FARMAKOGNOSI
Puji syukur alhamduillah kepada Allah SWT, karena artas karunia-Nya Buku
Ajar Farmakognosi untuk mahasiswa SI Farmasi semester 4 ini dapat diterbitkan.
Buku Ajar Farmakognosi ini disusun dengan tujuan untuk memfasilitasi dan membantu
mahasiswa SI Farmasi semester 4 dalam mengikuti mata kuliah Farmakognosi.
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui Sumber bahan alami (tumbuhan, hewan,
mineral) yang digunakan sebagai obat, bahan alami dalam pengobatan, simplisia : tata
nama dan cara pembuatannya, bahasan mengenai karbohidrat, glikosida, terpenoid,
minyak atsiri, minyak lemak, senyawa golongan alkaloid, steroid dan hormone,
termasuk simplisia-simplisia yang menghasilkan senyawa golongan tersebut, serta
penggunaannya dimasa sekarang. Praktikum meliputi identifikasi simplisia, dan
identifikasi kandungan metabolit tanaman yang mengandung karbohidrat : glikosida,
terpenoid dan minyak atsiri, minyak lemak, senyawa golongan alkaloid juga steroid
dengan metode makroskopi, mikroskopi dan mikrokimiawi.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku
petunjuk Farmakognosi ini. Kami sangat mengharapkan masukan yang membangun
dari berbagai pihak untuk perbaikan yang akan datang.
Madiun
Penyusun
i
VISI DAN MISI
VISI
Menjadi prodi SI Farmasi yang berkualitas dengan menghasilkan lulusan Sarjana
Farmasi yang unggul dan berdaya saing dalam bidang farmasi komunitas yang beriman
dan bertaqwa pada tahun 2025.
MISI
1. Menyelenggarakan pembelajaran akademik kefarmasian secara inovatif sesuai
standar profesi untuk menghasilkan lulusan yang terampil dan berkualitas.
2. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu
dan tekhnologi kefarmasian.
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat di bidang kefarmasian yang
bermutu dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berbudi luhur dan
kompeten.
4. Menyelenggarakan tata kelola Prodi SI Farmasi yang akuntabel serta
menyediakan layanan sarana dan prasarana yang mendukung mutu layanan
progam studi S1 Farmasi
5. Menumbuhkan jiwa enterpreneur yang berlandaskan iman dan taqwa.
6. Membangun kemitraan di bidang kesehatan baik nasional maupun internasional.
7. Mengembangkan farmasi komunitas pada pelayanan kesehatan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
VISI DAN MISI ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................. 4
SIMPLISIA.................................................................................................................. 4
BAB III ............................................................................................................................ 6
TATA NAMA .............................................................................................................. 6
BAB IV ............................................................................................................................ 7
CARA PEMBUATAN ................................................................................................ 7
BAB V ............................................................................................................................ 16
METODE PENGUJIAN .......................................................................................... 16
BAB VI .......................................................................................................................... 20
SIMPLISIA DARI NABATI .................................................................................... 20
BAB VII ......................................................................................................................... 27
SIMPLISIA DARI HEWAN .................................................................................... 27
BAB VIII ....................................................................................................................... 34
SIMPLISIA DARI MINERAL ................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 38
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Modul ini berisi tentang sumber bahan alami(tumbuhan, hewan, mineral)
yang digunakan sebagai obat dan bahan alami dalam pengobatan. Bahasan pokok
dimodul ini adalah tata nama dan cara pembuatan simplisia yang membahas tentang
karbohidrat, glikosida, teepenoid, minyak atsiri, minyak lemak, senyawa golongan
alkaloid, steroid, dan hormone. Praktikum meliputi identifikasi simplisia dan kandungan
metabolit dengan metode makroskopi,mikroskopi, dan mikrokimiawi.
BAB II
SIMPLISIA
A. Definisi
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium
dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar
dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat
tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Simplisia nabati berupa kar (radix), kulit batang
(cortex) , batang (caulis) , daun (folium) , buah (flos), buah ( fructus) , biji (semen),
rimpang (rhizoma )
4
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya
minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
bahan kimia murni.
5
BAB III
TATA NAMA
6
BAB IV
CARA PEMBUATAN
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air
yang digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat
dan lain-lain.
7
Pembuatan Simplisia
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
2. SORTASI BASAH
3. PENCUCIAN
8
sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat
menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah
Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan
Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan
kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah
mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas
tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan
dengan tepat dan bersih.
4. PERAJANGAN
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga
dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap.
Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu
bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya
dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak
atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran
sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan
dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
5. PENGERINGAN
9
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam
sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama
bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang
masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi
karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis,
transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel
tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan
simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam
bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil
penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air
dalam simplisia kurang dari 10%.
10
senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu
serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum
yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan,
sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan
simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan
menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah
dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu
pengeringan secara alamiah dan buatan.
1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
1. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan
bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya,
dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar
matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang
mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah
dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang
terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya
baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta
tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu
pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya
untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food Technology
Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering
dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada
permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian
dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya
sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini
telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan
demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan simplisia.
11
2. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung.
Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak
seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah
menguap.
2. Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari
dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat
atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur.
Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu
sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan
dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan
yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan
suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.
Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis
simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat tahan
lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan
simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10
sampai 12%.
6. SORTASI KERING
12
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan
tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus
untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat
dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah
akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula
adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus
dibuang sebelum simplisia dibungkus.
Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau
cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan
atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang
membahayakan kesehatan.
Wadah
Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat
dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan
distribusi.
Suhu Penyimpanan
Dingin : suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu antara 20C–
80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C.
13
Sejuk : suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di
simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur
antara 150C dan 300C.
Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali
berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua
simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi
tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari terkunci.
Kemurnian Simplisia
Benda Asing
14
Dalam perdagangan, jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau
tercampur bagian lain, maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi
simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh mengandung bahan asing atau sisa yang
beracun atau membahayakan kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain tanaman
yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi.
Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi
memenuhi syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut, tercampur minyak pelumas
waktu diangkut dengan kapal dan lain sebagainya.
15
BAB V
METODE PENGUJIAN
Uji Makroskopik
Uji Mikroskopik
1. MIKROSKOPIK 1
2. MIKROSKOPIK 2
Serbuk terlebih dahulu dididihkan dalam larutan kloral hidra. Butir pati akan
larut akan larut dan jaringan yang berisi klorofil menjadi jernih sehingga pengamatan
dapat lebih jelas. Akan tampak sel-sel epidermis , mesofil, rongga minyak, parenkim,
hablur, sistolit dll.
3. MIKROSKOPIK 3
16
· Pereaksi yang biasa digunakan misalnya floroglusin-asam klorida akan
menimbulkan warna merah pada sel yang berisi lignin ( sel batu, serabut dan xilem ).
4. MIKROSKOPIK 4
Dilakukan terhadap serbuk yang telah diabukan. Uji ini khusus ditujukan
untuk mendeteksi ada tidaknya kerangka silika pada tanaman yang banyak mengandung
silika seperti familia Poaceae / Gramineae dan Equisetaceae.
Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji
kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu
dari simplisia. Biasanya dilakukan dengan analisa kromatografi lapis tipis (KLT).
Sebelum dilakukan KLT perlu dilakukan preparasi dengan penyarian senyawa kimia
aktif dari simplisia yang masih kasar.
Simplisia yang diuji adalah simplisia tunggal yang berupa rajangan serbuk,
ekstrak atau dalam bentuk sediaan. Mula-mula serbuk simplisia disari dengan larutan
penyari yang berbeda-beda polaritasnya berturut-turut pelarut non polar, pelarut kurang
polar. Masing-masing pelarut secara selektif akan memisahkan kelompok kandungan
kimia tersebut. Pelarut yang bersifat non polar seperti eter minyak tanah (petroleum
eter) atau heksan. Pelarut kurang polar seperti eter, clhoroform dll. Pelarut yang polar
seperti etanol, air atau campuran keduanya dengan berbagai perbandingan, umumnya
dipakai etanol air 70%.
17
Untuk cara pengocokan dianjurkan untuk melakukan perendaman awal
dengan cairan penyari selama satu malam. Penggunaan alat soxhlet hanya dianjurkan
untuk penyariankandungan kimia yang telah diketahui stabil. Penggunaan eter sebagai
cairan penyari tidak dianjurkan mengingat sifatnya yang mudah terbakar.
Sari ini mengandung zat-zat kimia yang larut dalam minyak misalnya minyak
atsiri, lemak dan asam lemak tinggi, steroid, dan triterpenoid, kerotenoid. Selain
kelompok tersebut diatas, kemungkinan terkandung pada klorofil dan resin yang disebut
senyawa pengotor.
a. Alkaloid
b. Senyawa fenolik :
* fenol-fenol
* asam fenolat
* fenil propanoid
* flavonoid
* antrakuinon
d. Asam lemak.
18
b. Antosianin
c. Glikosida
d. Saponin
e. Tanin
f. Karbohidrat
19
BAB VI
SIMPLISIA DARI NABATI
1.ALOE
20
2. Jadam Cape diperoleh dari Aloeferox; Aloe africana ,Aloe
Spicata (=aloe eru varcernuta). Batang tinggi seperti pohon sampai
5meter, daun - daun sebanyak 30-50 helai, bunga putih. Daun yang
telah dipotong ditampung cairannya dalam kanvas atau kulit
kambing. Cairan ini kemudian dikumpulkan dalam drum atau
kaleng, direbus selama 4 - 5 jam dengan dituang ke dalam cetakan
dan dibiarkan menjadi keras.
2. CAMPHORA
21
melewati dinding kamar, kamfer
menempel disebelah atas dan sebelah
bawah terdapat minyak dan air. Minyak
disaring untuk memisahkan kamfer yang
ada disitu. Kamfer yang diperoleh
masih kotor berwarna agak jambon dan
lunak. Untuk pemurniannya dicampur
kapur sebanyak 1/5 bobotnya dipanaskan
dalam periuk besi untuk membuang air dan
minyak atsiri (suhu 100o) setelah itu suhu
dinaikkan sampai 175o – 200o untuk
mensublimasikan kamfernya.
Sediaan -: Lotio Kummerfeldi (Form.nas)
- Solutio Camphora spirituosa (F.N)
- Tabulae Acidi acetylosalicylici
compositum (FOI)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. CARBO ADSORBENS
Penggunaan : Antidota
Pemerian : Serbuk sangat halus, bebas dari butiran, warna hitam,
tidak berbau, tidak berasa.
22
4. CATECHU
23
tersabunkan lebih banyak dari pada gondorukem gom, titik
lunak 53 – 55o
Sediaan : Solutio Mastichis compositus (FOI)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
6. GALLAE
24
7. GLYCYRRHIZAE SUCCUS
8. Ichtamolum
25
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
9. NATRII ALGINAS
26
BAB VII
SIMPLISIA DARI HEWAN
1. ADEPS LANAE
Nama Sinonim : Lemak bulu domba anhydrous lanolin, Wool FAT, Lemak bulu
Keluarga : Bovidae
Pemerian : Zat serupa lamak, liat, likat warna kuning muda atau kuning
pucat, agak tembus cahaya bau lemah dan khas.
27
Bagian yang : Lemak yang dimurnikan dari bulu domba.
diambil
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya atau ditempat
sejuk.
2. ADEPS SUILLUS
Keluarga : Suidae
Pemerian : Lemak lunak, likat, warna putih bau leak tapi tidak tengik, jika
dileburkan menjadi cairan jernih dan kemudian dibiarkan, tidak
terpisah air.
28
3. CERA ALBA
Keluarga : Apidae
Pemerian : Zat pada lapisan tipis bening warna putih kekuningan, bau
lemah.
Bagian yang : Malam dari sarang yang telah dibersihkan dan yang telah
digunakan diputihkan.
Cara memperoleh : Dulu diputihkan secara dijemur dan bentuk pita-pita tipis.
Sekarang dioksidir dengan hidrogenperosida, kalium
permanganat atau benzoil-peroksida.
4. CERA FLAVA
Nama Sinonim : Malam kuning, Yellow Bees wax, yellow wax, bees wax
Keluarga : Apidae
29
Sediaan : Oculentum Hydrargyri Oxydi Flavi (FOI)
Pemerian : Zat padat, jika dingin agak rapuh, jika hangat enjadi elastis,
bekas patahan buram dan berbutir warna coklat kekuningan,
bau enak seperti madu.
5. CETACEUM
Nama Sinonim : Setaseum, Spermaseti
Keluarga : Physeteridae
Pemerian : Massa hablur bening, licin, warna putih mutiara, bau dan rasa
lemah.
Bagian yang : Malam padat murni yang diperoleh dari minyak lemak yang
diambil terdapat pada kepala, lemak dan badan ikan.
Cara memperoleh : Binatang menyusui ini kepalanya besar, bagian atas kepala
berisi cairan yang setelah binatangnya mati, menjadi padat
putih seperti bunga karang, merupakan campuran setaseum
dan minyak lemak. Dengan perasan, pencucian dengan soda
dan lain sebagainya diperoleh setaseum murni.
30
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
6. GELATINUM
Nama Sinonim : Gelatina
Zat berkhasiat : Glutina tersusun atas glikokol, leusin, prolin, asam glutamat,
utama lisin, arginin, alanin, asam asparoginat, fenil-alanin, oksiprolin
dan histidin.
Kulit babi yang diolah dengan asam klorida dan disari pada
pH 3,5 – 5 akan menghasilkan lemak dan gelatin tipe A.
31
7. MEL DEPURATUM
Keluarga : Apidae
Zat berkhasiat : Gula invert, saccharosa, dekstrin, abu, air, zat atsiri aromatik,
Utama/Isi asam semut (sedikit)
Cara memperoleh : Madu yang diperoleh dari sarang apis ini, dimurnikan dengan
pemanasan dibawah suhu 800, didiamkan, kotoran yang
mengapung diambil, kemudian madu diencerkan dengan air
secukupnya hingga bobot per ml memenuhi persyaratan.
Jenis-jenis : Di Mesir dan dari apis fasciata, di Senegel dari apis adamsonii
di Afrika dari apis caffra dan apis scutella.
32
belum perbah terbuka.
8. THYROIDUM
Nama hewan asal : Serbuk kering dari kelenjar tiroid binatang menyusui, telah
dibersihkan dari jaringan pengikat dan lemak.
Persyaratan kadar : Kadar yodium yang terikat sebagai senyawa organik tidak
kurang dari 0,17 % dan tidak lebih dari 0,20 %
Merian : Serbuk warna kekuningan hingga coklat, bau lemah, mirip bau
daging rasa asin.
33
BAB VIII
SIMPLISIA DARI MINERAL
1. PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama Sinonim : Parafin cair, White mineral oil liquid petrolium, Mineral oil.
Zat berkhasiat : Hidrocarbon (C17H36 sampai C27H56 hidrokarbon siklis,
Utama/isi hidrokarbon tidak jenuh dan derivat derivat dari benzen).
Penggunaan : Bahan salep dan pencahar
Sediaan -: Betamethasoni cremor (Form. Nas).
- Cliquilini cremor (Form. Nas).
- Cliquinolini Hydrocortisoni cremor (Form.nas)
- Clioquinolini Hydrocortisoni (F.N)
- Gentamycini cremor (Form. Nas).
- Dexamethasoni Neomycini cremor (Form.nas).
- Dibucaini cremor (Form. Nas).
- Dienostroli cremor (Form. Nas).
- Gentamycini unguentum(Form. Nas).
- Hydrocortisoni cremor (Form. Nas).
- Hyoscini oculentum (Form. Nas).
- Prednisoloni unguentum (Form. Nas).
- Triamcinologi Acetonidi unguentum (F.N)
- Unguentum Leniens (Form. Nas).
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluorosensi, tidak berwarna,
hampir tidak berbau, hampir tidak berasa.
Cara : Diperoleh dari minyak mineral.
memperoleh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya.
34
2. PARAFFINUM SOLIDUM
3. VASELINUM ALBUM
Nama sinonim : Vaselni putih, White petrolium
Zat berkhasiat : Hidrokarbon berat molekul tinggi terutama parafin-parafin,
Utama senyawa-senyawa hidrokarbon siklis dan hidrokarbon tidak jenuh.
Penggunaan : Bahas salep, pencahar lemah
Sediaan :- Bacitracini Neomycini
35
Polymix ini unguentum (F.N).
- Balsamum Album (F.N).
- Betamethasoni cremor (F.N).
- Cloramphenicoli unguentum (F.N).
- Chrysarobini unguentum (F.N).
- Clioquinolini cremor (F.N).
- Getamycini cremor (F.N).
- Dexamethasoni Phophatis cremor (F.N).
- Dibucaini cremor (F.N).
- Gentamycini unguentum (F.N).
- Hyoscini oculentum (F.N).
- Ichtamoli unguentum (F.N).
- Hydrocortisoni unguentum (F.N).
- Tetracyclini Hydrochloridi unguentum (F.N).
- Triamcioloni Acetonidi cremor (F.N).
- Triamcioloni Acetonidi unguentum (F.N).
- Triprllenamini cremor (F.N).
- Zinci unguentum (F.N).
- Vaselinum Hydrophylium (F.N).
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening warna putih, warna ini tetap setelah
zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk,
berfluorosensi lemah, juga jika dicairkan tidak berbau, hampir
tidak berasa.
Cara : Vaselinum flavum yang telah diputihkan.
memperoleh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
4. VASELINUM FLAVUM
36
Sediaan :- Aethylis Aminobenzoatis unguentum (F.N)
- Aethylis Aminobenzoatis Tannini unguentum (F.N).
- Balsamum Rubrum (F.N).
- Olei Iecoris unguentum (F.N).
- Peruviani unguentum (F.N).
- Prednisoloni unguentum (F.N).
- Recorcinoli unguentum compositum (F.N).
- Zinci pasta (F.N).
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, warna kuning muda sampai kuning,
sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan dingin tidak
diaduk.
Berfluorosensi lemah, juga jika dicairkan, tidak berbau, hampir
tidak berasa.
Cara : Diperoleh dari minyak mineral
memperoleh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
37
DAFTAR PUSTAKA
http://onurul9.blogspot.com/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52540/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isA
http://sertifikasiguru.uad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/BAB-IX-OBAT-
TRADISIONAL-DAN-SIMPLISIA.pdf
https://sites.google.com/site/wwwilmukitacom/materi-kuliah/pembuatan-simplisia
https://www.academia.edu/36524816/SIMPLISIA
https://www.academia.edu/38119769/Tugas_Farmakognosi_SIMPLISIA
38