Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH BIOLOGI SEL

REPLIKASI, TRANSKRIPSI, DAN


TRANSLASI

Disusun Oleh :

NAMA : NURFAIDAH
NIM : D1B120130
KELAS : 02 ALIH
JENJANG

FAKULTAS FARMASI
PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat ALLAH SUBHANAHU WATAALA karena atas

Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas

makalah yang berjudul “Replikasi Sel, Transkripsi DNA, dan Translasi

Gen” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biologi

Sel. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampuh Ibu

Andi Juaella Yustisi M.Si., Apt yang telah membimbing selama

perkuliahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

sebab itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 15 Juli 2021

Nurfaidah
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................i
KATA PENGANTAR.................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………....
A. Latar Belakang……………………………………………………………............
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………........
C. Tujuan …………………………………………………………………….................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………


A. Proses Replikasi Sel ………………………………………………….............
a) Replikasi DNA prokariot ……………………………..................
b) Replikasi DNA Eukariot …………………………………..............
B. Proses Transkripsi DNA …………………………………………………......
a) Tahapan Transkripsi DNA ……………………………………….....
b) Transkripsi pada Prokariot ………………………………………....
c) Macam-macam RNA ……………………………………………..........
C. Proses Translasi Gen …………………………………………………….......
a) Tahap – Tahap Translasi ………………………………………….....
b) Struktur dan Fungsi tRNA ………………………………………. .....
c) Sintesis tRNA aminoasil ………………………………………….......
d) Ribosom ………………………………………………………….................

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………........
A. Kesimpulan ………………………………………………………………..............
B. Saran ……………………………………………………………………...................

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….......
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

DNA mengontrol metabolisme dengan memerintahkan sel untuk


menghasilkan enzim spesifik dan protein lain. Percobaan Beadle dan
Tatum pada strain mutan Neurospora memunculkan hipotesis satu
gen-satu enzim, yang kemudian dimodifikasi menjadi satu gen-satu
polipeptida. Suatugen menentukan urutan asam amino rantai
polipeptida.
Transkripsi adalah sintesis RNA yang diarahkan oleh DNA. Sintesis
RNA pada cetakan DNA dikatalis oleh enzim RNA polimerase. Sintesis
ini mengikuti aturan pemasangan basa yang sama seperti replikasi
DNA , terkecuali bahwa pada RNA, urasil menggantikan
timin. Promoter, urutan nukleotida spesifik pada bagian start
suatu gen, memberi sinyal untuk menginisiasi sintesis RNA. Faktor
transkripsi (protein) membantu RNA polimerase eukariotik
mengenali urutan promotor. Transkripsi terus berlangsung hingga
urutan RNA tertentu memberin sinyal terminasi.
Translasi adalah sintesis polipeptida yang diatur oleh RNA. Saat
molekul mRNA meluncur melalui ribosom, kodon-kodon
ditranslasi satu per satu menjadi asam-asam amino. Interpreternya
adalah molekul tRNA. Setelah mengambil asam amino spesifik, tRNA
berjajar dengan bantuan triplet antikodonnya di kodon komplementer
pada mRNA. Pelekatan asam amino pada spesifik pada bagian tRNA
tertentu merupakan proses yang digerakan ATP yang dikatalis enzim
sintetase tRNA-aminoasil. Translasi terdiri dari 3 tahap yaitu aktivasi,
berupa penambahan asam amino pada tRNA. Kemudian, terjadi
inisiasi dan elongasi yang ditandai dengan penambahan asam amino
baru dengan peptidyl transferase. Akhirnya proses akan berhenti di
tahap terminasi. Ribosom mengkoordinasikan ketiga tahap translasi :
inisiasi,
elongasi dan terminasi. Setiap ribosom terdiri dari dua sub unit yang
terbuat dari protein dan RNA ribosom (rRNA). Ribosom memiliki
tempat pengikatan untuk mRNA; tempat P dan A yang mengikat tRNA
yang bersebelahan begitu asam amino dihubungkan dalam rantai
polipeptida yang sedang tumbuh; dan tempat E untuk pelepasan
tRNA.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses Replikasi Sel?
2. Bagaimana proses Transkripsi DNA?
3. Bagaimana proses Translasi Gen?
C. Tujuan
1. Mengetahui proses Replikasi Sel
2. Mengetahui proses Transkripsi DNA
3. Mengetahui proses Translasi Gen
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Replikasi Sel


Replikasi adalah peristiwa sintesis DNA. Saat suatu sel membelah
secara mitosis, tiap-tiap sel hasila pembelahan mengandung DNA
penuh dan identik seperti induknya.Dengan demikian, DNA harus
secara tepat direplikasi sebelum proses pembelahan dimulai.
Hipotesis mengenai replikasi DNA dikemukakan setelah muncul
model DNA heliks ganda. Replikasi DNA dapat terjadi dengan adanya
sintesis rantai nukleotida baru dari rantai nukleotida lama (Ayu,
2007).
Proses komplementasi pasangan basa menghasilkan suatu
molekul DNA baru yang sama dengan molekul DNA lama sebagai
cetakan. Kemungkinan terjadinya replikasi dapat melalui tiga model.
Model pertama adalah model konservatif, yaitu dua rantai DNA lama
tetap tidak berubah, berfungsi sebagai cetakan untuk dua dua rantai
DNA baru.
Model kedua disebut model semikonservatif, yaitu dua rantai DNA
lama terpisah dan rantai baru disintesis dengan prinsip
komplementasi pada masing-masing rantai DNA lama tersebut.Model
ketiga adalah model dispersif, yaitu beberapa bagian dari kedua
rantai DNA lama digunakan sebgai cetakan untuk sintesis rantai
DNA baru.

Model replikasi ada tiga yaitu,

 Model semikonservatif
 Model Konservatif
 Model Dispersive
Model semikonservatif merupakan model yang tepat untuk proses
replikasi DNA. Replikasi DNA semikonservatif ini berlaku bagi
organisme prokariot maupun eukariot. Pada replikasi
semikonservatif tangga berpilin mengalami pembukaan terlebih
dahulu sehingga kedua
untai polinukleotida akan saling terpisah. Namun, masing-masing
untai ini tetap dipertahankan dan akan bertindak sebagai cetakan
(template) bagi pembentukan untai polinukleotida baru. Sementara
itu, pada replikasi dispersif kedua untai polinukleotida mengalami
fragmentasi di sejumlah tempat. Kemudian, fragmen-fragmen
polinukleotida yang terbentuk akan menjadi cetakan bagi fragmen
nukleotida baru sehingga fragmen lama dan baru akan dijumpai
berselang-seling di dalam tangga berpilin yang baru.
a) Replikasi DNA prokariot
Replikasi DNA kromosom prokariot, khususnya bakteri, sangat
berkaitan dengan siklus pertumbuhannya. Daerah ori pada E. coli,
misalnya, berisi empat buah tempat pengikatan protein
inisiator DnaA, yang masing-masing panjangnya 9 pb. Sintesis
protein DnaA ini sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri
sehingga inisiasi replikasi juga sejalan dengan laju pertumbuhan
bakteri.
Pada laju pertumbuhan sel yang sangat tinggi, DNA kromosom
prokariot dapat mengalami reinisiasi replikasi pada dua ori yang
baru terbentuk, sebelum putaran replikasi yang pertama
berakhir.
Akibatnya, sel-sel hasil pembelahan akan menerima kromosom
yang sebagian telah bereplikasi.
Protein DnaA membentuk struktur kompleks yang terdiri atas
30 hingga 40 buah molekul, yang masing-masing akan terikat pada
molekul ATP. Daerah ori akan mengelilingi kompleks DnaA-ATP
tersebut. Proses ini memerlukan kondisi superkoiling negatif DNA
(pilinan kedua untai DNA berbalik arah sehingga terbuka).
Superkoiling negatif akan menyebabkan pembukaan tiga sekuens
repetitif sepanjang 13 pb yang kaya dengan ATP sehingga
memungkinkan terjadinya pengikatan protein DnaB, yang
merupakan enzim helikase, yaitu enzim yang akan menggunakan
energ ATP hasil hidrolisis untuk bergerak di sepanjang kedua
untai DNA dan memisahkannya.
Untai DNA tunggal hasil pemisahan oleh helikase selanjutnya
diselubungi oleh protein pengikat untai tunggal atau single-
stranded binding protein (SSB) untuk melindungi DNA untai
tunggal dari kerusakan fisik dan mencegah renaturasi. Enzim DNA
primase kemudian akan menempel pada DNA dan menyintesis RNA
primer yang pendek untuk memulai atau menginisiasi sintesis
pada untai pengarah. Agar replikasi dapat terus berjalan
menjauhi ori, diperlukan enzim helikase selain DnaB. Hal ini
karena pembukaan heliks akan diikuti oleh pembentukan putaran
baru berupa superkoiling positif. Superkoiling negatif yang
terjadi secara alami ternyata tidak cukup untuk mengimbanginya
sehingga diperlukan enzim lain, yaitu topoisomerase tipe II yang
disebut dengan DNA girase. Enzim DNA girase ini merupakan
target serangan antibiotik sehingga pemberian antibiotik dapat
mencegah berlanjutnya replikasi DNA bakteri. Seperti telah
dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai pengarah
maupun pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu
kompleks yang disebut primosom akan menyintesis sejumlah RNA
primer dengan interval 1.000 hingga
2.000 basa.
Primosom terdiri atas helikase DnaB dan DNA primase.
Primer baik pada untai pengarah maupun pada untai
tertinggal akan mengalami elongasi dengan bantuan holoenzim
DNA polimerase III. Kompleks multisubunit ini merupakan dimer,
separuh akan bekerja pada untai pengarah dan separuh lainnya
bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis pada
kedua untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama. Masing-
masing bagian dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas
subunit a, yang mempunyai fungsi polymerase sesungguhnya, dan
subunit e, yang mempunyai fungsi penyuntingan berupa
eksonuklease (3’----
------ 5’). Selain itu, terdapat subunit b yang menempelkan
polimerase pada DNA.
Begitu primer pada untai tertinggal dielongasi oleh DNA
polimerase III, mereka akan segera dibuang dan celah yang
ditimbulkan oleh hilangnya prime tersebut diisi oleh DNA
polimerase I, yang mempunyai aktivitas polimerase 5’-----
3’,eksonuklease 5’-------3’, dan eksonuklease penyuntingan 3’ 5’.
Eksonuklease 5’-----3’ membuang primer, sedangkan polimerase
akan mengisi celah yang ditimbulkan. Akhirnya, fragmen-fragmen
Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase. Secara in vivo,
dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini
membentuk kompleks berukuran besar yang disebut dengan
replisom. Dengan adanya replisom sintesis DNA akan berlangsung
dengan kecepatan 900 pb tiap detik Kedua garpu replikasi akan
bertemu kira-kira pada posisi 180°C dari ori. Disekitar daerah ini
terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan gerakan
garpu replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk
gen tus, suatu inhibitor bagi helikase DnaB. Ketika replikasi
selesai, kedua lingkaran hasil replikasi masih menyatu. Pemisahan
dilakukan oleh enzim topoisomerase IV. Masing-masing lingkaran
hasil replikasi kemudian disegregasikan ke dalam kedua sel hasil
pembelahan.
b) Replikasi DNA Eukariot
Pada eukariot replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di
dalam interfase. Untuk memasuki fase S diperlukan regulasi oleh
sistem protein kompleks yang disebut siklin dan kinase
tergantung siklin atau cyclin-dependent protein kinases (CDKs),
yang berturut-turut akan diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang
mencapai permukaan sel. Beberapa CDKs akan melakukan
fosforilasi dan mengaktifkan protein-protein yang diperlukan
untuk inisiasi pada masing-masing ori.
Berhubung dengan kompleksitas struktur kromatin,
garpu replikasi pada eukariot bergerak hanya
dengan kecepatan 50 pb
tiap detik. Sebelum melakukan penyalinan, DNA harus dilepaskan
dari nukleosom pada garpu replikasi sehingga gerakan garpu
replikasi akan diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik.
Dengan kecepatan seperti ini diperlukan waktu sekitar 30 hari
untuk menyalin molekul DNA kromosom pada kebanyakan
mamalia
Sederetan sekuens tandem yang terdiri atas 20 hingga 50
replikon mengalami inisiasi secara serempak pada waktu tertentu
selama fase S. Deretan yang mengalami inisasi paling awal adalah
eukomatin, sedangkan deretan yang agak lambat adalah
heterokromatin. DNA sentromir dan telomir bereplikasi paling
lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas struktur
kromatin yang berbeda beda terhadap faktor inisiasi
Seperti halnya pada prokariot, satu atau beberapa DNA
helikase dan SSB yang disebut dengan protein replikasi A atau
replication protein A (RP-A) diperlukan untuk memisahkan kedua
untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang berbeda
terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing
fragmen untai tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan
bantuan aktivitas primase yang merupakan bagian integral enzim
DNA polimerase a. Enzim ini akan meneruskan elongasi replikasi
tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA polimerase d pada
untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai tertinggal. Baik
DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan.
Kemampuan DNA polimerase d untuk menyintesis DNA yang
panjang disebabkan oleh adanya antigen perbanyakan nuclear sel
atau proliferating cell nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya
setara dengan subunit b holoenzim DNA polimerase III pada E.
coli. Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di dalam
sel juga mengalami penggandaan selama fase S.
Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang
berkaitan dengan garpu replikasi akan diimobilisasi di dalam
matriks nuklear. Mesin-mesin tersebut dapat divisualisasikan
menggunakan mikroskop dengan melabeli DNA yang sedang
bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog timidin,
yaitu bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang
dilabeli tersebut dilakukan dengan imunofloresensi menggunakan
antibodi yang mengenali BudR.
Ujung kromosom linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya
karena tidak ada DNA yang dapat menggantikan RNA primer yang
dibuang dari ujung 5’ untai tertinggal. Dengan demikian,
informasi genetik dapat hilang dari DNA. Untuk mengatasi hal ini,
ujung kromosom eukariot (telomir) mengandung beratus-ratus
sekuens repetitif sederhana yang tidak berisi informasi genetik
dengan ujung 3’ melampaui ujung 5’. Enzim telomerase
mengandung molekul RNA pendek, yang sebagian sekuensnya
komplementer dengan sekuens repetitif tersebut. RNA ini akan
bertindak sebagai cetakan (templat) bagi penambahan sekuens
repetitif pada ujung 3’. Hal yang menarik adalah bahwa aktivitas
telomerase mengalami penekanan di dalam sel-sel somatis pada
organisme multiseluler, yang lambat laun akan menyebabkan
pemendekan kromosom pada tiap generasi sel. Ketika
pemendekan mencapai DNA yang membawa informasi genetik,
sel-sel akan menjadi layu dan mati. Fenomena ini diduga sangat
penting di dalam proses penuaan sel. Selain itu, kemampuan
penggandaan yang tidak terkendali pada kebanyakan sel kanker
juga berkaitan dengan reaktivasi enzim telomerase
B. Proses Transkripsi DNA
Transkripsi (dari bahasa Inggris: transcription) dalam genetika
adalah pembuatan RNA dengan menyalin sebagian berkas DNA.
Transkripsi adalah bagian dari rangkaian ekspresi genetik.
Pengertian asli "transkripsi" adalah alih aksara atau penyalinan.
Di sini, yang dimaksud adalah mengubah "teks" DNA menjadi
RNA. Sebenarnya,
yang berubah hanyalah basa nitrogen timin di DNA yang pada RNA
digantikan oleh urasil (Yuwono, 2005).
Transkripsi adalah suatu proses dimana RNA terbentuk dari hasil
pencetakan DNA. Beberapa faktor turut berperan dalam proses
transkripsi ini seperti RNA polimerase, promotor dan enhancer, faktor
transkripsi. (Stryer, 1995).
Transkripsi adalah suatu satuan spesifik dari informasi genetik
dalam DNA yang menyebabkan pembentukan sebuah molekul RNA
berserat tunggal dengan suatu urutan asam basa komplementer
terhadap bagian untai DNA yang ditranskripsikan. Kita dapat
membayangkan adanya suatu untai DNA yang terbagi menjadi
bagian- bagian pendek yang saling dihubungkan. Setiap bagian, atau
gen terdiri dari suatu urutan basa yang membuat suatu kode untuk
molekul RNA yang unik. Molekul RNA yang sesuai dengan suatu gene
tertentu, mungkin merupakan salah satu dari tiga tipe RNA, yaitu m-
RNA, r-RNA dan t-RNA (Leccar., 1991).
a) Tahapan Transkripsi DNA
Proses sintesis molekul RNA oleh transkripsi dari cetakan DNA
yang bersangkutan dapat dibagi menjadi beberapa tahap.
 Tahap 1
Enzim RNA polimerase terikat pada urutan spesifik dari
basa, atau tanda permulaan, pada permulaan gene sedang
mengalami transkripsi. Tempat-tempat permulaan ini
merupakan urutan basa yang kaya akan pirimidin dan
mempunyai sekitar 10 nukleotida. Pengikatan RNA polimerase
pada tempat permulaan menyebabkan terbukanya gulungan
heliks rangkap DNA pada bagian pendeknya. Untuk setiap gene
tertentu, hanya satu untai heliks rangkap berfungsi sebagai
cetakan untuk transkripsinya. RNA polimerase dari E. Coli
menghasilkan semua dari tiga jenis RNA seluler. Pada sel
mamalia terbukti bahwa ada beberapa RNA polimerase yang
berbeda. RNA polimerase E. Coli
mempunyai bobot molekuler kira-kira 5 105dan terdiri dari
lima sub satuan.
 Tahap 2
Substrat untuk reaksi RNA polimerase, yaitu ATP, GTP, UTP,
dan CTP, merupakan pasangan basa
terhadap basakomplementernya pada satu dari bagian-bagian
DNA. Kekhususan dari pasangan basa memungkinkan DNA
untuk bertindak sebagai cetakan pada penambahan
ribonukleosida trifosfat dalam urutan yang benar kepada
untai RNA yang sedang tumbuh. RNA polymerase mengkatalisis
pembentukan hubungan fosfodiester antara ribonukleosida
trifosfat dan ujung 3'- OH dari untai RNA yang sedang tumbuh.
Pembebanan yang diikuti hidrolisis pirofosfat membantu
menyediakan gaya pendorong untuk reaksi ini. Bekerjanya RNA
polimerase sama dengan bekerjanya DNA polimerase 1.
Pertumbuhan untai RNA seperti halnya dengan DNA,
berlangsung dalam arah 5'3'
 Tahap 3
Sementara RNA polimerase bergerak ke bawah menuruti
untai DNA, maka hibrida RNA/DNA dupleks yang
dihasilkan, membuka kumparannya, dan untai cetakan DNA
membentuk kembali heliks rangkap DNA/DNA yang lebih
mantap dengan untai komplementer kromosomnya. Pada
ujung gene, suatu urutan basa khusus menyebabkan
berhentinya transkripsi dan RNA polimerase melepaskan diri
dari molekul DNA. Dalam beberapa hal terbukti bahwa
protein khusus, yaitu faktor p, mungkin terlibat dalam proses
penyelesaian.
 Tahap 4
Setelah molekul RNA disintesis, masih mungkin
dapat diubah secara kimiawi. Misalnya telah diketahui bahwa
18 S dan 28 S r-RNA ribosom mamalia merupakan hasil dari
metilasi dan pembelahan pelopor 45 S yang tunggal. Ini
mengingatkan kepada pembentukan zimogen atau pelopor tak
aktif dari protein enzim tertentu. Ada bukti bahwa molekul t-
RNA dihasilkan oleh pembelahan selektif terhadap molekul
RNA yang lebih besar. Tambahan pula, basa-basa yang kurang
penting terutama t-RNA biasa, mungkin merupakan
akibat dari perubahan kimia sesudah terjadi transkripsi dari
pelopor t-RNA (Hughes, 1979)
Inisiasi transkripsi tidak harus menunggu selesainya
transkripsi sebelumnya. Hal ini karena begitu RNA polimerase
telah melakukan pemanjangan 50 hingga 60 nukleotida,
promoter dapat mengikat RNA polimerase yang lain. Pada gen-
gen yang ditranskripsi dengan cepat reinisiasi transkripsi
dapat terjadi berulang-ulang sehingga gen tersebut akan
terselubungi oleh sejumlah molekul RNA dengan tingkat
penyelesaian yang berbeda-beda.
Secara umum mekanisme transkripsi pada prokariot dan
eukariot hampir sama. Hanya saja, pada prokariot produk
langsung transkripsi atau transkrip primernya adalah mRNA
(akan dijelaskan di bawah), sedangkan pada eukariot transkrip
primernya harus mengalami prosesing RNA terlebih dahulu
sebelum menjadi mRNA. Prosesing RNA ini mencakup dua
peristiwa, yaitu modifikasi kedua ujung transkrip primer
dan pembuangan urutan basapada transkrip primer yang tidak
akan ditranslasi (disebut intron). Ujung 5’ dimodifikasi dengan
penambahan guanosin dalam ikatan 5’-5’ yang tidak umum
hingga terbentuk suatu gugus terminal yang dinamakan
cap,
sedangkan ujung 3’ dimodifikasi dengan urutanpoliadenosin
(poli A) sepanjang lebih kurang 200 basa. Sementara itu,
panjang intron yang harus dibuang dapat mencapai 50% hingga
90% dari panjang transkrip primer, tetapi segmen yang
mengandung ujung 5’ (gugus cap) tidak pernah dibuang.
Setelah intron dibuang, segmen-segmen sisanya (disebut
ekson) segera digabungkan menjadi mRNA. Pembuangan
intron dan penggabungan ekson menjadi molekul mRNA
dinamakan penyatuan RNA atau RNA splicing.(Mark, 2000).

b) Transkripsi pada Prokariot


Telah dikatakan di atas bahwa transkripsi merupakan proses
sintesis RNA yang dikatalisis oleh enzim RNA polimerase. Berikut
ini akan diuraikan sekilas enzim RNA polimerase pada prokariot,
khususnya pada bakteri E.coli, promoter s70, serta
proses transkripsi pada organisme tersebut.
Enzim RNA polimerase pada E. coli sekurang-kurangnya terdiri
atas lima subunit, yaitu alfa (a), beta (b), beta prima (b’), omega
(w), dan sigma (s). Pada bentuk lengkapnya, atau disebut
sebagai holoenzim, terdapat dua subunit a dan satu subunit
untuk masing- masing subunit. Holoenzim RNA polimerase
diperlukan untuk inisiasi transkripsi.
Laju sintesis RNA oleh RNA polimerase E. coli dapat mencapai
sekitar 40 nukleotida per detik pada suhu 37°C. Untuk
aktivitasnya enzim ini memerlukan kofaktor Mg2+. Setiap
berikatan dengan molekul DNA enzim RNA polimerase E. coli
dapat mencakup daerah sepanjang lebih kurang 60pb. Seperti
proses transkripsi pada umumnya, transkripsi pada prokariot
berlangsung dalam empat tahap, yaitu pengikatan promoter,
inisiasi, elongasi, dan teminasi. (Stryer, 1995).
c) Transkripsi pada Eukariot
Mekanisme transkripsi pada eukariot pada dasarnya
menyerupai mekanisme pada prokariot. Namun, begitu banyaknya
polipeptida yang berkaitan dengan mesin transkripsi pada
eukariot menjadikan mekanisme tersebut jauh lebih kompleks
daripada mekanisme pada prokariot.
Ada tiga macam kompleks RNA polimerase, yang masing-
masing diperlukan untuk transkripsi tipe-tipe gen eukariot yang
berbeda. Perbedaan ketiga macam RNA polimerase tersebut
dapat diketahui melalui pemurnian menggunakan teknik
kromatografi dan elusi pada konsentrasi garam yang berbeda.
Masing-masing RNA polimerase mempunyai sensitivitas yang
berbeda terhadap toksin jamur α-amanitin, dan hal ini dapat
digunakan untuk membedakan aktivitasnya satu sama lain.
a. RNA polimerase I (RNA Pol I) mentranskripsi sebagian besar gen
rRNA. Enzim ini terdapat di dalam nukleoli dan tidak sensitif
terhadap α-amanitin.
b. RNA polimerase II (RNA Pol II) mentranskripsi semua gen
penyandi protein dan beberapa gen RNA nuklear kecil (snRNA).
Enzim ini terdapat di dalam nukleoplasma dan sangat sensitif
terhadap α-amanitin.
c. RNA polimerase III (RNA Pol III) mentranskripsi gen-gen tRNA,
5S rRNA, U6 snRNA dan beberapa RNA kecil lainnya.
Enzim ini terdapat di dalam nukleoplasma dan agak sensitif
terhadap α- amanitin.
Di samping enzim-enzim nuklear tersebut, sel eukariot juga
mempunyai RNA polimerase lainnya di dalam mitokondria dan
kloroplas. (Stryer, 1995).
d) Macam-macam RNA
Transkripsi DNA menghasilkan molekul RNA yang kemudian
akan mengalami diferensiasi struktur sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Kita mengenal tiga macam RNA, yaitu
 RNA duta atau messenger RNA (mRNA), yang mempunyai
struktur linier kecuali bagian ujung terminasinya yang
berbentuk batang dan kala (Gambar 10.3). Molekul mRNA
membawa urutan basa yang sebagian di antaranya akan
ditranslasi menjadi urutan asam amino. Urutan basa yang
dinamakan urutan penyandi (coding sequences) ini dibaca tiga
demi tiga. Artinya, tiap tiga basa akan menyandi
pembentukan satu asam amino sehingga tiap tiga basa ini
dinamakan triplet kodon. Pada prokariot bagian mRNA yang
tidak ditranslasi terletak di depan urutan penyandi (disebut
pengarah atau leader) dan di antara dua urutan penyandi
(disebut spacer sequences atau noncoding sequences).
Sementara itu, pada eukariot di samping kedua bagian tadi
ada juga bagian di dalam urutan penyandi yang tidak
ditranslasi. Bagian inilah yang dinamakan intron seperti telah
dijelaskan di atas. Molekul mRNA pada prokariot sering kali
membawa sejumlah urutan penyandi bagi beberapa
polipeptida yang berbeda. Molekul mRNA seperti ini
dinamakan mRNA polisistronik. Dengan adanya mRNA
polisistronik, sintesis beberapa protein yang masih terkait
satu sama lain dapat diatur dengan lebih efisien karena hanya
dibutuhkan satu sinyal. Pada eukariot hampir tidak pernah
dijumpai mRNA polisistronik.
 RNA pemindah atau transfer RNA (tRNA), yang strukturnya
mengalami modifikasi hingga berbentuk seperti daun
semanggi. Seperti halnya struktur ujung terminasi mRNA,
struktur seperti daun semanggi ini terjadi karena adanya
urutan palindrom yang diselingi oleh beberapa basa (Gambar
10.4). Pada salah satu kalanya, tRNA membawa tiga buah basa
yang komplemeter dengan triplet kodon pada mRNA. Ketiga
basa ini dinamakan antikodon.
Sementara itu, pada ujung 3’-nya terdapat tempat
pengikatan
asam amino tertentu. Pengikatan yang membentuk molekul
aminoasil-tRNA ini terjadi dengan bantuan enzim aminoasil-
tRNA sintetase. Dalam hal ini gugus hidroksil (OH) pada ujung
3’ tRNA terikat sangat kuat dengan gugus karboksil (COOH)
asam amino. Macam asam amino yang dibawa ditentukan oleh
urutan basa pada antikodon. Jadi, ada beberapa macam
aminoasil- tRNA sesuai dengan antikodon dan macam asam
amino yang dibawanya.
 RNA ribosomal atau ribosomal RNA (rRNA), yang
strukturnya merupakan bagian struktur ribosom. Lebih kurang
separuh struktur kimia ribosom berupa rRNA dan separuh
lainnya berupa protein. Molekul rRNA, dan juga tRNA, dapat
dikatakan sebagai RNA struktural dan tidak ditranslasi
menjadi asam amino/protein. Akan tetapi, mereka adalah
bagian mesin sel yang menyintesis protein. (Mark, 2000) .
C. Proses Translasi Gen
Translasi adalah sintesis polipeptida yang diatur oleh RNA. Saat
molekul mRNA meluncur melalui ribosom, kodon-kodon
ditranslasi satu per satu menjadi asam-asam amino. Pada proses ini,
mRNA telah keluar dari inti sel. Sekali mRNA keluar dari inti sel dan
telah berada dalam sitoplasma, maka mRNA akan bergabung
dengan satu atau lebih ribosom yang memungkinkan asam-asam
amino disusun menjadi rantai polipeptida sesuai dengan kode
genetik yang ditugaskan pada rantai mRNA. Jadi proses translasi
merupakan proses pemindahan informasi genetik dari RNA ke
protein. Proses translasi dibantu dengan bantuan molekul-molekul
perantara lain yang terdapat di dalam sitoplasma, yaitu tRNA atau
RNA pemindah. tRNA berfungsi untuk mengikat asam amino pada
satu ujungnya, sedangkan ujung yang lain mampu mengenal kodon
mRNA untuk tempat melekatnya asam amino yang diikatnya
(Campbell, 2010).
Translasi bertujuan untuk membentuk protein dari asam-asam
amino spesifik dan akan membentuk rangkaian protein yang berbeda
pula. Translasi yang umumnya dikenal sebagai biosintesis protein
adalah suatu proses pembacaan dari mRNA hasil dari transkripsi DNA
hingga perubahan dari rangkaian RNA menjadi suatu rangkaian
protein dari asam-asam amino yang spesifik yang berasal dari tRNA
pada proses translasi. Asam amino yang terdapat di dalam
sitoplasma akan diikat oleh tRNA. Pengikatan ini dibantu dengan
menggunakan energi yang berupa ATP (adenine tripospat). ATP
berfungsi untuk mengaktifkan asam amino agar siap untuk diangkut
ke subunit ribosom (Poedjiadi, 2006).

Gambar pemindahan kode dari 5’-3’-mRNA menjadi protein


Triplet anti-kodon terdapat pada t-RNA. Triplet ini akan
berpasangan dengan triplet kodon sambil membawa sebuah asam
amino, missal GUA akan membawa asam amino valin, UAA akan
membawa asam amino tirosin. Dan dengan bantuan ribosom asam
amino-asam amino tersebut akan digabungkan dengan ikatan peptida
menjadi protein (Poedjiadi, 2006).

a) Tahap – Tahap Translasi


Translasi meliputi tiga tahapan, yaitu inisiasi, elongasi,
dan terminasi.
1) Tahap Inisiasi (Permulaan)
Pada tahap ini mRNA yang telah keluar dari inti sel (nukleus)
dan sudah berada di sitoplasma akan bersatu dengan subunit
kecil ribosom. Ribosom akan menempel pada mRNA yang
memiliki kodon AUG. Kodon ini merupakan kodon penanda
yang menandai akan dimulainya sintesis protein. Kodon AUG
adalah kode kodon untuk asam amino metionin. Kodon AUG
biasanya ada di ujung 5’. Setelah ditemukan kodon ini, maka
akan dilanjutkan dengan tahapan translasi selanjutnya, yaitu
tahap elongasi atau perpanjangan (Poedjiadi, 2006).
Ada beberapa perbedaan tahapan dalam hal proses iniasi
translasi antara prokariot dan eukariot. Pada eukariot, kodon
inisiasi adalah metionin (bukan formil metionin seperti pada
prokariot) tetapi tRNA yang melakukan inisiasi berbeda dari
tRNA yang menambahkan metionin pada bagian dalam
polipeptida. Molekul tRNA inisiator disebut tRNAiMet. selain
itu, pada eukariot tidak ada sekuens Shine-delgarno seperti
yang ada pada prokariot. Fungsi sekuens inu, yang akan
menuntun ribosom untuk menemukan kodon inisasi. Dilakukan
oleh struktur tudung (cap) berupa metil guanosin.

Gambar tahap inisiasi translasi


2) Tahap Elongasi (Pemanjangan)
Setelah kodon AUG ditemukan, tRNA akan membawa asam
amino dari sitoplasma yang memiliki kode UAS sebagai
terjemahan dari metionin. Setelah metionin diterjemahkan,
subunit besar ribosom akan bersatu dengan subunit kecil yang
membentuk ribosom yang sempurna. Setelah menerjemahkan
metionin, kodon-kodon selanjutnya akan terbaca dan akan
diterjemahkan dengan cara yang sama. tRNA membawa asam
amino masuk ke dalam subunit besar dan melekat pada sisi A,
lalu akan dilepaskan pada sisi P. tRNA akan keluar melalui sisi
E pada bagian subunit besar ribosom (Poedjiadi, 2006).
Misal setelah AUG terdapat kodon ASG. Maka tRNA akan
mencarikan terjemahan dari kodon itu, yaitu UGS, yang berarti
kode untuk asam amino treonin. Kodon treonin itu akan
diangkut oleh tRNA memasuki bagian sisi A dan
melepaskannya pada sisi P. tRNA akan keluar dari ribosom
melalui sisi E pada subunit besar untuk membawa asam amino
yang lainnya. Demikian proses yang terjadi sampai terbentuk
untaian yang cukup panjang, sampai ditemukan kode untuk
menghentikan proses ini (Poedjiadi, 2006).
Proses pemanjangan polipeptida disebut sebagai proses
elongation yang secara umum mempunyai mekanisme yang
serupa pada prokariot dan eukariot. Proses pemanjangan
terjadi dalam tiga tahapan, yaitu :
a. Pengikatan aminoasil – tRNA pada sisi A yang ada
diribosom
b. Pemindahan rantai polipeptida yang tumbuh dari tRNA
yang ada pada sisi P ke arah sisi A dengan membentuk
ikatan peptida, dan
c. Translokasi ribosom sepanjang mRNA ke posisi kodon
selanjutnya yang ada disisi A.
Gambar tahap elongasi translasi.

Keterangan :
- tRNA membawa antikodon AAA & asam amino (fenilalanin)

- Antikodon AAA berpasangan dengan kodon mRNA

- Pembentukan ikatan peptida

- Pemanjangan rantai polipeptida & ribosom siap


menerima tRNA selanjutnya
3) Tahap Terminasi (Penghentian Sintesis Protein)
Pada tahap ini terjadi karena terdapat kode-kode yang
menandai mRNA untuk menghentikan proses pengangkutan
asamamino. Kode-kode itu berbentuk kodon UAA, UAG, dan
UGA. Jika salah satu kodon itu ditemukan oleh tRNA, maka
secara langsung proses sintesis protein akan terhenti karena
tRNA tidak mengikat asam amino kembali (Poedjiadi, 2006).
Setelah selesai tahap terminasi, maka secara otomatis
ribosom akan berpisah antara subunit besar dan subunit
kecilnya, serta asam amino akan membentuk zat lain
yang sedang dibutuhkan oleh sel. Subunit besar dan subunit
kecil akan bersatu kembali jika akan dilakukan proses sintesis
kembali. Berikut merupakan gambar proses sintesis protein
yang meliputi transkripsi dan translasi sampai terbentuk
polipeptida yang berupa rantai.
Tahap terminasi merupakan tahap akhir dari proses
translasi. Terminasi merupakan proses pelepasan protein yang
baru disintesis.
a. Ketika suatu ribosom mencapai suatu kodon terminasi pada
untai mRNA, tempat A pada ribosom itu menerima
suatu protein yang disebut factor pelepas sebagai ganti
tRNA
b. Faktor pelepas menghidrolisis ikatan antara tRNA di dalam
tempat P dan asam amino terakhir dan rantai
polipeptida.
Polipeptida ini kemudian dilepaskan dari ribosom
c. Kedua subunit ribosom dan komponen penyusun yang lain
terdisosiasi
Pada proses translasi mRNA eukariota berumur lebih
panjang (jam) dibanding mRNA prokariota (menit). Pada ujung
5’ mRNA eukariota ditambahkan ‘tudung’ yaitu 7-
metilguanosin. Fungsi tudung ini adalah untuk efisiensi
translasi. mRNA eukariota mempunyai urutan pengenal 5’-
ACCAUGG disekitar kodon inisiasi AUG.

Gambar terminasi translasi

b) Struktur dan Fungsi tRNA


mRNA dan tipe RNA seluler lain, molekul RNA transfer
ditranskripsi dari cetakan DNA. Pada sel eukariotik, seperti mRNA,
tRNA dibuat di dalam nukleus dan harus diangkut dari nukleus ke
sitoplasma tempat terjadinya translasi. Baik pada sel prokariotik
maupun eukariotik, tiap molekul tRNA digunakan berulang kali
untuk mengambil desain asam aminonya dalam sitosol dan
menyimpan muatan di ribosom, serta meninggalkan ribosom untuk
mengambil muatan lainnya (Poedjiadi, 2006). Molekul tRNA terdiri
atas untai tunggal RNA yang panjangnya hanya 80 nukleotida.
Untai RNA melipat ke belakang terhadap dirinya sendiri
membentuk molekul dengan struktur tiga dimensi yang diperkuat
interaksi antara bagian-bagian yang berbeda dari rantai
nukleotida. Basa- basa nukleotida di daerah tertentu dari untai
tRNA membentuk ikatan hydrogen dengan basa-basa
komplementer dari daerah lain.
Berikut merupakan gambar RNA transfer (Poedjiadi, 2006) :

Gambar struktur RNA transfer.


Keterangan :
a) Struktur dua dimensi dari molekul tRNA yang spesifik untuk
asam amino fenilalanin

b) Struktur tiga dimensi berbentuk L dari tRNA

c) Bentuk yang disederhanakan untuk tRNA


Antikoden secara konvensional ditulis 5’ → 3’. Untuk
pembuatan pasangan basa, untai RNA harus antiparalel,
seperti DNA. Contohnya antikodon 3’-AAG-5’ berpasangan
dengan kodon
mRNA 5’-UUC-3’ (Poedjiadi, 2006).
c) Sintesis tRNA Aminoasil
Pengikatan kodon-antikodon sebenarnya merupakan bagian
kedua dari dua tahap pengenalan yang dibutuhkan untuk translasi
suatu pesan genetik yang akurat. Pengikatan ini harus didahului
oleh pemasangan yang benar antara tRNA dengan asam amino.
tRNA yang mengikatkan diri pada kodon mRNA yang menentukan
asam amino tertentu, harus membawa hanya asam amino
tersebut ke ribosom. Tiap asam amino digabungkan dengan tRNA
yang sesuai oleh suatu enzim spesifik yang disebut sintetase
tRNA- aminoasil. Tempat aktif dari tiap tipe sintetase tRNA
aminoasil hanya cocok untuk kombinasi asam amino dantRNA yang
spesifik. Enzim sintetase ini mengkatalisis penempelan kovalen
dari asam amino pada tRNA-nya dalam suatu proses yang
digerakkan oleh hidrolisis ATP. tRNA aminoasil yang dihasilkan
dilepaskan dari enzim tersebut dan membawa asam aminonya ke
rantai polipeptida yang sedang tumbuh di dalam ribosom.
d) Ribosom
Ribosom adalah komponen sel yang membuat protein dari
semua asam amino. Salah satu prinsip utama biologi, sering
disebut sebagai “dogma sentral,” adalah DNA yang digunakan
untuk membuat RNA, yang, pada gilirannya, digunakan untuk
membuat protein. Urutan DNA gen disalin ke RNA (mRNA).
Ribosom kemudian membaca informasi dalam RNA dan
menggunakannya untuk membuat protein. Proses ini dikenal
sebagai translasi; yaitu, ribosom “menerjemahkan” informasi
genetik dari RNA menjadi protein.
Ribosom memudahkan pemasangan yang spesifik antara
antikodon tRNA dengan kodon mRNA selama sintesis protein.
Ribosom tersusun dari subunit kecil dan subunit besar,
subunit tersebut dibangun oleh protein-protein dan molekul RNA
yang
disebut RNA ribosom. Pada eukariotik, subunit tersebut disintesis
di nukleus. Gen RNA ribosom pada DNA kromosomal ditranskripsi,
dan RNA tersebut diproses dan disusun dengan protein-protein
yang diambil dari sitoplasma. Subunit ribosom yang dihasilkan
kemudian diekspor melalui pori-pori nukleus ke sitoplasma. Baik
pada eukariota maupun prokariota , subunit besar dan kecil
bergabung untuk membentuk ribosom fungsional hanya ketika
kedua subunit tersebut terikat pada molekul mRNA. Karena
sebagian sel mengandung ribuan ribosom, rRNA merupakan
tipe RNA yang paling banyak (Poedjiadi, 2006).
Ribosom terbentuk globular dengan dimeter sekitar 250 sampai
350 nm. Ribosom mampu menyebarkan maupun menyerap
electron dengan sangat kuat sehingga mikroskop electron dapat
digunakan secara intensif untuk meneliti ribosom lebih dalam,
sebenarnya selain dengan mikroskop electron, ribosom dapat
diteliti dengan berbagai cara antara lain dengan defraksi sinar X,
sentrifugasi atau pemusingan, maupun dengan imunositokimia.
Analisis biokimia juga bisa dilakukan untuk mengetahui jumlah
dan mengidentifikasi protein-protein dalam sub unit ribosom
(Geneser, 2009).
Struktur suatu ribosom merefleksikan fungsinya untuk
mengumpulkan mRNA dengan tRNA pembawa asam amino. Selain
satu tempat pengikatan –pengikatan untuk mRNA, tiap
ribosom memiliki tiga tempat pengikatan untuk tRNA.
Perbedaan Ribosom pada Eukariotik dan Prokariotik
 Ribosom Pada Sel Prokariotik
Ribosom sel-sel prokariota memiliki massa molecular
2.520.000 dalton dan matranya 29 X 21 nanometer.
Ribosom sel – sel eukariota lebih besar dari pada
ribosom sel – sel prokariota tersebut. Massa molecular
ribosom sel eukariot berkisar antara 4.220.000 dalton
dan matranya 32 X 22
nanometer. Ukuran – ukuran ribosom ditentukan dengan
jalan analisis sedimentasi (pengendapan). Analisis ini
mendasarkan pada pengukuran pada laju pengendapan
suatu molekul atau zarah didalam larutan kental. biasanya
larutan sukrosa yang dipusing dengan kecepatan yang
sangat tinggi (70 gr atau lebih). Konfesiensi sedimentasi
dinyatakan dalam S yaitu kesatuan atau unit Swedberg.
Selain koefisien Swedberg, laju pengeendapan
juga dipengaruhi oleh factor – factor lain yaitu berat
molekul, berat makro molekul, atau rakitan makro
molukernya. Ribosom prokariota memiliki koevisien
sedimentasi 70S, sedangkan pada sel eukariota koefisien
sedimentasinya 80S (Johnson, 1994). Ribosom sel
prokariota, bila berada di dalam larutan dengan kadar
Mg++ rendah misalnya 0,2 mm akan mengalami tersepai
(terdisosiasi) menjadi 2 sub unit yang berbeda ukuran
maupun koefisien sedimentasinya. Sub unit besar memiliki
koefisien sedimentasi 50S, sedangkan pada yang kecil
koefisien sedimentasinya 30S.
Ribosom prokariot mengandung RNA dan protein. Pada
subunit ribosom prokariot mengandung satu molekul
RNA yaitu RNA 16S (BM 0.6 X 106) sedangkan subunit
besar mengandung 2 molekul RNA yaitu RNA 23S (BM 1.6
X 106) dan RNA 5S (BM 3.2 X 104). Ketiga RNA
merupakan produk transkripsi secara tertutup dari rantai
gen dalam urutan 16 S
- 23 S - 5 S (Geneser, 2009).
 Ribosom Pada Sel Eukariotik
Ribosom pada sitoplasma sel eukariotik yang
mempunyai koefisien sedimentasi 80S yang tersusun dari
sub unit masing – masing koefisien sedimentas 40S dan
60S. sedangkan pada sel prokariot adalah 70S. dan
dibentuk oleh sub unit 30S dan 50S. ribosom yang lengkap,
yang dibentuk
oleh sub unit – unitnya yang disebut monomer. Sub unit
kecil eukariotik mengandung molekul RNA18S (BM 0,7x
10), sedangkan sub unit besar mengandung RNA 28S (BM
1,7x10), RNA 5S (BM 2,0x 10), dan RNA 5,8S (BM 5,0x 10).
BAB III

PENUTU

A. Kesimpulan
Replikasi adalah peristiwa sintesis DNA. Saat suatu sel
membelah secara mitosis, tiap-tiap sel hasila pembelahan
mengandung DNA penuh dan identik seperti induknya.
Tahap transkripsi adalah tahap dimana pada saat
pembentukan mRNA di dalam nukleus dari DNA template dengan
dibantu oleh enzim polymerase. Proses transkripsi terjadi melalui
empat tahap yaitu pengikatan promoter, inisiasi, elongasi, dan
teminasi.

Tahap translasi adalah tahap dimana mRNA keluar dari inti


sel dan bertemu dengan tRNA lalu dibantu oleh ribosom yang
terdiri dari sub unit besar dan sub unit kecil. Proses translasi
dapat terjadi melalui tiga tahap yaitu tahap inisiasi (permulaan),
tahap elongasi (pemanjangan) dan tahap terminasi (penghentian
sintesis protein).

B. Saran
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dalam makalah ini. Saran yang membangun sangat dibutuhkan
pada pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Geneser, Finn. 2009. Buku Teks Histologi. Jakarta : Binarupa Aksara

Hughes, W. 1979. Aspect of Biophysics. Canada: John & Sons, Inc.

Leccar., R. N. 1991. Mollecular & Cell Biophysics. Canada: Addison-Wesley


Publishing Company.

Mark, Dawn B. M. A. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: Dunia Dua.

Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas


Indonesia Press.

Stryer, L. 1995. Biochemistry 4th Ed. USA: W. H. Freeman and Company.

Yuwono, T. 2005. Biologi Molekul. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai