DI SUSUN OLEH
NURDIANTI D1B120126
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR 2021
KATA PENGANTAR
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakognosi II dengan judul: “Korteks dan
Lignum”
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak agar kedepannya bisa lebih baik lagi khususnya
dalam pembuatan makalah berikutnya. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan.......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................
A. Defenisi Korteks........................................................................
B. Defenisi Lignum........................................................................
BAB III METODE................................................................................
A. Alat..............................................................................................
B. Bahan...........................................................................................
C. Cara Kerja...................................................................................
BAB IV PENUTUP...............................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahan makanan olahan menggunakan pewarna yang tanpa kita sadari pewarna
negatif terhadap tubuh. Sejak ditemukannya zat pewarna sintetis penggunaan zat
hayati juga terjadi di Indonesia. Indonesia jika ditinjau dari kondisi geografis,
merupakan negara kepulauan seluas sekitar 9 juta km2 yang terletak diantara dua
samudera dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar 17.500 buah yang panjang
garis pantainya sekitar 95.181 km, kondisi geografis tersebut menyebabkan flora
memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang
bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal ini karena obat herbal merupakan
warisan budaya bangsa yang menjadi ciri khas pengobatan tradisional Indonesia.
Simplisia merupakan bahan alami yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan
Keamanan pangan kini menjadi salah satu hal yang mendapat perhatian
serius dari pemerintah. Hal ini dipicu oleh seringnya terjadi peristiwa keracunan
kini menjadi salah satu hal yang mendapat perhatian serius dari pemerintah.Hal
ini dipicu oleh seringnya terjadi peristiwa keracunan makanan yang dialami
dikonsumsi misalnya pewarna tekstil (Saeful Amin dan Anna Yuliana, 2016).
rasa.Selain itu, memberikan daya tarik pada konsumen serta dapat meningkatkan
jumlah keuntungan bagi produsen (Saeful Amin dan Anna Yuliana, 2016).
sebagai pewarna alami, salah satunya adalah kayu secang (Caesalpinia sappan
L.).
kulit batang, cabang atau kulit akar atau buah sampai ke lapisan epidermis. Saat
tumbuhan sudah cukup besar umumnya zat berkhasiat terdapat dalam serat
terutama alkaloid. Korteks juga merupakan bark, kulit kayu. Berupa seluruh
jaringan di luar kambium. Dapat berasal dan akar, batang, dan cabang. Contoh :
Kina (Chinae cortex), Kayu Manis (Cinnamoni cortex), Susunan korteks apabila
tua. Floem, gunanya untuk mengangkut makanan dari daun ke seluruh bagian
tanaman. Sel parenkim, di dalamnya terdapat sel batu, kristal oksalat berbentuk
prisma atau drust dan amilum. Jari-jari empelur, terdapat kristal oksalat dan
amilum.
Kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex) adalah kulit kayu Cinnamomum
serat sklerenkim tipis, noktah tidak jelas. Kulit kayu manis adalah sejenis
rempah-rempah yang diperoleh dari kulit bagian dalam beberapa spesies pohon
genus Cinnamomum yang digunakan untuk masakan yang manis dan sedap.
Batang berkayu dan bercabang-cabang. Daun tunggal, lanset, warna daun merah
pucat setelah tua berwarna hijau. Percabangan bentuk malai tumbuh di ketiak
membujur, agak pipih atau berupa berkas yang terdiri dari tumpukan beberapa
pembuluh masih terlihat dalam lignum yaitu pembuluh kayu yang berfungsi
membawa makanan dari akar ke daun dan pembuluh tapis yaitu membawa
makanan dari daun kebagian lain. Pada preparat akan terlihat serat, parenkim,
tempat terbuka sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut seperti di darah
Batangnya berkayu, bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Pada batang dan
terebar. Tumbuhan ini berasal dari Asia Tenggara maritim (Nusantara) dan
menentukan adanya komponen seluler yang spesifik dari tanaman itu sendiri dan
makroskopis bertujuan untuk melihat karakter dari bagian tanaman itu sendiri.
2015) .
B. Rumusan Masalah
kayu.?
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Korteks
dari jaringan penyokong yang tidak terdiferensiasi dan menyusun jaringan dasar.
Pada organ yang telah cukup umur, sel-sel terluar korteks dapat mengalami penebalan
dinding sel dan disebut sebagai sel-sel kolenkim. Selain itu, sel-sel terluar juga dapat
memiliki kloroplas. Pada bagian korteks tersusun atas parenkim, sklerenkim dan
penguat. Kortek memiliki rongga antar sel untuk tempat masuk air dan hara..
Batang merupakan bagian kedua dari tumbuhan setelah akar. Batang bersatu
dengan akar melanjutkan sari makanan yang dibawa oleh akar melalui jaringan
menyimpan cadangan makanan, misalnya pada ubi jalar dan kentang. Batang pada
umumnya berada di atas permukaan tanah. Ada tiga jenis batang tumbuhan yang
terdapat di sekitar, yaitu batang berkayu, batang berair (batang basah) dan batang
batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya pada batang
lapisan jaringan yang sama dengan akar, yaitu Epidermis, Korteks, dan Silinder pusat
(Stele).
khusus, tetapi balutan bakal daunnya berfungsi sebagai pelindung. Pada ujung batang
terdapat tiga daerah perkembangan seperti pada ujung akar. Bagian-bagian batang
menurut irisan memanjang terdiri atas Zona Meristem, Zona Memanjang, dan Zona
Pematangan (diferensial).
Struktur batang:
Struktur Morfologi:
1. Batang herba, umumnya batang lunak, berwarna hijau (karena terdapat
klorofil), terdapat stomata, sedikit / tidak ada jaringan kayu, ukuran kecil, dan
panjang.
Struktur Anatomi:
1. Jaringan Epidermis, terdiri dari selapis sel, dinding sel menebal, dilindungi
oleh kutikula
makanan.
3. Stele, terdiri dari xylem dan floem. Letak jaringan pengangkut (xylem dan
Jenis batang:
a. Epidermis
Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar
b. Korteks
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel,
c. Endodermis
Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel,
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari stele disebut
kolateral yang artinya xilem dan floem. Letak saling bersisian, xilem di
besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya
2016).
2. Batang Monokotil
Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara
korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan
perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu
3 Fungsi Batang
1. Penghubung dalam pengangkutan air dan unsur hara dari akar menuju daun
2. Tempat tumbuhnya daun dan organ-organ generatif seperti bunga dan buah.
3. Memperluas tajuk tumbuhan untuk efisiensi penangkapan cahaya matahari.
1. Epidermis, tersusun oleh satu lapis sel, tanpa ruang antarsel, dinding luar
mengalami penebalan dari kutin yang disebut kutikula, dan pada tumbuhan
kayu tua terdapat kambium gabus. Derivat epidermis pada batang berupa
serta skerenkim,.
3. Silinder pusat (stele), terdiri atas periskel yang bersifat meristematis, sel
Tumbuhan
2. Definisi Lignung
berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon
bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton). Lignung adalah
komponen penyusun utama dari dinding sel tumbuhan dan beberapa algae. Lignung
juga masih berikatan erat dengan selulosa dan hemiselulosa. Komponen ini
merupakan komponen rantai atau cabang panjang yang terbentuk di dalam dinding
komponen polimer organic kedua terbanyak di bumi setelah selulosa. Struktur dari
lignung adalah kompleks, tidak teratur, acak, dan penyusun utamanya dari senyawa
aromatik, yang mana menambah elastisitas matrik selulosa dan hemiselulosa. Akibat
dari kekompleksan inilah lignin merupakan komponen linoselulosa yang sulit untuk
dipecah. Hal ini dikarenakan struktur kristal pada lignin lebih tinggi daripada selulosa
yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Lignun termasuk ke dalam kelompok bahan
yaitu pertumbuhan polimer terjadi karena satu monomer bergabung dengan polimer
yang sedang tumbuh. Polimer lignin merupakan polimer bercabang dan membentuk
struktur tiga dimensi. Di alam keberadaan lignum pada kayu berkisar antara 25-30%,
tergantung pada jenis kayu atau faktor lain yang mempengaruhi perkembangan kayu.
Ligninung mempunyai bobot molekul yang rendah di dalam kayu namun menjadi
makromolekul yang mempunyai bobot molekul lebih tinggi ketika terlarut. Bobot
molekul ini menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi fungsi fisik dari
ligninung
masing terbenam dalam matriks protein dan polisakarida. Serabut serabut ini
umumnya tersusun atas selulose (selulosa), dan matriksnya sebagian besar
Pektin adalah salah satu dari polisakharida pada matriks dinding sel
Lamela tengah adalah lapisan dinding sel yang memiliki fungsi sebagai
tersusun dari zat kitin. Terjadi lignifikasi pada lamela tengah tumbuha
berkayu atau penambahan zat lignin yang akan menguatkan atau membuat
Dinding primer, adalah bagian dinding sel yang dibentuk paling awal dan
selama sel tumbuhan dalam fase perkembangan. Lapisan dinding sel ini
disusun oleh selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Pada dinding primer ini
dinding sel primer tumbuhan (lihat gambar struktur dinding sel tumbuhan).
antara tiap sel sehingga membentuk jaringan dan tumbuhan yang utuh. Sekilas,
dinding sel tumbuhan merupakan ruang tertutup rapat atau penjara bagi sel tumbuhan
terdiri atas sel – sel yang mengalami penebalan sekunder di bagian dinding selnya.
Adanya dinding sekunder ini merupakan ciri khas pada jaringan yang berfungsi
memperkuat tubuh tumbuhan dengan penebalan sekunder yang terjadi pada seluruh
(kolenkim) ialah sel –sel penyusun sklerenkim merupakan sel mati (tidak melakukan
yang telah dewasa. Penebalan sekunder pada dinding sel sklerenkim tersusun atas
senyawa lignum yang menyebabkan jaringan ini memiliki daya regang tinggi
a) Serat
Sklerenkim jenis ini memiliki bentuk sel yang memanjang, sehingga disebut bentuk
serat atau serabut. Pada umumnya sel – sel ini berkumpul menggerombol membentuk
suatu berkas silinder yang tak terputus, namun ada juga yang membentuk sel tunggal.
Serat dapat ditemukan di antara jaringan pengangkut, berkas serat daun, pelindung
b) Sklereid
Disebut juga sel batu. Berbeda dengan serat, sklereid berkembang dari diferensiasi
jaringan parenkim (meristem dasar). Karakteristik yang dimiliki oleh sklereid hampir
sama dengan serat, mulai dari penebalan sekunder oleh lignin pada dinding selnya,
pembentukannya, selain itu sklereid lebih banyak memiliki variasi bentuk, antara
lain :
Metodologi Penelitian
A. Alat
1. Kortex
2. Lignum
B. Bahan
1. Kortex
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu korteks batang Salam,
2. Lignum
Kayu secang (Caesalpinia sappan L.) kering yang diperoleh dari Kebun
dan larutan buffer sitrat pH 4,0; pH 4,5; pH 5,0; pH 5,5; dan pH 6,0.
C. Cara Kerja
1. Kortex
dengan pelarut n-heksan selama 3x24 jam selama 3 kali. Ekstrak yang
a) Identifikasi Alkaloid
atau kekeruhan pada paling sedikit dua dari tiga percobaan di atas
b) Identifikasi Fenol
c) Identifikasi Flavonoid
d) Identifikasi Saponin
Sampel uji ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukan ke dalam tabung
dikocok kuat selama 10 detik. Jika berbusa dan tidak hilang dengan
saponin.
e) Identifikasi Tanin
g) Identifikasi Triterpenoid
b. Optimasi dan Uji Stabilitas Zat Warna dari Kayu Secang Terhadap pH
4,0; pH 4,5; pH 5,0; pH 5,5; dan pH 6,0. Timbang serbuk kayu secang
sebanyak 2,5 gram, masukkan kedalam tabung gelas kimia yang telah
visible.
c. Optimasi dan Uji Stabilitas Zat Warna dari Kayu Secang Terhadap
Suhu
gelas kimia yang telah berisi pelarut air dan larutan buffer sitrat pH 6.
70oC, 80oC, 90oC dan 100oC Selanjutnya ukur serapan absorbansi dari
fungsi dari secang (Caesalpinia sappan L.). Dengan cara setelah alat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan perbandingan kayu secang dan air 1:20 (b/v) selama 21 menit pada
pH 6,0 dan suhu 900C. Hal ini didukung oleh hasil spektrum spektrofotometri
inframerah bahwa pada suhu 250C dan suhu 900C tidak menampakkan pola
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anna Yuliana,dkk 2016 Analisis Dan Uji Kestabilan Zat Warna Kayu Secang
Dr.Rer.nat I.M.G. et all. 2015. Identifikasi simplisia kulit batang cempaka kuning
universitas udayana buki. Volume iii nomor 2 halaman 1 - 103 edisi september
2015.
Mulyani,dkk 2016 Analisis Sifat Fisika Dan Kimia Lingnum Tandan Kosong Kelapa
Saeful A. Yuliana A. 2016. Analisis dan uji kestabilan zat warna kayu secang
jurnal kesehatan bakti tunas husada volume 15 nomor 1 februari 2016 56.