Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum

BOTANI FARMASI
“PEDOMAAN PENGGUNAAN MIKROSKOP
DAN PEMBUATAN PREPARAT”

OLEH

KELOMPOK : I ( SATU )
KELAS : C-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : JUMRIANI RANNU

LABORATORIUM BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar Pengesahan

PERCOBAAN I
“PEDOMAN PENGGUNAAN MIKROSKOP DAN PEMBUATAN
PREPARAT”

OLEH
KELOMPOK I (SATU)

1. MOHAMAD NUR FADJRI KAI (821421111)


2. NAILAH ROMDHONIYAH ASSILMY (821421109)
3. SRI WAHYUNI HIOLA (821421087)
4. NUR ANDHITA PUTRI DJALIL (821421094)
5. DEWI SINTA LAMAGA (821421046)
6. DHIYAH MAGHFIRA DAMOPOLII (821421005)
7. NAZWA NATANIA S.MATENI (821421012)
8. FADHLIYAH APRIANY S.MOHI (821421116)

Gorontalo, Oktober 2021 NILAI


Mengetahui Asisten

JUMRIANI RANNU
KATA PENGANTAR

Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji syukur bagi Allah SWT dengan nikmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum dengan judul “Pedoman Penggunaan
Mikroskop Dan Pembuatan preparat“. Adapun tujuan dari menulis laporan ini yaitu
untuk memenuhi tugas laporan praktikum dari Asisten pada Praktikum Botani
Farmasi. Selain itu, Laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
percobaan mikroskop.
Kami mengucapkan terima kasih kepada penanggung jawab Laboratorium
Bahan alam dan asisten laboratorium bahan alam yang telah memfasilitasi kami
dalam melakukan Praktikum Botani Farmasi.
Semoga laporan yang kami tulis dapat bermanfaat buat siapapun yang
membacanya, sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gorontalo, Oktober 2021

Kelompok I

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Maksud Percobaan......................................................................................... 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Dasar Teori .................................................................................................... 3
2.2 Uraian Tanaman ............................................................................................ 6
2.3 Uraian Bahan ............................................................................................... 10
BAB III METODE KERJA................................................................................ 12
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan ................................................................. 12
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 12
3.3 Cara Kerja.................................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 14
4.1 Hasil............................................................................................................. 14
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 14
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17
5.2 Saran ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara membuat,
mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi,
menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta
pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Farmasi merupakan salah satu
bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan
ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan
keamanan penggunaan obat.
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang
cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi kita
mempelajari beberapa ilmu yang berhubungan penyediaan sediaan bahan obat baik
dari hewan, mineral maupun tumbuhan.
Salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam farmasi adalah Botani. Botani
adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan, termasuk hampir semua
organisme eukariotik yang dapat berfotosintesis. Dalam mempelajari ilmu botani
banyak cara yang dilakukan para ilmuan untuk mendapatkan fakta-fakta baru dalam
penelitian.
Dalam kegiatan penelitian selalu dilakukan pengamatan. Salah satu alat
bantu yang sering digunakan dalam melakukan pengamatan adalah mikroskop.
Mikroskop sendiri adalah salah satu alat penting dalam instalasi laboratorium, yaitu
untuk melakukan sebuah pengamatan terhadap objek yang sangat kecil bahkan
tidak terlihat oleh mata telanjang. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop
dapat dilakukan dengan cara menempatkan objek tepat dibawah lensa objektif.
Kemudian objek dapat diamati melalui lensa okuler. Objek yang diamati ini biasa
disebut dengan preparat (sampel). Preparat bisa berwujud preparat kering atau
basah yang berwujud sayatan atau tanpa sayatan, preparat awetan kering merupakan
objek yang telah diawetkan serta preparat awetan dapat digunakan berkali kali.

1
Preparat segar atau basah yaitu preparat biologi yang terbuat dari objek
hidup dan tidak diawetkan. Umumnya preparat ini digunakan sebagai pengamatan
sekali pakai. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum Botani
Farmasi. Dalam praktikum ini, kami menggunakan Daun jambu biji (Psidium
guajava L.) sebagai preparatnya.
1.2 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari kegiatan praktikum ini adalah agar Mahasiswa dapat
mengetahui manfaat dari mikroskop, dapat mengetahui cara penggunaan dari
mikroskop, mengetahui cara pembuatan preparat dari sampel daun jambu biji
(Psidium guajava L.)
1.3 Manfaat
1. Mengetahui cara penggunaan dari mikroskop
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan preparat dari sampel daun jambu
biji (Psidium guajava L.).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Mikroskop
Perkembangan instrumen yang berkemampuan melebihi indra manusia
berjalan seiring kemajuan sains. Penemuan dan penelitian awal tentang sel menjadi
maju berkat penciptaan mikroskop pada tahun 1590 dan peningkatan mutu alat
tersebut selama tahun 1600-an. Mikroskop pertama kali digunakan oleh ilmuwan
(saintis) pada zaman Renaissans. (Campbell, 2010)
Mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu mikro: kecil dan skopos tujuan
yang dapat. Jadi dapat diartikan sebagai bahwa mikroskop adalah alat optik yang
memiliki tujuan untuk mengamati objek yang berukuran kecil atau mikro yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop merupakan salah satu alat penting
dalam kegiatan biologi. Dengan menggunakan mikroskop pengamatan benda-
benda mikroskopis menjadi lebih mudah dilaksanakan. Karena mikroskop ini
mempunyai lensa-lensa yang mampu memperbesar benda tersebut. Pembesaran
benda yang diamati menggunakan mikroskop adalah pembesaran dari lensa okuler
x pembesaran dari lensa objektif. Misalnya, bila diamati menggunakan lensa okuler
10 x dan lensa objektif 10 x maka benda yang diamati diperbesar 10 x 10 100 x.
(Sitti & Nawangsari 1999: 18).
Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan adalah
mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau
lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang
ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut. Berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang
dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan
menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop
monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop
monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler dan

3
binokuler memiliki 2 lensa okuler. Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan
yang dilakukan, mikroskop dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana
dan mikroskop riset. (Sutarno, 2001)
Menurut Sutarno (2001) mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa
okuler dan lensa objektif dengan kekuatan perbesaran objektif sebagai berikut:
1. Objektif 4x dengan okuler 10x, perbesaran 40x
2. Objektif 10x dengan okuler 10x, perbesaran 40x
3. Objektif 40x dengan okuler 10x, perbesaran 400x
4. Objektif 100x dengan okuler 10x, perbesaran 1000x
2.1.2 Bagian-bagian Mikroskop dan Fungsinya

Gambar 1.1 Mikroskop dan Bagian-bagiannya


1. Lensa Okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini
berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari
lensa objektif
2. Lensa Objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini
membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur
oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.
3. Tabung Mikroskop (Tubus), tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan
menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler.
4. Makrometer (Pemutar Kasar), makrometer berfungsi untuk menaik
turunkan tabung mikroskop secara cepat.
5. Mikrometer (Pemutar Halus), pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada
makrometer.

4
6. Revolver, revolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif
dengan cara memutarnya.
7. Reflektor, terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin
cekung. Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke
meja objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata
pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang di butuhkan
terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka menggunakan cermin
cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya.
8. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang
masuk.
9. Kondensor, kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk,
alat ini dapat putar dan di naik turunkan.
10. Meja Mikroskop, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan di
amati.
11. Penjepit Kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi
objek agar tidak mudah bergeser.
12. Lengan Mikroskop, berfungsi sebagai pegangang pada mikroskop.
13. Kaki Mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop.
14. Sendi Inklinasi (Pengatur Sudut), untuk mengatur sudut atau tegaknya
mikroskop.
2.1.3 Pembuatan preparat
Preparat merupakan sediaan awetan yang dibuat dari objek tumbuhan,
hewan atau organisme lain. Pembuatan preparat awetan dapat dilakukan dengan
suatu teknik pembuatan yang dilakukan secara mikroskopis atau disebut
mikroteknik (Harijati et al., 2017). Pembuatan preparat harus dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah atau prosedur yang sesuai dengan metode pembuatan
preparat yang digunakan. Menurut Djukri (2003), metode dalam pembuatan
mikroteknik ada beberapa macam yaitu metode maserasi, metode squash, metode
section, metode wholemount, metode pollen, dan metode apus.

5
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Taksonomi daun jambu biji
Jambu biji (Tanri, 2013) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae Gambar 2.1
Genus : Psidium
Daun jambu biji (Tanri, 2013)
Spesies : Psidium guajava L.
2.2.2 Kandungan daun jambu biji (Psidium guajava L.)
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun jambu biji yang dapat
membantu penyembuhan luka adalah alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid
(Ndukwe et al, 2013).
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak berwarna, dan berwarna jika mempunyai
struktur kompleks dan bercincin aromatik. Alkaloid merupakan golongan terbesar
senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan. Telah diketahui sekitar 5.500 senyawa
alkaloid terbesar di berbagai family. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai
bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit kayu (Simbala, 2009).
Salah satu kandungan daun jambu biji adalah alkaloid yang dapat
meningkatkan trombosit. Trombosit akan mengeluarkan adenosin difosfat (ADP)
yang kemudian menyebabkan permukaan trombosit melekat pada lapisan trombosit
yang pertama. Trombosit yang baru melekat mengeluarkan lebih banyak ADP
sehingga bertambah jumlah trombosit yang melekat. Proses penumpukan trombosit
didukung oleh tromboksan A2 yang secara langsung mendorong agregasi trombosit
sehingga dapat mempercepat pembekuan darah dengan cara mengeluarkan lebih
banyak ADP (Damhoeri dkk, 2011).

6
2. Saponin
Saponin merupakan salah satu kelas senyawa glikosida, steroid, triterpenoid
struktur dan spesifisitas yang memiliki solusi koloid bentuk dalam air dan berbusa
seperti sabun. Saponin dapat diklasifikasikan sebagai steroid, triterpenoidal atau
alkaloid tergantung pada sifat aglikon, dan bagian aglikon dari saponin disebut
sebagai sapogenin yang umumnya oligosakarida. Steroid saponin hormon dapat
dikelompokkan menjadi lima kelompok dengan reseptor yang mengikat mereka,
glukokortikoid, kortikoid, mineral, androgen, estrogen, prostagen, vitamin D
derivate seperenam, dan erathormon terkait sistem. Steroid dalam studi klinis
modern telah mendukung sebagai anti inflamasi dan analgesik agen (Astuti dkk,
2011).
Saponin diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : saponin steroid dan saponin
titerpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul
karbohidrat. Saponin steroid dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal
sebagai saraponin. Tipe saponin ini memiliki efek meningkatkan jumlah trombosit
(Prihatman, 2011). Kandungan saponin dapat memicu pembentukan kolagen, yaitu
protein struktural yang berperan dalam proses penyemuhan luka (Damhoeri, 2011).
3. Tanin
Senyawa tanin secara garis besar mekanisme yang diperkirakan adalah
toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri dan pembentukan suatu
kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas
tanin itu sendiri. Tanin diduga dapat mengerutkan dinding sel atau membran sel
sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terpengaruh
permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya
terhenti atau bahkan mati (Ajizah, 2010).
Tanin bersifat antiseptik pada permukaan luka, bekerja sebagai
bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk melawan infeksi pada luka, kulit, dan
mukosa. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis. Tanin memiliki
efek menangkal radikal bebas, meningkatkan oksigenasi, meningkatkan kontraksi
luka, meningkatkan pembentukan pembuluh darah, dan jumlah fibroblas (Li dkk,
2011).

7
Tanin juga berfungsi sebagai astrigen yang dapat menyebabkan penciutan
pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan perdarahan ringan,
sehingga mampu menutup luka dan mencegah perdarahan yang biasa timbul pada
luka (Yenti, 2011).
4. Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang
ditemukan di alam, yang terdiri dari 15 atom karbon, dengan dua cincin benzene
(C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk susunan C6-C3-
C6. Sebagian besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glukosida,
dengan unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara
suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan glukosida (Lenny,
2010).
Flavonoid bersifat polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil
ataupun mengikat gula, oleh karena itu flavonoid umumnya larut dalam pelarut
polar seperti etanol, metanol dan butanol. Flavonoid dapat digunakan sebagai
antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel terhadap efek
kerusakan oleh oksigen reaktif. Flavonoid juga dapat mempengaruhi kenaikan
jumlah trombosit dan memiliki bioaktifitas sebagai anti kanker, anti virus, anti
bakteri, anti peradangan dan alergi (Sudaryono, 2011).
Quercetin merupakan golongan flavonoid yang dapat menaikkan jumlah
trombosit karena terkandung asam amino serin dan threonin yang mampu
membentuk trombopoetin yang berfungsi dalam proses maturasi megakariosit
menjadi trombosit (Sudaryono, 2011).
Flavonoid quercetin sebagai antiinflamasi yang mampu menghambat enzim
siklooksigenase dan lipooksigenase, sehingga produksi prostaglandin dan
leukotrien dapat berkurang. Penurunan jumlah prostaglandin dan leukotrien
mengakibatkan migrasi sel radang ke area luka akan berkurang yang menandakan
bahwa proses penyembuhan fase inflamasi dipersingkat, sehingga dapat segera
memasuki faseproliferasi (Nijveldt dkk., 2011).

8
2.2.3 Manfaat dan Kandungan Buah Jambu Biji
Jambu biji sangat tinggi kandungan vitamin C. Dari segi kandungan vitamin
C-nya, vitamin C dari buah jambu biji putih sekitar 116-190mg, sedangkan pada
jambu biji merah adalah 87mg per 100 gram jambu. Vitamin C berperan sebagai
antioksidan yang berguna untuk melawan serangan radikal bebas penyebab
penuaan dini dan berbagai jenis kanker (Anonim, 2006).
Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan
sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman.
Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam-macam
penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan,
menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan 6sariawan. Selain
buahnya, bagian tanaman lainnya, seperti daun, kulit akar maupun akarnya, dan
buahnya yang masih muda juga berkhasiat obat untuk menyembuhkan penyakit
disentri, keputihan, sariawan, kurap, diare, pingsan, radang lambung, gusi bengkak,
dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar matahari (Cahyono B, 2010).
Ekstrak etanol daun jambu biji juga telah dilakukan penelitian terhadap uji aktivitas
antioksidannya (Soebagio,et al. 2007) dan uji aktivitasnya sebagai anti bakteri
penyebab diare (Adyana, et al. 2004).
Buah jambu biji kaya akan kandungan serat, khususnya pektin (serat larut
air). Pada umumnya peran fisiologis serat makanan adalah meningkatkan massa
feses, memperlambat waktu pengkosongan lambung, meningkatkan rasa kenyang
sesudah makan, menurunkan absorpsi glukosa, dan meningkatkan ekskresi asam
empedu (Wirakusumah, 2007).
Buah jambu biji sering kita makan tetapi tidak tahu kandungan yang terdapat
dalam buah tersebut. Buah jambu biji mengandung berbagai zat gizi yang dapat
digunakan sebagai obat untuk kesehatan. Kandungan vitamin C jambu biji dua kali
lipat jeruk manis yang hanya 49 mg per 100 g buah. Vitamin C itu terkonsentrasi
pada kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C
jambu biji memuncak saat menjelang matang. Buah jambu biji memiliki kandungan
gizi yang cukup tinggi dan komposisi yang lengkap

9
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Ditjen POM, 1979 ; Anjasari, 2014 ; Rowe,et al,2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alcohol
Nama Kimia : Alkohol monohidrat
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak bewarna, jernih, mudah
menguap, dan mudah bergerak, bau khas
rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform, P dan dalam eter
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat
membunuh kuman
Khasiat : Sebagai Cairan Antiseptik, sebagai cairan
pembersih pada permukaan elktronik dll.

2.3.2 Aquades (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Aquades, Air suling
Nama kimia : Dihidrogen Oksida

10
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak bewarna, tidak berbau dan
tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Kegunaan : Zat Pelarut
Khasiat : Sebagai pelarut saat melarutkan
senyawa. Sebagai penjelas warna pada
indikator. Dalam suatu pembuatan
media, maka peran aquades di sini
sangat diperlukan untuk bisa
melarutkan bahan yang nantinya juga
akan digunakan. Aquades juga menjadi
sumber air yang nantinya akan
digunakan oleh mikroorganisme untuk
bisa tetap hidup.

11
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Mikroskop dan Pembuatan Preparat dilaksanakan pada tanggal
11 Oktober 2021 pukul 15.00-17.00 WITA. Pelaksaan praktikum bertempat di
Laboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Mikroskop dan Pembuatan
Preparat yakni Cutter, Cover glass, Handphone, Kaca preparat, Keranjang,
Mikroskop, Pipet tetes, Pulpen, dan Silet.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Mikroskop dan Pembuatan
Preparat yakni Alcohol 70%, Aquadest, Daun jambu biji (Psidium guajava L), dan
Sterofoam.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengirisan daun jambu biji (Psidium guajava L.) secara membujur
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diiris tipis daun jambu biji secara membujur
3. Diletakan diatas kaca preparat dengan posisi bagian sayatannya menyentuh
permukaan kaca preparat
4. Diberi setetes aqua ke atas sayatan kemudian tutup dengan cover glass
5. Dibawa sampel ke meja mikroskop dan jepit dengan penjepit preparat
6. Digunakan flashlight handphone untuk pencahayaan
7. Diatur fokus untuk memperjelas preparat yang diamati
8. Diamati menggunakan mikroskop
9. Dicatat hasil pengamatan dengan perbesarannya
3.3.2 Pengirisan daun jambu biji (Psidium guajava L.) secara melintang
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diiris tipis daun jambu biji secara melintang

12
3. Diletakan diatas kaca preparat dengan posisi bagian sayatannya menyentuh
permukaan kaca preparat
4. Diberi setetes aqua ke atas sayatan kemudian tutup dengan cover glass
5. Dibawa sampel ke meja mikroskop dan jepit dengan penjepit preparat
6. Digunakan flashlight handphone untuk pencahayaan
7. Diatur fokus untuk memperjelas preparat yang diamati
8. Diamati menggunakan mikroskop
9. Dicatat hasil pengamatan dengan perbesarannya

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil dengan irisan membujur

Perbesaran 40x (Yachinta, 2014)

4.1.2 Hasil dengan irisan melintang

Perbesaran 40x (Yachinta, 2014)

4.2 Pembahasan
Botani adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan, termasuk hampir
semua organisme eukariotik yang dapat berfotosintesis. Dalam mempelajari ilmu
botani banyak cara yang dilakukan para ilmuan untuk mendapatkan fakta-fakta baru
dalam penelitian.
Dalam kegiatan penelitian selalu dilakukan pengamatan. Salah satu alat
bantu yang sering digunakan dalam melakukan pengamatan adalah mikroskop.
Mikroskop sendiri adalah salah satu alat penting dalam instalasi laboratorium, yaitu
untuk melakukan sebuah pengamatan terhadap objek yang sangat kecil bahkan
tidak terlihat oleh mata telanjang. Komponen mikroskop dan fungsinya,yaitu Lensa

14
Okuler untuk membentuk bayangan maya,tegak,diperbesar dari lensa objektif;
Lensa objektif untuk membentuk bayangan nyata,terbalik,diperbesar; Tubus
mengatur fokus serta menghubungkan lensa okuler dan objektif; Makrometer
menaik turunkan tabung mikroskop dengan cepat; Mikrometer menaik turunkan
tabung mikroskop dengan lambat; Revolver untuk mengatur perbesaran lensa
objektif; Reflektor memantulkan cahaya dari cermin ke objek yang diamati
melewati lubang yang ada di meja objek; Diafragma mengatur sedikit banyak cahay
yang masuk; Meja kerja untuk meletakkan objek yang diamati; Penjepit Kaca
sebagai pelapis objek agar tidak bergeser geser ketika diamati; Lengan Mikroskop
pegangan pada mikroskop; Kaki mikroskop penyangga atau penompan mikroskop;
Sendi inklinasi untuk mengatur sudut tegaknya mikroskop.
Preparat merupakan sediaan awetan yang dibuat dari objek tumbuhan,
hewan atau organisme lain. Pembuatan preparat awetan dapat dilakukan dengan
suatu teknik pembuatan yang dilakukan secara mikroskopis atau disebut
mikroteknik (Harijati et al., 2017). Pembuatan preparat harus dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah atau prosedur yang sesuai dengan metode pembuatan
preparat yang digunakan. Preparat yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu
preparat basah dari sampel daun jambu biji (Psidium guajava L.). Preparat basah
adalah sebuah preparat objek biologi yang dibuat dari objek langsung, dan tidak
diawetkan. Biasanya preparat basah ini digunakan untuk kegiatan pengamatan
sekali pakai (Diva dkk. 2019).
Pada praktikum ini daun jambu biji (Psidium guajava L.) dibersihkan
terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% sebelum diiris. Alkohol 70 % dipakai
dengan alasan salah satu kerja etanol dalam merusak sel bakteri adalah mende
naturasi protein. Kerja ini akan lebih efektif jika ada air di dalamnya. Etanol 70%
merupakan campuran antara etanol sebanyak 70% volume dan air 30% volume
(v/v). Air tersebut digunakan sebagai pelarut protein yang terdenaturasi, inilah yang
menyebabkan mengapa harus ada air di dalam cairan alkohol yang digunakan.
Selain itu pada alkohol konsentrasi sangat tinggi hanya akan mampu mendenaturasi
protein di luar sel bakteri. Tidak mampu menembus membran sel bakteri dan
mendenaturasi protein di dalam sel bakteri yang sebenarnya merupakan target
utamanya (Handoko, et.al., 2007).

15
Pada saat pengirisan, daun diiris setipis mungkin agar terlihat strukturnya
pada mikroskop dengan pengirisan membujur dan melintang (Wahidah, 2018).
Daun yang telah diiris diletakkan di kaca preparat serta ditetesi dengan aquadest.
Kemudian tutup dengan cover glass dan letakkan di meja mikroskop untuk
selanjutnya diamati.
Hasil dari praktikum ini daun jambu biji (Psidium guajava L.) diamati
dengan perbesaran 40x dan terlihat struktur daunnya, baik yang diiris secara
membujur maupun melintang. Hasilnya tidak didapatkan adanya perbedaan
struktur daun jambu biji (Psidium guajava L.) secara mikroskopik antara
pengamatan sendiri dengan berdasarkan literatur.

Kemungkinan kesalahan pada praktikum ini yaitu, pengirisan spesimen


yang kurang tipis sehingga pada gambar hasil pengamatan lekukan-lekukan pada
struktur daun jambu biji masih belum terlihat semuanya.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa komponen
mikroskop dan fungsinya,yaitu Lensa Okuler untuk membentuk bayangan
maya,tegak,diperbesar dari lensa objektif; Lensa objektif untuk membentuk
bayangan nyata,terbalik,diperbesar; Tubus mengatur fokus serta menghubungkan
lensa okuler dan objektif; Makrometer menaik turunkan tabung mikroskop dengan
cepat; Mikrometer menaik turunkan tabung mikroskop dengan lambat; Revolver
untuk mengatur perbesaran lensa objektif; Reflektor memantulkan cahaya dari
cermin ke objek yang diamati melewati lubang yang ada di meja objek; Diafragma
mengatur sedikit banyak cahay yang masuk; Meja kerja untuk meletakkan objek
yang diamati; Penjepit Kaca sebagai pelapis objek agar tidak bergeser geser ketika
diamati; Lengan Mikroskop pegangan pada mikroskop; Kaki mikroskop penyangga
atau penompan mikroskop; Sendi inklinasi untuk mengatur sudut tegaknya
mikroskop.
Hasil dari praktikum ini daun jambu biji (Psidium guajava L.) diamati
dengan perbesaran 40x dan terlihat struktur daunnya, baik yang diiris secara
membujur maupun melintang. Hasilnya tidak didapatkan adanya perbedaan
struktur daun jambu biji (Psidium guajava L.) secara mikroskopik antara
pengamatan sendiri dengan berdasarkan literatur.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada pada laboratorium yang digunakan.
5.2.2 Saran Laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium. Agar para praktikan dapat lebih mudah, cepat dan lancer dalam
melakukan suatu percobaan atau penelitian.
5.2.3 Saran Asisten
Kami mengkarapkan agar kiranya dapat terjadi kerjasama yang lebih baik
lagi antar asisten dan praktikan saat berada di dalam laboratorium maupun diluar

17
laboratorium. Sebab, kerjasama yang baik akan lebih mempermudah proses
penyaluran pengetahuan dari asisten kepada praktikan.
5.2.4 Saran Praktikan
Kami berharap agar kiranya kepada sesama praktikan dapat menyimak
dengan baik saat asisten memberikan arahan agar mempermudah kita
menyelesaikan praktik tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A. (2010). Sensitivitas Salmonella Typhymurium terhadap Ekstrak Daun
Psidium guajava L. viewed 12 Oktober 2021.
Anjarsari, P. (2014). Literasi Sains dalam Kurikulum dan Pembelajaran IPA SMP.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Astuti, S. M., Mimi, S. A., Retno, A. B., & Awalludin, R. (2011). Determination of
saponin compound from Anredera cordifolia (Ten.) Steenis plant
(binahong) to potential treatment for several disease. Journal
Agriculture Science
Campbell, A. Neil. dkk. 2010. Biologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Damhoeri, A., Syarfati, & Eriani, K. (2011). The potential of jarak cina (Jatropha
multifida L.) secretion in healing new-wounded mice. Jurnal natural,
11(1), 16-19
Ditjen POM (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Djukri, M.S,. 2003. Diktat Kuliah Mikroteknik. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Handoko, et.al., 2007, Efektivitas Alkohol 70% sebagai Desinfektan terhadap
Berbagai Kuman pada Membran Stetoskop. Health Services Research,
series 23, Research Report from JKPKBPPK
Ide, P. (2011). Health Secret of Guajava. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
Li , K., Zhang, H., & Wang, S. (2011). Tannin Extracts From Immature Fruits Of
Terminalia Chebula Fructus Retz Promote Cutaneous Wound Healing
In Rats. Bmc Complementary And Alternative Medicine, 1-9.
Lenny, S. (2010). Senyawa Flavonoida, fenilpropanoida dan alkaloida. Medan:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU Press
Ndukwe, O., Awomukwu, D., & Ukpabi, C. (2013). Comparative Evaluation of
Phytochemical and Mineral Constituents of the Leaves od some
Medicinal Plants in Abia State Nigeria. International Journal of
Academic Research, 245.
Nijveldt, R. (2011). Flavonoid : A Review of Probable Mechanism of Action and
Potential Applications. Am J Clin Nutr, 74
Rowe, R.,C., et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th Ed, London :
The Pharmaceutical Press.
Simbala, & Herny, E. (2009). Analis Senyawa Alkaloid beberapa Jenis Tumbuhan
Obat sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka. Pacific journal 1 (4), 489-494
Simpson, M. G., 2006, Plant systematics, London : Elsevier Academic Press
Publivation.
Soetarmi, Sitti & Nawangsari. 1999. IPA Biologi. Jakarta : Penerbit Erlangga..
Sudaryono, A. (2011). Penggunaan Batang Tanaman Betadine (Jatropha
mulitifida Linn) untuk meningkatkan Jumlah Trombosit pada Mus
musculus. Media Medika Indonesiana, 92-93.
Sutarno, Nono. 2011. Biologi Umum Lanjutan I. Jakarta : Universitas Terbuka
Tanri, A. (2013). Taksonomi dan Morfologi Tanaman Jambu Biji.
Wahidah, Baiq F. 2018. Penuntun Praktikum Botani Dasar. Makassar : UIN
Alauddin Press.
Yachinta Azhari Br. Marpaung & Alex Hartana. 2014. Taxonomic Status of
Psidium cujavillus Burm.f. Floribunda 5(1): 1–10
Yenti, R., & Alfiani, R. (2011). Formula Krim Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh untuk
Penyembuhan Luka. Jurnal Kesehatan Pharmadinamika, vol.3 No.1
LAMPIRAN
Lampiran I
Alat dan bahan
1. Alat
No Nama Alat Gambar Fungsi

1 Cutter Mengiris
sampel

2 Cover glass Menutup


sampel
yang telah
di letakkan
diatas kaca
preparat

3 Kaca Preparat Tempat


meletakkan
sampel
yang akan
diamati

4 Silet Mengiris
sampel
5 Pipet tetes Untuk
mengambil
cairan
dalam
jumlah yang
tidak
menentu

6 Keranjang Tempat
meletakkan
semua alat
dan bahan

2. Bahan
NO Nama Gambar Fungsi
Bahan
1 Alkohol Sebagai
70% antiseptik
dan
pembersih
alat

2 Aquadest Sebagai
reagen
3 Daun Sebagai
jambu biji sampel
(Psidium
guajava L)

4 Sterofoam Digunakan
untuk
tempat
mengiris
sampel
Lampiran 2
Diagram alir
a. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) irisan melintang

Daun jambu biji (Psidium


guajava L.)

- Disiapkan alat dan bahan


- Diiris tipis daun jambu biji secara melintang
- Diletakan diatas kaca preparat dengan posisi bagian
sayatannya menyentuh permukaan kaca preparat
- Diberi setetes aqua ke atas sayatan kemudian tutup dengan
cover glass
- Dibawa sampel ke meja mikroskop dan jepit dengan
penjepit preparat
- Digunakan flashlight handphone untuk pencahayaan
- Diatur fokus untuk memperjelas preparat yang diamati
- Diamati menggunakan mikroskop
- Dicatat hasil pengamatan dengan perbesarannya

Hasil
b. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) irisan membujur

Daun Jambu Biji (Psidium


Guajava L)

- Disiapkan alat dan bahan


- Diiris tipis daun jambu biji secara membujur
- Diletakan diatas kaca preparat dengan posisi bagian
sayatannya menyentuh permukaan kaca preparat
- Diberi setetes aqua ke atas sayatan kemudian tutup dengan
cover glass
- Dibawa sampel ke meja mikroskop dan jepit dengan
penjepit preparat
- Digunakan flashlight handphone untuk pencahayaan
- Diatur fokus untuk memperjelas preparat yang diamati
- Diamati menggunakan mikroskop
- Dicatat hasil pengamatan dengan perbesarannya
.

Hasil
Lampiran 3

Skema Kerja

Disiapkan alat dan Dibersihkan sampel


bahan dengan alkohol 70%

Diletakkan sampel Diiris sampel secara


diatas kaca preparat membujur dan
melintang

Ditetes sampel Ditutup sampel


dengan aquadest menggunakan cover
menggunakan pipet glass
tetes
Diberikan cahaya Diletakkan sampel
agar sampel dapat diatas meja
teramati di mikroskop
mikroskop

Diamati sampel Hasil pengamatan


menggunakan irisan membujur
mikroskop

Hasil pengamatan
irisan melintang

Anda mungkin juga menyukai