahwa pada konsentrasi 10% memberikan efek penyembuhan luka lebih
cepat. Gulma siam juga dapat memberikan efek antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dengan MIC 1,25 mg/mL.3 Untuk mngoptimalkan
manfaat kandungan senyawa daun Gulma Siam dalam pengobatan luka
maka perlu diformulasikan kedalam sediaan farmasi dalam bentuk salep.
Penggunaan daun Gulma siam dalam bentuk ekstrak dirasa kurang
efektif dan efisien. Oleh karena itu, penulis memformulasikannya menjadi
sediaan salep, diharapkan dapat memberikan takaran dosis zat aktif yang
lebih tepat dan benar. Selain itu juga, sediaan salep lebih disukai karena
mudah dalam pemakaian dan penyimpanannya. Dalam pembuatannya juga
memvariasikan tipe basis salep dengan tujuan ingin mengetahui pengaruh
variasi tersebut terhadap sifat fisik salep.
2.2 Metode Pembuatan Formulasi Salep Ekstrak Daun Gulma Siam
(Choromolaena odorata L.)
Sampel yang digunakan dalam pembuatan salep ini adalah daun
gulma siam (Chromolaena odorata L.) yang diperoleh dari Kendari
Sulawesi Tenggara. Pembuatan salep dilakukan secara eksperimental di
laboratorium untuk mendapatkan formula salep ekstrak daun gulma siam
yang stabil secara farmasetik menggunakan basis emulsi. Dimana basis
yang kami gunakan adalah basis elmusi dimana menurut penelitian
Hasrawati,2019 Formulasi dan evaluasi salep ekstrak daun gulma siam
dengan menggunakan basis emulsi menghasilkan sediaan salep ekstrak daun
gulma siam stabil secara farmasetik setelah pengujian stabilitas.
a .Alat-alat yang digunakan yaitu mortar, stamper, cawan porselen, Rotary
evaporator, spatel, kaca arloji, labu Erlenmeyer, penjepit kayu, kertas
saring, corong, pot salep, alumunium foil, pipet, Climatic chamber,
Corong, Deksikator, Viskometer Brookfield Tipe DV-I Prime, Rotary

4
evaporator, vacum evaporator, Gelas ukur, Kaca preparat, Kaca arloji,
Krus porselin, objek glass, PH meter dan timbangan analitik
b. Bahan yang digunakan antara lain :
 Aquades, , etanol 70%
 Zat aktif ( ekstrak daun gulma siam) 280 gram
Daun gulma siam merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili
Compositae yang mempunyai kandungan senyawa aktif flavonoid,
saponin, tanin, phytat dan glikosida sianogenik yang memberikan
pengaruh terhadap kesembuhan luka. Oleh karena itu, kami tertarik
untuk membuat salep dengan zat aktif ini untuk memberikan
penyembuhan untuk luka, dimana menurut penelitian Hasrawati,2019
pada konsentrasi 10% daun gulma siam memberikan efek
penyembuhan luka lebih cepat, juga dapat memberikan efek antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus.
 Zat tambahan
 Fase minyak
Setil alkohol berfungsi sebagai stiffing agent (pengental) sehingga
dapat meningkatkan viskositas pada salep dengan rens 2-10% (Rowe
et al., 2009). Dimana menurut utaari 2019, pada konsentrasi 7% dapat
menghasilkan sediaan salep yang stabil..
cera flava biasanya digunakan sebagai basis pada sediaan salep. Cera
flava adalah hasil pemurnian malam dari sarang madu lebah Apis
mellifera. Memiliki nama lain yellow beeswax, cera flava, yellow
wax. Biasa digunakan dalam makanan, kosmetik dan produk lainnya.
Cera Flava memiliki sifat emolien atau melembutkan kulit.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, salep yang dihasilkan dapat
mempercepat penyembuhan luka akut stadium II terbuka. Salep yang
dihasilkan juga menunjukan hasil evaluasi salep yang baik.
Konsentrasi Cera Flava 5% dengan persentase daya penyembuhan
luka sebesar 97,018% (Evan,2019)

5
Alfa-tokoferol bertindak sebagai antioksidan yang berfungsi
meredam dampak negatif dengan mekanisme antioksidan pemutus
rantai. Alfa tokoferol atau vitamin E adalah jenis vitamin yang
berfungsi untuk memelihara kesehatan dengan rens 1-3%(Hernani
MY et al., 2012).Dimana menurut Ratih,2015 alfa tokoferol dengan
konsentrasi 3% merupakan formula sediaan yang memiliki kenaikan
persentase antioksidan dan kelembaban yang paling tinggi diantara
formula yang lainnya dengan nilai kelembaban 28,22%, sehingga
semakin besar konsentrasi alfa tokoferol yang digunakan, maka
antioksidan dan kelembaban kulit akan semakin meningkat.
Propil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba
pada kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dengan resn
0,005%-0,2% (Rowe et al., 2009). Rens yang di pilih 0,005% dimana
menurut Lachman, 1986 penggunaan pengawet propil paraben yang
tinggi dapat menimbulkan kanker kulit atau pengaruh alergi.
 Fase air
Natrium lauril sulfat adalah salah satu jenis surfaktan yang biasa
digunakan pada produk-produk yang memiliki sifat 'membersihkan'.
Berfungsi sebagai penurun tegangan permukaan air. Sehingga kotoran
dan minyak yang ada di tubuh lebih mudah untuk dibersihkan dengan
rens 1,5-3% (Rowe et al., 2009). Rens yang di pilih 2% dimana
menurut cantikniati, 2011 penggunan natrium lauril sulfat dengan rens
2% dapat menghasilkan salep yang baik dan tidak menimbulkan
alergi.
Propilen glikol merupakan salah satu eksipien yang sering digunakan
dalam sediaan likuid. Propilen glikol banyak digunakan sebagai
pelarut dan pembawa khususnya untuk zat-zat yang yang tidak stabil
atau tidak dapat larut dalam air (Allen, L. V., 2009). Pada sedian salep
propilen glikol di gunakan pada konsentrasi 15% sedangkan sebagai
preservative di gunakan pada konsentrasi 15-30% (Rowe et al., 2009)

6
Metil paraben dipakai untuk mencegah pembusukan dan kontaminasi
dari jamur sehingga produk tahan terhadap jamur dan mikroba dalam
beberapa jangka waktu (Kemenkes RI, 2010). Rens penggunaan metil
paraben apabila di kombinasikan dengan paraben-paraben lainnya
adalah 0,18% sehinnga dapat mengasilkan salep yang baik.
1. Proses ekstraksi
Sebelum pembuatan salep, terlebih dahulu membuat ekstraksi
daun gulma siam. Sebanyak 280 gram serbuk daun gulma siam dimasukan
ke dalam wadah berisi etanol 70% lalu disimpan selama 3 sampai 5 hari.
Ekstrak cair disaring hingga diperoleh maserat (Filtrat I) dan residunya
diremaserasi dengan prosedur yang sama hingga diperoleh maserat
(Filtrat II). Maserat digabungkan (Filtrat I + Filtrat II) dan diuapkan
dengan vacum evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Dari
hasil evaporasi diperoleh berat ekstrak kental sebanyak 117,84 gram.
Adapun Rendemennya adalah 42,08%.
2. Proses pembuatan salep
Salep dibuat dengan metode peleburan dan pencampuran.Salep
basis emulsi dibuat dengan melebur fase minyak ( setil alkohol, cera flava,
alfatokoferol, dan propil paraben) dan fase air (natrium lauril sulfat,
propilen glikol dan metil paraben) secara terpisah. Fase minyak
ditambahkan ke dalam fase air dan diaduk sampai terbentuk emulsi. Ekstrak
ditambahkan kedalam campuran dan diaduk sampai homogen. Kemudian
diimasukkan ke dalam pot salep dan dilakukan evaluasi pada sediaan.
2.3 Langkah-Langkah Untuk Mendesaian Formula Salep Ekstrak Daun
Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)
Adapun langkah-langkah dalam mendesain formulasi :
a Menentukan bahan obat atau zat aktif yang akan digunakan
b Menentukan bentuk sediaan yang sesuai dengan zat aktif.
c Menentukan basis salep yang tepat karena basis salep sendiri akan
mempengaruhi efek terapeutik dari suatu salep

7
d Menentukan komposisi sediaan atau zat tambahan yang sesuai dengan
zat aktif dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan dari bahan
tambahan yang akan digunakan.
e Diperlukan kehati-hatian dalam proses perhitungan dosis agar sesuai
dengan zat aktif maupun zat tambahannya itu sendiri.
f Uji evaluasi sebagai tahap akhir penentu sediaan salep baik atau layak
digunakan atau tidak
2.4 Evaluasi, Pengujian Keamanan Dan Sensitifitas Dari Salep Ekstrak
Daun Gulma Siam (Choromolaena odorata L.)
Evaluasi Sifat Fisika kimia Sediaan Salep
1. Organoleptis
Pengamatan meliputi bentuk, warna dan bau
2. pH
1 gram salep dan diencerkan dengan 10 mL aquades, kemudian diukur
pHnya menggunakan pH meter
3. Homogenitas
Mengoleskan sediaan salep pada preparat kaca kemudian diamati
apakah bahan-bahan yang digunakan tersebut terdispersi merata pada
lempeng kaca tersebut.
4. Pengukuran Viskositas
Viskositas diukur sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat
dengan menggunakan viskometer Brookfield dengan spindel 7 pada 50
putaran per menit (rpm).
5. Penentuan Sifat Alira
Sediaan salep diaduk selama 60 detik, lalu dituang ke dalam gelas piala
100 mL, kemudian viskositasnya diukur pada kecepatan 5, 10, 20, 30
dan 50 rpm. Sifat aliran ditentukan dengan mem-buat rheogram
hubungan antara shearing stress (tekanan geser) dengan rate of shear
(kecepatan geser). Tekanan geser dinyatakan dalam satuan dyne.cm-2,
sedangkan kecepatan geser dinyatakan dalam putaran per menit (rpm).
6. Daya Lekat

8
Salep 0,5 g diletakkan di atas obyek glass yang telah ditentukan
luasnya. Kemudian diletakkan obyek glass yang lain di atas salep
tersebut, ditekan dengan beban 500 g selama 5 menit. Dilepaskan beban
80 g pada ujung alat dan mencatat waktu ketika kedua obyek glass
tersebut saling terlepas (Miranti, 2009)
7. Daya Sebar
Sebanyak 0,5 g salep diletakkan di tengah alat ekstensometer.
Ditimbang dulu penutup kaca ekstensometer kemudian diletakkan di
atas massa sediaan salep selama 1 menit. Diukur diameter sediaan yang
menyebar dengan mengambil ratarata diameter dari beberapa sisi.
8. Daya Proteksi
Diambil sepotong kertas saring (10 cm x 10 cm) dibasahi dengan
larutan PP sebagai indikator kemudian dikeringkan. Diolesi dengan
sediaan pada kertas saring. Pada kertas saring yang lain (2,5 cm x 2,5
cm) pada bagian pinggir dibasahi dengan parafin cair. Setelah kering
akan didapat area yang dibatasi dengan parafin tersebut. Kemudian
kertas saring yang diolesi salep ditempelkan di bawah kertas saring
yang diberi batas dengan paraffin liq. Area tersebut dibasahi dengan
larutan NaOH (0,1N). Pengamatan dilakukan pada kertas saring yang
telah dibasahi dengan larutan PP pada waktu 15, 30, 45, 60 detik, 3 dan
5 menit.
9. Uji kestabilan
Evaluasi kestabilan salep dari sediaan ekstrak etanol daun gulma
siam dengan jenis basis salep yang berbeda dilakukan sebelum dan
sesudah penyimpanan dipercepat. Penyimpanan dipercepat dilakukan
pada suhu antara 5°C dan 35°C masing-masing 12 jam selama 10 siklus

9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tahap percobaan formulasi dan evaluasi salep ekstrak
daun gulma siam (Chromolaena odorata L.) diperoleh kesimpulan yaitu
sediaan salep ekstrak daun gulma siam dapat diformulasi dengan basis
hidrokarbon, absorbsi, larut air dan emulsi. Semua formula sediaan salep
ekstrak daun gulma siam stabil secara farmasetik setelah pengujian stabilitas
dengan stress condition
3.2 Saran
Dalam proses pembuatan sediaan salep dengan ekstrak daun gulma
siam (Chromolaena odorata L.) harus dilakukan secara hati-hati dan
memperhatikan dosis yang diberikan agar sediaan aman dan baik
digunakan. Selain itu, proses pembuatan salep ini harus lebih
memperhatikan kebersihan dan ketapatan uji evaluasi salep.

10
DAFTAR PUSTAKA
Hernani MY, Mufrod M and Sugiyono S. Formulasi Salep Ekstrak Air Tokek
(Gekko gecko L.) untuk penyembuhan luka. Majalah Farmaseutik 2012; 8
(1):120-124.
Yenti R, Afrianti R and Sandi M. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
(Eupatorium odoratum L.) Untuk Penyembuhan Luka. J Scientia 2011;Vol.
3 (1).
Mulyani D. Perbandingan Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan
(Tithonia Diversifolia) Dengan Daun Tekelan (Chromolaena Odorata)
Terhadap Bakeri Staphylococcus aureus. Scientia Jurnal Farmasi dan
Kesehatan 2017;7(2):77-82.
Zulfa E, Prasetyo TB and Murukmihadi M. Formulasi Salep Ekstrak Etanolik
Daun Binahong (Anrederacordifolia (Ten.) Steenis) Dengan Variasi Basis
Salep. Publikasi Fakultas Farmasi 2015;12(2):4148.
Parwanto ME, Senjaya H and Edy HJ. Formulasi Salep Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Tembelekan (Lantana camara L). Pharmacon 2013;2(3).
Ali NW. Pengaruh Perbedaan Tipe Basis Terhadap Sifat Fisik Sediaan Salep
Ekstrak Etanol Daun Tapak Kuda (Ipomoea pes-caprae (L) Sweet).
Pharmacon 2015; 4(3):110-116.
Daisa F, Andrie M and Taurina W. The Effectiveness Test of Oil Phase Ointment
Containing Snakehead Fish (Channa striata) Extract on Open Stage II Acute
Wounded Wistar Strain Male Rats. Majalah Obat Tradisional (Traditional
Medicine Journal) 2017; 22(2):97-102.
Banker GS and Rhodes CT. Modern Pharmaceutics, Third Edition. New York:
Basel Marcel Dekker Inc, 1995.
Puspitasari AD and Proyogo LS. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan
Sokletasi Terhadap Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Daun Kersen
(Muntingia calabura). Cendekia Eksata 2017; 2(1).
Gennaro AR. Remington’s The Science and Practice of Pharmacy (20th ed).
Philadelphia: Philadelphia Colage of Pharmacy and Science, 2000.

11
Hoover J. Remington Pharmaceutical Science, 18th Edition. Easton
Pennsylvania : Mack Publishing Company, 1990.
Sinko PJ. Martin’s physical pharmacy and pharmaceutical science, 6th edn.
Philladelphia : Wolter Kluwer, 2011.
Phan TT, Hughes MA, Cherry GW. Enhanced proliferation of fibroblasts and
endothelial cells treated with an extract of the leaves of Chromolaena
odorata (Eupolin), an herbal remedy for treating wounds. Plast Reconstr
Surg. 1998;101(3):756-65.
Thang PT, Patrick S, Teik LS, Yung CS. Anti-oxidant effects of the extracts from
the leaves of Chromolaena odorata on human dermal fibroblasts and
epidermal keratinocytes against hydrogen peroxide and hypoxanthine-
xanthine oxidase induced damage. Burns. 2001;27(4):31927.

12

Anda mungkin juga menyukai