Anda di halaman 1dari 13

Pengeringan Daun Jeruk (Citrus Hystrix) dan Daun Seledri (Apium Graveolonl.

)
Didalam Fluidized Bed Dryer.

Khodijah Mustika, Mubarak Amir, Dr. Ifa Puspasari, S.T., M.Eng*.


Program Studi Teknik Kimia, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta 55584, Indonesia
*Corresponding author: ifa.puspasari@uii.ac.id

Abstrak

Daun jeruk (Citrus hystrix) dan Daun Seledri (Apium graveolon l.) merupakan jenis tanaman rempah yang ada di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia. Dengan pengeringan mampu mejaga kualitas daun jeruk (Citrus hystrix) dan daun seledri (Apium graveolon l.). Metode pengeringan yang
dipakai 3, yaitu : Oven, Sun drying, dan fluidized bed dryer. Dengan Parameter yang dipakai adalah Suhu, Waktu dan Kecepatan Udara, yang dimana
suhu yang dipakai adalah : 40C, 60C, dan 80C , dan kecepatan yang dipakai 4 m/s, 5 m/s, 6 m/s. yang dimana tujuan utama pengeringan dilakukan
adalah dalam sector industry makanan dimana pengeringan bertujuan untuk memanjangkan jangka hayat suatu bahan, mengurangi berat suatu bahan
serta memudahkan untuk dikendalikan seperti untuk disimpan dan dibawa kemana-mana.

Keywords: Journal review; Pengeringan; Daun Jeruk; Daun Seledri

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Jeruk purut (Citrus Hystrix) adalah tanaman yang banyak dijumpai sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Tanaman ini
berasal dari genus Citrus merupakan tanaman penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan perdu yang biasanya
dimanfaatkan buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir lime
(Miftahendrawati, 2014). Jeruk purut memiliki banyak manfaat diantaranya adalah air perasan daging buah jeruk purut dapat digunakan
sebagai obat batuk, obat kulit, dan antiseptik. Selain itu buah jeruk purut digunakan untuk menghilangkan bau amis pada ikan,
pengharum tepung tawar, dan pencuci rambut. Minyak atsiri kulit jeruk purut memiliki bobot jenis 0,8766 g/cm3, indeks bias 1,4730,
angka asam 0,8275, dan kadar minyak 2,13% (Miftahendrawati, 2014).

Seledri (Apium graveolens L) adalah tanaman sayuran bumbu berbentuk rumput yang berasal dari benua Amerika, Seledri dapat
tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi, dan optimal pada ketinggian tempat 1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15-240C. Tanaman
seledri juga dapat dikembangkan pada daerah tropis seperti di Indonesia. Sebagai tanaman subtropis seledri membutuhkan sinar
matahari yang cukup sekitar 8 jam/hari (Haryoto,2009:13).

Fludized bed dryer banyak dipilih untuk mengeringkan bahan alam karena proses pengeringannya yang cepat sehingga dapat
mempertahankan komponen bahan yang sensitive terhadap panas (heat sensitive) yaitu yang mudah rusak jika terekspos udara panas.
Tingginya laju perpindahan massa dan panas, operasi dan pemeliharaan alat yang mudah serta biaya modal yang murah menjadikan
fluidized bed dryer sebagai pilihan unggul metode pengeringan dibandingkan dengan metode pengeringan yang lain untuk
mengeringkan bahan alam. Fluidized bed dryer dan modifikasinya banyak digunakan untuk mengeringkan bahan alam seperti produk-
produk pertanian (Puspasari, dkk, 2012). Modifikasi fluidized bed dryer bisa digunakan misalnya dengan menambahkan pengaduk
dalam system fluidized bed dryer (Puspasari, dkk, 2013) dan dengan menggunakan bahan inert (Tasirin, dkk, 2014a; Tasirin, dkk,
2014b) untuk mengeringkan bahan-bahan yang sulit terfluidisasi seperti partikel yang mempunyai bentuk tidak bulat dan ukuran tidak
seragam.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kondisi pengeringan dan metode pengeringan terhadap kualitas daun
jeruk kering dan daun seledri kering. Parameter pengeringan yang diuji pengaruhnya antara lain suhu (40-80 C), dan metode
pengeringan (oven drying, sun drying, fluidized bed drying). Selain itu, hasil ekperimen juga akan dimodelkan menggunakan beberapa
model pengeringan yang tersedia dalam literatur. Beberapa model pengeringan tersebut akan dibandingkan dalam hal kesesuaiannya
dalam mendeskripsikan kinetika pengeringan lapis tipis daun jeruk dan daun seledri.

2. Metodologi Penelitian

2.1. Metode Eksperimen Pengeringan

2.1.1. Pengeringan dengan fluidized bed dryer

Untuk pengeringan dengan menggunakan fluidized bed dryer, masing-masing sebanyak 20 gram sampel daun jeruk dan daun
seledri yang telah dipotong kecil diletakkan ke dalam tabung kaca tempat bahan kemudian dioperasikan pada suhu 40 C dengan
kecepatan udara panas 4 m/s. Sampel daun jeruk ditimbang setiap 5 menit sebanyak 7 kali, kemudian 10 menit sebanyak 1 kali, 15
menit sebanyak 2 kali selanjutnya setiap 20 menit sekali. Kemudian daun jeruk dimasukkan dalam oven dengan suhu 105 C C
selama 2 jam untuk mengetahui kadar air dari daun pandan. Dengan proses yang sama dilakukan untuk suhu 60 C dan 80 C
dengan variasi kecepatan udara panas 4 m/s, 5 m/s, dan 6 m/s.

2.1.2. Pengeringan dengan oven dryer

Untuk pengeringan dengan menggunakan oven, masing-masing sebanyak 30 gram sampel daun jeruk dan daun seledri yang
telah dipotong kecil diletakkan ke dalam wadah. Dua set sampel disiapkan dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40C. Sampel
daun jeruk ditimbang setiap 5 menit. Pengeringan diteruskan sampai berat sampel tidak berubah sama sekali.

2.1.3. Pengeringan dibawah sinar matahari (sun drying)

Sebanyak 30 gram daun jeruk purut dan daun seledri yang telah dipotong kecil disiapkan dan diletakkan dalam nampan besi.
Setelah itu, daun jeruk dan daun seledri diletakkan di bawah sinaran cahaya matahari selama 2 hari dan disimpan apabila malam.
Suhu rata-rata udara pada siang hari adalah 30-38C dimana proses pengeringan akan terjadi dengan perlahan, karenanya proses
pengeringan dilakukan dalam waktu 2 hari.

2.2. Metode Kalkulasi

2.2.1. Kandungan kelembapan

Kandungan kelembapan daun jeruk pada waktu t dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

Kandungan kelembapan pada waktu t (Tasirin,dkk,2007)

𝑊𝑡−𝑊𝑑𝑟𝑦
X𝑡 = (a)
𝑊𝑑𝑟𝑦
Dimana :

Wt adalah berat sampel pada waktu t,g


Wdry adalah berat sampel kering g
Xt adalah kandungan kelembapan pada waktu t,g air/g produk kering
2.2.2. Kandungan kelembapan ternormal

Jumlah kelembapan awal pada setiap sampel mungkin berbeda, maka kandungan kelembapan ternomal digunakan sebagai
standart untuk membuat perbandingan antara hasil setiap eksperimen dengan kandungan kelembapan awal yang berbeda-beda
ini.kandungan kelembapan ternormal dapat dihitung melalui rumus berikut :

Kandungan kelembapan ternormal ;

𝑋𝑡−𝑋𝑒
X𝑛 = (b)
𝑋𝑜−𝑋𝑒

Dimana ;

Xn adalah kandungan kelembapan ternormal,


Xo adalah kandungan kelembapan pada masa awal, g air/g produk kering
Xe adalah kandungan kelembapan kesetimbangan, g air/g produk kering

Namun,dalam penelitian ini,nilai kandungan kelembapan keseimbangan sangat kecil sehinggu dibandingkan denagn Xo dan
hamper mendekati nilai pada saat kering sehinga nilainya dapat diabaikan (Celma,dkk,2012) Maka persamaan (b) menjadi :

𝑋𝑡
X𝑛 = (c)
𝑋𝑜

2.2.3. Kadar pengeringan

Kadar pengeringan pada waktu t dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

𝑑𝑋𝑡 Perubahan kelembaban pada satu sela waktu


=
𝑑𝑡 Sela waktu

𝑑𝑋𝑡 |𝑋𝑡 −𝑋𝑡−1 |


= (d)
𝑑𝑡 𝑡−(𝑡−1 )
2.2.4. Model pengerigan lapis tipis

Dalam pekerjaan ini, data eksperimen dihubungkan ke dalam 6 model (Tabel 1) yang akan digunakan untuk kurva pemodelan
pengeringan. Analisis regresi non-linier dilakukan dengan Microsoft Excel spreadsheet (Microsoft Office 2007, USA)
menggunakan SOLVER tool dengan meminimalkan jumlah sisa kuadrat. Untuk setiap pemodelan dilakukan perbandingan
koefisien determinasi (r2), reduced chi-square (x2) dan root mean square error (RMSE). Pemodelan yang paling cocok dengan
data eksperimen bisa dilihat dari nilai-nilai r2 yang paling tinggi dan nilai-nilai x2 serta RMSE yang paling rendah. Nilai x2 dan
RMSE dihitung menggunakan persamaan (e) dan (f), (Montgomery et al., 2008):

2
2 ∑𝑁
𝑖=1(𝑀𝑅𝑒𝑥𝑝,𝑖 −𝑀𝑅𝑝𝑟𝑒,𝑖 )
𝑥 = (e)
𝑁−𝑧

1 2 1/2
𝑅𝑀𝑆𝐸 = [ ∑𝑁
𝑖=1(𝑀𝑅𝑝𝑟𝑒,𝑖 − 𝑀𝑅𝑒𝑥𝑝,𝑖 ) ] (f)
𝑁

dimana MRexp,i dan MRpre,i adalah data kelembaban eksperimen dan kelembaban prediksi. N adalah jumlah data dan z adalah
jumlah konstanta dalam model.

Tabel 1. Model matematis pada kurva pengeringan

No Nama Model Persamaan Referensi


1. Lewis MR = exp (-k t) Lewis (1921)
n
2. Page MR = exp (-k t ) Page (1949)
3. Henderson and Pabis MR = a exp (-k t) Henderson and Pabis (1961)
4. Logarithmic MR = a exp (-k t) + c Yaldiz et al. (2001)
2
5. Wang and Singh MR = 1 + at + b t Wang and Singh (1978)
6. Midilli et al. n
MR = a exp (-k t ) + b t Midilli et al. (2002) 2.2.5. Uji warna

Warna merupakan parameter kualitas penting untuk produk daun herbal karena daun yang berwarna cerah lebih menarik bagi
industry dibandingkan dengan daun yang berwarna gelap. Penurunan kualitas warna juga digunakan dalam penentuan kualitas
produk pengeringan ( Vanker, dkk, 2007).

Metode uji warna yang digunakan adalah metode CIE L* a* b* dimana L* menunjukan kecerahan sedangkan a* dan b*
menunjukan kromatisitas.Tnda a* dan b* menunjukan arah warna : +untuk arah kekuning dan –b* kearah biru.Kromotisitas
C diberikan dengan persamaan :

𝐶 = √(𝑎∗ )2 + (𝑏 ∗ )2 (g)

∆𝐸 ∗ = √(∆𝑎)∗ + (∆𝑏)∗ + (∆𝐿)∗ (h)

3. Hasil dan Diskusi

3.1. Kinetika pengeringan

3.1.1. Pengaruh suhu terhadap waktu pengeringan

Gambar dibawah menunjukkan grafik kandungan kelembapan ternormal X terhadap waktu pengeringan t dengan metode
fluidized bed dryer pada suhu yang berbeda – beda. Dapat diamati bahwa suhu 80C memiliki gradian kurva paling curam artinya
pengurangan kandungan kelembabannya paling cepat. Sedangkan untuk suhu operasi 40C, gradiennya paling kecil. Pengeringan daun
jeruk dengan suhu operasi maksimum yakni 80C terjadi paling cepat pada kecepatan udara panas 6 m/s. Sedangkan daun seledri
dengan suhu operasi maksimum 80C terjadi paling cepat pada kecepatan udara 6 m/s. Suhu operasi yang sama dengan kecepatan
berbeda menunjukan bahwa daun jeruk dan daun seledri memiliki kadar kelembapan yang berbeda. Dimana kadar kelembapan pada
daun seledri lebih besar daripada daun jeruk.

1,00
1,00 0,90
0,90 0,80
Suhu 40 C

Kadar Air (Xn)


0,80
Kadar Air (Xn)

40 C 0,70
0,70
0,60 60 C 0,60 Suhu 60 C
0,50 0,50
80 C Suhu 80 C
0,40 0,40
0,30 0,30
0,20 0,20
0,10 0,10
0,00 0,00
0 20 40 60 80 0 100 200 300 400 500 600
Waktu (t), menit Waktu (t), menit

(a) (b)

Gambar Kandungan kadar air daun jeruk terhadap waktu


1,00
0,80 pengeringan t pada : (a) fluidized bed dryer 6 m/s, (b) oven,
Kadar Air (Xn)

0,60 dan (c) sun drying


Sun Drying
0,40
0,20
0,00
0 200 400 600 800
Waktu (t), menit

(c)
1,00
1,20 0,90
1,00 0,80
Suhu 40 C
Kadar Air (Xn) Suhu 40 C

Kadar Air (Xn)


0,70
0,80
Suhu 60 C 0,60 Suhu 60 C
0,60 0,50
Suhu 80 C 0,40 Suhu 80 C
0,40
0,30
0,20
0,20
0,00 0,10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0,00
Waktu (t), menit 0 100 200 300 400 500 600 700
Waktu (t), menit

(a) (b)

Gambar Kandungan kadar air daun seledri terhadap waktu


1,20
pengeringan t pada : (a) fluidized bed dryer 6 m/s, (b) oven, dan
1,00 (c) sun drying
Kadar Air (Xn)

0,80 Sun Drying 1

0,60

0,40

0,20

0,00
0 200 400 600 800
Waktu (t), menit
(c)

3.1.2. Laju pengeringan

Gambar (a) dan gambar (b) menunjukkan kurva laju pengeringan pada fluidized bed dryer dengan suhu dan kecepatan yang
sama. Dapat diamati dari gambar tersebut bahwa laju pengeringan lebih tinggi untuk suhu udara yang tinggi dan kecepatan yang tinggi
yaitu pada 80 oC dengan kecepatan udara 6 m/s.

Gambar (c dan gambar (d) menunjukkan kurva laju pengeringan pada oven dryer dengan suhu yang sama. Hal yang sama
dengan laju pengeringan fluidized bed dryer, laju pengeringan di dalam oven dryer juga tinggi saat suhu udara yang tinggi. Proses
pengeringan diikuti dengan tahap laju pengeringan konstan dan tahap laju pengeringan menurun. Laju yang konstan dan tingkat laju
penurunan disebabkan oleh kelembaban awal yang tinggi. Laju pengeringan mulai merosot apabila resapan lembapan dari dalaman
bahan ke permukaan tidak standing dengan laju evaporasi pada permukaan bahan. Gradien kelembaban antara daun jeruk dengan
lingkungan adalah rendah, menyebabkan kandungan kelembaban sulit disingkirkan. Sedangkan pada daun seledri, gradient kelembapan
dengan lingkungan adalah tinggi sehingga mudah untuk disingkirkan.
Kelembaban Termal VS Kadar Kelembaban Termal Vs Kadar Pengeringan (6
Pengeringan (6 m/s) m/s)
0,3 0,7

0,6 Suhu 40 C
0,2
0,5 Suhu 60 C
dX/dt (g/g min)

dX/dt (g/g min


0,2 40 C
0,4 Suhu 80 C
60 C
0,1 0,3
80 C
0,2
0,1
0,1

0,0 0,0
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8
MR (-) MR (-)
(a) (b)

0,035 0,12
0,03 0,1

dX/dt (g/g min)


dX/dt (g/g min)

0,025
0,08
0,02
0,06
0,015
0,01 0,04

0,005 0,02
0 0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
MR (-) MR (-)
(c) (d)
Kurva laju pengeringan fluidized bed dryer pada kecepatan 6 m/s ; (a) daun jeruk, (b) daun seledri,
Kurva laju pengeringan oven pada suhu 80 oC ; (c) daun jeruk, (d) daun seledri

3.1.3. Pemodelan kinetika pengeringan

Enam model pengeringan ditunjukkan pada Tabel 1 yang dipasang ke data eksperimen daun jeruk dan daun seledri dengan
melakukan analisis regresi non linier. Melalui perbandingan model pengeringan yang ada seperti yang ditunjukkan pada gambar
laju pengeringan. Model ini hampir mendekati data eksperimen, kecuali model Wang and Singh (1978) hasil yang didapatkan
sangat jauh dari data eksperimen.

Grafik Data Eksperimen dan Pemodelan Grafik Data Eksperimen dan Pemodelan
terhadap Waktu (6 m/s) terhadap Waktu (6 m/s)
1 1
Experiment
0,8 0,8
Lewis Experiment
0,6 0,6
Lewis

MR
MR

Page
0,4 0,4 Page
Henderson &
0,2 0,2 Henderson
Pabis
& Pabis
Logarithmic Logarithmic
0 0
0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 60 Midilli et al.
waktu (t), menit Midilli et al. waktu (t), menit

(a) (b)

Grafik Data Eksperimen dan Pemodelan terhadap Waktu


(6 m/s)
1

0,8
Experiment
0,6 Lewis
MR

0,4 Page
Henderson & Pabis
0,2
Logarithmic
0 Midilli et al.
0 10 20 30 40 50
waktu (t), menit

(c)
Gambar kurva permodelan fluidized bed dryer pada kecepatan 6 m/s, dengan suhu berbeda; (a) 40 C, (b) 60C, (c) 80C
Grafik Data Eksperimen dan Pemodelan Grafik Data Eksperimen dan Pemodelan
terhadap Waktu (6 m/s) 1,00 terhadap Waktu (6 m/s)
1,00 Experiment
Experiment
0,80
Lewis Lewis
0,80
Page 0,60 Page
0,60

MR
Henderson &
MR

Henderson &
Pabis 0,40 Pabis
0,40 Logarithmic Logarithmic
Midilli et al.
0,20 0,20 Midilli et al.

0,00 0,00
0 20 40 60 80 0 10 20 30 40
Waktu (t), menit Waktu (t), menit

1 Grafik Data Eksperimen dan Pemodelan terhadap Waktu (6 m/s)

0,8 Experiment
Lewis
MR

0,6 Page
Henderson & Pabis
0,4
Logarithmic
Midilli et al.
0,2

0
0 5 10 15 20
Waktu (t), menit
(c)
Gambar kurva permodelan oven pada kecepatan 6 m/s, dengan suhu berbeda; (a) 40 C, (b) 60C, (c) 80C
3.1.4. Uji warna

Tabel a dan Tabel b dibawah ini menunjukkan hasil uji warna menggunakan Chromameter. Yang dimana nilai L* ditunjukkan
untuk menunjukkan tingkat kecerahan pada daun. Nilai a* adalah untuk melihat perubahan warna dari hijau-merah, jika a*
negatif menunjukkan warna pada hijau, sedangkan a* positif menunjukkan warna pada merah. Untuk b* melihat perubahan
warna dari kuning-biru, jika b* negatif menunjukkan pada warna biru, dan untuk b* positif mennunjukan pada warna kuning.
Dan untuk ∆E menunjukkan tingkat perubahan warna yang terjadi pada daun segar yang di keringkan.

50
40
30
20
10
0
Daun Jeruk Daun Jeruk - Daun Jeruk - Daun Jeruk - Daun Jeruk - Daun Jeruk Daun Jeruk Daun Jeruk
-10
Fresh 40°C 60°C 80°C Sun Drying FBD 40°C FBD 60°C FBD 80°C

L* a* b* ∆E

(a)
50

40

30

20

10

0
Daun Seledri Daun Seledri - Daun Seledri - Daun Seledri - Daun Seledri - Daun Seledri Daun Seledri Daun Seledri
-10 Fresh 40°C 60°C 80°C Sun Drying FBD 40°C FBD 60°C FBD 80°C
-20

L* a* b* ∆E

(b)
Tabel Grafik Nilai Uji Warna ; (a) Daun Jeruk, (b) Daun Seledri

Dari Tabel (a) diatas menunjukan bahwa pengeringan oven daun jeruk pada suhu 80oC paling gelap dikarenakan
banyak komponen daun yang rusak pada saat pengeringan dibandingkan pada suhu 40C dan suhu 60C. Sedangkan dalam
pengeringan fluidized bed dryer suhu 80oC masih bagus dibandingkan oven dikarenakan tidak banyak merusak komponen
daun. Dari Tabel (b) diatas menunjukan bahwa pengeringan oven daun seledri pada suhu 80C paling gelap dikarenakan banyak
komponen daun yang rusak pada saat pengeringan dibandingkan pada suhu 40 oC dan suhu 60oC. Sedangkan dalam
pengeringan fluidized bed dryer suhu 80oC masih bagus dibandingkan oven dikarenakan tidak banyak merusak komponen
daun.
Pada dasarnya semakin tinggi suhu yang digunakan semakin kecil nilai *L yang di dapatkan, hal ini disebabkan
semakin tinggi hitam daun yang dihasilkan dan banyak merusak komponen yang di daun.

3.1.5. Difusitas Efektif

Grafik dibawah ini memperlihatkan nilai dari difusitas efektif pada suhu 40oC, 60oC, dan 80oC yang beragam untuk metode
fluidized bed dryer dan oven. Nilai difusitas diperoleh dengan menggambar plot grafik antara lm(MR) dengan waktu pengeringan.
Nilai slop dari grafik disubsitusi ke dalam persamaan sehingga dapat diketahui difusitas efektif dari setiap suhu.

-27,50 -27,00
0,0028 0,0030 0,0032 0,0028 0,0029 0,0030 0,0031 0,0032 0,0033
-28,00 -27,50

-28,50
ln (De)

-28,00

ln (De)
-29,00
-28,50
-29,50
-29,00
-30,00
R² = 0,9883 R² = 0,994
-29,50

(a) (b)
Gambar Nilai Difusivitas Pada Berbagai Suhu di oven : (a) Daun Jeruk, (b) Daun Seledri
-25,95 -24,00
0,0028 0,0030 0,0032 0,0034 0,0028 0,0030 0,0032

-24,50
-26,05

-25,00
ln (De)

ln (De)

-26,15
-25,50

-26,25
-26,00

R² = 0,7194 R² = 0,9382
-26,35 -26,50

(c) (d)
Gambar Nilai Difusivitas Pada Berbagai Suhu di fluidized bed dryer : (c) Daun Jeruk, (d) Daun Seledri
Pada percobaan kali ini diketahui bahwa R2 dari jeruk lebih bagus dari pada R2 seledri yang di karenakan daun seledri memiliki
kandungan air yang lebih banyak dibandingkan daun jeruk.

4. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan suhu yang tinggi dapat meningkatkan laju pengeringan yaitu suhu udara 80C. Kajian
terhadap daun jeruk dan daun seledri ditunjukkan dalam dua jenis kurva kinetika pengeringan yaitu kurva kandungan kelembaban X
terhadap waktu pengeringan t dan kurva laju pengeringan dX/dt terhadap kandungan kelembaban X. Untuk kurva yang kedua, yaitu
kurva laju pengeringan terhadap kandungan kelembaban menunjukkan beberapa fase yaitu fase konstan, fase kadar menurun pertama
dan fase kadar menurun kedua.

Untuk penelitian ini, model Henderson and Pabis (1961) dipilih sebagai model yang paling cocok untuk menggambarkan
kinetika pengeringan daun jeruk dan daun seledri, karena model Henderson and Pabis (1961) yang paling sesuai dengan data
eksperimen dan memiliki r2 tertinggi serta nilai x2 dan RMSE terendah.

Perbandingan kualitas pengeringan daun jeruk dan daun seledri menggunakan penjemuran di bawah sinar matahari
memberikan kualitas daun yang lebih baik dari segi bentuk dan warna dibandingkan oven dryer dan fluidized bed dryer.

Referensi

1. Adrianto Hebert, Subagyo Yotopranoto, Hamidah. 2014. Efektivitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix), Jeruk Limau

(Citrus amblycarpa), dan Jeruk Bali (Citrus maxima) Terhadap Larva Aedes aegypti. Jurnal Aspirator, Vol. 6, No. 1:1-6.

2. Budiari, S. 2011. Pengaruh Metode Pengeringan (Freeze Drying, Cabinet Drying, dan Solar Tunnel Drying)Terhadap Kualitas

Warna, Klorofil dan Citronellal Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.) Kering.

3. Buchaillot, A., Caffin, N., Bhandari, B., Drying of lemon myrtle (Backhousia citriodora) leaves:

Retention of volatiles and color, Drying Technology, 27(3), 445-450 (2009)

4. Celma, A.R., Cuadros, F., LÓpez-Rodriguez, F., Convective drying characteristics of sludge from

treatment plants in tomato processing industries, Food and Bioproducts Processing, 90,224-234 (2012)

5. Ceylan, İ, Gürel, A.E., Solar-assisted Fluidized bed dryer integrated with a heat pump for mint

leaves, Applied Thermal engineering, 106, 899-905 (2016)

6. Khoo, L.W., Mediani, A., Zolkeflee, N.K.Z., Leong, S.W., Ismail, I.S., Khatib, A., Shaari, K.,

Abas, F., Phytochemical diversity of Clinacanthus nutans extracts and their bioactivity correlations elucidated by NMR based

metabolismics, Phytochemistry Letters,14,123-133 (2015)

7. Laohakunjit, N., Kerdchoechuen, O., Aroma enrichment and the change during storage of non-

aromatic milled rice coted with extractednatural flavor, Food Chemistry, 101(1), 339-334 (2007)

8. Lima, R.A.B., Ferreira, M.C., Fluidized and vibrofluidized shallow beds of fresh leaves,
Particuology, 9(2), 139-147 (2011)

9. Noor, M.M., Buraidah, M.H.,Careem, M.A., Majid, S.R., Arof, A.K., An optimized

poly(vinylidene fluoride-hexafluoropropylene)-Nal gel polymer electrolyte and its application in natural dye sensitized solar

cells, Electrochimia Acta, 121, 159-167 (2014)

10. Pin, K.Y., Chuah, T.G., Raishih, A.A., Law, C.L., Rasadah, M.A., Choong, T.S.Y., Drying of

betel leaves (Piper betle L.); Quality and drying kinetics, Drying Technology, 27(1), 149-155 (2009)

Anda mungkin juga menyukai