Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM 3
FRUCTUS

Shift/Kelompok: D/7
Anggota:
Deden Miftah Fauzan 10060319159
Agung Gunawan 10060319160
Muhammad Fajar 10060319161
Fadil Rido Gumelar 10060319162

Tanggal Praktikum : 9 Desember 2020


Tanggal Penyerahan : 16 Desember 2020
Asisten : Silvia W, S.Farm.

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020 M/1442 H
I. Tujuan Pengamatan
Mengamati fragmen - fragmen khas dari simplisia bagian buah dari tumbuhan tertentu
dengan menggunakan indikator tertentu secara mikroskopik.

II. Teori Dasar


2.1 Morfologi Fruktus
Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas
daripada pengertian buah di atas. Karena buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk
dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu,
untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati.
Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri
karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang
mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi (Ashari, 2004).
Buah (Fructus) adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan
lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkusdan melindungi biji. Aneka rupa
dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya denganfungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji
tumbuhan (Campbell, 2003).
Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut tumbuh dan
merupakan suatu bagian buah, sedang umumnya segera setelah terjadi penyerbukan dan
pembuahan bagian-bagian bunga selain bakal buah segera menjadi layu dan gugur. Dari putik
sendiri dengan tegas disebut hanya bakal buahnya, karena biasanya tangkai dan kepala putiknya
gugur pula seperti halnya dengan bagian-bagian yang lain (Rosanti, 2011).
Bagian-bagian bunga yang kadang-kadang tidak gugur, melainkan ikut tumbuh dan tinggal
pada buah, biasanya tidak mengubah bentuk dan sifat buah itu sendiri, jadi bukan merupakan
suatu bagian buah yang penting, misalnya: (Syaiful,2011).
a. Daun-daun pelindung. Pada jagung daun-daun pelindung bunga betina tidak gugur, dan kita
kenal kemudian sebagai pembungkus tongkol jagung (klobot)
b. Daun-daun kelopak. Pada terong dan pada jambu, masih dapat kita lihat kelopak yang ikut
merupakan bagian buah.
c. Tangkai kepala putik. Juga bagian ini sering tinggal pada buah, misalnya pada jagung, yang
kita kenal sebagai rambut jagung, juga pada semua macam jambu, masih dapat kita lihat tangkai
kepala putik di bagian ujung buah.
d. Kepala putik. Buah yang masih mendukung kepala putik ialah buah manggis, yang sekaligus
dapat pula menunjukkan jumlah daun buah dan jumlah ruangan dalam buah manggis tadi. Buah
yang semata-mata terbentuk dari bakal buah, atau paling banyak padanya terdapat sisa-sisa
bagian bunga yang lazimnya telah gugur itu, umumnya merupakan buah yang tidak terbungkus,
jadi merupakan buah yang telanjang (fructus nudus). Buah ini juga dinamakan buah sejati atau
buah sungguh (Syaiful,2011).
Kecuali bakal buahnya sendiri seringkali terjadi, bahwa ada bagian bunga ikut mengambil
bagian dalam pembentukan buah, bahkan seringkali merupakan bagian buah yang paling menarik
perhatian. Dalam pembicaraan sehari-hari buahnya yang benar seringkali tidak dikenal lagi. Apa
yang dinamakan buahnya justru bagian bunga yang telah berubah sedemikian rupa, sehingga
menjadi bagian buah yang penting. Buah yang demikian dinamakan buah palsu atau buah semu
(fructus spurius). Pada buah semu buah yang sesungguhnya seringkali tidak kelihatan (tertutup),
karena itu seringkali buah semu dinamakan pula buah tertutup (fructus clausus). Perkecualian
tetap ada, misalnya buah jambu mete, buah yang sebenarnya (yang menghasilkan metenya) tetap
kelihatan (Campbell, 2003).
Adapun bagian-bagian bunga yang seringkali ikut tumbuh dan menyebabkan terjadinya buah
semu, misalnya (Mutmainah, 2014)
a. Tangkai bunga. Pada jambu monyet atau jambu mete (Anacardiumoccidentale L.), tangkai
bunga menjadi besar, tebal, berdaging dan merupakan bagian buah yang dapat dimakan pula,
sedang buah yang sesungguhnya lebih kecil, berkulit keras terdapat pada ujung bagian yang
membesar ini.
b. Dasar bunga bersama pada suatu bunga majemuk, misalnya pada bunga lo (Ficus glomerata
Roxb.) dan sebangsanya. Dasar bunga yang berbentuk periuk itu juga membesar dan membulat,
tebal berdaging, menyelubungi sejumlah besar buah-buah yang sesungguhnya, yang tidak
tampak dari luar, karena terdapat dalam bahan yang berbentuk seperti periuk tadi. Juga bagian ini
seringkali dapat dimakan.
c. Dasar bunga pada bunga tunggal, misalnya pada arbe (Fragraria vesca L.) yang kemudian
menjadi berdaging tebal dan merupakan bagian yang dapatdimakan pula, sedang buah yang
sesungguhnya kecil, hampir tak kelihatan.
d. Kelopak bunga. Pada ciplukan (Physalis minima L.) pada pembentukan buah, kelopak
tumbuh terus menjadi badan yang menyelubungi buah yang sebenarnya. Jadi buah yang
sebenarnya tadi tidak nampak sama sekali dariluar.
e. Tenda bunga dan ibu tangkai pada bunga majemuk. Pada pohon nangka (Artocarpus integra
Merr.), misalnya: ibu tangkai bunga dan semua tenda bunga pada bunga majemuk ini akhirnya
tumbuh sedemikian rupa, sehinggaseluruh perbungaan seakan-akan hanya menjadi satu buah
saja.).Peristiwa penyerbukan yang telah terjadi kemudian diikuti pula oleh pembuahan, maka
bakal buah akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji yangterdapat di dalam bakal buah akan
tumbuh menjadi biji (Evika, 2005).
2.2 Anatomi Fruktus
Proses perkembangbiakan tumbuhan diawali dengan penyerbukan benang sari pada
putik yang akan membentuk zigot. Setelah itu,zigot yang terbentuk mulai bertumbuh
menjadi embrio (lembaga), bakal bijitumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang
disebut perikarp, tumbuhmenjadi berdaging (pada buah batu atau drupa) atau membentuk
lapisan pelindung yang kering dan keras (pada buah geluk atau nux).Sementara itu,
kelopak bunga(sepal), mahkota (petal), benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur
atau bisa jadi bertahan sebagian hingga buah menjadi. Pembentukan buah ini terus
berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji banyak,
pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal biji yang
terbuahi (Hidayat, 1995).
Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah tenggelam,
terkadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung perhiasan bunga, kelopak,
mahkota, atau benangsari) bersatu dengan bakal buahdan turut berkembang membentuk
buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu lalu
disebut buah semu (Kimball, 1999).
Dinding buah, yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga,
dikenal sebagai perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering berkembang lebih jauh,
sehingga dapat dibedakan atas dua lapisan atau lebih. Yang di bagian luar disebut
dinding luar, eksokarp (exocarpium), atau epikarp (epicarpium), yang di dalam disebut
dinding dalam atau endokarp (endocarpium), serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis)
yang disebut dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium) (Kimball, 1999).
Pada umumnya buah hanya akan terbentuk sesudah terjadi penyerbukan dan
pembuahan pada bunga. Walaupun demikian mungkin pula buah terbentuktanpa ada
penyerbukan dan pembuahan. Peristiwa terbentuknya buah yang demikian itu dinamakan
partenokarpi (parthenocarpy). Buah yang terjadinya dengan cara ini biasanya tidak
mengandung biji, atau jika ada bijinya, biji itu tidak mengandung lembaga, jadi bijinya
tak dapat dijadikan alat perkembangbiakan pembentukan buah dengan cara ini lazim kita
dapati pada pohon pisang (Musa paradisiacal L.) (Tjitrosoepomo. 2003).
2.3 Sumber Simplisia
a) Buah Cabe (Capsici Fructus)

Nama : Capsici fructus


Tanaman Asal : Capsicum annum L
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum Annum L.
b) Buah Cabe Jawa (Retrofracti fructus)
Nama : Retrofracti fructus
Tanaman asal : Piper retrofractum
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum
c) Buah Kapulaga (Amomi Fruktus)
Nama : Amomi fructus
Tanaman asal : Amomum compactum
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Amomum
Spesies : Amomum compactum
d) Buah ketumbar (Coriandri fructus)
Nama : Coriandri fructus
Tanaman asal : Coriandrum sativum L.
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum sativum L.
e) Buah Lada Hitam (Piperis Nigri fructus)
Nama : Piperis Nigri fructus
Tanaman asal : Piper nigrum L.
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L.

2.4 Cara pembuatan simplisia


Cara pembutan simplisia untuk bagian buah adalah dengan memetik buah yang akan digunakan pada
percobaan. Buah yang digunakan sudah dalam keadaan matang. Untuk pengamatan makroskopik, buah-
buah yang akan digunakan dikeringkan untuk mengurangi kadar air dalam buah. Sedangkan untuk
pengamatan mikroskopik, buah tersebut dipotong-potong menjadi kecil-kecil, kemudian dikeringkan di
bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam potongan-potongan buah tersebut
hingga kurang dari 8%.
2.5 Khasiat dalam bidang farmasi
Cabe digunakan sebagai stimulan, karminatif, tonik, juga untuk mengobati asma,
impotensi, gejala demam, pilek, influenza, kolera, antelmintik, antiflatulen, ekspektoran,
antitusif, antijamur, dan obat kolesterol. Cabe memiliki senyawa alami yang dapat
memberikan manfaat bagi manusia. Salah satu senyawa terpenting dalam Cabe adalah
capsaicin yang merupakan metabolit sekunder.(Haryanto, 2006)
Cabai Jawa mengandung senyawa seperti piperine, minyak atsiri, sesamin, benzene
dan palmitic ascid yang bermanfaat di bidang kesehatan untuk mengobati berbagai
macam penyakit seperti demam, beri-beri, anemia, sakit gig, sakit kepala, flu, sakit
pinggang, hingga membantu mengobati lemah syahwat (memiliki fungsi aprodisiak).
(Haryanto, 2006)
Kapulaga memiliki kandungan vitamin, mineral, serat yang memadai, serta rendah
kalori dan lemak. Kapulaga bermanfaat untuk membantu penyembuhan penurunan
tekanan darah, meningkatkan kesehatan jantung, dan mengurangi resiko kanker.
(Haryanto 2006)
Ketumbar mengandung asam lemak, sterol, dan minyak menguap (minyak atsiri)
dengan kandungan senyawa utama linalool ini (kadar sampai 60%) ternyata terbukti
poten untuk menurunkan gula darah dan berkemampuan setara dengan glibenklamid,
obat yang biasa digunakan dalam pengobatan diabetes tipe 2. Tanaman ini juga
mengandung kumin, senyawa kimia yang mampu menstimulasi sekresi insulin dari
pankreas. Peran itu membantu mengubah gula darah menjadi glikogen. Ketumbar
mengandung sineol dan asam linoleat yang berkhasiat antirematik dan antiartritis. Kabar
baik yang lain adalah bahwa ketumbar mengandung senyawa kimia tokoferol, komponen
penyusun vitamin E yang terbukti berefek sebagai antioksidan. (Haryanto,2006)
Buah Lada Hitam mengandung senyawa kimia yang disebut piperin. Piperin memiliki
khasiat sebagai antiinflamasi, antimalaria, menurunkan berat badan, menurunkan
demam, menetralkan racun bisa ular, antiepilepsi, membantu meningkatkan penyerapan
vitamin tertentu (Kolhe et al., 2009). Piperin memiliki aktivitas sebagai analgesik dan
antipiretik pada tikus, dan menunjukkan hasil yang sebanding dengan indometasin
sebagai obat standar (Sabina et al., 2013).

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah erlenmayer, kaca objek,
mikroskop, pipet tetes dan penutup kaca objek (cover glass). Sedangkan Bahan yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah aquadest, reagen I2KI, reagen Kloralhidrat,
Simplisia Amomi Compacti Fructus, Simplisa Capsici Annui fructus, Simplisia Coriandri
Sativi Fructus, ,Simplisia Piperis nigri fructus dan simplisia Piperis Retrofracti Fructus.

IV. Prosedur Percobaan


4.1 Pengamatan dengan Kloralhidrat (Cholar Hydrate Solution)
Objek yang akan damati (Simplisia Piperis nigri fructus, Simplisia Amomi Compacti
Fructus, Simplisia Coriandri Sativi Fructus, Simplisa Capsici Annui fructus dan simplisia
Piperis Retrofracti Fructus) diletakkan pada kaca objek yang berbeda, kemudian ditetesi
reagen kloralhidrat sebanyak 1-2 tetes kemudian disebarkan, setelah itu ditutup dengan
kaca penutup objek. Kemudian dilakukan uji mikroskopik dengan menggunakan
mikroskop cahaya dengan mengatur perbesaran yang sesuai.
4.2 Pengamatan dengan I2KI/ Lugol’s Solution (Iodine-Potassium Iodide Solution)
Reagen I2KI diencerkan terlebih dahulu, beberapa tetes reagen I2KI dimasukkan
kedalam erlenmayer lalu ditambahkan aquadest. Objek yang akan damati Simplisia
Piperis nigri fructus (untuk melihat fragemn butir pati) diletakkan diatas kaca objek yang
sudah dibersihkan, kemudian ditetesi reagen I2KI yang sudah diencerkan sebanyak 1-2
tetes kemudian disebarkan, setelah itu ditutup dengan kaca penutup objek. Kemudian
dilakukan uji mikroskopik dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan mengatur
perbesaran yang sesuai.
V. Hasil Pengamatan
1. Piperis Nigri Fructus
NAMA TUMBUHAN Buah lada hitam (Piper nigrum)
NAMA SIMPLISIA Piperis Nigri Fructus
Fragmen yang ditemukan Sketsa Hasil Pengamatan:
dan Pengamatan
Mikroskopik :
Pada reagen Floroglusinol-
HCL ditemukan fragmen
epikarp berikut
hipodermis tampak
tangensial, fragmen
epikarp berikut
hipodermis, dan fragmen
perisperm dg buti pati dan
sel sekresi

Makroskopik :
buahnya bulat telur, bijinya
poligonal, berwarna putih
atau kekuningan, kulit ari
berwarna putih

Kegunaan : obat kejang


perut, rematik, influenza
dan batuk (Rimta, 2010)

2. Amomi Fructus
NAMA TUMBUHAN Buah kapulaga (Amomum compactum)
NAMA SIMPLISIA Amomi Compacti Fructus
Fragmen yang ditemukan Sketsa Hasil Pengamatan:
dan Pengamatan
Mikroskopik :
Pada reagen Kloral Hidrat
ditemukan epidermis luar
terlihat tangensial dan
hablur Ca-Oksalat

Makroskopik :
buahnya bulat telur, bijinya
poligonal, berwarna putih
atau kekuningan, kulit ari
berwarna putih
Kegunaan : obat kejang
perut, rematik, influenza
dan batuk (Rimta, 2010)

3. Coriandri Fructus
NAMA TUMBUHAN Buah ketumbar (Coriandrum sativum)
NAMA SIMPLISIA Coriandri Sativi Fructus
Fragmen yang ditemukan Sketsa Hasil Pengamatan:
dan Pengamatan
Mikroskopik :
Pada reagen Floroglusinol-
HCL ditemukan mesokarp,
endokarp, hablur Ca-
Oksalat, serabut
sklerenkim, dan pembuluh
kayu

Makroskopik :
Berwarna bulat, lonjong
berdiamater 1 cm berwarna
coklat kehitaman karna
sudah dikeringkan

Kegunaan : antihistamin
dan antidepresan (Roth, et
al., 1994)

4. Capsici Fructus
NAMA TUMBUHAN Buah cabai (Capsicum annuum)
NAMA SIMPLISIA Capsici Annui Fructus
Fragmen yang ditemukan Sketsa Hasil Pengamatan:
dan Pengamatan
Mikroskopik :
Pada reagen Kloral Hidrat
ditemukan sel endokarp
berdinding tebal
menyerupai sel batu dan
hipodermis terlihat
melintang dan tangensial

Makroskopik :
Buah cabai yang matang
umumnya berwarna merah
dan memberikan warna
merah tua saat cabai
dikeringkan, tampilannya
mengkerut dikarenakan
telah dikeringkan

Kegunaan : obat luka,


bisul, antirematik (Sunda,
2018)

5. Retrofracti Fructus
NAMA TUMBUHAN Buah cabe jawa (Piper retrofractum)
NAMA SIMPLISIA Piperis Retrofracti Fructus
Fragmen yang ditemukan Sketsa Hasil Pengamatan:
dan Pengamatan
Mikroskopik :
Pada reagen Floroglosinol-
HCL perbesaran 400x dan
100x ditemukan endokarp

Makroskopik :
bulir bulat panjang hingga
silindris yang ujungnya
kecil, permukaan tidak rata
berwarna hijau kehitam-
hitaman

Kegunaan : antivirus,
penurun demam, anti tumor
(Nuraini, 2003)

VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati secara makroskopik dan
mikroskopik dengan contoh simplisia bagiam daun, yaitu Piperis Nigri Fructus, Amomi
Compacti Fructus, Coriandri Sativi Fructus, Capsici Annui Fructus, dan Piperis
Retrofracti Fructus. Pemeriksaan secara organoleptis dilakukan dengan menggunakan
indera penglihatan dan mengamati warna, bau, dan rasa. Pemeriksaan secara makroskopik
dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan dan mengamati bentuk serbuk
simplisia secara langsung. Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan
menggunakan alat mikroskop dan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia.
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan (Gunawam, 2004).
Pada percobaan kali ini mengamati bagian tumbuhan berupa buah/fructus. Daun
merupakan organ pada tumbuhan berbunga yang perkembangan lanjutan dari
bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan
bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar
biji tumbuhan. (Rosanti, 2013). Reagen yang pertama digunakan adalah Kloral Hidrat
yang berfungsi dapat menghilangkan kandungan butir-butir amilum dan kandungan
protein, sehingga dapat terlihat jelas jaringan yang ingin diamati dibawah mikroskop
(HAM, 2009). Reagen kedua yang digunakan adalah I2KI atau lugol yang berfungsi
sebagai penguji suatu sampel dengan keberadaan suatu pati (amylum) dalam senyawa
organik, bila sampel yang ditetesi lugol berubah menjadi hitam, maka sampel tersebut
banyak mengandung amylum.Reagen yang ketiga adalah Floroglusinol ditambahkan
HCL untuk mengamati adanya lignin (HAM, 2009).
6.1 Piperis Nigri Fructus (Piper nigrum)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum
(Backer & Bakhuizen, 1965).
b. Sumber simplisia: Buah dari tumbuhan lada hitam.
c. Deskripsi: Buah lada berbentuk bulat dan mempunyai biji yang keras dengan kulit
buah yang lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau, lalu menjadi
berwarna kuning ketika sudah tua. Buah lada yang sudah masak berwarna merah,
berlendir dan rasanya manis. Besar kulit dan bijinya sekitar 4-6 mm, sedangkan
besar bijinya 3-4 mm. berat per 100 biji lada rata-rata 4,5 gram. Kulit buah lada
terdiri dari 3 bagian, yaitu kulit luar (epikarp), kulit tengah (mesokarp), dan kulit
dalam (endokarp) (Amir, 2012).
d. Kandungan Kimia: Minyak volatil, alkaloid, tannin, fenolik, flavonoid, karbohidrat,
dan protein (Amir, 2012).
e. Pemanfaatan: Karminatif, sesak nafas, tekanan darah tinggi, diaforetik.
f. Mikroskopik: Kelompok sel batu dari hipodermis, fragmen epikarp berikut
hipodermis, fragmen mesokarp, fragmen perisperm, butir pati, fragmen epikarp serta
hypodermis tampak tangensial sesuai dengan literatur dari gambar dibawah ini
(Depkes, 1977).
6.2 Amomi Compacti Fructus (Amomum compactum)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zinggiberales
Familia : Zinggiberaceae
Genus : Amomum
Species : Amomum compactum (Backer & Bakhuizen, 1965).
b. Sumber simplisia: Buah dari tumbuhan kapulaga.
c. Deskripsi: Buah kapulaga  berupa buah kotak, berbentuk memanjang, berlekuk,
bersegi tiga, agak pipih, kadang-kadang terdapat bulu halus, berwarna putih
kekuningan atau kuning kelabu. Buahnya memiliki 3 ruang, setiap ruang dipisahkan
oleh selaput tipis seteval kertas, tiap ruang berisi 5-6 biji kecil, berwarna coklat atau
hitam beraroma harum khas (Campbell, 2003).
d. Kandungan kimia: Mengandung 3-7% minyak atsiri yang terdiri atas terpineol,
terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta kamfer. Disamping itu juga
mengandung lemak, protein, kalsium oksalat dan asam kersik (Campbell, 2003).
e. Pemanfaatan: Rempah, batuk, influenza, obat kumur, radang amandel, radang
lambung, gangguan haid, sesak nafas.
f. Mikroskopik: Epidermis luar terlihat tangensial, sklerenkim palisade terlihat
tangensial, endosperm, perisperm, perikarp, sel batu, serabut sklerenkim, hablur
kalsium oksalat, sel dengan minyak atsiri, pembuluh kayu (sesuai dengan literatur
dari gambar dibawah ini (Depkes, 1977).
6.3 Coriandri Sativi Fructus (Coriandrum sativum)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum sativum (Backer & Bakhuizen, 1965).
b. Sumber simplisia: Buah dari tumbuhan ketumbar.
c. Deskripsi: Ketika buah tanaman ketumbar sudah tua akan berubah warna menjadi
cokelat muda dan memiliki bentuk bulat yang warnanya hijau. Buah yang dihasilkan
memiliki panjang sekitar 4 – 5 mm dan ketika sudah matang, buah tersebut akan
sangat mudah untuk di rontokkan (Fahn,1991).
d. Kandungan kimia: Ketumbar memiliki kandungan kimia berupa sabinene, myrcene,
a-terpinene, ocimene, linalool, geraniol, dekanal, desilaldehide, trantridecen, asam
petroselinat, asam oktadasenat, d-mannite, skopoletin, p-simena, kamfena, felandren,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin C, asam folat, dan vitamin B3.
Kandungan lemak seperti asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, dan asam
askorbat ternyata efektif menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Buahnya
mengandung minyak atsiri, koriandrol, alfapinen, betapinen, simen, terpinen,
borneol, dan lemak (Fahn, 1991).
e. Pemanfaatan: Rempah, nyeri lambung, pusing, anti-emetik, sariawan, gangguan
haid.
f. Mikroskopik: Mesokarp berikut endokarp, serabut sklerenkim mesokarp, pembuluh
kayu, epikarp bagian ujung buah, hablur kalsium oksalat (sesuai dengan literatur
(Depkes, 1977).
6.4 Capsici Annui Fructus (Capsicum annum)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Tubiflora
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L (Backer & Bakhuizen, 1965).
b. Sumber simplisia: Buah dari tumbuhan Capsicum annum L
c. Deskripsi: Buah muda berwarna hijau tua setelah masak menjadi merah cerah. Biji
yang masih muda berwarna kuning, setelah tua berwarna coklat, berbentuk pipih,
berdiameter sekitar 4 mm, rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata
orang yang mencium buahnya berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok,
meruncing pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin mengkilap,
diameter 1-2 cm, panjang4-17cm, bertangkai pendek, rasanya pedas (Dalimartha,
2003).
d. Kandungan kimia: Buah cabaimerah mengandung kapsikidin yang terdapat dalam
bijiyang berguna untuk memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah
infeksi sistem pencernaan. Senyawa lain yang terdapat dalam buah cabai adalah
kapsikol Berbagai khasiat buah cabai merah disebabkan oleh senyawa kapsaisin
(C18H27NO3). Buah cabai merah mengandung lima senyawa kapsaisinoid yaitu,
nordihidrokapsaisin, kapsaisin, dihidrokapsaisin, homokapsaisin, dan
homodihidrokapsaisin (Wiryanta ,2002).
e. Pemanfaatan: Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa buah cabai merah
dapat membantu penyembuhan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, dan
alergi. Buah cabai merah juga dapat membantu melancarkan sirkulasi darah dalam
jantung. Selain itu, buah cabai merah dapat digunakan sebagai obat oles kulit
untuk meringankan rasa pegal dan dingin akibat rematik dan encok karena buah
cabai merah bersifat analgesik. Buah cabai merah juga mengandung kapsikidin
yang terdapat dalam bijiyang berguna untuk memperlancar sekresi asam lambung
dan mencegah infeksi sistem pencernaan. Senyawa lain yang terdapat dalam buah
cabai adalah kapsikol yang berfungsi sebagai pengganti minyak kayu putih untuk
mengurangi pegal-pegal, rematik, sakit gigi, sesak napas, dan gatal-gatal
(Wiryanta 2002).Mikroskopik: fragmen sel endokarp berdinding tebal
menyerupai sel batu, fragmen hipodermis terlihat melintang dan tangensial,
fragmen epidermis biji dengan bentuk mesentrik, pembuluh kayu bernoktah
dengan penebalan tangga dan spiral, dan serabut sklerenkim. Sesuai dengan
literature dari gambar dibawah ini (Depkes, 1977).
6.5 Piperis Retrofracti Fructus (Piper retrofractum)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum (Backer & Bakhuizen, 1965).
b. Sumber simplisia: Buah dari tumbuhan Piper retrofractum
c. Deskripsi: Buah majemuk berupa bulir, warna kelabu sampai coklat kelabu
atau berwarna hitam kelabu sampai hitam, bentuk bulat panjang sampai
silindris, bagian ujung agak mengecil, panjang 2 cm sampai 7 cm, garis tengah 4
mm sampai 8 mm, bergagang panjang atau tanpa gagang. Permukaan luar
tidak rata, bertonjolan teratur. Pada irisan melintang bulir tampak buah-buah
batu, masing-masing dengan daun pelindung yang tersusun dalam spiral pada
poros bulir, kadang-kadang bagian tengah bulir berongga. Kulit buah
berwarna coklat tua sampai hitam, kadang-kadang berwarna lebih muda.
Kulit biji warna coklat, hampir seluruh inti biji terdiri dari perisperm
berwarna putih. Buah batu berbentuk bulat telur, berukuran lebih
kurang 2 mm. Daun pelindung berbentuk perisai (Campbell, 2003).
d. Kandungan kimia: Buah cabe jawa mengandung minyak atsiri 0,9 %, piperin
4-6 %, dammar, piperidin, hars, zat pati, dan minyak lemak. Disamping
itu juga mengandung suatu senyawa amida yang mirip dengan senyawa yang
terkandung dalam Piper longumin yaitu piplartin, piplasterin, dan sesamin
(Soedibyo, 1998).
e. Pemanfaatan: Buah cabe jawa memiliki khasiat sebagai obat stimulan, demam,
tonik, sakit kuning, rematik (obat luar), sesudah melahirkan (obat luar),
menambah nafsu makan, memperkuat fungsi-fungsi organ tubuh dengan
cara memperlancar peredaran darah (stimulan), untuk radang mulut,
memperlancar keluarnya keringat (diaforetik), karminatif, dan sebagai obat
gosok. Persalinan kurang lancar, mulas, kejang perut, kolik, beri-beri, lemah
syahwat (Soedibyo, 1998).
f. Mikroskopik: fragmen endokarp, sel batu, jaringan gabus, jaringan mesokarp
tanpa sel sekresi, epidermis luar, dan fragmen epidermis biji dengan mesentrik.
Sesuai dengan literatur dari gambar dibawah ini (Depkes, 1977).

VII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa simplisia diantaranya :
1. Piperis Nigri Fructus
Mempunyai organoleptis yaitu bau aromatik, rasa pedas, warna coklat muda.
Lalu mempunyai mikroskopik yaitu fragmen pengenal adalah kelompok butir
pati yang berupa massa polihedral, fragmen epikarp, fragmen hipodermis
dengan parenkim dan kelompok sel batu; fragmen endokarp dengan sel piala,
kerap kali masih berlekatan dengan spermoderm; fragmen epikarp berikut
hipodermis; fragmen parenkim dengan sel sekresi.
2. Amomi Fructus
Mempunyai organoleptis yaitu bau khas aromatik, rasa agak pedas, serbuk
berwarna kelabu kekuningan. Lalu mempunyai mikroskopik yaitu fragmen
pengenal adalah fragmen epidermis luar kulit biji yang berdinding tebal
berbentuk memanjang; fragmen lapisan sel yang mengandung minyak atsiri;
fragmen skelerenkim palidase yang terlihat tangesial berbentuk poligonal;
fragmen perisperm yang penuh dengan butir pati kecil; fragmen serabut
sklerenkim dari berkas pembuluh pada mesokarp; fragmen sel batu pada
mesokarp; fragmen selaput biji; fragmen parenkim mesokarp; pembuluh kayu
dengan penebalan jala dan tangga; fragmen kulit biji dan hablur kalsium
oksalat berbentuk prisma.
3. Coriandri Fructus
Mempunyai organoleptis yaitu Buah yang diremas berbau aromatik yang khas,
rasanya khas, lama-lama agak pedas. Serbuk berwarna coklat muda kekuningan
atau coklat kemerahan. Bau khas aromatik. Lalu mempunyai mikroskopik yaitu
fragmen pengenal adalah serabut sklerenkim mesokarp; fragmen endokarp
berikut parenkim mesokarp; fragmen epikarp dengan hablur kalsium oksalat
berbentuk prisma; fragmen epikarp dari bagian ujung buah; fragmen mesokarp
berikut endokarp,spermoderm dan endosperm; fragmen pembuluh kayu, hablur
kalsium oksalat berbentuk prisma dan roset. Tidak terdapat rambut penutup
atau butir pati.
4. Capsici Fructus
Mempunyai organoleptis yaitu bau merangsang, rasa pedas, serbuk warna
coklat kemerahan. Lalu mempunyai mikroskopik yaitu fragmen pengenal
adalah fragmen epidermis dalam berdinding tebal yang menyerupai sel batu
terlihat tangensial; fragmen pembuluh kayu bernoktah atau dengan penebalan
tangga dan spiral; fragmen hipodermis.
5. Retrofracti Fructus
Mempunyai organoleptis yaitu bau khas aromatik, rasa pedas, serbuk berwarna
kelabu kecoklatan. Lalu mempunyai mikroskopik yaitu : fragmen pengenal
adalah sel perisperm, penuh berisi pati; fragmen endokarp terpotong tangensial
dengan sel endokarp berbentuk poligonal, dinding samping berpori lebar,
fragmen epidermis dari kulit biji terpotong tangensial, berbentuk persegi
panjang berwarna kuning, dinding samping agak bergelombang dan berwarna
kuning kecoklatan; fragmen parenkim dengan kelompok sel batu dari
hipodermis; fragmen kulit biji berwarna coklat atau kuning kecoklatan dan
masih berlekatan dengan endokarp, terakheida serabut, dinding agak tebal,
noktah berupa celah, berasal dari poros atau dari gagang buah; sel batu
berukuran lebih besar dari sel batu hipodermis, berasal dari poros dan dari
gagang; saluran getah pada parenkim.

Daftar Pustaka
Amir. (2012). Analisis Tanaman. Yogyakarta: UGM.
Ashari S. (2004). Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Malang:
Bayumedia Publishing
Backer, A and Van Den Brink,B.(1965). Flora of Java (Spermatophytes
Only),Volume I, N.V.P. The Nederlands: Noordhoff-Groningen.
Campbell, (2003). Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dalimartha, (1999). Atlas Tumbuhan Obat Jilit 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Depkes, (1977). Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: Ditjen POM.
Evika, Sandi Savitri. (2005). Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: UIN Press
Fahn, (1991). Anatomi Tumbuhan Edisi III. Yogyakarta: UGM Press.
Gunawan. (2004). Ilmu Obat Alam Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.
HAM, (2009). Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryanto, S. (2006). Sehat dan bugar secara alami. Depok: Penebar Plus
Hidayat, Estiti B. (1995).Anatomi Tumbuhan Berbiji.ITB: Bandung.
Kimball, John W. (1999).Biologi Jilid 2 dan 3.Erlangga: Jakarta.
Kolhe, S.R., Borole, P., and Patel, U., (2011), Extraction and Evaluation of Piperine
from Piper nigrum, Internasional Journal of Applied Biology and
Pharmaceutical Technology, 144-149.
Mutmainah. (2014). Variasi Morfologi Buah Beberapa Kloni Kakao dari Perkebunan
Rakyat Kecamatan Sigi Biromaru dan Pulolo Sulawesi Tengah. Jurnal of Natu
ral Science. Vol 3. No. 3. Hal: 278-286.
Rianawaty, (2011). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Rosanti. (2011). Morfologi Tumbuhan. Erlangga: Jakarta.
Rosanti, (2013). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Sabina, E.P., Nasreen, A., Vedi, M., and Rasool, M., (2013), Analgesic, Antipyretic
and Ulcerogenic Effects of Piperine: An Active Ingredient of Pepper,
Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 5 (10): 203-206.
Syaiful A.S., (2011). Respon Tumpangsari Tanaman Jagung dan Kacang Hijau Ter
hadap Sistem Oleh Tanah dan Pemberian Pupuk Organik. JurnalAgronomik
a. Vol.1, No.1.
Wiryanta, (2002). Bertanam Cabai Pada Musim Hujan. Jakarta: Agromedia Pustaka.
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
PRAKTIKUM 3
CORTEX

Shift/Kelompok: D/7
Anggota:
Deden Miftah Fauzan 10060319159
Agung Gunawan 10060319160
Muhammad Fajar 10060319161
Fadil Rido Gumelar 10060319162

Tanggal Praktikum : 9 Desember 2020


Tanggal Penyerahan : 16 Desember 2020
Asisten : Silvia W, S.Farm.

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020 M/1442 H
I. Tujuan Pengamatan
Mengamati fragmen - fragmen khas dari simplisia bagian kulit batang atau Cortex
dari tumbuhan tertentu dengan menggunakan indikator tertentu.

II. Teori Dasar

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mikroskop, kaca objek, pipet tetes,
dan deck glass. Sedangkan Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kloral
hidrat, I2KI, Chinchona Cortex, Alstoniae Cortex, Alyxiae Cortex, dan Burmannii Cortex.

IV. Prosedur Percobaan


Pipet 2-3 tetes reagen Kloral Hidrat, I2KI, dan Fluoroglusinol + HCl yang telah
diencerkan keatas kaca objek yang telah dibersihkan terlebih dulu, lalu simplisia cortex
yang akan diuji ditambahkan keatas reagen kemudian disebarkan, setelah itu ditutup
dengan deck glass. Kemudian dilakukan uji mikroskopik dengan menggunakan
mikroskop cahaya dengan mengatur pembesaran yang sesuai dan mencari fragmen-
fragmen khas dari setiap simplisia. Proses ini diulang dengan mengganti sampel simplisia
cortex yang berbeda.

V. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati secara makroskopik dan
mikroskopik dengan contoh simplisia bagiam cortex, yaitu Chinconae Succirubrae
Cortex, Alstoniae Scholaridis Cortex, Alyxiae Reindwartii Cortex dan Cinnamomi
Burmannii Cortex.
Pemeriksaan secara organoleptis dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan
dan mengamati warna, bau, dan rasa. Pemeriksaan secara makroskopik dilakukan dengan
menggunakan indera penglihatan dan mengamati bentuk serbuk simplisia secara
langsung. Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan menggunakan
alat mikroskop dan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia. Simplisia merupakan
bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun
juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawam, 2004).
1. Chinconae Succirubrae Cortex
Chinconae Succirubrae Cortex (Kulit batang kina) merupakan kulit dari tumbuhan kina
(Chinchonae succirubra).
Klasifikasi tumbuhan
Nama Simplisia : Chinchonae Cortex
Nama Latin : Chinchonae succirubra
Tanaman Asal : Kulit kina
Kingdom               : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Ordo                      : Rubiales
Famili                    : Rubiaceae
Genus                    : Cinchona
Spesies                  : Chinchonae succirubra
Kandungan : Alkaloida kinina, sinkonina, sinkodina, kina tanat,
kinidin, asamtanat, asam kina, damar, malam.
Bagian yang digunakan : Bagian kulit batang, kulit dahan
Khasiat : Antimalaria, pembersih darah, influenza, disentri,
anti kejang otot, penyakit jantung
Makroskopik : Memiliki kulit kayu berwarna coklat tua dan
berserat membujur.
Mikroskopik :
Fragmen yang ditemukan
A. Pada pembesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen serabut floem
B. Pada pembesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat
C. fragmen sel parenkim
D. Pada pembesaran 100x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen serabut floem
dan jaringan gabus tangensial
E. Pada pembesaran 400x dengan reagen fluoroglusinol-HCl terdapat fragmen jaringan
gabus tangensial
Deskripsi :
Cinchona adalah genus beranggotakan sekitar 25 spesies dari suku Rubiaceae yang
berasal dari Amerika Selatan tropika. Dari banyak penghasil kuinina, hanya C.
officinalis dan C. pubescens (syn. C. succirubra) yang dibudidayakan dalam
perkebunan. C. officinalis subsp. ledgeriana yang dipakai sebagai batang bawah. Kedua
jenis ini dikenal dalam perdagangan sebagai tumbuhan kina (Sultoni, 1995).
Tanaman berupa pohon dengan tinggi hingga 17 m, cabang berbentuk galah yang
bersegi 4 pada ujungnya, mula-mula berbulu padat dan pendek kemudian agak gundul
dan berwarna merah. Daun letaknya berhadapan dan berbentuk elips, lama kelamaan
menjadi lancip atau bundar, warna hijau sampai kuning kehijauan, daun gugur
berwarna merah. Tulang daun terdiri dari 11 – 12 pasang, agak menjangat, berbentuk
galah, daun penumpu sebagian berwarna merah, sangat lebar. Ukuran daun panjang 24
– 25cm, lebar 17 –19cm. Kelopak bunga berbentuk tabung, bundar, bentuk gasing,
bergigi lebar bentuk segitiga, lancip. Bunga wangi, bentuk bulat telur sampai gelendong
(Sultoni, 1995).
Kulit kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna untuk obat. Di antara
alkaloid tersebut ada dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinine untuk penyakit
malaria dan kinidine untuk penyakit jantung. Manfaat lain dari kulit kina ini antara lain
adalah untuk depuratif, influenza, disentri, diare, dan tonik (Sultoni, 1995).
2. Alstoniae Scholaridis Cortex
Alstoniae Scholaridis Cortex (Kulit batang pule) merupaka nkulit dari tumbuhan
pule (Alstonia scholaris)
Kasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris R. Br.
Nama Daerah : Pule
Makroskopik : Memiliki batang berwarna kuning pucat dengan
bercak kecoklatan /kehitaman dan berbentuk seperti
pipa
Mikroskopik :
Fragmen yang ditemukan,
A. Pada pembesaran 100x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen parenkim,
skelerenkim dan sel gabus yang membatu dan tangensial
B. Pada pembesaran 100x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen parenkim
korteks
C. Pada pembesaran 100x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen sel gabus yang
membatu dan tangensial, hablur Kristal kalsium oksalat dan butir pati
D. Pada pembesaran 100x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen sel gabus
E. Pada pembesaran 100x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen parenkim,
hablur Kristal kalsium oksalat dan serabut
F. Pada pembesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen sel gabus yang
tangensial
G. Pada pembesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen hablur Kristal
oksalat
Deskripsi :
Ciri-ciri umum dari Alstonia scholaris adalah pohon mencapai 40 m, daun berkarang
3-8, tulang daun banyak. Perbungaan terminalis atau pada ketiak daun yang terletak di
bagian ujung cabang, memiliki ibu tangkai bunga, percabangan utamanya memayung.
Bunga umumnya putih atau putih kehijauan, kecil. Buah berupa bumbung,
berpasangan. Dari hasil pengamatan lapang didapatkan data bahwa daun tersusun
melingkar atau berkarang 5-7 helaian, berbentuk lonjong, panjang tangkai daun 1,5-3
cm. sedangkan batang pohon yang sudah tua beralur sangat jelas dengan sayatan
berwarna krem dan mengeluarkan banyak getah berwarna putih. Diamaer batang ± 16
cm. perbungaan terminalis, panjang tangkai perbungaan 7-13 cm, bunga tergolong
bunga banci, berbilangan 5, panjang bunga lebih dari 1 cm, berwarna putih, krem atau
hijau, kelopak berbagi, daun mahkota berlekatan membentuk buluh yang relative
panjang, bakal buah menumpang, dikelilingi cakram. Buah berupa bumbung
berpasangan 20-50 cm. biji bersayap/berambut, lembaga besar, dan lurus
(Tjitrosoepomo, 2005).
Pohon pule (Alstonia scholaris L. R. Br) merupakan tanaman yang dapat digunakan
sebagai obat-obatan tradisional antara lain demam, hipertensi, nyeri, demam nifas, sakit
usus, cacing, disentri, diabetes, malaria dan sebagainya. Pada kulit banatng pohon pule
mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin dan
polifenol (Resi, 2009).
3. Alyxiae Reindwartii Cortex
Alyxiae Reindwartii Cortex (Kulit batang pulasari) merupakan kulit dari
tumbuhan pulasari (Alyxia reindwartii)
Klasifikasi tumbuhan
Nama Simplisia : Alyxiae reinwardtii cortex
Nama Latin : Alyxia reinwardtii
Tanaman Asal : Kulit Pulasari
Kingdom               : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Ordo                      : Gentianales
Famili                    : Apocynaceae
Genus                    : Alyxia
Spesies                  : Alyxia reinwardtii BI.
Kandungan : Zat alkoloid, tanin, saponin, flavonoid,
polifenol, kumarin, zat samak, minyak atsiri, asam
betulanat, dan pulasariosida.
Bagian yang digunakan : Bagian kulit
Khasiat : Sariawan, demam, radang lambung,
keputihan.

Makroskopik : Potongan kulit batang, permukaan luar berwarna


putih kekuningan, permukaan dalam berwarna
coklat tua sampai kehitaman.
MIkroskopik :
Fragmen yang ditemukan
A. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen parenkim
korteks
B. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen sel batu
C. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen parenkim
dengan hablur sel batu
D. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen parenkim
dengan hablur kalsium oksalat
Deskripsi :
Tumbuhan Pulasari merupakan tumbuhan endemik, yang hanya dapat
tumbuh secara alami di iklim tropis dengan ketinggian tempat diatas 1000 m dpl,
oleh karena itu Pulasari belum pernah ditemukan di dataran sedang hingga rendah
yang kondisi ekosistemnya tidak sesuai dengan syarat tumbuh tumbuhan Pulasari.
Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1718 m dpl di Hutan Pringgondani Desa
Blumbang Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
Habitat asli Pulasari di Tawangmangu berada di ekosistem hutan yang banyak terdapat
pohon besar dan tinggi. Suasana sangat rimbun dan rindang mengingat Pulasari
senang tumbuh melilit pada pohon yang ukurannya lebih besar. Hal ini menunjukkan
bahwa Pulasari adalah tumbuhan shade loving atau tumbuhan yang suka akan naungan.
Ketinggian dan kecuraman lereng mempengaruhi besarnya temperatur, curah hujan,
ketebalan awan, kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas cahaya dan
penguapan (Steenis 1972 cit. Mianingsih 2003).
4. Cinnamomi Burmannii Cortex
Cinnamomi Burmannii Cortex (Kulit batang kayu manis) merupakan kulit dari
tumbuhan kayu manis (Cinnamomum burmannii)
Klasifikasi tumbuhan
Nama Simplisia : Cinnamomi Burmanii Cortex
Nama Latin : Cinnamomum burmanii
Tanaman Asal : Kulit kayu manis
Kingdom               : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Ordo                      : Laurales
Famili                 : Lauraceae
Genus                : Cinnamomum
Spesies              : Cinnamomum burmanii
Kandungan : Ekstrak kayu manis mengandung senyawa kimia
berupa alkaloid, saponin, tanin, polifenol, flavonoid,
kuinon dan triterpenoid.
Bagian yang digunakan : Bagian kulit
Khasiat : Rempah, diare, malaria

Makroskopik : Kulit batang tebal, pipih, permukaan luar yang


tidak bergabus berwarna coklat sampai coklat
kemerahan
Mikroskopik :
Fragmen yang ditemukan
A. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen idioblas berupa
sel minyak pada parenkim
B. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapatfragmen parenkim
C. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen serabut dan sel
minyak pada parenkim
D. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen parenkim dan
periderm, sel-selnya membatu
E. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen serabut persikel
F. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen serabut
skelerenkim dan hablur Kristal oksalat
G. Pada perbesaran 400x dengan reagen fluoroglusinol-HCl terdapatfragmen sel
minyak pada parenkim
H. Pada perbesaran 400x dengan reagen fluoroglusinol-HCl terdapat fragmen sel
minyak pada parenkim parenkim atau skelerenkim
I. Pada perbesaran 400x dengan reagen fluoroglusinol-HCl terdapat fragmen sel
minyak pada parenkim sel lendir
Deskripsi :
Kayu manis merupakan tanaman berkayu semak. Tinggi tanaman dapat mencapai 5-
15 m tergantung jenisnya. Kulit kayu umumnya berwarna abu, cokelat kekuning-
kuningan, hingga cokelat pada beragam jenis. Cinnamomum burmanii memiliki kulit
kayu berwarna abu-abu dengan aroma yang khas dan rasanya. Daun kayu manis
umumnya berbentuk tunggal yang kedudukannya saling berseling dalam rangkaian
spiral. Panjang daun antara 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm. pucuk daunnya berwarna
kemerahan, sedangkan daun tuanya berwarna hijau tua. Cinnamomum burmanii
memiliki bunga berkelamin dua atau bunga sempurna, berwarna kuning, bunga muncul
di ujung ranting, kelopak bunga berjumlah enam helai dalam dua rangkaian. Kayu
manis memiliki buah buni berdaging dan berbenih satu. Bentuk buah bulat memanjang,
buah yang muda berwarna hijau tua, sedangkan buah yang sudah tua berwarna ungu tua
(Suwarto, 2014).
Kayu manis dikenal sebagai rempah yang banyak digunakan di seluruh dunia. Selain
sebagai rempah digunakan juga untuk sakit pinggang dan rematik sendi kronis, nyeri
lambung, sakit perut karena dingin, masuk angina, batuk (Wijayakusuma, 2006).

VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa simplisia diantaranya :
1. Chinchona Cortex
Mempunyai organoleptis yaitu bau khas, rasa pahit dan kelat, serbuk berwarna
coklat merah. Lalu mempunyai mikroskopik yaitu : fragmen pengenal adalah
Fragmen serabut, fragmen jaringan gabus, hablur kalsium oksalat berbentuk pasir,
fragmen parenkim korteks berisi butir pati, butir pati lepas atau dalam parenkim.
Dan memiliki kegunaan untuk malaria, pembersih darah, batuk rejan, influensa,
disentri.
2. Alstoniae Cortex
Mempunyai organoleptis yaitu Tidak berbau; rasa pahit yang tidak mudah hilang;
serbuk berwarna kelabu kecoklatan. Lalu mempunyai mikroskopik yaitu Fragmen
pengenal adalah sel batu tunggal dan berkelompok; jaringan gabus yang sebagian
membantu; fragmen gabus, tampak tangensial; fragmen gabus yang membatu,
serabut; hablur kalsium oksalat; butir pati. Dan memiliki kegunaan untuk demam,
penyakit kulit, patah selera, radang ginjal, karminatif, kencing manis, malaria,
tekanan darah tinggi, antelmintik, pembersih darah.
3. Alyxiae Cortex
Mempunyai organoleptis yaitu bau agak harum, mirip kumarin; rasa agak pahit;
serbuk berwarna kuning jernih. Lalu mempunyai mikroskopik yaitu fragmen
pengenal adalah hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, lepas; parenkim dengan
deretan hablur; sel batu, berkelompok atau tunggal, bentuk isodiametrik atau segi
empat sampai persegi panjang, dinding sel jernih, sangat tebal berlapis-lapis,
saluran noktah bercabang dan lumen sempit, atau berdinding sel kurang tebal
dengan saluran noktah tidak bercabang, dan lumen agak lebar; serabut perisikel,
bentuk panjang, rarnping, dinding sangat tebal, lumen sangat sempit; kelompok
sel batu disertai parenkim berisi hablur berderet: periderm, parenkim dengan
saluran getah dan sel batu. Dan memiliki kegunaan untuk sariawan, demam,
hemostatik, radang lambung, karminatif, batuk rejan, keputihan, gangguan haid,
kejang usus, kencing nanah.
4. Burmanni Cortex
Mempunyai organoleptis yaitu bau khas aromatik, rasa agak manis agak pedas
dankelat, serbuk berwarna coklat kekuningan. Lalu mempunyai mikroskopik yaitu
fragmen pengenal adalah sklereida dengan penebalan dinding tidak rata; serabut
perisikel dan serabut floem; butir butir pati dan hablur kalsium oksalat bentuk
prisma, lepas atau dalam parenkim; jaringan parenkim dengan sel lendir atau sel
minyak; sel gabus dan serabut sklerenkim. Dan memiliki kegunaan untuk rempah,
diare, malaria.
Daftar Pustaka
Gunawan. (2004). Ilmu Obat Alam Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.
Resi, A. W., Andis, S. (2009) . Makalah Kimia Organik Bahan Alam Flavonoid
(Quercetin). Universitas Hassanudin: Program S2 Kimia FMIPA.
SteenisV (1978). Flora. Jakarta. Pradnya Paramita
Sultoni, A. (1995). Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Kina. Asosiasi Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan Indonesia. Pusat Penelitian Teh dan Kina
Gambung. Jakarta, Februari 2000 Sumber : Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman
Suwarto. (2014). Top 15 Tanaman Perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya
Tjitrosoepomo, Gembong. (2005). Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Wijayakusuma, Hembing. (2006). Atasi Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Puspa
Swara

Anda mungkin juga menyukai