Anda di halaman 1dari 39

BUKU AJAR

FARMAKOGNOSI

PROGRAM SARJANA FARMASI


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN 2017-2018
MADIUN
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamduillah kepada Allah SWT, karena artas karunia-Nya Buku
Ajar Farmakognosi untuk mahasiswa SI Farmasi semester 4 ini dapat diterbitkan.

Buku Ajar Farmakognosi ini disusun dengan tujuan untuk memfasilitasi dan membantu
mahasiswa SI Farmasi semester 4 dalam mengikuti mata kuliah Farmakognosi.
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui Sumber bahan alami (tumbuhan, hewan,
mineral) yang digunakan sebagai obat, bahan alami dalam pengobatan, simplisia : tata
nama dan cara pembuatannya, bahasan mengenai karbohidrat, glikosida, terpenoid,
minyak atsiri, minyak lemak, senyawa golongan alkaloid, steroid dan hormone,
termasuk simplisia-simplisia yang menghasilkan senyawa golongan tersebut, serta
penggunaannya dimasa sekarang. Praktikum meliputi identifikasi simplisia, dan
identifikasi kandungan metabolit tanaman yang mengandung karbohidrat : glikosida,
terpenoid dan minyak atsiri, minyak lemak, senyawa golongan alkaloid juga steroid
dengan metode makroskopi, mikroskopi dan mikrokimiawi.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku
petunjuk Farmakognosi ini. Kami sangat mengharapkan masukan yang membangun
dari berbagai pihak untuk perbaikan yang akan datang.

Madiun

Penyusun

i
VISI DAN MISI

VISI
Menjadi prodi SI Farmasi yang berkualitas dengan menghasilkan lulusan Sarjana
Farmasi yang unggul dan berdaya saing dalam bidang farmasi komunitas yang beriman
dan bertaqwa pada tahun 2025.

MISI
1. Menyelenggarakan pembelajaran akademik kefarmasian secara inovatif sesuai
standar profesi untuk menghasilkan lulusan yang terampil dan berkualitas.
2. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu
dan tekhnologi kefarmasian.
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat di bidang kefarmasian yang
bermutu dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berbudi luhur dan
kompeten.
4. Menyelenggarakan tata kelola Prodi SI Farmasi yang akuntabel serta
menyediakan layanan sarana dan prasarana yang mendukung mutu layanan
progam studi S1 Farmasi
5. Menumbuhkan jiwa enterpreneur yang berlandaskan iman dan taqwa.
6. Membangun kemitraan di bidang kesehatan baik nasional maupun internasional.
7. Mengembangkan farmasi komunitas pada pelayanan kesehatan.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
VISI DAN MISI ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................. 4
SIMPLISIA.................................................................................................................. 4
BAB III ............................................................................................................................ 6
TATA NAMA .............................................................................................................. 6
BAB IV ............................................................................................................................ 7
CARA PEMBUATAN ................................................................................................ 7
BAB V ............................................................................................................................ 16
METODE PENGUJIAN .......................................................................................... 16
BAB VI .......................................................................................................................... 20
SIMPLISIA DARI NABATI .................................................................................... 20
BAB VII ......................................................................................................................... 27
SIMPLISIA DARI HEWAN .................................................................................... 27
BAB VIII ....................................................................................................................... 34
SIMPLISIA DARI MINERAL ................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 38

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Modul ini berisi tentang sumber bahan alami(tumbuhan, hewan, mineral)
yang digunakan sebagai obat dan bahan alami dalam pengobatan. Bahasan pokok
dimodul ini adalah tata nama dan cara pembuatan simplisia yang membahas tentang
karbohidrat, glikosida, teepenoid, minyak atsiri, minyak lemak, senyawa golongan
alkaloid, steroid, dan hormone. Praktikum meliputi identifikasi simplisia dan kandungan
metabolit dengan metode makroskopi,mikroskopi, dan mikrokimiawi.

BAB II
SIMPLISIA
A. Definisi

Menurut Departemen Kesehatan RI, Simplisia adalah bahan alamiah yang


dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi :
simpisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral.

1. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium
dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar
dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat
tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Simplisia nabati berupa kar (radix), kulit batang
(cortex) , batang (caulis) , daun (folium) , buah (flos), buah ( fructus) , biji (semen),
rimpang (rhizoma )

4
2. Simplisia hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya
minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).

3. Simplisia pelikan atau mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
bahan kimia murni.

5
BAB III

TATA NAMA

Tata Nama Simplisia


Dalam ketentuan umum Farmakope Indonesia disebutkan bahwa nama
simplisia nabati ditulis dengan menyebutkan nama genus atau species nama tanaman,
diikuti nama bagian tanaman yang digunakan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk
simplisia nabati yang diperoleh dari beberapa macam tanaman dan untuk
eksudat nabati.
Contoh :
1. Genus + nama bagian tanaman Cinchonae Cortex, Digitalis Folium,
: Thymi Herba, Zingiberis Rhizoma
2. Petunjuk species + nama bagian Belladonnae Herba, Serpylli Herba,
tanaman : Ipecacuanhae Radix, Stramonii Herba
3. Genus + petunjuk species + nama Curcuma aeruginosae Rhizoma, Capsici
bagian tanaman : frutescentis Fructus
Keterangan : Nama species terdiri dari genus + petunjuk spesies
Contoh :
Nama spesies : Cinchona succirubra
Nama genus : Cinchona
Petunjuk species : succirubra

6
BAB IV
CARA PEMBUATAN

DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA

a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat,


tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan
mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu
yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya.
Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur
panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak
mengalami kerusakan.

b. Simplisia dibuat dengan fermentasi.

Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak


berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.

c. Simplisia dibuat dengan proses khusus.

Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati,


penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada
prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan
persyaratan.

d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.

Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air
yang digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat
dan lain-lain.

7
Pembuatan Simplisia

1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :

1. Bagian tanaman yang digunakan.


2. Umur tanaman yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di


dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian
tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

2. SORTASI BASAH

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-


bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar
suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan
simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.

3. PENCUCIAN

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya


yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air
dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang
mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat
menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga
kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian
tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang
digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian

8
sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat
menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah
Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan
Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan
kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah
mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas
tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan
dengan tepat dan bersih.

4. PERAJANGAN

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.


Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang
tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan
pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga
dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap.
Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu
bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya
dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak
atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran
sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan
dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.

5. PENGERINGAN

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah


rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi

9
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam
sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama
bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang
masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi
karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis,
transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel
tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan
simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam
bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil
penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air
dalam simplisia kurang dari 10%.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau


menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak
dianjurkan menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia,
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak
mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat
mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan
simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu
keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat
daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan
menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.

Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara


pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi
suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung

10
senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu
serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum
yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan,
sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan
simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan
menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah
dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu
pengeringan secara alamiah dan buatan.

1. Pengeringan Alamiah.

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :

1. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan
bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya,
dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar
matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang
mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah
dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang
terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya
baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta
tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu
pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya
untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food Technology
Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering
dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada
permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian
dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya
sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini
telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan
demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan simplisia.

11
2. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung.
Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak
seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah
menguap.

2. Pengeringan Buatan

Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari
dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat
atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur.
Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu
sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan
dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan
yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan
suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.

Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu


yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan
lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita
membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari sehingga
diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan
suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu
6 sampai 8 jam.

Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis
simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat tahan
lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan
simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10
sampai 12%.

6. SORTASI KERING

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan


simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian

12
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan
tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus
untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat
dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah
akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula
adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus
dibuang sebelum simplisia dibungkus.

Pengawetan

Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau
cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan
atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang
membahayakan kesehatan.

Wadah

Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung


atau tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang
langsung berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak
bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.

Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan


didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan
kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.

Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat
dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan
distribusi.

Suhu Penyimpanan

Dingin : suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu antara 20C–
80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C.

13
Sejuk : suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di
simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.

Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur
antara 150C dan 300C.

Hangat : hangat adalah suhu antara 300C dan 400C.

Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400C.

Tanda dan Penyimpanan

Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali
berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua
simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi
tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari terkunci.

Kemurnian Simplisia

Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada


simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu
pembuatan atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus
memenuhi persyaratan tersebut.

Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari


simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing–masing monografi,
sebagai petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.

Benda Asing

Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme


patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme, serangga dan binatang lain
maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh
mengandung lendir, atau menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan
simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal
dari tanah maupun benda anorganik asing.

14
Dalam perdagangan, jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau
tercampur bagian lain, maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi
simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh mengandung bahan asing atau sisa yang
beracun atau membahayakan kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain tanaman
yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi.

Pemalsuan Dan Penurunan Mutu Simplisia

Pemalsuan umumnya dilakukan secara sengaja, sedangkan penurunan mutu


mungkin dilakukan secara tidak sengaja.

Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-


persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya. Mutu rendah ini
dapat disebabkan oleh tanaman asal, cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan
terlalu lama, kena pengaruh kelembaban, panas atau penyulingan.

Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi
memenuhi syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut, tercampur minyak pelumas
waktu diangkut dengan kapal dan lain sebagainya.

Simplisia dinyatakan bulukan jika kwalitasnya turun karena dirusak oleh


bakteri, cendawan atau serangga.

Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-


sama bahan-bahan atau bagian tanaman lain, misalnya kuncup Cengkeh tercampur
dengan tangkai Cengkeh, daun Sena tercampur dengan tangkai daun.

Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah atau


ditambahi bahan lain yang tidak semestinya. Misalnya minyak zaitun diganti minyak
biji kapas, tetapi tetap dijual dengan nama minyak Zaitun. Tepung jahe yang ditambahi
pati terigu agar bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe agar tetap ada rasa
pedasnya, ditambah serbuk temulawak agar warnanya tampak seperti keadaan semula.

15
BAB V
METODE PENGUJIAN

Uji Makroskopik

Dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat, untuk


mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji.

Uji Mikroskopik

Dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya


disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan maupun
serbuk. Tujuannya adalah untuk mencari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari
pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang
spesifik bagi masing-masing simplisia. Serbuk yang diperiksa adalah serbuk yang
homogen dengan derajat kehalusan 4/18 yang dipersyaratkan oleh MMI. Ada 4 cara
pengamatan menggunakan mikroskop yaitu :

1. MIKROSKOPIK 1

Menggunakan medium air atau gliserin. Digunakan untuk mendeteksi hablur


lepas, butir pati, butir tepung sari, serabut, sel batu, rambut penutup, rambut kelenjar
lepas serta beberapa jenis jaringan khas lainnya.

2. MIKROSKOPIK 2

Serbuk terlebih dahulu dididihkan dalam larutan kloral hidra. Butir pati akan
larut akan larut dan jaringan yang berisi klorofil menjadi jernih sehingga pengamatan
dapat lebih jelas. Akan tampak sel-sel epidermis , mesofil, rongga minyak, parenkim,
hablur, sistolit dll.

3. MIKROSKOPIK 3

· Diakukan pewarnaan terhadap serbuk. Sebaiknya dilakukan setelah serbuk


dijernihkan dengan chloral hidrat, namun dalam hal-hal tertentu boleh langsung
menambahkan pereaksi tanpa didahului penjernihan jaringan.

16
· Pereaksi yang biasa digunakan misalnya floroglusin-asam klorida akan
menimbulkan warna merah pada sel yang berisi lignin ( sel batu, serabut dan xilem ).

4. MIKROSKOPIK 4

Dilakukan terhadap serbuk yang telah diabukan. Uji ini khusus ditujukan
untuk mendeteksi ada tidaknya kerangka silika pada tanaman yang banyak mengandung
silika seperti familia Poaceae / Gramineae dan Equisetaceae.

Parameter Spesifik ( Pengujian Secara Kimia ).

Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji
kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu
dari simplisia. Biasanya dilakukan dengan analisa kromatografi lapis tipis (KLT).
Sebelum dilakukan KLT perlu dilakukan preparasi dengan penyarian senyawa kimia
aktif dari simplisia yang masih kasar.

Identifikasi kimia terhadap senyawa tersari

Kandungan kimia simplisia nabati pada umumnya dapat dikelompokkan


sebagai berikut : minyak atsiri, karotenoid, steroid, triterpenoid, alkaloid, asam lemak,
senyawa fenolik ( fenol-fenol asam fenolat, fenil propanolol, flavonoid, antrakuinon,
antosianin, xanton) asam organik, glikosida, saponin, tani, karbohidrat dan lain-lain.

Simplisia yang diuji adalah simplisia tunggal yang berupa rajangan serbuk,
ekstrak atau dalam bentuk sediaan. Mula-mula serbuk simplisia disari dengan larutan
penyari yang berbeda-beda polaritasnya berturut-turut pelarut non polar, pelarut kurang
polar. Masing-masing pelarut secara selektif akan memisahkan kelompok kandungan
kimia tersebut. Pelarut yang bersifat non polar seperti eter minyak tanah (petroleum
eter) atau heksan. Pelarut kurang polar seperti eter, clhoroform dll. Pelarut yang polar
seperti etanol, air atau campuran keduanya dengan berbagai perbandingan, umumnya
dipakai etanol air 70%.

Penyarian dilakukan dengan cara pengocokan berkali-kali sehingga hasil


pengocokan terakhir bila diuapkan tidak meninggalkan sisa, atau dengan alat soxhlet.

17
Untuk cara pengocokan dianjurkan untuk melakukan perendaman awal
dengan cairan penyari selama satu malam. Penggunaan alat soxhlet hanya dianjurkan
untuk penyariankandungan kimia yang telah diketahui stabil. Penggunaan eter sebagai
cairan penyari tidak dianjurkan mengingat sifatnya yang mudah terbakar.

Dengan cara diatas akan diperoleh 3 macam sari yaitu :

1. Sari dalam eter minyak tanah atau heksana

Sari ini mengandung zat-zat kimia yang larut dalam minyak misalnya minyak
atsiri, lemak dan asam lemak tinggi, steroid, dan triterpenoid, kerotenoid. Selain
kelompok tersebut diatas, kemungkinan terkandung pada klorofil dan resin yang disebut
senyawa pengotor.

2. Sari dalam eter atau kloroform

Sari ini mengandung zat-zat kimia sebagi berikut :

a. Alkaloid

b. Senyawa fenolik :

* fenol-fenol

* asam fenolat

* fenil propanoid

* flavonoid

* antrakuinon

* xanton dan stilben

c. Koponen minyak atsiri tertentu

d. Asam lemak.

3. Sari dalam etanol-air

Sari ini mengandung zat-zat kimia sebagai berikut :

a. Garam alkaloid, alkaloid basa kuartener, amina teroksidasi.

18
b. Antosianin

c. Glikosida

d. Saponin

e. Tanin

f. Karbohidrat

19
BAB VI
SIMPLISIA DARI NABATI

1.ALOE

Nama lain : Jadam, Aloes.


Tanaman asal : Bermacam-macam jenis Aloe :
Aloe perryi (Bakar)
Aloe barbadensis (Miller)
Aloe ferox (Miller)
Aloe africana (Miller)
Aloe spicata(Baker)
Keluarga : Liliaceae
Zat berkhasiat : Damar, aloin, air dan abu. Sifat Purgatif disebabkan oleh 3
utama / Isi pentosida yaitu barbaloin (=aloin), isobarbaloin dan betabarbaloin.
Hidrolisa dari barbaloin antara lain menghasilkan aloe emodin dan
d-arabinosa.
Penggunaan : Pencahar
Pemerian : Semua jenis jadam berasa sangat pahit dan menimbulkan rasa
mual.
Bagian yang : Cairan yang keluar dari potongan daun segar.
digunakan
Jenis – jenis, : 1. Jadam Curacoa diperoleh dari Aloebarbadensis, Aloe vera,
cara panen dan Aloe vulgaris.
perbedaannya Batang sangat pendek dan mengayu, bunga kuning terang. Pada
permulaan musim semi, daun - daun dipotong pada pangkalnya,
diletakkan miring dalam lubang bentuk V. Cairan yang keluar
ditampung dalam tong, dibiarkan menguap di udara atau
direbus dalam panci tembaga sampai kental, dimasukkan cetakan
dan dibiarkan menjadi keras.

20
2. Jadam Cape diperoleh dari Aloeferox; Aloe africana ,Aloe
Spicata (=aloe eru varcernuta). Batang tinggi seperti pohon sampai
5meter, daun - daun sebanyak 30-50 helai, bunga putih. Daun yang
telah dipotong ditampung cairannya dalam kanvas atau kulit
kambing. Cairan ini kemudian dikumpulkan dalam drum atau
kaleng, direbus selama 4 - 5 jam dengan dituang ke dalam cetakan
dan dibiarkan menjadi keras.

3. Jadam Sekotrin, Massa yang licin, mengkilap warna hitam


kemerahan sampai hitam kecoklatan kadang - kadang lunak.
Mudah dipatahkan, patahan berbentuk kerang dengan tepi yang
tajam, jadam yang segar disimpan lama, bau mirip campuran putik
krokus dan mira.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. CAMPHORA

Nama lain : Kamfer


Tanaman asal : Cinnamomum camphora (L.)
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat : Kamfer ( C12 H16 O )
utama / Isi
Penggunaan : Karminativa, obat kejang, obat gatal, obat
encok, anti iritansia.
Pemerian : Hablur butir atau massa hablur tidak
berwarna atau putih, bau khas tajam, rasa
pedas dan aromatik.
Cara panen : Potongan akar, batang dan cabang dialiri
uap air, uap yang berisi minyak ditampung
dalam kamar pendingin yang air
pendinginnya mengalir dari atas kebawah

21
melewati dinding kamar, kamfer
menempel disebelah atas dan sebelah
bawah terdapat minyak dan air. Minyak
disaring untuk memisahkan kamfer yang
ada disitu. Kamfer yang diperoleh
masih kotor berwarna agak jambon dan
lunak. Untuk pemurniannya dicampur
kapur sebanyak 1/5 bobotnya dipanaskan
dalam periuk besi untuk membuang air dan
minyak atsiri (suhu 100o) setelah itu suhu
dinaikkan sampai 175o – 200o untuk
mensublimasikan kamfernya.
Sediaan -: Lotio Kummerfeldi (Form.nas)
- Solutio Camphora spirituosa (F.N)
- Tabulae Acidi acetylosalicylici
compositum (FOI)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. CARBO ADSORBENS

Nama lain : Karbo adsorben, arang penyerap.


Ketentuan : Arang yang dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan
tertentu, telah diaktifkan untuk mempertinggi daya
serap.

Penggunaan : Antidota
Pemerian : Serbuk sangat halus, bebas dari butiran, warna hitam,
tidak berbau, tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

22
4. CATECHU

Nama lain : Gambir


Tanaman asal : Uncaria Gambier (Hunter Roxb)
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat : 25–50% asam katekutanat, 2-8% isokatekin dan akakatekin,
utama / Isi kuersetin, merah kateku.
Pemerian : Tidak berbau, rasa mula-mula pahit dan rasa kelat-sepat,
kemudian agak manis.
Bagian yang : Sari air kering yang diperoleh dari daun dan ranting muda.
digunakan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. COLOPHONIUM

Nama lain : Gondorukem, Resina, Rosin.


Tanaman asal : Beberapa spieces Pinus.
Keluarga : Pinaceae
Zat berkhasiat : Isomir dan modifikasi dari anhidrat asam abietat, termasuk
utama / Isi golongan ini adalah asam primarat, asam sapinat.
Penggunaan : Bahan salep dan pleister, berkhasiat mencegah oksidasi dari
lemak, maka berguna sebagai bahan pengawet salep.
Pemerian : Masa jernih seperti kaca, warna kuning pucat atau kuning
kecoklatan, bersudut-sudut, rapuh mudah lengket satu
dengan lainnya, bau dan rasa lemah, mirip ter.
Bagian yang : Sisa yang diperoleh pada penyulingan minyak atsiri dari
digunakan damar minyak.
Jenis - jenis : 1. Gondorukem gom, sisa dari minyak terpentin yang
disuling minyak atsiri, bubuknya berwarna putih, tidak
lunak 50 – 70o
2. Gondorukem kayu, diperoleh dari kayu pinus secara
penyulingan, penyarian atau kedua cara ini bersama-sama,
bubuknya berwarna kekuning-kuningan, bagian yang tidak

23
tersabunkan lebih banyak dari pada gondorukem gom, titik
lunak 53 – 55o
Sediaan : Solutio Mastichis compositus (FOI)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

6. GALLAE

Nama lain : Jenitri


Tanaman asal : Quercus infectoria (Oliver)
Keluarga : Fagaceae
Zat berkhasiat : Asam penyamak 50 – 75 %, asam galat 2 – 4 %, damar,
utama / Isi pati, kalsium oksalat
Penggunaan : Obat wasir (sebagai salep), bagian dari jamu singset.
Pemerian : Bau lemah, rasa sangat kelat dan agar manis.
Cara panen : Serangga Cynips tinctoria (keluarga Cynipidae) menaruh
telur – telurnya pada pucuk-pucuk dan batang-batang muda,
larva yang keluar dari telur tersbut mengeluarkan cairan
berisi enzima yang dapat merubah pati yang terdapat dalam
sel-sel disekitar larva tersebut menjadi gula, perubahan
dari pati kegula ini, makin meningkat dan merangsang sel-
sel jaringan yang bulat tengahnya berongga (karena dimakan
larva tersebut). Jenitri yang baik diperoleh dari jaringan yang
belum ditinggalkan serangganya, berat dan tergantung
warnanya dinamakan jenitri biru, hijau atau hitam. Jika telah
ditinggalkan oleh serangganya, ringan, lebih menyerupai
bunga karang dan berwarna pucat, disebut jenitri putih dan
nilainya rendah.
Sediaan : Acidum Tannicum (F.I)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

24
7. GLYCYRRHIZAE SUCCUS

Nama lain : Sari akar manis, Succus Liquiritiae.


Tanaman asal : Glycyrrhiza glabra varietas glandulifera
Keluarga : Papilionaceae
Zat berkhasiat : Gliserizin sampai 15 %, gula, lendir zat putih telur, air, zat
utama / Isi yang dapat disari 49% dan yang tidak dapat larut dalam air
5%.
Persyaratan : Kadar glizerin tidak kurang 10% dihitung terhadap zat yang
kadar telah dikeringkan.
Penggunaan : Obat batuk
Pemerian : Batang berbentuk silinder/bongkah besar, licin agak
mengkilap warna hitam, coklat tua, atau serbuk berwarna
coklat, bau khas lemah, rasa manis khas.
Bagian yang : Akar yang masih segar disari dengan air mendidih, sari
digunakan diuapkan dan dikeringkan hingga bebas air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

8. Ichtamolum

Nama lain : Ichtamol, Ichthyol


Asal : Garam amonium asam sulfonat yang diperoleh dari batuan
bitumen, bercampur dengan ammonium sulfat dan air.
Zat berkhasiat : Senyawa belerang, amonium sulfat
utama / Isi
Persyaratan : Kadar belerang organik tidak kurang dari 10,5% dihitung
kadar terhadap zat yang telah dikeringkan, kadar belerang dalam
bentuk sulfat tidak lebih dari 25% dari kadar belerang
jumlah.
Penggunaan : Antiseptika lemah, obat batuk
Pemerian : Cairan kental, warna hampir hitam berbau khas.
Sediaan : Solutio Ichtammoli Aetheris (Form.Ind.)

25
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

9. NATRII ALGINAS

Nama lain : Natrium Alginat


Tanaman asal : Nacrocystis pyrifera (Turn.), Laminaria sacharina (L.)
Laminaria digitata (L.) Nereocystis luetkeana (Mers.)
Keluarga : Lessoniaceae
Zat berkhasiat : Garam natrium dari asam alginat (suatu asam poliuronat)
utama / Isi
Penggunaan : Emulgator
Pemerian : Serbuk halus atau kasar, warna putih kekuningan, hampir
tidak berbau, hampir tidak berasa.
Pembuatan : Merupakan karbohidrat yang dimurni-kan diperoleh dengan
penyarian ganggang coklat menggunakan alkali encer,
sebagian besar dari garam natrium dari asam alginat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

10. PIX LIQUIDA

Nama lain : Ter Kayu


Tanaman asal : Dari keluarga Pinaceae
Zat berkhasiat : Hidrokarbon(benzol, toluol, silol, stirol, naftalin, parafin,
utama / Isi terpen, politerpen), furfurol, metilfurfuran, dimetilfurfuran,
fenol kresol, pirokatekin, guayakol dan pirogalol.
Penggunaan : Obat eksim menahun dan obat batuk
Pemerian : Masa kental, lebih berat dari air, warna coklat tua hampir
hitam bau khas, rasa khas dan empireumatik
Bagian yang : Masa kental yang diperoleh dari penyulingan kering kayu.
digunakan

26
BAB VII
SIMPLISIA DARI HEWAN

1. ADEPS LANAE

Nama Sinonim : Lemak bulu domba anhydrous lanolin, Wool FAT, Lemak bulu

Nama hewan : Ovis Aries(L.)

Keluarga : Bovidae

Zat berkhasiat : Ester-ester lemak dengan kolesterol, oksikolesterol, gamma-


Utama/Isi lanosterol, lano-sterol dihidrolanosterol dan agnosterol.

Adapun asam lemaknya adalah asam palmitat, asam miristinat,


asam lano-palmitat, asam lanoserat, asam serotat dan asam
karnaubat, alkohol-alkohol, setil -alkohol dan karnaubiealkohol.

Penggunaan : Sebagai salep, sabun, pasta, pil dan serbuk.

Sediaan -: Aethylis Aminobenzoatis Tannini Unguentum (Form. Nas).

- Bacitracini Neomycini Polymyxini unguentum (Form. Nas).

- Chloramphenicoli unguentum (Form. Nas).

- Gamexani cremor (Form. Nas).

- Hydrocortini unguentum (Form. Nas).

- Ichtammoli unguentum (Form. Nas).

- Methylis Salysilatis unguentum (Form. Nas).

- Tetracyclini Hydrocloridi unguentum (Form. Nas).

Pemerian : Zat serupa lamak, liat, likat warna kuning muda atau kuning
pucat, agak tembus cahaya bau lemah dan khas.

27
Bagian yang : Lemak yang dimurnikan dari bulu domba.
diambil

Pembuatan : Pada bulu domba terdapat 10-50 % lemak yang merupakan


selaput luar bulu tersebut. Air sabun bekas pencuci bulu
mengandung lemak tersebut. Pada air cucian ditambah asam
sulfat dan magma berlemak yang terpisah diambil, magma
diperas panas-panas untuk memisahkan kotoran-kotoran.

Lemak yang diperoleh dimurnikan lagi, jika masih berisi asam


lemak bebas.

Lemak bulu domba dapat pula diperoleh langsung yaitu secara


disari dengan pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya atau ditempat
sejuk.

2. ADEPS SUILLUS

Nama sinonim : Lemak babi, Lard.

Nama hewan asal : Sus scrofa (L.)

Keluarga : Suidae

Penggunaan : Bahan salap, emplastrum

Sediaan : Emplastrum Plumbi Oxydi.

Pemerian : Lemak lunak, likat, warna putih bau leak tapi tidak tengik, jika
dileburkan menjadi cairan jernih dan kemudian dibiarkan, tidak
terpisah air.

Bagian yang : Lemak dari rongga perut.


digunakan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

28
3. CERA ALBA

Nama Sinonim : Malam putih, White Bees Wax.

Nama hewan : Apis Mellifera(L.) dan species lain.

Keluarga : Apidae

Zat berkhasiat : Mirisin (Mirisilpalmitat), terdapat pula asam serotinat, serasin


Utama/Isi (campuran parafin), asam melisinat, seril-alkohol.

Penggunaan : Bahan salap

Sediaan : Methylis Salicylatis unguentum (F.N), Unguentum Leniens

Pemerian : Zat pada lapisan tipis bening warna putih kekuningan, bau
lemah.

Bagian yang : Malam dari sarang yang telah dibersihkan dan yang telah
digunakan diputihkan.

Cara memperoleh : Dulu diputihkan secara dijemur dan bentuk pita-pita tipis.
Sekarang dioksidir dengan hidrogenperosida, kalium
permanganat atau benzoil-peroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. CERA FLAVA
Nama Sinonim : Malam kuning, Yellow Bees wax, yellow wax, bees wax

Nama hewan asal : Apis Mellifera (L.)

Keluarga : Apidae

Zat berkhasiat : Mirisin (=Mirisilpalmitat), serin atau asam serotinat, asam


Utama/Isi melisinat, mirisil-alkohol, hidrokarbon heptakosan dan
hentrakontan.

Penggunaan : Bahan salep.

29
Sediaan : Oculentum Hydrargyri Oxydi Flavi (FOI)

Pemerian : Zat padat, jika dingin agak rapuh, jika hangat enjadi elastis,
bekas patahan buram dan berbutir warna coklat kekuningan,
bau enak seperti madu.

Bagian yang : Malam yang telah dibersihkan dari sarang apis


diambil

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. CETACEUM
Nama Sinonim : Setaseum, Spermaseti

Nama hewan asal : Physeter macrosephallus


Physeter catodon (L.) dan Hyperoodon rostratus (Miller)

Keluarga : Physeteridae

Zat berkhasiat : Setin ( = setilpalmitat ), setilstearat, setiloleat, setilaurat,


Utama/isi setilmiristinat, dan setil alcohol.

Penggunaan : Bahan salap

Sediaan : Unguentum Leniens (Form. Nas).

Pemerian : Massa hablur bening, licin, warna putih mutiara, bau dan rasa
lemah.

Bagian yang : Malam padat murni yang diperoleh dari minyak lemak yang
diambil terdapat pada kepala, lemak dan badan ikan.

Cara memperoleh : Binatang menyusui ini kepalanya besar, bagian atas kepala
berisi cairan yang setelah binatangnya mati, menjadi padat
putih seperti bunga karang, merupakan campuran setaseum
dan minyak lemak. Dengan perasan, pencucian dengan soda
dan lain sebagainya diperoleh setaseum murni.

30
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

6. GELATINUM
Nama Sinonim : Gelatina

Zat berkhasiat : Glutina tersusun atas glikokol, leusin, prolin, asam glutamat,
utama lisin, arginin, alanin, asam asparoginat, fenil-alanin, oksiprolin
dan histidin.

Penggunaan : Bahan kapsul, salep, cairan transfusi.

Keterangan : Gelatina adalah protein yang diperoleh dari bahan kalogen.

Ada dua macam tipe gelatina yaitu :

Type A dengan titik iso-electric pada pH 7-9, Type B dengan


titik iso-electric pada pH 4,7-5,0

Kwalitas dan sifat-sifat gelatina ditetapkan oleh perbandingan


antara glutina dan khondrina yang terdapat padanya.

Gelatina makanan dapat dibuat dari 3 sumber utama, yaitu :


tulang-tulang yang sudah bersih, kulit babi yang baru
dibekukan, dan kulit sapi muda.

Tulang yang diolah dengan asam klorida menghasilkan garam


kalsium yang larut dalam Osein.

Osein dan kulit sapi muda jika diolah dengan kapur,


memberikan kolagen kotor yang setelah dimurnikan pada pH
5 – 6 menghasilkan gelatin tipe B.

Kulit babi yang diolah dengan asam klorida dan disari pada
pH 3,5 – 5 akan menghasilkan lemak dan gelatin tipe A.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

31
7. MEL DEPURATUM

Nama Sinonim : Madu murni

Nama hewan asal : Apis mellifera (L.)

Keluarga : Apidae

Zat berkhasiat : Gula invert, saccharosa, dekstrin, abu, air, zat atsiri aromatik,
Utama/Isi asam semut (sedikit)

Penggunaan : Sebagai sumber hidrat arang yang mudah dicerna, reduktor


dalam sediaan-sediaan ferro.

Pemerian : Cairan kental serupa sirup, bening, warna kuning muda


sampai coklat kekuningan, rasa manis khas bau enak khas,
jika dipanaskan diatas penangas air bau menjadi lebih kuat,
tetapi tidak berubah.

Bagian yang : Madu


diambil

Cara memperoleh : Madu yang diperoleh dari sarang apis ini, dimurnikan dengan
pemanasan dibawah suhu 800, didiamkan, kotoran yang
mengapung diambil, kemudian madu diencerkan dengan air
secukupnya hingga bobot per ml memenuhi persyaratan.

Jenis-jenis : Di Mesir dan dari apis fasciata, di Senegel dari apis adamsonii
di Afrika dari apis caffra dan apis scutella.

Di Madagaskar dari apis unicolor. Di India dari apis dorsata


(apis indicata = apis florea).

Madu erhalus adalah madu yang diperoleh tanpa pemerasan


tetapi dibiarkan mengalir dari sarang lebah, jika dipusingkan
memberika madu yang paling jernih.

Virgin honey adalah madu yang diperoleh dari sarang yang

32
belum perbah terbuka.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8. THYROIDUM

Nama Sinonim : Tiroida

Nama hewan asal : Serbuk kering dari kelenjar tiroid binatang menyusui, telah
dibersihkan dari jaringan pengikat dan lemak.

Zat berkhasiat/isi : Tiroksin, triyodotironin, diyodotirosin, Mono yodo tirosin.

Persyaratan kadar : Kadar yodium yang terikat sebagai senyawa organik tidak
kurang dari 0,17 % dan tidak lebih dari 0,20 %

Penggunaan : Pengobatan terhadap hipotiroidisme (kerdil dan myxoedema).

Sediaan : Thyroidi Compressi – F.I.

Merian : Serbuk warna kekuningan hingga coklat, bau lemah, mirip bau
daging rasa asin.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

33
BAB VIII
SIMPLISIA DARI MINERAL

1. PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama Sinonim : Parafin cair, White mineral oil liquid petrolium, Mineral oil.
Zat berkhasiat : Hidrocarbon (C17H36 sampai C27H56 hidrokarbon siklis,
Utama/isi hidrokarbon tidak jenuh dan derivat derivat dari benzen).
Penggunaan : Bahan salep dan pencahar
Sediaan -: Betamethasoni cremor (Form. Nas).
- Cliquilini cremor (Form. Nas).
- Cliquinolini Hydrocortisoni cremor (Form.nas)
- Clioquinolini Hydrocortisoni (F.N)
- Gentamycini cremor (Form. Nas).
- Dexamethasoni Neomycini cremor (Form.nas).
- Dibucaini cremor (Form. Nas).
- Dienostroli cremor (Form. Nas).
- Gentamycini unguentum(Form. Nas).
- Hydrocortisoni cremor (Form. Nas).
- Hyoscini oculentum (Form. Nas).
- Prednisoloni unguentum (Form. Nas).
- Triamcinologi Acetonidi unguentum (F.N)
- Unguentum Leniens (Form. Nas).
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluorosensi, tidak berwarna,
hampir tidak berbau, hampir tidak berasa.
Cara : Diperoleh dari minyak mineral.
memperoleh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya.

34
2. PARAFFINUM SOLIDUM

Nama Sinonim : Parafin padat,paraffin, paraffin wax


Cara : Minyak mineral
memperoleh Diperoleh dari residu minyak tanah kasar, residu ini disuling lagi,
maka diperoleh minyak parafin sebagai distilat yang kemudian
diolah dengan asam sulfat dan selanjutnya dengan larutan natrium
hidroksida (selama pengolahan dibuat tetap cair secara dipanaskan
dengan uap air setelah terpisah dari bagian airnya, minyak parafin
dibekukan menjadi zat yangsetengah padat kemudian diperas.
Bagian minyak yang cair dipakai sebagai minyak pelumas, bagian
yang padat dicairkan, dibekukan dan diperas lagi pada suhu yang
tidak lebih tinggi dari tadi, hasilnya dikenal sebagai refined wax.
Zat ini dicuci, diperas, dicairkan dan dialirkan lewat arang tulang
(atau bahan-bahan lain sejenis), dan dibekukan, terbentuk massa
yang keras, tembus cahaya dan tidak berwarna.
Zat khasiat : Sama seperti parafin cair.
utama
Penggunaan : Bahan pengeras salep, zat tambahan.
Sediaan : Balsamum Album
Balsamum Rubrum
Pemerian : Padat, sering menunjukkan susunan hablur, warna putih atau tidak
berwarna, tidak berasa, agak licin, jika terbakar nyala terang jika
dileburkan menghasilkan cairan yang tidak berfluorosensi.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. VASELINUM ALBUM
Nama sinonim : Vaselni putih, White petrolium
Zat berkhasiat : Hidrokarbon berat molekul tinggi terutama parafin-parafin,
Utama senyawa-senyawa hidrokarbon siklis dan hidrokarbon tidak jenuh.
Penggunaan : Bahas salep, pencahar lemah
Sediaan :- Bacitracini Neomycini

35
Polymix ini unguentum (F.N).
- Balsamum Album (F.N).
- Betamethasoni cremor (F.N).
- Cloramphenicoli unguentum (F.N).
- Chrysarobini unguentum (F.N).
- Clioquinolini cremor (F.N).
- Getamycini cremor (F.N).
- Dexamethasoni Phophatis cremor (F.N).
- Dibucaini cremor (F.N).
- Gentamycini unguentum (F.N).
- Hyoscini oculentum (F.N).
- Ichtamoli unguentum (F.N).
- Hydrocortisoni unguentum (F.N).
- Tetracyclini Hydrochloridi unguentum (F.N).
- Triamcioloni Acetonidi cremor (F.N).
- Triamcioloni Acetonidi unguentum (F.N).
- Triprllenamini cremor (F.N).
- Zinci unguentum (F.N).
- Vaselinum Hydrophylium (F.N).
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening warna putih, warna ini tetap setelah
zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk,
berfluorosensi lemah, juga jika dicairkan tidak berbau, hampir
tidak berasa.
Cara : Vaselinum flavum yang telah diputihkan.
memperoleh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. VASELINUM FLAVUM

Nama Sinonim : Vaselin kuning, petrolium.


Zat berkhasiat : Serupa dengan vaselin putih.
Penggunaan : Bahan salep, pencahar lemah.

36
Sediaan :- Aethylis Aminobenzoatis unguentum (F.N)
- Aethylis Aminobenzoatis Tannini unguentum (F.N).
- Balsamum Rubrum (F.N).
- Olei Iecoris unguentum (F.N).
- Peruviani unguentum (F.N).
- Prednisoloni unguentum (F.N).
- Recorcinoli unguentum compositum (F.N).
- Zinci pasta (F.N).
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, warna kuning muda sampai kuning,
sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan dingin tidak
diaduk.
Berfluorosensi lemah, juga jika dicairkan, tidak berbau, hampir
tidak berasa.
Cara : Diperoleh dari minyak mineral
memperoleh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

37
DAFTAR PUSTAKA

http://onurul9.blogspot.com/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52540/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isA
http://sertifikasiguru.uad.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/BAB-IX-OBAT-
TRADISIONAL-DAN-SIMPLISIA.pdf
https://sites.google.com/site/wwwilmukitacom/materi-kuliah/pembuatan-simplisia
https://www.academia.edu/36524816/SIMPLISIA
https://www.academia.edu/38119769/Tugas_Farmakognosi_SIMPLISIA

38

Anda mungkin juga menyukai