Anda di halaman 1dari 23

Analisa Resep

I. Deskripsi Kasus / Resep


a. Deskripsi Kasus
Pasien laki-laki bernama Bapak Sugiyat datang ke puskesmas Ngluwar
untuk memeriksakan lututnya yang mengalami bengkak dan nyeri. Pasien
datang dengan keadaan umum compos mentis, terlihat kesulitan berjalan
dengan kaki kanan terlihat di seret. Pada region genu/ knee tampak adanya
benjolan dengan diameter kurang lebih 5cm, terdapat pucuk dari benjolan
berwarna putih dan tampak kemarahan disekitar benjolan, terdapat nyeri tekan.
Benjolan tersebut muncul sekitar satu minggu sebelum di bawa ke Puskesmas.
Pasien merasa tidak nyaman beraktivitas. Dokter mengatakan bahwa terdapat
abses pada regio genu pada bapak tersebut
b. Resep
Dokter memberikan empat macam obat dimana terdapat obat untuk
meredakan nyeri yaitu kaditic, obat sebagai anti radang, agar mencegah
pelepasan zat zat di dalam tubuh yang dapat membuat peradangan yaitu
dexametasone, diberi antibiotik yaitu amoxicillin yang harus dihabiskan
semuanya untuk menagatasi infeksi bakteri, selain itu diberi obat dalam bentuk
salep yaitu nisagon yang berguna untuk meringankan kelainan dan infeksi pada
kulit dan untuk menangani infeksi bakteri.
II. Kelengkapan Resep dan Pembahasan
a. Identitas dokter :
Nama : dr. Ning Kusdiarini
SIP :-
Alamat Praktek : Jl. Raden Sahid No. 14, Ngluwar, Kab. Magelang. Kode Pos
56485, Telepon: (0293) 3283053

Pada blanko resep, terdapat identitas berupa nama dokter, alamat praktek dan
nomor telepon tempat praktek, tetapi tidak ditemukan nomor surat ijin praktek.
Blanko resep di cetak oleh pihak puskesmas, dan dokter melakukan praktek di
puskesmas, sehingga untuk kelengkapakn alamat praktek menggunakan alamat
puskesmas.

b. Nama kota dan tanggal pembuatan resep


Nama Kota :-
Tanggal : 26 Mei 2018

Pada blanko resep yang sudah dicetak oleh pihak puskesmas, tidak terdapat
tempat untuk penulisan nama kota. Sehingga hanya diberikan tanggal pembuatan
resep.
c. Superscriptio
Ditulis dengan simbol R/ (recipe : harap diambil)

Pada blanko resep yang telah dicetak, terdapat simbol R/ (recipe= harap
diambil) dan tepat tercetak pada bagian sisi kiri atas blanko resep yang dimana
hanya terdapat satu R/ sehingga karena diperlukan empat formula resep pada pasien
ini maka dituliskan lagi R/ sebanyak empat kali dibawah formula resep pertama.
d. Inscriptio :
1. Nama Obat : Amoxicillin
Kekuatan Obat : 500mg
Jumlah Obat :10
2. Nama Obat : Dexamethasone
Kekuatan Obat : 0,5 mg
Jumlah Obat :10 tab
3. Nama Obat : Kaditic
Kekuatan Obat : 50mg
Jumlah Obat : 8 tab
4. Nama Obat : Nisagon
Kekuatan Obat :-
Jumlah Obat :1 tube

Pada bagian inscriptio merupakan bagian inti resep dokter, yang dimana harus
berisi nama, kekuatan dan jumlah obat. Pada resep yang dibuat oleh dokter Ning
bagian inscriptio sebagian sudah sesuai dengan aturan yang ada, dimana keempat
obat dituliskan dengan nama generik, nama standar atau nama paten. Pada
penulisan jumlah obat sebagian sudah memenuhi syarat dengan menggunakan
satuan biji dan angka romawi, tetapi pada salah satu obat yaitu Amoxicillin tidak
dicantumkan dalam satuan bijinya. Pada bagian kekuatan obat sebagian besar sudah
tepat, hanya pada bagian penulisan obat nisagon belum dicantumkan kekuatan
obatnya yang sebesar 5gram.

e. Subscriptio
1. Amoxicillin
Bentuk sediaan obat :-
Jumlah obat : No. X
2. Dexamethasone
Bentuk sediaan obat : tab
Jumlah obat : No. X
3. Kaditic
Bentuk sediaan obat : tab
Jumlah obat : No. VIII
4. Nisagon
Bentuk sediaan obat : tube
Jumlah obat : No. I
Pada bagian subscriptio harus mencakup bentuk sediaan obat dan jumlahnya.
Terdapat kekurangan pada resep ini, tepatnya pada bagian obat Amoxicillin yang
dimana tidak dicantumkan dalam bentuk sediaan tab.
f. Signatura
1. Amoxicillin
S 3dd I : Obat diminum tiga kali sehari dengan setiap minum satu
tablet.
2. Dexamethasone
S 3dd I : Obat diminum tiga kali sehari dengan setiap minum satu
tablet.
3. Kaditic
S 2dd I : Obat diminum dua kali sehari dengan setiap minum satu
tablet.
4. Nisagon
S ue : Obat digunakan sebagai obat luar

Pada bagian signatura berisi informasi mengenai aturan penggunaan obat


untuk pasien yang meliputi frekuensi dan jumlah obat yang diminum untuk setiap
harinya. Bagian ini dituliskan menggunakan awalan simbol S yang berarti signatura
yang berarti tandailah Pada resep dari dokter Ning untuk obat amoxicillin,
dexamethasone, kaditic telah diberi keterangan frekuensi dan jumlah obat yang di
minum, tetapi pada nisagon hanya diberi keterangan bahwa obat tersebut digunakan
sebagai obat luar dan tidak diberi informasi frekuensi penggunaan obat setiap
harinya, yang dimana seharusnya digunakan sebanyak dua kali sehari.

5. Tanda tangan / paraf

Hal ini diperlukan sebagai penutup dari bagian utama resep dokter, tanda
tangan/paraf dari dokter yang membuat resep adalah syarat sah resep untuk dilayani
oleh apotek. Hal ini diberikan agar resep tidak dapat diubah ataupun ditambah jenis
maupun jumlah obatnya. Bila resep tersebu adalah obat narkotika maka harus
dibubuhkan tanda tangan, apabila obat tersebut golongan lainnya maka cukup
dibubuhkan paraf. Pada resep dokter Ning keempat resep ditutup menggunakan
paraf.

6. Identitas pasien
a. Pro : Bapak Sugiyat
b. Alamat : Jamus Pasar

Pada bagian ini umumnya telah tercetak dalam blanko resep berupa pro dan
alamat. Nama pasien diisikan pada bagian pro dan mencantumkan alamat pasien
agar mudah memudahkan penelusuran apabila terjadi kesalahan dalam pelayanan
obat.
III. Aspek Farmakologis Obat
a. Amoxicillin
 Farmakodinamik

Amoxicillin merupakan golongan beta laktam sebagain penisilin


dengan spektrum luas. Amoxicillin merupakan turunan ampisilin dan
memiliki spektrum antibakteri yang sama. Cara kerja obat ini untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengganggu reaksi
transpeptidasi sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri
merupakan lapisan luar yang kaku pada bakteri yang membungkus
sitoplasma untuk mempertahankan integritas sel, serta mencegah lisis
sel akibat tekanan osmotik yang tinggi. Dinding sel bakteri terdiri dari
suati ikatan-ikatan silang kompleks polimer polisakarida dan
polipeptida, peptidoglikan. Polisakarida mengandung gula amino, N-
asetilglukosamin dan asam N-asetil muramat. Sebuah peptide 5 asam
amino dihubungkan dengan gula asam N-asetil muramat. Peptida ini
berakhir di D-alanil dan D-alanin. Penicillin-binding protein (PBP) yang
merupakan suatu enzim mengeluarkan alanin terminal dalam proses
pembentukan ikatan silang dengan peptida di dekatnya pada dinding sel
bakteri. Pembentukan ikatan silang ini memberi dinding sel rigiditas
strukturalnya.

Antibiotik golongan beta laktam ini, merupakan analog struktural D-


alanil dan D-alanin yang dimana secara kovalen mengikat tempat aktif
PBP-1A . Sehingga dapat menghambat reaksi transpeptidasi,
menghentikan sinteis peptidoglikan, dan menyebabkan kematian sel.
Antibiotik ini dapat mematikan sel bakteri padda saat nakteri sedang
tumbuh aktif dan menyintesis dinding sel.

 Farmakokinetik

Pemberian Amoxicllin secara oral relatif diserap dengan baik karena


amoxicillin bersifat stabil asam, menghasilkan konsentasi 4-8mcg/mL
pada serum setelah pemberian satu dosis 500mg dan penyerapannya
tidak terganggu oleh makanan. Obat ini tersebar luas di cairan dan
jaringan tubuh, karena merupakan molekul polar sehingga konsentrasi
intrasel jauh dibawah konsentrasi pada ekstrasel. Amoksisilin berikatan
dengan protein dalam plasma sekitar 20% dan diekskresi dalam bentuk
aktif didalam urin

Amoxiciliin memiliki kegunaan yang karena sebagai anti bakteri


dengan spectrum luas dan memiliki bioavailability yang tinggi, sekitar
70-90% dengan kadar puncak pada plasma terjadi pada 1-2 jam.
Konsentrasi amoxicillin dikebanyakan jaringan sama dengan
konsentrasi di serum. Obat ini dapat di eksresikan ke dalam sputum dan
air susu dengan kadar 3-15% dari kadar serum. Tetapi, penetrasi ke
dalam mata, prostat, dan susunan saraf pusat kurang, namun apabila
terdapat peradangan aktif meningen seperti pada meningitis bakteri,
konsentrasinya dapat meningkat hingga 1-5mcg/mL pada pemberian
harian.
Amoxicillin memiliki oral availability 93%. Amoxicillin berikatan
dengan protein didalam plasma 18%. Amoxicillin diekskresikan pada
urine sekitar 86% dan pembersihannya 10,8 L/h/70kg. Amoxicillin
memiliki volume distribusi 19 L/70kg dan waktu paruh 1,7 jam

Obat ini cepat diekskresikan oleh ginjal. Sekitar 10% eksresi ginjal
berlangsung melalui filtrasi di glomerulus dan 90% melalui sekresi
tubulus. Waktu paruh normal amoxicillin sekitar satu jam dan
dieksresikan lebih lambat daripada penisilin G. Karena di ekskresikan
melalui ginjal, sehingga obat ini harus disesuaikan dosisnya dengan
fungsi ginjal, dengan pemberian sekitar seperempat sampai sepertiga
dari dosis normal jika kliens kreatinin 10mL/mnt atau kurang.
 Dosis dan Bentuk Sediaan

b. Dexamethasone
 Farmakodinamik

Dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid sintetik


dalam kelompok glukokortikoid. Dexamethasone berfungsi sebagai
obat antiinflmasi, imunosupresan dan memberi efek pada regulasi
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
Mekanisme kerja obat dexamethasone yang merupakan glukortikoid
sintetik serupa dengan glukokortikoid asli. Dimulai dengan beredarnya
obat steroid ini di sirkulasi darah dengan berikatan pada corticosteroid
binding globulin (CBG) yang dimana akan menuju sel sasaran untuk
melakukakn interaksi antara steroid dengan reseptornya. Ketika masuk
ke dalam sel dipisahkand engan CBG ddan masuk sebagai molekul
bebas untuk berikatan dengan reseptor. Reseptor intrasel terikat pada
protein-protein stabilator seperti dua molekul heat-shock protein 90
(hspp90) dan beberapa lainnya. Adanya kompleks reseptor dalam
bentuk stabil ini tidak dapat mengaktifkan faktor transkripsi. Ketika
masuknya dexamethasone atau steroid lainnya menyebabkan
terlepasnya protein stabilator sehingga membuat kompleks reseptor
yang tidak stabil. Kompleks reseptor-steroid ini dapat mengalami
dimerisasi dan masuk ke nucleus. Ketika masuk ke nucleus, kompleks
ini berikatan dengan glucocorticoid response element (GRE) di region
regulatorik gen dan selanjutnya mengatur transkripsi oleh RNA
polimerase II dan faktor transkripsi lainnya yang kemudian dapat
terbentuk mRNA yang kemudian di ekspor ke sitoplasma untuk
menghasilkan protein yang dapat melaksanakan respon hormon pada
kelenjar adrenal yang dimana beberapa memberikan efek vasokontriksi.
Selain itu, ketika di nucleus kompleks steroid-reseptor yang terikat ke
ligan juga mempengaruhi faktor transkripsi lainnya misalnya AP1 dan
NF-kB yang memiliki regulasi terhadap faktor pertumbuhan, sitokin
proinflamasi, dan memperantarai efek anti pertumbuhan, antiinflamasi,
imunosupresif.
Obat ini fokus memberikan efek antiinflamasi dan imunosupresif.
Efek antiinflamasi dan imunosupresif dapat terjadi karena adanya
transkripsi faktor AP 1 dan NFkB yang dimana mempengaruhi
penurunan konsentrasi, distribusi sel imun (leukosit) di perifer dan
memberi efek supresif terhadap sitokin dan kemoki proinflamatorik
serta mediator peradangan seperti prostaglandin.

 Farmakokinetik

Dexamethasone yang merupakan golongan kortikosteroid sintetik


dapat diabsorbsi dengan baik pada pemberian oral. Obat ini yang
merupapkan kelompok glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit,
sakus konjungtiva dan ruang sinovial Metabolitnya merupakan senyawa
inaktif atau berpotensi rendah dan dimetabolisme oleh hepar. Setelah
penyuntikan IV, sebagian besar dalam waktu 72 jam diekskresi dalam
urin, sedangkan di feses dan empedu hampir tidak ada. Diperkirakan
paling sedikit 70% kortisol yang diekskresi mengalami metabolisme di
hepar
 Dosis dan Bentuk Sediaan

c. Kaditic
 Farmakodinamik

Tiap kemasan obat Kaditic 50 mg Tablet mengandung zat aktif (nama


generik) yaitu Kalium diclofenak 50 mg / tablet. Kalium diklofenak
adalah suatu zat anti inflamasi non steroid (NSAID) dan mengandung
garam kalium dari diklofenak. Pada kalium diklofenak, ion sodium dari
sodium diklofenak diganti dengan ion kalium. Zat aktifnya adalah sama
dengan sodium diklofenak.

Diklofenak adalah suatu turunan asam fenilasetat yang merupakan


inhibitor COX relatif non-selektif. Karena merupakan jenis obat non
selektif sehingga diklofenak dapat menghambat pembentukan COX 1
dan COX 2. Ketika diklofenak menghambat dari produksi COX 2
bertujuan untuk menurunkan sintesis Prostaglandin yang memiliki
peran penting sebagai penyebab dari inflamasi, nyeri dan demam.
Sehingga diklofenak memiliki sifat analgesic dan anti infamasi. Selain
itu, karnena diklofenak merupakan obat non selektif, sehingga dapat
menurunkan produksi COX 1 yang dimana berfungsi fisiologis seperti
sebagai perlindungan mukosa lambung dan berpengaruh pada
trombosit, yang menyebabkan agregasi trombosit dan vasokontriksi
pada vascular. Karena produksi COX 1 dihambat sehingga menurunnya
proteksi lambung, tetapi obat doklofenak ini lebih jarang menyebabkan
tukak lambung daripada NSAID lainnya. Selain itu, obat non selektif ini
dapat menurunkan proteksi ginjal karena Diklofenak ini dapat
mengganggu aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus.

 Farmakokinetik

Obat ini mengalami penyerapan melalui saluran cerna dengan baik


dan adanya kebersamaan makanan tidak mengubah kekuatan obat ini.
Diklofenak akan beredar dialiran darah dengan 99% berikatan dengan
protein plasma (albumin) dan memiliki waktu paruh 1,1 jam dan
memiliki efeek metabolisme lintas pertama (first pass) sebesar 40-50%.
Walaupun waktu paruhnya singkat, diklofenak diakumulasi dicairan
sinovial lebih lama, sehingga memiliki efek pengobatan pada sendi
yang berarti. Diklofenak akan dimetabolisme pertama melalui tiga fase,
dan fase yang ketiga terdapat glukuronidasi langsung. Dilanjutkan
metabolisme oleh CYP2C di hati.

Hasil metabolisme tersebut kemudian akan dieksresi 65% melalui


urin yang merupakan rute terpenting eliminasi akhir dan 35% melalui
empedu yang kemudian akan di reabsorpsi melalui sirkulasi
enterohepatik
 Dosis dan Bentuk Sediaan

d. Nisagon

Nisagon merupakan obat cream/salep mengandung Betamethasone-17-


valerate yang termasuk golongan kortikosteroid, dan neomycin sulfate yang
merupakan antibiotik golongan aminoglikosida.

 Betamethasone-17-valerate
 Farmakodinamik

Betamethasone adalah obat golongan kortikosteroid sintetik yang


merupakan kelompok glukokortikoid dan merupakan steroisomer dari
deksametasone, dimana gugus-metil pada C16 berada pada posisi beta.

Betamethasone yang merupakan glukokortikoid sintetik serupa


dengan dexamethasone, sehingga mekanisme kerja obat di dalam tubuh
serupa. Obat kortikosteroid sintetik ini bekerja dengan mempengaruhi
kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati
membran plasma secara difusi pasif. Reseptor protein yang spesifik
dalam sitoplasma sel hanya bereaksi di jaringan target hormon ini dan
membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami
perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan
dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi asam ribonukleat
(ribonucleic acid, RNA) dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis
protein ini yang menghasilkan efek fisiologi steroid dan mengaktifkan
faktor transkripsi AP 1 dan NK-kB yang memperantarai efek anti-
inflamasi, anti-pertumbuhan, imunosupresif glukokortikoid.

 Farmakokinetik

Betametason secara topikal dapat diabsorpsi melalui kulit.


Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat
menyebabkan efek sistemik, antara lain mempunyai kemampuan untuk
supresi (menekan) korteks adrenal. Betamethasone secara topikal tidak
terlalu aktif, tetapi apabila dengan mengikat 5 rantai atom karbon
valerat pada posisi hidroksil-17 menghasilkan suatu senyawa yang 300
kali lebih aktif dibandingkan hidrokortison. Betamethasonne yang
merupakan kortikosteroid sintetik sangat manjur dalam pengobatan
gangguan kulit, karena efek anti radang dan antimitosinya sangat
efektif.

 Dosis dan Bentuk Sediaan

 Neomisin Sulfat
 Farmakodinamik
Neomisin sulfat merupakan obat yang termasuk antibiotik golongan
aminoglikosida bersama dengan streptomisin, kanamisin, amikasin,
gentamisin, tobrramisin, dll. Obat-obat ini biasanya digunakan dengan
dikombinasikan bersama antibiotik β laktam pada infeksi serius. Obat
golongan aminoglikosida ini, merupakan inhibitor ireversibel sintesis
protein.

Proses awal obat difusi pasif melalui saluran porin menembus


membran luar. Kemudian secara aktif diangkut menembus membran sel
menuju sitoplasma melalui proses dependen-oksigen . Didalam sel
neomisin sulfat berikatan dengan subunit 30S protein ribosom sehingga
menyebabkan penghambatan sintesis protein dengan beberapa cara,
yang pertama dengan menghambat kompleks inisiasi pembentukan
peptide, yang kedua dengan membuat kesalahan penyandian rantai
peptide sehingga terdapat kesalahan pembacaan RNA dan menghambat
translokasi yang menyebabkan terpasangnya asam amino yang salah ke
dalam peptide sehingga terbentuk protein non-fungsional atau toksik,
dan yang ketiga dengan membuat penguraian polisom menjadi
monosomy non fungional. Ketiga mekanisme ini, sering terjadi secara
bersamaan, dan efek terhadap sel bersifat irreversible dan mematikan
bagi sel.

 Farmakokinetik

Neomosin sulfat mengalami absorpsi secara oral dan obat dari


kelompok neomisin ini kurang diserap dari salurn cerna. Obat ini
apabila di konsumsi secara oral akan mencapai kadar puncak dalam
darah sekitar 1-4 jam setelah dikonsumsi. Wakttu paruh normal untuk
obat golongan aminoglikosida ini adalah 2-3 jam. Setelah pemberian
oral, flora usus mengalami penekanan atau modifikasi. Volume
didistribusi di dalam tubuh sekitar 0,36l/kg dan akan di metabolisme di
dalam hati lalu di ekskresikan feses sebanyak 97% dari yang
dikonsumsi melalui oral dan dieksresi dalam bentuk utuh dan memlalui
urin yang dimana 30-50% berasal dari yang diabsorpsi dan dieksresi
dalam bentuk utuh). Pada saat pemberian topikal, neomisin sulfat
digunakan dengan dioleskan pada permukaan yang terinfeeksi atau
disuntikan ke dalam sendi, rongga pleura, atau rongga abses tempat
infeksi berada.

 Dosis dan Bentuk Sediaan


Neomycin sulphate 0.5 %

IV. RESEP

V. Edukasi Pengobatan
a. Amoxicillin
 Indikasi/Efek

Dapat diberikan peroral dengan efek biasanya untuk mengobati


infeksi saluran kemih, sinusitis, otitis, dan infeksi saluran napas bawah,
Amoxicillin sama hal nya dengan ampisilin, aktif terhadap bakteri gram
positif maupun negative. Amoxicillin merupakan antibiotik β-laktam
oral yang paling efektif terhadap pneumokokus dengan peningkatan
KHM dan lebih dianjurkkan untuk mengobati infeksi yang disebabkan
oleh galur ini. Amoxicillin dapat digunakan untuk profilaksis
endocarditis.

 Efek samping

Dapat menyebabkann hipersensitivitas dan menyebabkan reaksi


alergi yang mencakup syok anafilaktik (sangat jarang), reaksi tipe
serum-sickness seperti urtikaria, demam, pembengkakan sendi, edema
angioneurotik, gatal hebat, dan gangguan pernapasan yang terjadi
setelah 7-12 hari pajanan, dan berbagai ruam makulopapular yang tetapi
tidak terkait dengan alergi penisilin. Selain itu, terdapat reaksi autoimun
terhadap kompleks penisilin-protein yang mungkin dapat menyebabkan
anemia hemolitik, eusinofilia, dan gangguan hematologic lain.

 Instruksi pengobatan

Pada dosis dewasa amoxicillin 250-500 mg diminum tiga kali sehari


dan diberikan secara oral. Pada dosis anak diberikan 20-40mg/kg/hari
dalam 3 dosis

 Peringatan
Karena potensi anafilaksis, amoxicillin perlu diberikan hati-hati
atau menggunakan obat pengganti pada pasien yang memiliki riwayat
alergi penisilin.
 Kunjungan berikutnya

b. Dexamethasone
 Indikasi/Efek
Digunakan sebagai imunosupresan dan antiinflmasi pada terapi
arthritis rheumatoid, systemic lupus erythematosus, rhinitis alergia,
asma, leukemia, lymphoma, anemia hemolitik atau autoimun, untuk
menegakan diagnosis sindrom cushing, mengatasi hiperplasia adrenal,
mengurani edema, mengatas alergi, beberapa penyakit kulit, menangani
edema serebral yang berhubungan dengan kehamilan, batuk disertai
sesak napas.

 Efek samping
Insomnia, osteoporis, retensi cairan tubuh (Na), glaukoma
 Instruksi pengobatan
Dapat diberikan secara oral, injeksi, dan topikal. Pada pemberian
oral dikonsumsi tiga kali sehari sesudah makan.
 Peringatan

Perlu berhati-hati ketika memberikan obat kelompok glukokortikoid


ini pada pasien dengan tukak peptik, penyakit jantung atau hipertensi
dengan gagal jantung, penyakit infeksi tertentu misalnya varisela atau
tuberculosis, psikosis, diabetes, osteoporosis atau glaukoma.

 Kunjungan berikutnya
c. Kaditic
 Indikasi

Sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi - kondisi akut


sebagai berikut :

1. Sebagai terapi awal dan akut untuk rematik yang disertai


inflamasi dan degenerative (artritis rematoid, ankylosing
spondylitis, osteoarthritis, spondilartitis)
2. Nyeri inflamasi setelah trauma, seperti karena terkilir.
3. Nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi tulang atau
gigi.
4. Sebagai ajuvan pada nyeri inflamasi yang berat dari infeksi
telinga, hidung atau tenggorokan, misalnya faringotonsilitis,
otitis. Sesuai dengan prinsip pengobatan umum, penyakitnya
sendiri harus diobati dengan terapi dasar. Demam sendiri
bukan suatu indikasi.
 Efek samping

Karena mekanisme kerja obat ini dengan cara menghambat COX 2


dan termasuk COX 1 yang bersifat sitoprotektif sehingga dapat
memberikan beberapa efek samping . Pada saluran cerna terkadang
menyebabkan nyeri epigastrik, gangguan saluran cerna lain seperti
mual, muntah, diare, kram perut, dispepsia, flatulen, anoreksia dan
jarang menyebabkan tukak lambung.

Mempengaruhi sistem saraf pusat dan perifer yang dapat


menyebabkan sakit kepala, pusing atau vertigo dan mengantuk,
gangguan perasaan disorientasi waktu dan tempat. Pada kulit terkadang
muncul ruam atau erupsi kulit

 Instruksi pengobatan
Kalium diklofenak 50mg yang dikemas dalam bentuk kaditic ini,
dikonsumsi dua kali sehari setelah makan.
 Peringatan

Karena kalium diklofenak ini bekerja dengan menghambat sintesis


prostaglandin yang dimana prostaglandin penting untuk
mempertahankan aliran darah pada ginjal, perhatian khusus harus
diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi jantung atau ginjal,
pasien yag diobati dengan diuretik, dan pada pasien dengan
extracellular volume depletion misalnya pada pasien yang dimana
setelah menjalani operasi bedah yang besar karena dengan
menghambatan COX 1 dapat menurunkan kerja dari agregasi trombosit
dan vasokontriksi pada vascular. Walaupun jarang, apabila timbul tukak
lambung atau perdarahan lambung selama masa pengobatan dengan
kalium diklofenak , obat harus segera dihentikan.

Perlu diperhatikan pada saat kehamilan dan menyusui, kalium


diklofenak hanya digunakan pada keadaan sangat diperlukan dengan
dosis efektif yang terkecil karena kerjanya yang menghambat
prostaglandin yang memungkinkan terjadinya inertia uterus dan
penutupan yang premature dari ductus arteriosus. Selain itu, pemberian
kalium diklofenak 50mg setiap 8 jam, dapat dijumpai dalam air susu
ibu.

 Kunjungan berikutnya
d. Nisagon
 Betamethasone-17-valerate
 Indikasi

Obat ini digunakan untuk alergi dan peradangan lokal atau men
supresi inflamasi, hyperplasia adrenal congenital

 Efek samping
Atropi lokal, gatal, hipopogmentasi, perioral, alergi dermatitis, serta
infeksi sekunder.
 Instruksi pengobatan
Dioleskan pada kulit luar sebanyak dua kali sehari setelah mandi.
 Peringatan

Apabila memungkinkan pengobatan lokal dengan krim, injeksi


intraarticular, inhalasi atau tetes mata, akan lebih baik daripada
pengobatan sistemik. Penghentian obat ini yang apabila diberikan
secara sistemik sebaiknya dilakukan secara bertahap pada pasien yang
tidak memiliki kemungkinan terjadinya kekambuhan.
 Kunjungan berikutnya
 Neomisin Sulfat
 Indikasi
Infeksi kulit bakteria.
 Efek samping

Semua obat kelompok neomisin memiliki fek nefrotosik dan


ototoksik yang signifikan. Dapat mengganggu fungsi pendengaran
hingga tuli. Neomisin kadang menyebabkan hipersensitivitas dan
apabila pemakaian salep yang mengandung neomisin berkepanjangan
pada kulit, mata dapat menyebabkan reaksi alergik berat sensitisasi.

 Instruksi pengobatan

Neomisin terbatas untuk pemakaian topikal dan oral, dan terlalu


toksik untuk pemberian parenteral. Pemberian topikal di oleskan pada
permukaan yang terinfeksi atau disuntikan ke dalam sendi, ronggal
abses tempat infeksi. Jumlah obat yang diberikan dengan cara topikal
harus dibatasi hingga 15mg/kg/hari karena pada dosis yang lebih tinggi
akan menyebabkan cukup banyak obat yang terserap dan dapat
menimbulkan toksisitas sistemik.

 Peringatan

Apabila daerah kulit yang akan diobati luas, ototoksisitas dapat


merupakan suatu bahaya pada pasien usia lanjut, dan pasien dengan
kerusakan ginjal.

 Kunjungan berikutnya
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai