Anda di halaman 1dari 136

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

Oleh :
Kelompok III
Kelas A/04 Alih Jenjang 2020

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
MEGAREZKY MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk lulus

praktikum Kimia Fisika Yang disetujui oleh :

NO PERCOBAAN ASISTEN PARAF


Kamaruddin
1 Adsorpsi Isotermis
Adelia marsya
2 Tegangan Permukaan utami
Sifera Sonia
3 Viskositas Ranggatau

4 Kenaikan Titik Didih Nurcahyani


Penentuan Bobot Novitalisyn
5 Molekul Senyawa A.D.P
Berdasarkan
Pengukuran Volume Gas

Makassar, 17 April 2021

Kordinator Praktikum

Sirajul Firdaus
NUPN. 9909913434
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat

menyelesaikan LAPORAN:

1. Adsorpsi Isotermis

2. Tegangan Permukaan

3. Viskositas

4. Kenaikan Titik Didih

5. Penentuan Bobot Molekul Senyawa Berdasarkan Pengukuran Volume Gas

Selanjutnya ucapan banyak terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen

pengapuh, asisten laboratorium dan teman-teman yang dengan kesabaran ekstra

membimbing hingga dapat menyelesaikan laporan ini, serta tak lupa kepada rekan-

rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini dengan

baik, yang membantu secara langsung maupun membantu secara tidak langsung.

Sekian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi

Wabarokatuh

Makassar, 17 April 2021

Kelompok III
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN .....................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................

ADSORPSI ISOTERMIS ........................................................................

TEGANGAN PERMUKAAN ..................................................................

VISKOSITAS ............................................................................................

KENIAIKAN TITIK DIDIH....................................................................

PENENTUAN BOBOT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN

PENGUKURAN VOLUME GAS

............................................................
LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM

ADSORBSI ISOTERMIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : III
KELAS : 04/A ALIH JENJANG
ANGKATAN : 2020
NAMA ASISTEN : KAMARUDDIN

PROGRAM STUDI S 1
FARMASI FAKULTAS S1
FARMASI UNIVERSITAS
MEGAREZKY MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia fisika adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang

seluruh fenomena kimia yang meliputi konteks sub atomik, atomik, dan

makroskopik dalam sistem kimia pada kaitannya dengan hukum dan konsep

fisika (Tutik Setianingsih, 2018).

Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul molekul suatu zat pada

permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada

permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan

adsorben, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang

akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorben adalah suatu media

penyerap yang berupa senyawa karbon aktif (Piccin, 2012).

Peristiwa adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya

gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul molekul

pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam,

karena tidak ada gaya gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya gaya ini

menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Komponen

yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat

terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent / substrate). Berdasarkan

sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia.

Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan

merupakan suatu proses bolak -balik apabila daya tarik menarik antara zat
terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut

dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan

adsorben sedangkan adsorpsi kimia adalah dimana antara adsorben dan

adsorbat terjadi suatu ikatan kimia (Piccin, 2012).

Dewasa ini proses penjernihan air menggunakan karbon aktif sebagai

pengadsorpsi atau adsorben pada kotoran yang terdapat dalam air penyebab

keruh dan warna pada air sumur atau air sungai yang disebut juga dengan

proses Untuk mengamati peristiwa adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap

oleh padatan.

koagulasi flokulasi. Selain itu untuk mengurangi keringat pada ketiak

digunakan deodoran. Prinsip kerjanya yaitu dengan mengadsorpsi keringat

yang keluar dari dalam tubuh pada bagian ketiak secara berlebihan. Berbagai

adsorben anorganik maupun organik dapat dijadikan sebagai adsorpsi seperti

aluminium, bauksit, magnesia, magnesium silikat, kalsium hidroksida, silikat

gel, dan timah diatome. Diantara adsorben organik yang paling sering

digunakan adalah arang, gula dan karbon aktif (Tutik Setianingsih, 2018).

B. Maksud Percobaan

Untuk mengamati peristiwa adsorben atau larutan pada suhu tetap

oleh padatan

C. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap adsorbsi

D. Prinsip Percobaan
Proses adsorpsi isoterm menurut Freundlich didasarkan pada

pengukuran banyaknya zat yangteradsoprsi pada suatu adsorben pada suhu

tetap, yaitu dengan cara mengaktifkan karbon lalu mencampurkannya

dengan asam dan dikocok pada selang waktu tertentu. Setelah itu disaring

dan diambil filtratnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

1. Adsorpsi

Suatu keadaan terjadinya penyerapan zat pada permukaan disebut

dengan peristiwa adsorpsi. Adsorpsi dapat terjadi antara zat padat dan zat

cair, zat padat dan gas, zat cair dengan zat cair serta zat gas dengan zat

cair. Peristiwa adsorpsi disebabkan karena adanya gaya tarik menarik

molekul-molekul pada permukaan adsorben. Adsorpsi terjadi apabila gas

atau cairan masuk ke permukaan suatu zat padat, adanya pengayaan pada

permukaan zat padat tersebut ditunjukkan dengan naiknya densitas cairan.

Pada kondisi tertentu akan ada sebagian komponen yang konsentrasinya

meningkat pada permukaannya. Dari alasan ini secara keseluruhan

diperoleh bahwa suatu bahan adsorben harus mempunyai luas permukaan

besar dan spesifik (biasanya lebih dari 100 m2 g -1) dan mempunyai

porositas atau susunan partikel yang baik ( Lince selpia, 2018 ).

Adsorpsi merupakan suatu proses pemisahan dimana molekul-

molekul gas atau cair diserap oleh suatu padatan dan terjadi secara

reversibel. Pada proses adsorpsi terdapat dua komponen yaitu adsorbat

sebagai zat yang diserap dan adsorben sebagai zat yang menyerap.

Adsorben adalah padatan yang memiliki kemampuan menyerap fluida ke

dalam bagian permukaannya sedangkan adsorbat dapat berupa bahan


organik, zat warna dan zat pelembab. Kesetimbangan adsorpsi terjadi

apabila larutan dikontakkan dengan adsorben padat dan molekul dari

adsorbat berpindah dari larutan ke padatan sampai konsentrasi adsorbat

dilarutkan dan padatan dalam keadaan setimbang. Dalam mengukur

kesetimbangan adsorpsi dapat dilakukan dengan cara pengukuran

konsentrasi adsorbat larutan awal dan pada saat terjadi kesetimbangan,

dimana model kesetimbangan yang sering digunakan pada sistem adsorpsi

adalah model isoterm Freundlich dan Langmuir (Abdul Rahman, 2014).

Adsorpsi terjadi karena molekul-molekul pada permukaan zat

padat atau cair memiliki gaya tarik dalam keadaan tidak setimbang yang

cenderung tertarik ke arah dalam. Kesetimbangan gaya tarik tersebut

mengakibatkan zat padat dan cair yang digunakan sebagai adsorben

cenderung menarik zat lain yang bersentuhan dengan permukaannya

(Abdul Rahman, 2014).

Berdasarkan interaksi molekuler antara permukaan adsorben dan

adsorbat, adsorpsi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penyerapan secara

fisika dan penyerapan secara kimia.

a) Adsorbsi secara fisika terjadi tanpa adanya reaksi antar molekul

adsorbat dengan permukaan adsorben. Molekul adsorbat terikat secara

lemah karena adanya gaya Van der Waals, sehingga adsorbat dapat

bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari

adsorben. Adsorpsi fisika bersifat reversible dan dapat membentuk

lapisan ganda (multilayer).


b) Adsorbsi kimia terjadi karena adanya reaksi kimia antar molekul

adsorbat dengan permukaan adsorben, absorpsi kimia bersifat tidak

reversible dan hanya membentuk satu lapisan tunggal (monolayer).

Umumnya terjadi pada suhu tinggi sehingga panas absorpsi tinggi

mengakibatkan terjadi.

(Lince selpia, 2018)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi

Beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu :

a) Sifat Adsorben

Karbon aktif merupakan adsorben yang berpori yang terdiri

dari unsur karbon bebas dan berikatan secara kovalen serta bersifaf

non polar pada permukaannya. Di samping itu struktur pori

berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin kecil pori-pori

karbon aktif maka luas permukaan semakin besar sehingga kecepatan

adsorpsi akan bertambah.

b) Sifat Serapan

Karbon aktif tersebut memiliki kemampuan untuk

mengadsorpsi senyawa-senyawa yang berbeda-beda, dimana adsorpsi

akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul

serapan dan struktur yang sama. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus

fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari

senyawa yang diserap.


c) pH (Derajat Keasaman)

Pada asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH

diturunkan yaitu dengan penambahan asam mineral, hal ini

disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi

ionisasi asam organik tersebut, sedangkan bila pH asam organik

dinaikkan dengan penambahan alkali maka adsorpsi akan berkurang

dan akibatnya akan terbentuk garam.

d) Waktu Kontak

Apabila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan maka

akan dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan, dimana waktu

yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah karbon aktif yang

digunakan. Di samping itu pengadukan juga dapat mempengaruhi

waktuk kontak karena pengadukan ini dimaksudkan untuk dapat

memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk bersentuhan

dengan senyawa yang diserap. Mekanisme proses adsorpsi dapat

digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan larutan

dan menempel pada permukaan zat adsorben secara kimia maupun

fisika. Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida

baik cairan maupun gas terikat pada permukaan padatan dan akhirnya

membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan padatan tersebut

(Abdul Rahman, 2014).


3. Jenis-jenis Adsorpsi

a) Adsorpsi fisika

Adsorpsi fisika merupakan proses penyerapan dimana daya

tarik gaya Van Der Waals atau gaya tarik yang lemah dengan

molekul menarik bahan terlarut dari larutan adsorbat ke dalam

permukaan adsorben sehingga molekul yang teradsorpsi bebas

bergerak di sekitar permukaan adsorben dan tidak hanya menetap

dengan adsorben itu

b) Adsorpsi kimia

Adsorpsi kimia merupakan penyerapan yang bersifaf

spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada

penyerapan fisika, dimana ikatan adsorbat biasanya terjadi tidak

lebih dari satu lapisan. Pada umumnya bahan yang teradsorpsi

membentuk lapisan di atas permukaan berupa molekul-molekul

yang tidak bebas bergerak dari satu permukaan ke permukaan

lainnya sehingga menyebabkan terbentuknya suatu lapisan pada

permukaan adsorben yang memiliki sifaf kimia lain sebagai akibat

adanya reaksi adsorbat dengan adsorben.

(Putri Utha, 2016)

4. Isoterm adsorpsi

Isoterm adsorpsi menggambarkan proses adsorpsi, yaitu proses

distribusi adsorbat diantara fase cair dan fase padat. Dalam isoterm

adsorpsi proses tersebut digambarkan dengan sebuah persamaan atau


rumus. isoterm adsorpsi yang umum digunakan adalah isoterm

Langmuir dan Freundlich.

a) Isoterm Langmuir

Isoterm Langmuir dibuat untuk menggambarkan

pembatasan tapak adsorpsi dengan asumsi bahwa hanya sejumlah

tertentu tapak sentuh adsorben yang membentuk ikatan kovalen

dan ion. Semuanya memiliki energi yang sama, dan adsorpsi

bersifat dapat balik (Afrinda. 2016).

Merupakan isoterm paling sederhana, yang didasarkan

pada asumsi bahwa setiap tempat adsorpsi adalah ekuivalen dan

kemampuan partikel untuk terikat ditempat adsorpsi itu tidak

bergantung pada ditempati atau tidaknya tempat yang berdekatan.

Isoterm Langmuir dibuat untuk menggambarkanbahwa suatu

adsorpsi mengikuti asumsi berikut.

1. Adsorben dan adsorbat membentuk lapis tunggal (monolayer)

2. Adsorpsi terlokalisir

3. Kalor adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan

4. Semua situs bersifat sama dan permukaan adsorben bersifat

homogen.

5. Kemampuan adsorpsi molekul pada suatu situs tidak

tergantung pada situs lainnya.

Sisi sentuh adsorben yang membentuk ikatan kovalen dan ion.

Isoterm Langmuir disebut juga adsorpsi kimia karena adanya reaksi


antara molekul-molekul adsorbat dengan adsorben yang membentuk

ikatan kovalen dan ion. Persamaan Langmuir dapat diturunkan secara

teoritis dengan menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-

molekul adsorbat dangan molekul-molekul yang masih

bebas.Berdasarkan persamaan isoterm Langmuir dapat diperoleh

 yang menunjukkan nilai dari daya adsorpsi maksimum dari

adsorben.

Daya adsorpsi maksimal dapat ditentukan dari kurva hubungan 𝑥


𝑚

terhadap C dengan persamaan:


𝑥
= 𝛼𝛽𝑐 1 + 𝛽......(1)
𝑚

Dari persamaan (1) dapat diubah ke persamaan linier menjadi:

𝐶 𝑥 𝑚 = 1𝛼. 𝛽 + 1𝛼 𝑐……

(2) Keterangan :
𝑥
= jumlah adsorbat yang teradsorp per satuan bobot adsorben (mg/g)
𝑚

𝐶 = konsentrasi kesetimbangan adsorbat setelah adsorpsi (mg/L)

𝛼 = daya adsorpsi maksimum

𝛽 = konstanta isoterm Langmuir

(a) (b)

Gambar . Kurva isoterm adsorpsi Langmuir

(Putri Utha, 2016)


a) Isoterm Freundlich

Freundlich menyusun isoterm adsorpsi dengan

mengasumsikan bahwa permukaan adsorben heterogen, dan model ini

sesuai untuk larutan encer (Afrinda. 2016).

Isoterm Freundlich didasarkan pada terbentuknya lapisan

tunggal molekul (monolayer) molekul adsorbat di permukaan

adsorben.Persamaan isotherm Freundlich menjelaskan bahwa

permukaan adsorben bersifat heterogen, artinya setiap gugus aktif di

permukaan adsorben memiliki kemampuan mengadsorpsi yang

berbeda-beda.Persamaan ini merupakan suatu persamaan empiris yang

tidak diturunkan dari model yang khusus tetapi banyak sistem yang

sesuai dengan persamaan ini. Freundlich dinyatakan dengan persamaan

berikut.
𝑥
= 𝑘𝐶1 𝑛 ……(3)
𝑚

Apabila dilogaritmakan, persamaan akan menjadi:


𝑥
𝑙𝑜𝑔 = 𝑙𝑜𝑔𝑘 + 1 𝑙𝑜𝑔𝐶 ……(4)
𝑚
𝑛

Keterangan:
𝑥
= Jumlah adsorbat terjerap per satuan bobot adsorben
𝑚

(μg/gadsorben).

C = Konsentrasi kesetimbangan adsorbat dalam larutan (ppm)

K = Konstanta empiris, k merupakan indikator daya adsorpsi

n =Intensitas adsorpsi.
Gambar . Kurva isoterm adsorpsi Freundlich

(Putri Utha, 2016)

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 1979 hal : 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling, aquadest

RM/BM : H2O/18,02

Rumus struktur :H–O–H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat pelarut

2. Asam Asetat (Dirjen POM, 1979 hal :41)

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama lain : Asam Asetat

RM/BM : C4H6N4O3S2/222.24
Rumus Struktur :

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%)

p dan dengan gliserol p

Pemerian : Cairan jernih,tidakberwarna,bau menusuk,rasa

asam,tajam.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup tapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

3. Indikator fenolftalein (Dirjen POM, 2014 hal : 445)

Nama resmi : PHENOLPHTHALEIN

Nama lain : Fenolftalein/Indikator PP

RM/BM : C20H14O4/318,33

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)

Penyimpanan : Dalamwadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai indikator


4. Karbon aktif (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : CARBO ADSERBEN

Nama lain : Arang jerap

RM/BM :-

Pemerian : Serbuk sangat halus, bebas dari butiran, hitam,

tidak berbau, tidak berasa.

Kelarutan : Larut dalam etanol, tidak larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : Sebagai adsorben

5. Natrium hidroksida (Dirjen POM, 2014 hal : 412)

Nama resmi : NATRII HYRDXYDUM

Nama lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/ 40.00

Rumus struktur : Na – OH

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,

kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan

hablur, putih, muda meleleh basah.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan di lab yaitu buret, bunsen/kaki tiga/kasa,

cawan porselin, corong, gelas arloji, kertas saring, labu erlenmeyer, labu

takar/gelas ukur, pipet ukur , statif/klem .

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu asam asetat, aquadest, karbon aktif 6

gram, indikator PP, NaOH 0,1 N

B. Cara Kerja

Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, lalu ditimbang karbon aktif

sebanyak 6 gram. Kemudian dipanaskan karbon aktif dalam cawan porselin,

jaga jangan sampai membara, kemudian didinginkan dalam desikator.

Dimasukkan dalam enam buah labu erlenmeyer dengan berat karbon masing-

masing 1 gram. Lalu dibuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15;

0,12; 0,09; 0,06; 0,03 dan 0,015 M dengan volume masing-masing 100 ml.

Larutan ini dibuat dari pengenceran larutan 0,15 N. Satu enlenmeyer yang

tidak ada karbon aktifnya diisi 100 ml 0,03 M larutan asam asetat, contoh ini

akan digunakan sebagai kontrol. Selanjutnya ditutup semua labu tersebut dan

kocoklah secara periodik selama 30 menit, kemudian didiamkan selama 1

jam agar terjadi kesetimbangan. Setelah itu disaring masing-masing larutan

memakai kertas saring halus, buang 10 ml pertama dari filtrat untuk


menghindari kesalahan akibat adsorbsi karena kertas saring. Terakhir dititrasi

25 ml larutan filtrat dengan 0,1 N NaOH baku dengan indikator PP lakukan 2

kali untuk masing-masing larutan, kemudian dilihat perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

V NaOH (ml)
Erlenme yer Massa V Konsentrasi Konsentra
Karbo CH3COOH CH3COOH si
n (g) NaOH Vawal Vakhir
Standar
I 1 100 ml 0,15 0.1 N 100 37,2
II 1 100 ml 0,12 0,1 N 100 32
III 1 100 ml 0,09 0,1 N 100 31,3
IV 1 100 ml 0,06 0,1 N 100 13,2
V 1 100 ml 0,03 0,1 N 100 4
VI 1 100 ml 0,015 0,1 N 100 7
VII 1 100 ml - 0,1 N 100 31,2

B. Pembahasan

Adsorpsi merupakan suatu proses pemisahan dimana molekul-molekul

gas atau cair diserap oleh suatu padatan dan terjadi secara reversibel. Pada

proses adsorpsi terdapat dua komponen yaitu adsorbat sebagai zat yang

diserap dan adsorben sebagai zat yang menyerap. Adsorben adalah padatan

yang memiliki kemampuan menyerap fluida ke dalam bagian permukaannya

sedangkan adsorbat dapat berupa bahan organik, zat warna dan zat

pelembab. Prinsip percobaan adsorpsi isoterm didasarkan pada teori

frundlich, yaitu banyaknya zat yang diabsorbsi pada temperature tetap

(isoterm) oleh suatu adsorben tergantung dari konsentrasi dan kereaktifan

adsorbat mengadsorpsi zat-zat tertentu. Percobaan ini menggunakan adsorpsi


secara fisika karena adanya gaya van der waals antara adsorben dengan

adsorbat yang di gunakan sehingga proses adsorpsi hanya terjadi pada

permukaan larutan atau cenderung mudah lepas atau tidak kuat.

Pada percobaan ini adsorben yang di gunakan adalah karbon aktif,

dimana sebelum di gunakan ditimbang terlebih dahulu kemudian diaktifkan

dengan cara di panaskan diatas api bunsen selama 5-10 menit tetapi jagan

sampai menjadi abu, apabila arang hampir menjadi abu maka pemanasan

dapat di hentikan. Pemanasan bertujuan agar pori-pori arang semakin besar

sehingga mempermudah penyerapan. Karena semakin luas permukaan

adsorben maka daya serapnya pun semakin tinggi. Aktifasi merupakan suatu

pelakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori-pori yaitu

dengan cara memutuskan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-

molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisik

maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh

terhadap daya adsorpsi.

Percobaan tahap pertama adalah menyiapkan alat dan bahan,

kemudian menimbang arang sebanyak 6 gram, kemudia di panasakan diatas

api bunsen selama 5-10 menit, jangan sampai membara kemudian

didinginkan dalam desikator lalu di timbang kembali sebanyak 6 kali

masing-masing 1 gram, kemudian dimasukan ke dalam 6 erlenmeyer,

masing-masing 1 gram, kemudian ditambahkan asam asetat ke dalam

masing-masing erlenmeyer dengan konsentrasi 0,15; 0,12; 0,06; 0,09; 0,03

dan 0,015 M dengan volume masing-masing 100 ml yang dibuat dari


pengenceran larutan 0,15 N, lalu di tutup dengan aluminium foil, agar

adsorben tidak menyerap udara. Apabila adsorben menyerap udara, maka

daya serapnya terhadap larutan menjadi berkurang/ menjadi jenuh sehingga

penyerapannya tidak maksimal. Kemudian larutan dikocok selama 30 menit,

dibuat kondisi adsorben jenuh sehingga tidak menyerap adsorbat lagi karena

karbon aktif juga mempunyai kapasitas daya serap tertentu. Setalah itu

didiamkan selama 1 jam, karena pada saat didiamkan karbon aktif akan

menyerap asam asetat pada larutan. Kemudian di saring dengan

menggunakan kertas saring whatman, untuk 10 ml larutan pertama dibuang

terlebih dahulu untuk membersihkan kertas saring dari zat lain agar tidak

mengganggu. Kemudia disaring kembali tanpa mengganti kertas saring lalu

diambil 25 mL larutan filtrat dan dipindahkan keerlenmeyer lain, lalu

ditambahkan 2-3 tetes indikator PP dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga

merah muda.

Titrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan asam yang

telah teradsorpsi. Metode titrasi yang digunakan adalah metode alkalimetri,

yaitu dititrasi dengan larutan standar basa, sehingga digunakan indikator

fenoftalein yang mempunyai rentang pH 8,3-10,0. Volume NaOH yang

dipakai sampai mencapai titik akhir titrasi dicatat untuk menghitug

konsentrasi larutan asam yang teradsobsi. Larutan standar adalah larutan

yang diketahui konsentrasinya secara pasti sehingga bisa di pakai untuk

menetapkan konsentrasi larutan lain.


Dari proses titrasi diperoleh volume larutan NaOH 0,1 N yang di

perlukan untuk menetralkan asam dalam larutan yaitu asam aseta. Adapun

volume NaOH yang diperlukan untuk konsentrasi asam asetat 0,15; 0,12;

0,06; 0,09; 0,03 dan 0,015 berturut-turut adalah 37 mL, 23,2 mL, 31,3 mL,

13,2 mL, 4, 7 mL, 31,2 mL. Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa

semakin besar konsentrasi adsorbat dalam adsorben maka semakin banyak

larutan titrasi yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi.

BOBOT SEBELUM ADSORBSI


120
100
80
60
40
20 Series 1
0

0,150,120,090,060,030,015 Blanko

BOBOT SETELAH ADSORBSI


40

30

20 Series 1
10

0
0,150,120,090,060,03 0,015 Blanko

Pada percobaan Adsorbsi Istermis ini, dapat diperoleh grafik dengan

berbagai macam konsentrasi (0,15 M; 0,12 M; 0,09 M; 0,06 M; 0,03 M dan

0,015 M) larutan asam asetat (CH3COOH) oleh arang aktif pada suhu tetap
(isotermis), dimana pada konsentrasi 0,15 M bobot asam asetat (CH3COOH)

yang teradsorbsi yaitu 0,0072 M, kemudian menurun pada konsentrasi 0,12

0.0048 Bobot (g) Konsentrasi (M) Titrasi NaOH 0,1 M Series1 Linear

(Series1) M bobot asam asetat (CH3COOH) yang teradsorbsi yaitu 0,0792

M, pada konsentrasi 0,09 M bobot asam asetat (CH3COOH) mengalami

kenaikan adsorbsi yaitu 0,2112 M, kemudian menurun lagi pada konsentrasi

0,06 M bobot asam asetat (CH3COOH) yang teradsorbsi yaitu 0,0432 M,

pada konsentrasi 0,03 M bobot asam asetat (CH3COOH) yang teradsorbsi

mengalami penurunan yaitu 0,084 M, dan menurun lagi pada konsentrasi

0,015 M bobot asam asetat (CH3COOH) yang teradsorbsi yaitu 0,078 M.

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan cairan pada permukaan zat

penyerap (absorben), adapun zat yang diserap disebut adsorbat.

2. Diperoleh hasil volume akhir masing-masing sebanyak 37,2 ml, 32 ml,

31,3 ml, 13,2 ml, 4 ml, 7 ml, dan 31,2 ml.

3. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya adsorpsi yaitu,

konsentrasi, pH (derajat keasaman), sifat serapan, dan temperatur (suhu).

B. Saran

1. Laboratorium

Adapun saran kami pada praktikum ini adalah agar sekiranya pada

praktikum selanjutnya alat-alat yang akan digunakan selama praktikum

dilengkapi terlebih dahulu.

2. Asisten

Adapun saran kami untuk asisten lab sebaiknya dapat menjelaskan

terlebih dahulu letak alat-alat yang ada di lab agar praktikan tidak

kebingungan dan praktikum akan tetap berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, A.R. 2014. Adsorpsi Karbon Aktif Dari Tempurung Kluwak (Pangium
Edule) Terhadap Penurunan Fenol. Universitas Islam Negeri (Uin)
Alauddin : Makassar
Cahyaningrum, P.U. 2016. Daya Adsorpsi Adsorben Kulit Salak Termodifikasi
Terhadap Ion Tembaga(II). Universitas Negri Yogyakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depertemen
Kesehatan RI.
Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depertemen
Kesehatan RI.
Hutauruk, L.C. 2018. Kemampuan Adsorpsi Casio3-Peg Dalam Menurunkan
Kadar Logam Cr Dan Ni Dari Limbah Elektroplating Dengan
Metode Kolom Dan Batch. Universitas Sumatara Utara : Medan
Piccin,J.S. G.L. Datto, and L.A.A. 2012. Adsorption Isotherm and
Thermochemical Data of FD and C Red. Brazilian Journal of Chemical
Engineering. Vol. 28. No. 02, PP 295-304
Setianingsih Tutik. 2018. Karakterisasi Pori Dan Muka Padatan. Tim UB Press :
Malang.
Wahyuningrum, A. 2016. Perbandingan Arang Aktif Tempurung Kelapa Sawit
Dan Serbuk Gergaji Kayu Sebagai Adsorben Zat Warna Naphtol As Dan
Naphtol – As.G. Universitas Bengkulu.

LAMPIRAN
A. SKEMA KERJA

Panaskan karbon dalam cawan porselin, jaga jangan sampai


membara, kemudian didinginkan dalam eksikator. Masukkan dalam
enam buah labu erlenmeyer dengan berat karbon masing-masing 1
gram.

Buatlah larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15; 0,12; 0,09; 0,06;
0,03 dan 0,015 M dengan volume masing-masing 100 ml. Larutan ini
dibuat dari pengenceran larutan 0,15 N

Satu enlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya disi 100 ml 0,03M
larutan asam asetat, contoh ini akan dipakai sebagai kontrol.

Tutup semua labu tersebut dan kocoklah secara periodik selama 30


menit, kemudian biarkan diam untuk paling sedikit 1 jam agar terjadi
kesetimbangan.

Saringlah masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang


10 ml pertama dari filtrat untuk menghindarkan kesalahan akibat
adsorbsi karena kertas saring.

Titrasi 25 ml larutan filtrat dengan 0,1 N NaOH baku dengan


indikator PP Lakukan 2 kali untuk masing-masing larutan
B. PERHITUNGAN

1. Konsentrasi 0,15 M

a) Konsentrasi CH3COOH setelah diadsorbsi V.CH3COOH

= V.CH3COOH

25 ml = M. CH3COOH = 37,2 M . 0,1 M

3,72
=
25

= 0,148 M

b) Konsentrasi CH3COOH yang teradsorbsi

= (Cawal Cakhir) . BM . (v)

= (0,15 – 0,1488) . 60 . 0,1 L

= 0,0012 . 60 .0,1 L x = 0,0072 g

2. Konsentrasi 0,12 M

a) Konsentrasi CH3COOH setelah diadsorbsi

V.CH3= V.CH3COOH

25 ml = M. CH3COOH = 32 M . 0,1 M

3,2
=
25

= 0, 128 M

b) Konsentrasi CH3COOH yand teradsorbsi


g = (Cawal – Cakhir) . BM . (v)
= (0,12 – 0,128) . 60 . 0,1 L

= 0,008 . 60 .0,1 L x = 0,0048 g

3. Konsentrasi 0,09 M

a) Konsentrasi CH3COOH setelah diadsorbsi V.CH3COOH

= V.CH3COOH

25 ml = M. CH3COOH = 31,3 M . 0,1 M

3,13
=
25

= 0,1252 M
b) Konsentrasi CH3COOH yand teradsorbsi

g = (Cawal – Cakhir) . BM . (v)

= (0,09 – 0,1252) . 60 . 0,1 L

= 0,0352 . 60 .0,1 L x = -0,2112

4. Konsentrasi 0,06

a) Konsentrasi CH3COOH setelah diadsorbsi

V.CH3COOH = V.CH3COOH

25 ml = M. CH3COOH = 13,2 M . 0,1 M

1,32
= 25

= 0,0258 M

b) Konsentrasi CH3COOH yang teradsorbsi

g = (Cawal – Cakhir) . BM . (v)


= (0,06 – 0,0258) . 60 . 0,1 L

= 0,0072 . 60 .0,1

x = 0,0432 g

5. Konsentrasi 0,03 M

a) Konsentrasi CH3COOH setelah diadsorbsi

V.CH3COOH = V.CH3COOH

25 ml = M. CH3COOH = 4 M . 0,1 M
0,4
=
25

= 0,016 M

b) Konsentrasi CH3COOH yang teradsorbsi

g = (Cawal – Cakhir) . BM . (v)

= (0,03 – 0,016) . 60 . 0,1 L

= 0,014 . 60 .0,1 L x = 0,084 g

6. Konsentrasi 0,015 M

a) Konsentrasi CH3COOH setelah diadsorbsi

V.CH3COOH = V.CH3COOH

25 ml = M. CH3COOH = 7 M . 0,1 M
0,7
=
25

= 0,028 M

b) Konsentrasi CH3COOH yang teradsorbsi

g = (Cawal – Cakhir) . BM . (v)

= (0,015 – 0,028) . 60 . 0,1 L

= 0,013 . 60 .0,1 L

x = 0,078 g
7. Konsentrasi 0,03 M (Blanko)

a) Konsentrasi CH3COOH setelah diadsorbsi

V.CH3COOH = V.CH3COOH

25 ml = M. CH3COOH = 31,2 M . 0,1 M

𝟑,𝟏𝟐
=
𝟐𝟓

= 0,1248 M

b) Konsentrasi CH3COOH yang teradsorbsi

g = (Cawal – Cakhir) . BM . (v)

= (0,03 – 0,1248) . 60 . 0,1 L

= 0,0948 . 60 .0,1 L x

= -0,5688 g
C. FOTO PENGAMATAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Penimbangan arang aktif / Ket : Proses pembakaran karbon


karbon aktif aktif

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Pendinginan karbon aktif Ket : Corong gelas

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : larutan asam asetat 0,15 N Ket : larutan asam asetat 0,12
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Pembuatan larutan asam Ket : Pembuatan larutan asam


asetat 0,09N asetat 0,06N

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Pembuatan larutan asam Ket : Pengenceran larutan asam


asetat 0,03 N asetat 0,15 N

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Hasil titrasi 0,15 = 37,2 Ket : Hasil warna titrasi 0,15
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Hasil titrasi 0,12 = 32,2 ml Ket : Hasil warna titrasi 0,12

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Hasil titrasi 0,09 = 31,3 ml Ket : Hasil warna titrasi 0,09

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Hasil titrasi 0,06 = 13,3 ml Ket : Hasil warna titrasi 0,06

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Hasil titrasi 0,03 = 4 ml Ket : Hasil warna titrasi 0,03

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Karbon aktif Ket : Hasil titrasi karbon aktif

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Hasil
D. Kehadiran Zoom

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Wulan Purnama Fidyah Muhdar


(D1B120030) (D1B120055)

Puteri Dwi Aanggraeni Nur Juniarti Tajudin


(D1B120003) (D1B120152)

Ade Nurkhotima Aditya Syafaat


(D1B120116) (D1B120128)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

TEGANGAN PERMUKAAN

KELOMPOK : III (TIGA)


ANGKATAN : 04-20
ASISTEN : ADELIA MARSYA UTAMI

FAKULTAS S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu fisika adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan pada hasilk

pengamatan atau observasi mengenai gejala alam dan interaksinya. Bagi

sebagian besar seorang menganggap fisika pelajaran yang cukup sulit, karena

sama halnya dengan pelajaran matematika.

Salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran fisika adalah

menentukan tegangan permukaan zat cair. Tegangan permukaan diartikan

sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair yang selalu menuju ke

keadaan yang luas permukaan yang lebih kecil yaitu permukaan datar atau

bulat seperti bola atau ringkasan didefinisikan sebagai usaha yang

membentuk luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk

menahan benda-benda kecil dipermukaanya. Seperti silet, berat silet

menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung ke bawah tampak silet

itu berada.

Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang

harus diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam.

Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs.

Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang

menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang

memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi seutas tali.


Beberapa gejala tegangan permukaan yang sering kita jumpai adalah

pada sebuah pipet (penates obat cair) akan mengeluarkan flluida setetes demi

setetes dan tidak mengalir, sebatam jarum diletakkan dipermukaan air tidak

akan tenggelam dan lalat yang hinggap pada permukaan air pun tidak

tenggelam (Julianto Eka, dkk. 2016).

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk menentukan tegangan

permukaan dari suatu cairan seperti aquadest, alkohol, aseton, tolluen dan

natrium klorida.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara

menentukan tegangan permukaan dari suatu cairan seperti aquadest, alkohol,

aseton, tolluen dan natrium klorida.

D. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip pada percobaan ini yaitu untuk mengamati dan

menentukan tegangan permukaan dari suatu larutan seperti aquades, alkohol,

aseton, tolluen dan natrium klorida.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Tegangan permukaan (γ) suatu cairan dapat didefinisikan sebagai

banyaknya kerja yang dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan per satu

satuan luas. Pada satuan cgs, γ dinyatakan dalam erg cm atau dyne cm , sedangkan

dalam satuan SI, γ dinyatakn dalam N/m. Molekul yang ada di dalam cairan akan

mengalami gaya tarik menarik (gaya van der Waals) yang sama besarnya ke

segala arah. Namun, molekul pada permukaan cairan akan mengalami resultan

gaya yang mengarah ke dalam cairan itu sendiri karena tidak ada lagi molekul di

atas permukaan dan akibatnya luas permukaan cairan cenderung untuk menyusut

(Tang, 2011).

Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus

diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini

tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog

dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang

pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan

menjauhi seutas tali (Juliyanto, 2016).

Tegangan permukaan cairan adalah gaya persatuan panjang yang harus

dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada

cairan. Hal tersebut terjadi karena pada permukaan ada yg dinamakan, gaya adhesi
(antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya kohesi (antara molekul cairan)

sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan (Widya,

2015).

Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk

menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini

dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv

berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada

zat yang nonadesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering

digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa kapiler.

Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak,

yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding.

Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarikmenarik antara zat yang sama (gaya

kohesi) dan gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi)

(Juliyanto, 2016).

Tegangan permukaan cenderung untuk menstabilkan cairan, mencegah

cairan menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. Cairan dengan tegangan

permukaan yang lebih tinggi cenderung memiliki ukuran rata-rata tetesan yang

lebih besar pada atomisasi. Tegangan permukaan suatu fluida berbanding terbalik

dengan suhunya, jika suhu fluida naik maka tegangan permukaannya semakin

kecil.Besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

jenis cairan, suhu, tekanan, massa jenis, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan.

Jika cairan memiliki molekul besar seperti air, maka tegangan permukaannya juga

besar. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah
massa jenis/ densitas, semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan-

muatan atau partikelpartikel dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini

menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan

permukaan cairan tersebut. Hal ini karena partikel yang rapat mempunyai gaya

tarik menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang mempunyai

densitas kecil akan mempunyai tegangan permukaan yang kecil pula (Juniarta,

2017).

Molekul biasanya saling tarik menarik. Dibagian dalam cairan, setiap

molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah.

Di bagian atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-

menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol

pada molekul yang berada di bagian dalam caian. Sebaliknya molekul cairan yang

terletak di permukaan di tarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan

bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke

bawah karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang

terletak di permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya dengan

menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada

permukaan seolaholah tertutup oleh selaput elastis yang tipis (Juliyanto, 2016).

Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada

antar muka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih

kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak

bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara. Bila suatu zat

seperti minyak ditaruh pada permukaan air. Ia akan menyebar sebagai suatu film
(lapisan tipis) maka disana akan ada kerja adhesi dan kerja kohesi. Kerja adhesi

adalah energi yang dibutuhkan untuk mematahkan gaya tarik-menarik oleh

molekul yang tidak sejenis.Kerja kohesi adalah energi yang dibutuhkan untuk

mematahkan gaya tarik-menarik oleh molekul yang sejenis. Wettabilitas adalah

suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida

yang tidak saling campur (immisible). Pada bidang antar muka cairan dengan

benda padat terjadi gaya tarik-menarik antara cairan dengan benda padat (gaya

adhesi), yang merupakan faktor dari tegangan permukaan antara fluida dan

batuan. Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak (atau gas)

yang ada diantara matrik batuan (Widya, 2015).

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengukur tegangan

permukaan dan tegangan antarmuka, diantaranya adalah metode kenaikan kapiler

dan metode Du Nouy. Perlu dicatat bahwa pemilihan suatu metode tertentu

bergantung pada apakah tegangan permukaan atau tegangan antarmuka yang akan

ditentukan, ketepatan dan kemudahan yang akan diinginkan, ukuran sampel yang

tersedia, dan apakah efek waktu pada tegangan permukaan akan diteliti atau tidak

(Sinala, 2016).

a. Metode kenaikan kapiler (Juliyanto, 2016).

Metode kenaikan pipa kapiler merupakan metode bila suatu pipa

kapiler dimasukkan kedalam cairan yang membasahi dinding maka cairan

akan naik kedalam kapiler karena adanya tegangan muka. Kenaikan cairan

sampai suhu tinggi tertentu sehingga terjadi keseimbangan antara gaya

keatas dan kebawah. Dengan mengukur kenaikan ini, tegangan muka dapat
ditentukan karena diimbangi oleh gaya gravitasi ke bawah dan bobot dari

cairan tersebut.

Gaya Kebawah :

Dimana

h : tinggi muka

g : percepatan gravitasi

ρ : berat jenis

r : jari-jari kapiler

Gaya Atas :  

Dimana

 : adalah tegangan muka

 : adalah sudut kontak

b. Metode Du Nouy (Sinala, 2016).

Tensiometer DuNouy, dipakai untuk mengukur tegangan permukaan

dan tegangan antarmuka.

Prinsip kerjanya adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu

cincin platina - iridium yang dicelupkan pada permukaan atau antarmuka

adalah sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antarmuka.

Gaya yang diperlukan tersebut dalam satuan dyne.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan diantaranya

(Juliyanto, 2016) :

a. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena

meningkatnya energy kinetik molekul. Pada umumnya nilai tegangan

permukaan zat cair berkurang dengan adanya kenaikan suhu

b. Zat terlarut (solute)

Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi

tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan

viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar.

Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan membentuk lapisan

monomolecular, maka akan menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut

biasa disebut dengan surfaktan.

c. Surfaktan

Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan

permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau

antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung

pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan.

d. Jenis Cairan

Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya

besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya

pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka

tegangan permukaannya juga kecil.

e. Konsentrasi Zat Terlarut


Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai

pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi

pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan

kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai

konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan.

Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan

tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil

daripada didalam larutan.

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling, aquadest

RM/BM : H2O/18,02

Rumus struktur :H–O–H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat pelarut

2. Alkohol (Dirjen POM, 2014)

Nama resmi : Etanol

Nama Lain : Alcohol

RM/ BM : C2H6O / 46,07


Rumus Molekul :

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,

bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada

lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu

rendah dan mendidihk pada suhu 78⁰, mudah

terbakar

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur

dengan semua pelarut organic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

3. Aseton (Ditjen POM, 2014)

Nama Resmi : Aseton

Nama Lain : Acetone

RM/ BM : C3H6O / 58,08

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, mudah

menguap, bau khas. Larutan (1 dalam 2) netral

terhadap kertas lakmus

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol,

dengan eter, dengan kloroform, dan hampir semua


minyak dan minyak menguap

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari api

4. Benzene (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : Benzen

Nama Lain : Benzene

Rumus Molekul : C6H6

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, mudah terbakar

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. Toluene (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : Toluene

Nama Lain : Toluen

RM : C6H5CH3

Rumus Struktur :

Pemerian : Tidak berwarna, mudah terbakar

Kelarutan : Larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol


mutlak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

6. Nacl (Ditjen POM, 2014)

Nama Resmi : Natrium Hidroksida

Nama Lain : Sodium Hydroxide

RM / BM : NaOH / 40,00

Rumus Struktur :

Pemerian : Putih atau praktis putih, keras, rapuh dan

menunjukkan pecahan hablur. Jika terpapar di

udar, akan cepat menyerap karbon dioksida dan

lembab. Massa melenur, berbentuk pelet kecil,

serpihan atau batang atau bentuk lain

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


BAB III

METODE KERJA

A. Alat Yang Digunakan

Alat yang digunakan di lab yaitu pipa kapiler, alat berat tetes, botol

timbang, labu erlenmeyer, micrometer atau mistar, thermometer dan

piknometer

B. Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan aquadest, alkohol, aseton, benzene, tolluen dan

larutan NaCl 0,1 N.

C. Metode kerja

Disiapkan alat dan bahan, kemudian ditimbang piknometer kosong.

Ditentukan terlebih dahulu massa jenis masing-masing cairan dengan

menggunakan piknometer dengan cara ditimbang piknometer beserta cairan.

Dituang cairan kedalam gelas kimia, dimasukkan pipa kapiler ke gelas kimia

dan diberi tekanan, sehingga cairan dalam kapiler naik dan kemudian tekanan

dilepaskan sehingga permukaan kapiler akan turun sampai pada ketinggian


tertentu. Dicatat permukaan cairan di dalam pipa kapiler dan diluar pipa

kapiler sehingga didapat selisih tinggi permukaan tadi yang merupakan nilai h.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berat
Piknometer Kenaikan Tengangan
No. Sampel
+ Kapiler Permukaan
Sampel
1. Aquadest 68,94 g 4,2 cm 2,32 dyne/cm3

2. Alkohol 59,46 g 2,7 cm 1,18 dyne/cm3

3. Aseton 61,20 g 3,4 cm 1,55 dyne/cm3

4. Benzen 62,39 g 2,1 cm 0,99 dyne/cm3

5. Toluen 62,55 g 2,6 cm 1,23 dyne/cm3

6. NaCl 69,21 g 3,8 cm 2,1 dyne/cm3

B. Pembahasan
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus

dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan ke dalam pada

cairan hal tersebut terjadi karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan
udara) lebih kecil dari pada gaya kohesi antara molekul cairan sehingga

menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan.

Tegangan permukaan cairan dapat ditentukan dengan berbagai metode,

salah satunya adalah metode kenaikan kapiler. Metode kenaikan kapiler

merupakan suatu cara sederhana dengan hasil yang cukup teliti menentukan

tegangan permukaan suatu cairan, yaitu gaya tarik molekul dari molekul

tetangganya yang terjadi pada permukaan cairan. Metode ini hanya digunakan

untuk menentukan tegangan suatu zat cair dan tidak dapat digunakan untuk

menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak bercampur. Metode

rambat ini berdasarkan kenyataan bahwa kebanyakan cairan dalam pipa kapiler

mempunyai permukaan lebih tinggi dari pada permukaan di luar pipa. Ini terjadi,

bila cairan membasahi bejana. Cairan membentuk permukaan yang cembung.

Cekung bila gaya adhesi lebih besar dari gaya kohesi, cembung bila gaya adhesi

lebih kecil dari gaya kohesi. Kohesi adalah gaya tari-menarik antara pertikel

sejenis, sedangkan adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel yang tidak

sejenis.

Untuk menentukan tegangan permukaan suatu cairan dengan

menggunakan metode rambat kapiler, pada percobaan ini digunakan lima jenis

larutan yaitu aquadest, alkohol, aseton, benzene, toluene, dan NaCl.

Pengamatan yang dilakukan, dengan menggunakan aquadest sebagai

larutan pertama yang akan dimasukkan ke dalam pipa kapiler, yang kemudian

diberikan tekanan pada salah satu ujung pipa kapiler tersebut dengan cara

peniupan, sehingga aquadest dapat naik ke atas dan mengalami efek kapiler. Hal
yang sama dilakukan juga pada keempat larutan lainnya yaitu alkohol, aseton,

benzene, toluene dan NaCl. Larutan sangat dipengaruhi oleh gaya antar

molekulnya dan mengalami kenaikan yang berbanding lurus dengan gaya antar

molekulnya. Semakin besar gaya yang bekerja pada larutan tersebut maka

semakin tinggi pula kenaikan larutan itu. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil

gaya yang bekerja pada larutan itu, maka semakin kecil pula kenaikan larutan itu

pada pipa kapiler. Dalam percobaan ini, larutan yang menagalami perubahan

kenaikan ketinggian paling besar adalah aquadest disbanding dengan larutan yang

lainnya. Hal ini disebabkan karena gaya antara molekul-molekul aquadest jauh

lebih besar jika dibandingkan larutan yang lainnya sehingga terjadi perubahan

kenaikan tinggi lebih besar.

Dalam menentukan tegangan permukaan perlu diketahui massa jenis setiap

larutan yang akan ditentukannya dengan menggunakan piknometer. Tengangan

permukaan zat cair sangat dipengaruhi oleh massa jenis cairan zat cair tersebut.

Makin besar massa jenisnya makin besar pula tegangan permukaannya. Massa

jenis larutan juga berbanding terbalik dengan volume larutan. Berdasarkan

perhitungan yang dihasilkan, maka diperoleh massa jenis dari aquadest 0,92

g/mL, larutan alkohol 0,73 g/mL, larutan aseton 0,76 g/mL, larutan benzene 0,79

g/mL, larutan toluen 0,79 g/mL, larutan NaCl 0,92 g/mL . Setelah diperoleh

massa jenis dari masing-masing larutan, selanjutkan ditentukan tegangan

permukaan larutan tersebut. Dimana tegangan permukaan juga sangat dipengaruhi

oleh besarnya massa jenis larutan, gaya gravitasi, tinggi larutan dan jari-jari pipa

kapiler. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, maka tegangan permukaan


aquadest 2,32 , alkohol 1,18 , aseton 1,55 , benzene 0,99 , toluen 1,23 , dan larutan

NaCl 2,1.

Dalam hal ini yang mempunyai tegangan permukaan paling besar adalah

aquadest yang disebabkan karena besarnya massa jenis aquadest jika

dibandingkan dengan sampel yang lainnya dan nilai kenaikan larutan aquadest

pada pipa kapiler juga relative lebih tinggi dibandingkan dengan larutan lainnya.

Adapun faktor kesalahan yang terjadi yaitu ketidaktepatan jumlah dari

medium air, kekeliruan praktikan dalam menentukan kenaikan tinggi dan

ketidaktepatan dalam menentukan tegangan permukaan.

Tegangan permukaan aplikasinya juga sangat berperan penting dalam

bidang farmasi. Contohnya antiseptik yang dipakai untuk mengobati luka, selain

memiliki daya bunuh kuman yang baik, antiseptik juga memiliki tegangan

permukaan yang rendah sehingga antiseptik dapat membasahi seluruh luka

(seperti alkohol).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus

dikerjakan sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan ke dalam pada

cairan hal tersebut terjadi karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan

udara) lebih kecil dari pada gaya kohesi antara molekul cairan sehingga

menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan. Diperoleh hasil

tegangan permukaan aquadest 2,32 , alkohol 1,18 , aseton 1,55 , benzene 0,99 ,

toluen 1,23 , dan larutan NaCl 2,1. Adapun beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tegangan permukaan yaitu, konsentrasi zat terlarut, jenis cairan,

surfaktan, suhu, zat terlarut (solute)

B. Saran
1. Laboratorium

Adapun saran kami pada praktikum ini adalah agar sekiranya pada

praktikum selanjutnya alat-alat yang akan digunakan selama praktikum

dilengkapi terlebih dahulu.

2. Asisten

Adapun saran kami untuk asisten lab sebaiknya dapat menjelaskan

terlebih dahulu letak alat-alat yang ada di lab agar praktikan tidak

kebingungan dan praktikum akan tetap berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan republik indonesia.1979.Farmakope Indonesia ED.III.


Jakarta
Departemen kesehatan republik indonesia.2014.Farmakope Indonesia ED.IV.
Jakarta
Juliyanto, Eko, Rofingah, Janatur., Arba, Finda, Sejati., dan Fatih, Nuzulil,
Hakim. 2016. Menentukan Tegangan Permukaan Zat Cair. Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Sains AlQuran. Wonosobo
Juniarta, I, Komang., I, Ketut, Gede, Wirawan., dan Ghurri, Ainul. 2017. Studi
Eksperimental Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Sudut Semburan
Minyak Jelantah. Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Udayana. Bali
Sinala, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Pusdik SDM kesehatan. Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta

Tang, Muhamad., dan Suendo, Veinardi. 2011. Pengaruh Penambahan Pelarut


Organik Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun. Inovasi
Pembelajaran dan Sains. Bandung
Widya, Pratama, Kesuma., dan Kasmungin, Sugiatmo. 2015. Studi Laboratorium
Pengaruh Konsentrasi Surfaktan Terhadap Peningkatan Perolehan Minyak.
Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti. Jakarta
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang piknometer kosong

Ditentukan terlebih dahulu massa jenis masing-


masing cairan dengan menggunakan piknometer
dengan cara ditimbang piknometer beserta cairan

Dituang cairan kedalam gelas kimia, dimasukan pipa


kapiler ke gelas kimia dan diberi tekanan, sehingga
cairan dalam kapiler naik dan kemudian tekanan dilepas
sehingga permukaan kapiler akan turun sampai pada
ketinggian tertentu
Dicatat permukaan cairan didalam pipa kapiler dan
diluar pipa kapiler sehingga didapat selisi tinggi
permukaan tadi yang merupakan nilai h

B. Perhitungan Bobot Jenis


1. Aquadest

( )–( )
Aquadest BJ =

== = 0,92 g/ml

2. Alkohol

BJ =

= 0,73 g/ml
=
3. Aseton

BJ = = 0,76 g/ml
=
4. Benzen

BJ = = 0,79 g/ml
=
5. Toluene

BJ = = 0,79 g/ml
=
6. NaCl

BJ = = 0,92 g/ml
=
C. Perhitungan tegangan Permukaan
1. Aquadest

Y=
. r. h. d. g

= . 0,12 . 4,2 . 0,91 . 10N

= = 2,32 dyne /
2. Alkohol

Y=
. r. h. d. g

= . 0,12 . 2,7 . 0,73 . 10N

= = 1,18 dyne /
3. Aseton

Y=
. r. h. d. g

= . 0,12 . 3,4 . 0,76 . 10N

= = 1,55 dyne /
4. Benzene

Y=
. r. h. d. g

= . 0,12 . 2,1 . 0,79 . 10N

= = 0,99 dyne /
5. Toluene

Y=
. r. h. d. g

= . 0,12 . 2,6 . 0,79 . 10N


=
= 1,23 dyne /
6. NaCl

Y=
. r. h. d. g

= . 0,12 . 3,8 . 0,92 . 10N

= = 2,1 dyne /

D. Foto pengamatan

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Proses penimbangan piknometer kosong Ket : Dimasukan larutan kedalam


piknometer

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY
Ket : Timbang piknometer yang berisi larutan Ket : Dituang larutan kedalam gelas
kimia
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : dimasukan kembali larutan kedalam Ket : Ditimbang piknometer 2


piknometer

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Ditimbang piknometer 3 Ket : Hasil

E. Kehadiran Zoom
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Wulan Purnama Fidyah Muhdar


(D1B120030) (D1B120055)

Puteri Dwi Aanggraen Nur Juniarti Tajudin


(D1B120152)
(D1B120003)
Ade Nurkhotima Aditya Syafaat
(D1B120116) (D1B120128)

Husnaeni (Offline)
(D1B120137)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

VISKOSITAS

OLEH :

KELOMPOK : III (TIGA)


ANGKATAN : 04-20
ASISTEN : SIFERA SONIA RANGGATAU

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia fisika adalah cabang ilmu yang mempelajari fenomena

maksroskopik, mikroskopik, atom, sib-atom dan partikel dalam sistem dan

proses kimia berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep fisika. Kimia

fisika banyak menggunakan konsep-konsep dari prinsip fisika klasik (seperti

energy, entropi, suhu, tekanan, tegangan permukaan, viskositas, hukum

coulomb, intraksi dipol) mekanika kuantun (seperti foton, bilangan kuantum,

spin, kebolehjadian, prinsip ketakpastian), maupun mekanika statistic (seperti

fungsi partisi, distribusi, boltsman) (Fatimah, 2017).

Karakteristik-karakteristik tertentu dari suatu fluida tidak tergantung

pada gerakan fluida. Tetapi bergantung pada sifat alamiah fluidah itu sendiri.

Salah satu sifat yang menjadi karakteristiik fluidah adalah sifat kekentalan

(Viscous) dimana setiap fluidah memilki koefisien kekentalan yang berbeda-

beda. Viskositas dapat dikatakan sebagai tahanan aliran fluida yang

merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain.

Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki

viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan yang sulit mengalir dikatakan

memiliki viskositas yang tinggi. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan

viskositas suatu zat cair adalah viskometer. Alat ukur kekentalan ini dapat
mengukur tingkat kekentalan suatu zat cair dengan akurat dan spesifik sesuai

dengan standar yang telah ditentukan.

Viskometer merupakan alat pengukur kekentalan suatu fluida.

Viskometer yang umum digunakan adalah viscometer peluru jatuh,

viscometer tabung/kapiler/Ostwald dan sistem rotasi. Viskomerter alternative

yang dibuat temasuk viscometer Ostwald (Regina, dkk. 2018).

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud pada percobaan ini yaitu untuk menentukan viskositas zat

cait dengan menggunakan metode viscometer Ostwald.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan pada percobaan ini yaitu untuk melatih menggunakan

viscometer Ostwald, serta menggunakan pengukuran viskositas untuk

menentukan jari-jari molekul.

D. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip pada percobaan ini yaitu penetapan viskositas dengan

menggunakan alat viskometer Ostwald. Metode voskometer Ostwald

dilakukan denga cara mengukur waktu yang diperlukan suatu fluida atau zat

cair untuk mengalir di dalam pipa kapiler dari titik A ke titik B dengan

mengetahui lama waktu yang dibutuhkan zat cair untuk mengalir dari garis A

ke garis B dapat ditentukan tinkat viskositas dua tau lebih zat yang sedang

dibandingk
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Viskositas merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang

bersisian pada fluida saat lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati

yang lainnya. Pada zat cair, penyebab utama viskositas karena adanya gaya

kohesi antar molekul. Setiap zat cair memiliki nilai viskositas yang berbeda-

beda. Konsentrasi dan temperatur suatu zat cair juga mempengaruhi

besarnya viskositas. Semakin kental zat cair, viskositas juga semakin besar

(Ratriyantari, 2018).

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan

besar kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas fluida, maka

semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukkan semakin

sulit suatu benda bergerak didalam fluida tersebut. Viskositas pada jaringan

muncul karena adanya tumbukan antara partikel didalam Jaringan (Ariyanti,

2010).

Selain itu viskositas juga dapat diartikan sebagai sebuah gaya geser

dan ukuran gaya gesek dari fluida tersebut. Viskositas dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu viskositas dinamis dan viskositas kinematis.

a) Viskositas dinamis

Viskositas dinamis biasanya disebut viskositas absolut atau biasa

disebut viskositas saja. Viskositas dinamis adalah gaya tangensial per


satuan luas yang dibutuhkan untuk memindahkan suatu bidang

horisontal terhadap lainnya, dalam satuan kecepatan, ketika

mempertahankan jarak dalam cairan.

b) Viskositas kinematis

Viskositas kinematik merupakan rasio antara viskositas dinamis

dengan kepadatan fluida tersebut. Satuan dari viskositas ini adalah

stokes.

(Rosalina, 2017).

Lapisan fluida ideal bergerak dengan kecepatan yang sama dalam

suatu pipa yang luas penampangnya serba sama. Sedangkan pada fluida

yang mengandung kekentalan tertentu, kecepatan lapisan-lapisan fluida

tidak seluruhnya sama. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya gesekan yang

diberikan oleh pipa pada lapisan fluida di sampingnya dan gaya gesekan

yang diberikan oleh tiap lapisan fluid pada lapisan fluida tetangganya.

Gaya-gaya tersebut disebut sebagai gaya viskos. Akibat dari gaya viskos

tersebut kecepatan fluida tidak konstan disepanjang diameter pipa. Lapisan

fluida yang memiliki kecepatan terbesar adalah lapisan pada pusat pipa,

sedangkan lapisan fluida yang memiliki kecepatan paling kecil adalah di

dekat tepi, di mana fluida bersinggungan dengan dinding pipa

(Syaifurrozaq, 2019).

Prosedur standar untuk menentukan gaya hambat fluida yang

diakibatkan oleh tekanan fluida adalah dengan menggunakan bentuk


modifikasi dari Hukum Bernoulli untuk menemukan gaya hambat dari

tekanan Bernoulli seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut

Gambar 2.2 Aliran fluida pada pipa.

Dalam dinamika fluida, gaya hambat adalah gaya yang menghambat

pergerakan sebuah benda padat melalui sebuah fluida. Terdapat beberapa

jenis gaya hambat seperti terlihat pada Gambar 2.1 di bawah ini

Gambar 2.1 Jenis-jenis gaya hambat dalam fluida.

a) Gaya hambat profil terdiri dari 2 jenis gaya hambat yaitu gaya hambat

tekanan dan gaya hambat gesek


1. Gaya hambat tekanan (pressure drag atau form drag) merupakan

hambatan yang disebabkan oleh tekanan fluida berkaitan dengan

bentuk benda.

2. Gaya hambat gesek (skin friction drag atau viscous drag)

merupakan hambatan yang disebabkan oleh gesekan antara

permukaan kulit benda dengan fluida. Hal ini dapat terjadi karena

fluida memiliki sifat kental (viscous).

b) Gaya hambat imbas (induced drag atau lift drag) merupakan hambatan

yang

c) Gaya hambat gelombang (wave drag) merupakan hambatan yang

diakibatkan oleh gelombang air atau gelombang kejut dihasilkan dalam

arah yang berlawanan dari gaya angkat.

Hambatan yang bekerja dalam kasus zero lift drag atau gaya

angkatnya bernilai nol, pada sebuah benda yang bergerak dalam fluida

terdiri dari hambatan tekanan (pressure drag), hambatan gesek (skin friction

drag atau viscous drag), dan hambatan gelombang (wave drag). Hambatan

gelombang hanya terjadi jika terdapat gelombang atau fluida yang dilalui

benda tersebut bergelombang, oleh sebab itu secara umum hambatan

tersusun dari hambatan gesek yang bertindak sejajar dengan permukaan

benda, ditambah hambatan tekanan yang bertindak dalam arah tegak lurus

dengan permukaan benda.

(Syaifurrozaq, 2019).
Viskositas dari fluida sangat dipengaruhi oleh suhu fluida

tersebut. Menurut Jurnal Internasional, nilai viskositas kinematik cairan

akan menurun terhadap kenaikan suhu, sedangkan nilai viskositas kinematik

gas akan meningkat sebanding dengan kenaikan suhu. Untuk setiap derajat

kenaikan suhu, terdapat pengurangan nilai koefisien viskoitas secara kasar

sebesar 2% untuk hampir semua jenis cairan (Rosalina, 2017)


B. Uraian Bahan

1. Alkohol (Dirtjen POM, 1979)

Nama resmi : AETTHANOLUM

Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alcohol

RM/BM : C2H6O / 46,0

Rumus struktur :

Pemerian : Cair tidak berwarna, jerni, mudah menguap dan

mudah bergerak, bauh khas rasa panas, mudah

terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak

berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, klorofom p dan eter

p Kegunaan : Sebagai zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terhindar dari cahaya,

ditempat sejuk jauh dari nyalan api

2. Aseton (Dirtjen POM, 1979)

Nama resmi : ACETUM Nama lain :

Asetin RM/BM : C3H6O/58,08

Rumus struktur :
Pemerian : Cair jerni tidak berwarna, mudah menguap, bau

khas, mudah terbakar

kelarutan : Dapat bercampur denagn air,dengan

etanol,dengan eter,dan dengan kloroform.

Kegunaan : Sebagai sampel

Penyipanan : Dalam wadah tertutup rapat,jauhkan dari api.

3. Gliserol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : GLYCEROLUM

Nama lain : Gliserol, Gliserin

RM/BM : C3H8O2/92,10

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak

berbau; manis diikuti rasa hangat; higroskopik. Jika

disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat

mamadat membentuk massa hablutr tidak berwarna yang

tidak melebur hingga mencapai suhu lebih kurang 20°.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%)

P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P

dan

Kegunaan : Sebagai emolien air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


BAB III

METODE KERJA

A. Alat Yang Digunakan

Alat yang digunakan di lab yaitu buret 50 ml, erlenmeyer 100 ml,

penangas air, rubber bulb, stopwatch dan viscometer ostwald.

B. Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan alkohol, aseton, gliserol dengan konsetrasi 1,0;

0,75; 0,50; dan 0,25 M.

C. Metode Kerja

Disiapkan alat dan bahan lalu larutan gliserol dengan konsentrasi 1,0;

0,75; 0,50; dan 0,25 M. Dibersihkan viskometer ostwald dengan alkohol dan

aseton. Dipipet larutan sebanyak 5 ml menggunakan alat pipet 10 ml,

kemudian di masukkan kedalam viskometer ostwald, gunakan rubber bulb

untuk menarik cairan hingga batas pertama dan lepas rubber bulb dari

viskometer Ostwald. Diukur waktu yang diperlukan larutan gliserol untuk

melewati jarak antara dua tanda yang terdapa pada viskometer dengan

menggunakan stopwatch. Dibersihkan viskometer ostwald dengan

menggunakan alkohol dan aseton, lakukan kembali pada larutan gliserol

dengan konsentrasi berbeda.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil

No Sampel Waktu Viskositas


1 Gliserol 1 M 108 s 0,23 cp
2 Gliserol 0,75 M 94 s 0,19 cp
3 Gliserol 0,5 M 103 s 0,21 cp
4 Glisreol 0,25 M 104 s 0,22 cp

B. Pembahasan

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar

kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas suatu fluida maka

makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak didalam

fluida tersebut.

Viskositas dalam zat cai yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel

zat cair. Oleh karena itu semakin besar viskositas zat cair maka semakin susah

benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Akibat adanya kekentalan zat cair

didalam pipa maka besarnya kecepatan gerak partikel pada penampang melintang

tersebut tidak sama, hal ini disebabkan adanya gesekan antara molekul pada

cairan kental. Besarnya viskositas berbanding terbalik dengan perubahan

temperature karena kenaikan temperature akan melemahkan ikatan antara

molekul suatu jenis cairan sehingga akan menurunkan nilai viskositasnya.


Penentuan viskositas larutan dilakukan dengan menggunkan viscometer Ostwald

dan juga menggunakan piknometer,

Pada percobaan ini menggunakan viskometer Ostwald, yang mana pada

metode ini dilakukan dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu

cairan (fluida) pada konsentrasi tertentu untuk mengalir antara dua tanda pada

pipa viskometer. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah,

alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Prinsip dari penentuan

viskositas dengan metode viskometer Ostwald ini dilakukan dengan memasukan

cairan (gliserin) kedalam alat viscometer melalui pipa A kemudian dengan cara

menghisap cairan dibawah ke B sampai garis atas. Selanjutnya cairan dibiarkan

mengalir bebas dan waktu yang diperlukan untuk mengalir dari garis atas ke

bawah diukur.

Pada percobaan ini cairan yang akan ditentukan viskositasnya adalah

gliserin dengan konsentrasi 1 M; 0,75 M; 0,5 M; 0,25 M. Variasi ini di

maksudkan agar kita mengetahui bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap

viskositas cairan. Pertama-tama kita bersihkan terlebih dahulu viskometer

dengan alkohol dan aseton, kemudian kedalam viskometer dimasukkan 5 ml

larutan gliserol dengan pipet. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir bebas

kemudian dinyalakan stopwatch untuk melihat waktu alir yang dibutuhkan cairan

untuk mengalir dari garis atas ke garis bawah.

Hasil yang diperoleh pada percobaan ini, pada konsentrasi 1 M waktu yang

diperlukan adalah 108 detik, pada konsentrasi 0,75 M waktu yang diperlukan

adalah 94 detik. Pada konsentrasi 0,5 M waktu yang diperlukan adalah 103 detik .
Pada konsentrasi 0,25 waktu yang diperlukan adalah 104 detik. Secara teori,

semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengalirnya suatu fluida dari garis

atas ke garis bawah, maka semakin besar pula nilai viskositas cairan, hal ini tidak

sesuai dengan hasil pengamatan. Sedangkan nilai viskositas yang di dapat untuk

konsentrasi 1 M, 0,75 M, 0,5 M, dan 0,25 M berturut-turut yaitu 0,23 cp, 0,19 cp,

0,21 cp dan 0,23 cp. Secara teori , semakin besar kosentrasi maka nilai viskositas

juga semakin besar, dimana viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi. Hal

ini tidak sesuai dengan hasil pengamatan adapun hal ini di pengaruhi oleh

bebrapa faktor seperti proses pencucian viskometer yang kurang bersih pada saat

mengganti gliserin dengan konsentrasi yang berbeda dan juga terlambat

menyalakan atau mematikan stopwatch ketika mengukur waktu alir.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan

besar kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas suatu

fluida maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu

benda bergerak didalam fluida tersebut

Hasil viskositas diperoleh yaitu 0,23 cp dari gliseril dengan

konsentrasi 1 M waktu yang diperlukan yaitu 1 menit 48 detik. Hasil

viskositas gliseril dengan konsentrasi 0,75 M yaitu 0,19 cp dengan waktu

yang diperoleh 1 menit 34 detik. Hasil viskositas gliseril dengan

konsentrasi 0,5 M yaitu 0,21 cp dengan waktu yang diperoleh 1 menit 43

detik. Dan hasil viskositas gliseril dengan konsentrasi 0,25 M yaitu 0,22

cp dengan waktu yang diperoleh 1 menit 44 detik.

Maka diperoleh hasil konsentrasi yang tidak berbanding lurus

dengan nilai viskositas. Hal ini disebabkan karena proses pencucian

viskometer yang kurang bersih pada saat mengganti gliserin dengan

konsentrasi yang berbeda dan juga terlambat menyalakan dan mematika

stopwatch ketika mengukur waktu alir.


B. Saran

1. Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium yaitu praktikum dilakukan secara

offline agar seluruh peserta praktikum lebih tau dengan jelas tentang

bagaimana prosedur-prosedur dalam laboratorium kimia fisika.

2. Asisten

Adapun saran untuk asisten yaitu jika praktikum dilakukan secara

online, lebih dijelaskan alat dan bahan apa saja yang akan digunakan agar

para praktikum mngetahui alat dan bahan yang akan digunakan pada saat

praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, E. S. 2010. Otomatisasi Pengukuran Koefosien Viskositas Zat Cair Menggunakan Gelombang Ultrasonik. Jurnal
Neutrino Vol. 2, No. 2

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI.

Ratriyantari, F. A. 2018. Pengukuran Nilai Viskositas Gliserin Dengan Berbagai Konsentrasi Menggunakan Analisis
Video Pada Logger Pro. Universitas Sanata Dharma : Yogyakarta

Rosalina, D. R. 2017. Pengukuran Viskositas Minyak Goreng Pada Berbagai Variasi Suhu Dengan Menggunakan Sensor
Fiber Optik. Universitas Negeri : Yogyakarta

Regina Oktabella, dkk. 2018. Meastrument of Viscositis Uses An Alternative Viskometer. Universitas Riau: Riau

Syaifurrozaq, M. 2019. Pengembangan Modul Praktikum Viskositas Berbasis Perangkat Pemodelan Dan Analisis Video
Tracker. Universitas Negeri : Semarang
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

B.
Disiapkan larutan gliserol dengan kosentrasi 1,0; 0,75;0,50; dan 0,25 M

Dibersihkan viscometer dengan alkohol dan aseton

Dimasukkan 5 ml larutangliserol 1,0 M dengan pipet kedalam viscometer

Diukur waktu yang diperlukan larutan gliserol untuk


melewati jarak antara dua tanda yang terdapat pada
viscometer (waktu alir)

Dibersihkan viscometer dengan aquadest

Dilakukan percobaan yang sama untuk larutan gliserol 0,75;


0,50; dan 0,25 M

Dicatat hasilnya
B. Perhitungan

1. Gliserol 1 Mol
.P.r4.t
η= 8. V. L
3,14.10. 0,0081. 108
= 8. 5. 3

27,46
= 120
=0,22 CP
2. Gliserol 0,75 Mol
.P.r4.t
η=8. V. L
3,14.10. 0,0081. 94
= 8. 5. 3

23,90
=120
=0,19 CP
3. Gliserol 0,5 Mol
.P.r4.t
η=8. V. L
3,14.10. 0,0081. 103
= 8. 5. 3

26,19
= 120
=0,21 CP
4. Gliserol 0,25 Mol
.P.r4.t
η= 8. V. L
3,14.10. 0,0081. 104
= 8. 5. 3

26,45
= 120
=0,22 CP
C. Foto pengamatan

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Dimasukkan 5 mL larutan sampel Ket : Larutan sampel (gliserol 1,0;


(gliserol 1,0; 0,75; 0,50; dan 0,25 M) ke 0,75;
dalam viscometer 0,50; dan 0,25 M) dalam viscometer

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY

Ket : Diukur waktu yang diperlukan larutan


sampel (gliserol 1,0; 0,75; 0,50; dan 0,25
M)
untuk melewati jarak antara dua tanda yang
terdapat pada viscometer (waktu alir)
D. Kehadiran zoom

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY UNIVERSITAS MEGARIZKY

Wulan Purnama Fidyah Muhdar


(D1B120030) (D1B120055)

Puteri Dwi Aanggraen Nur Juniarti Tajudin


(D1B120152)
(D1B120003)
Ade Nurkhotimah Aditya Syafaat
(D1B120116) (D1B120128)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

KENAIKAN TITIK DIDIH

OLEH :

KELOMPOK : III (TIGA)

ANGKATAN : 04-20

ASISTEN : NURCAHYANI

PRODI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia fisika adalah cabang ilmu yang mempelajari fenomena

maksroskopik, mikroskopik, atom, sib-atom dan partikel dalam sistem dan proses

kimia berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep fisika. Kimia fisika banyak

menggunakan konsep-konsep dari prinsip fisika klasik (seperti energi, entropi,

suhu, tekanan, tegangan permukaan, viskositas, hukum coulomb, intraksi dipol)

mekanika kuantun (seperti foton, bilangan kuantum, spin, kebolehjadian, prinsip

ketakpastian), maupun mekanika statistic (seperti fungsi partisi, distribusi,

boltsman) .

Titik didih adalah suhu dimana cairan mendidih, dimana tekanan uap

sebuah zat cair sama dengan tekanan eksternal yang dialami cairan. Larutan dapat

dibagi menjadi 2 berdasarkan nilai titik didih zat terlarut.

Pertama adalah titik didih zat terlarut lebih kecil daripada pelarutnya

sehingga zat terlarut lebih mudah menguap. Yang kedua adalah zat terlarut lebih

besar dari pada pelarutnya dan jika dipanaskan pelarut lebih dulu menguap.

Kenaikan titik didih larutan bergantung pada jenis zat terlarutnya .

Suhu dimana cairan mendididh dinamakan titik didih. Jadi titik didih

adalah temperature dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Selama

gelembung terbentuk dalam cairan berarti selama cairan mendidih tekanan uap

sama dengan tekanan atmosfer,karena tekanan uap adalah konstan maka suhu dan

cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang
diberikan pada cairan yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya

gelembung uap air lebih cepat. Cairan akan lebih cepat mendidih tapi suhu didih

tidak naik. Jelas bahwa titik didih cairan tergantung dari besarnya tekanan

atmosfer .

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kenaikan

titik didih dari suatu larutan.

C. Prinsip Percobaan

Diukur titik didih larutan yang diketahui berat molekulnya, masa zat

terlarut dan masa pelarut sebanyak 3 kali. Setelah itu di ukur juga untuk zat

terlarut yang diberikan oleh asisten sebanyak 3 kali.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau

lebih zat dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di

dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak

daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Sebagai contoh, jika sejumlah

gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka campuran tersebut pada

dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian (Supriadi. 2017).

Larutan murni (air) memiliki sifat titik beku, titik didih, dan tekanan

uap. Bila zat non elektrolit seperti gula, urea, dan gliserol dimasukkan ke dalam

pelarut murni, maka akan mengubah sifat-sifat larutan tersebut. Perubahan

tersebut meliputi penurunan titik beku, kenaikan titik didih, penurunan tekanan

uap, dan menimbulkan tekanan osmosis (Sudiarti, 2017).

Kenaikan titik didih merupakan salah satu sifat koligatif larutan. Titik

didih suatu zat adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan sama dengan

tekanan di atas permukaan zat cair. Titik didih suatu zat cair dipengaruhi oleh

tekanan uap, artinya semakin besar tekanan uap semakin besar pula titik didih zat

cair tersebut. Pada tekanan dan temperatur standar (1 atm, 25 C) titik didih air

sebesar 100 C. Artinya pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada

permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar. Pada sistem terbuka, tekanan
udara luar adalah 1 atm (tekanan udara pada permukaan larutan) dan suhu pada

tekanan udara luar 1 atm disebut titik didih normal.

Penambahan zat terlarut yang lebih sukar menguap menyebabkan titik

didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih air (yaitu 100 C pada tekanan 760

mmHg).

Suhu pada saat air murni mendidih disebut titik didih larutan (Tb),

sehingga titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Kenaikan titik

didih adalah selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut (Triana,

2018).

Kenaikan titik didih larutan dipengaruhi oleh jumlah zat terlarutnya.

Semakin banyak jumlah partikel terlarut, maka semakin besar titik didih larutan

tersebut demikian halnya dengan kenaikan titik didihnya (Purba, 2019).

Titik didih larutan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh larutan

sama dengan tekanan atmosfer di lingkungan sekitar. Penambahan zat terlarut

yang lebih sukar menguap menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi daripada

titik didih air (yaitu 100 C pada tekanan 760 mmHg). Suhu pada saat air murni

mendidih disebut titik didih larutan (Tb), sehingga titik didih larutan lebih tinggi

daripada titik didih pelarut. Kenaikan titik didih adalah selisih antara titik didih

larutan dengan titik didih pelarut (Maisury, 2018).


A. Uraian bahan

1. Air Suling (Dirtjen POM Edisi III 1979 :

96) Nama resemi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling/aquadest

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Kegunaan : Sebagai zat uji

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Glukosa (Dirtjen POM, Edisi IV 1995)

Nama resmi : DEXTROSUM

Nama lain :

Dekstrosa/Glukosa

RM/BM : C6H12O6.H2O/198,17

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur, atau serbuk granul

putih, tidak berbau, rasa manis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air

mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam

etanol.
Kegunaan : Sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Kalium Klorida (Dirtjen POM, Edisi IV 1995)

Nama resmi : KALII CHLORIDUM

Nama lain : Kalium Klorida

RM/BM : KCL/74,55

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablu berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak

berwarna atau serbuk butir putih, tidak berbau, rasa

asin.

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, sangat mudah larut dalam air

mendidih, praktis tidak larut dalam etanol mutlak P dan

eter P.

Kegunaan : Zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

4. Natrium Klorida (Dirtjen POM, Edisi III 1979 :

584) Nama resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama lain : Natrium Klorida

RM/BM : NaCl/58,44

Rumus Struktur :
Pemerian : Hablur heksa hedral tidak berwarna, atau serbuk hablur

putih, tidak berbau, rasa asin.

Kelautan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air meniddih

dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut

dalam etanol 95% P.

Kegunaan : Sebagai cairan sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan di lab yaitu Bunsen, Corong, Gelas piala,

Tabung reaksi, Pengaduk, Thermometer.

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu Alkohol, Aseton, dan Klorofom

B. Cara Kerja

Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, lalu isi gelas piala kira-kira

dengan 300 ml air dan panaskan menggunakan Bunsen, lalu ukurlah titik

didih pelarut murni. Kemudian ukur titik didih larutan yang diketahui berat

molekulnya, masa zat terlarut dan masa pelarut sebanyak 3 kali. Setelah itu di

ukur juga untuk zat terlarut yang diberikan oleh asisten sebanyak 3 kali.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

NO Larutan Tb(oC) ∆tb(oC) BM

1 NaCl 98 0 ∞

2 KCl 96 1 0,173

3 Zat x 97 0 ∞

B. PEMBAHASAN

Titik didih adalah temperature tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer.

Selama gelembung terbentuk dalam cairan, berarti selama cairan mendidih

tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer karena tekanan uap adalah konstan

maka suhu dan cairan yang mendidih akan teteap sama.

Percobaan ini menggunakan metode kenaikan titik didih dimana

bertambahnya titik didih larutan relative terhadap titik didih pelarut murninya

selain metode pengerjaan yang mudah serta perhitungan yang lebih sederhana.

Prinsip dari metode kenaikan titik didih yaitu menggambarkan fenomena bahwa

titik dari suatu cairan (suatu pelarut) akan lebih tinggi ketika senyawa lain

ditambahkan yang berarti bahwa larutan akan memiliki titik didih yang lebih

tinggi dari pada pelarut.

Jika semakin banyak jenis zat terlarut yang dicampur maka semakin tinggi

pulah titik didih larutan. Jadi semakin besar konsentrasi larutan maka energy yang

digunakan semakin besar dan waktu yang digunakan semasin kecil.


Adapun cara kerja yaitu, disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, lalu isi

gelas piala kira-kira dengan 300 ml air dan panaskan menggunakan Bunsen, lalu

diukurlah titik didih pelarut murni. Kemudian diukur titik didih larutan yang

diketahui berat molekulnya, masa zat terlarut dan masa pelarut sebanyak 3 kali.

Setelah itu di ukur juga untuk zat terlarut yang diberikan oleh asisten sebanyak 3

kali.

Pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil dari yang tertinggi

pada larutan Kalium Klorida (KCl) yaitu kenaikan titik didih 1oC dengan berat

molekul yaitu 0,173. Selanjutnya pada larutan nartium klorida (NaCl) yaitu

kenaikan titik didih 0oC dengan berat molekul yaitu ∞, sedangkan pada zat x yaitu

kenaikan titik didih 0oC dengan berat molekul ∞..

Dari ke-3 hasil berat molekul (BM) yang diperoleh jika dibandingkan

dengan literatur “Farmakope Edisi III” sangat berbeda terutama pada larutan

natrium klorida dan zat x karena memperoleh BM dengan nilai 0 sehingga tidak

terdefenisi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah kenaikan titik didih
tertinggi yaitu terjadi pada larutan Kalium Klorida (KCl) yaitu 1 0C dengan
berat molekul 0,173. Selanjutnya pada larutan Natrium Klorida (NaCl)
yaitu 00C dengan berat molekul yaitu oo, dan terakhir pada zat X yaitu 0 0C
dengan berat’ molekul oo.

B. Saran
1. Laboratorium
Adapun saran kami yaitu, agar sebaiknya praktikum dapat
dilakukan secara offline agar seluruh peserta praktikum tau dengan
jelas tentang prosedur dalam laboratorium.
2. Asisten
Adapun saran untuk asisten yaitu jika praktikum dilakukan
secara online, sebaiknya lebih dijelaskan alat dan bahan yang akan
digunakan agar para praktikum dapt mengetahui alat dan bahan apa
saja yang akan digunakan nanti pada saat praktikum dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depertemen


Kesehatan RI
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Depertemen
Kesehatan RI
Maisury P. 2018. Pengaruh Model Double Loop Problem Solvingdan Gaya
Kognitif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sifat Koligatif
Larutan Di Sman 1 Mesjid Raya Aceh Besar. Universitas Islam negri :
Aceh
Supriadi B. 2017. Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu
Larutan. Universitas : Jamber

Sudiarti T. 2017. Perbandingan Sifat Koligatif Campuran Larutan Garam (NaCl,


KCl, dan Na-Benzoat) Dengan Air Zamzam Berdasarkan Berat Jenisnya. ,
UIN Sunan Gunung Djati : Bandung,
Purba L. S. L. 2019. Praktikum Kimia Fisika 1. Universitas Kristen Indonesia.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Dipanaskan pelarut (aquadest) sebanyak 300 ml diatas bunsen

Ditimbang sampel A, B dan C sebanyak 1 gram

Diukur titik didih pelarut murni (aquadest)

Dimasukkan tiap sampel ke dalam pelarut (aquadest) yang sudah mendidih

Dicatat hasilnya

Diukur suhu titik didih masing-masing setelah sampel larut

B. Perhitungan

1. Sampel A (NaCl)

Air mendidih = 98C

Setelah penambahan sampel = 98C

∆Tb = Tb sampel – Tb pelarut

= 98 – 98

= 0 C
mr = kb . g . 1000

. ∆Tb

= 0,052 . 1 gram. 1000

300 g/l . 0

= 52

=

2. Sampel B (KCl)

Air mendidih = 97C

Setelah penambahan sampel = 96C

∆Tb = Tb sampel – Tb pelarut

= 97 – 96

= 1C

mr = kb . g . 1000

. ∆Tb

= 0,052 . 1 gram. 1000

300 g/l . 1
= 52

300

= 0,173

3. Sampel C (Zat

x/Glukosa) Air mendidih

= 97C

Setelah penambahan sampel = 97C

∆Tb = Tb sampel – Tb pelarut

= 97 – 97

= 0C

mr = kb . g . 1000

. ∆Tb

= 0,052 . 1 gram. 1000

300 g/l . 0

= 5

0
=
C. Gambar

LABORATORIUM KIMIA LABORATORIUM KIMIA


FISIKA FISIKA
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS UNIVERSITAS
MEGARIZKY MEGARIZKY

Ket : Hasil sampel A Ket : Hasil sampel B

NaCl = 98ᵒC KCl = 96ᵒC

LABORATORIUM KIMIA
FISIKA
PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS
MEGARIZKY

Ket : Hasil sampel zat x

Glukosa = 97ᵒC
D. Kehadiran zoom

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA


PRODI S1 FARMASI FISIKA
UNIVERSITAS MEGARIZKY PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGARIZKY

Wulan Purnama Fidyah Muhdar


(D1B120030) (D1B120055)

Puteri Dwi Aanggraen Nur Juniyarti Tajuddin


(D1B120152)
(D1B120003)

Ade Nurkhotimah Aditya Syafaat


(D1B120116) (D1B120128)

Offline Hasnaeni
(D1B120137)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN BOBOT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN

PENGUKURAN VOLUME GAS

OLEH :

KELOMPOK : III (TIGA)

ANGKATAN : 04/A 2020

ASISTEN : NOVITALISYN A.D.P

FAKULTAS S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berat molekul dapat diketahui dengan menggunakan fungsi perhitungan

kerapatan dari gas. Cara tersebut dapat dilakukan dengan menampung volume

suatu gas yang akan dihitung berat molekunya dengan berat gas yang telah

diketahui berat molekulnya pada suhu dan tekanan yang sama. Persamaan gas

ideal bersama massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul

senyawa volatil. Apabila jumlah mol dari suatu gas senyawa tertentu dinyatakan

dalam mol (n) maka suatu bentuk persamaan umum mengenai sifat-sifat gas dapat

diketahui. Gas memiliki banyak molekul. Molekul-molekul tersebut selalu

bergerak dengan kecepatan dan arah yang berbeda-beda setiap molekul. Molekul

gas menyebar secara merata di semua bagian ruangan yang ditempati. Gaya atau

interaksi antar molekulnya sangat kecil hampir sekali tidak ada interaksi. Gas

tentunya memilik berat molekul. Berat molekul gas dapat dihitung. Beberapa

senyawa yang ada seperti padat dan cair dapat menjadi gas, jika senyawa tersebut

bersifat volatile.

Cairan yang mudah menguap terdiri dari molekul – molekul yang

mempunyai gaya antar molekul yang lemah. Hal tersebut disebabkan mereka

cenderung bercerai-berai oleh gerakan masing – masing. Beberapa molekul

meninggalkan molekul induk cairan yang menguap. Gas mengembun menjadi


cairan apabila gaya antar molekul menjadi cukup kuat untuk mengalahkan energi

kinetik dari molekul

Aplikasi gas ideal dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita jumai saat

memasukkan air panas kedalam botol. Misalya sebuah kopi hangat dimasukkan ke

dalam sebuah botol, tanpa disadari botol yang berisi kopi hangat itu kempes.

Peristiwa tersebut dikarenakan suhu pada kopi hangat sedikit-sedikit turu

menyesuaikan dengan lingkungan disekitarnya. Turunnya suhu pada kopi in

menyebabkan rumus gas ideal bekerja.

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan adalah menentukan berat molekul senyawa

volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dan mengaplikasikan persamaan

gas ideal

C. Prinsip Percobaan

Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap menjadi gas

bila terjadi peningkatan suhu berkisar 100°C atau lebih. Gas tersebut dapat

dihitung berapa berat molekulnya yaitu dengan cara Penentuan berat molekul

dapat dilakukan dengan berdasarkan pengukuran massa jenis gas yang telah

menguap
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Brady (2017) menyatakan bahwa molekul-molekul pada gas terletak

sangat berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik

atau tolak menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan menyebar dan

mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, sebesar apapun dan bagaimanapun

bentuknya. Beberapa sifat gas tersebut, ada yang dinamakan gas ideal untuk

memudahkan orang-orang mempelajari sifat-sifatnya yang antara lain:

1. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya

2. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan

3. Tidak ada perubahan energi dalam (internal energy = E) di pengembangan

Sifat-sifat tersebut dimiliki oleh gas inert yaitu He, Ne, Ar dan lainnya

serta uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di

alam (gas sejati) seperti N2, O2, CO2, dan NH3 memiliki sifat yang agak

menyimpang dari sifat gas ideal diatas. Kerapatan gas (diidenfinisikan sebagai

berat gas dalam gram per liter) dapat digunakan untuk menghitung menghitung

berat molekul suatu berat molekul suatu gas dengan cara memb dengan cara

membendungkan su endungkan suatu volume g atu volume gas yang as yang akan

dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat

molekulnya pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama (Brady,2017).
Tumbukan gas pada dinding tabung akan menghasilkan tekanan,

artinya besar kecil tekanan gas itu disebabkan oleh banyaknya atau sedikitnya

tumbukan partikel itu pada dinding tabung (Usman, 2018).

Rumus molekul merupakan kelipatan bilangan bulat dari rumus empiris.

Hal ini menyatakan jumlah atom yang sesungguhnya yang bergabung dengan

ikatan kimia untuk membentuk molekul. Rumus molekul dapat ditentukan jika

massa molekul dan rumus empiris suatu senyawa diketahui. Perbandingan massa

molekul suatu senyawa terhadap massa molekul dari rumus empirisnya

merupakan kelipatan bilangan bulat yang dapat dipakai untuk menentukan rumus

molekulnya (Bresnick, 2010).

Penentuan berat molekul ini dengan menimbang sejumlah gas tertentu

kemudian diukur pV dan T-nya. Menurut hu pV dan T-nya. Menurut hukum gas

ideal :

p V = n R T.......................................(2.1)

m/BM dimana n = m/BM sehingga, sehingga,

p V = (m/BM) RT..................................(2.2)

dengan mengubah persamaan

p(BM) = (m/V) RT = Ρrt.....................................(2.3)

dimana, BM : Berat molekul

p : Tekanan gas
V : Volume gas

T : Suhu absolut

R : Tetapan gas ideal

Ρ : Massa jenis

Sifat-sifat gas ideal dapat dinyatakan dengan persamaan yang

sederhana yaitu:

.pV = n R T.......................................(2.4)

Hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah apabila

diinginkan penentuan penentuan berat molekul molekul suatu gas secara teliti.

teliti. Kesukaran Kesukaran akan terjadi terjadi apabila apabila memiliki memiliki

tekanan rendah maka suatu berat tertentu dar tekanan rendah maka suatu berat

tertentu dari gas a i gas akan mempunyai volume yang sangat besar. kan

mempunyai volume yang sangat besar. Suatu berat tertentu bila tekanan berkurang

volume bertambah dan berat per liter berkurang. Kerapatan yang didefinisikan

dengan W/V berkurang tetapi perbandingan kerapatan dan tekanan d/p atau W/pV

akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal pV juga

tetap sesuai dengan persamaan berikut :

p V = R T............................................(2.5)

M = R T = (d/p) T = (d/p) R T........................................................(2.6)

Respati (2015) mengungkapkan bahwa suatu aliran dari udara kering yang

bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran
ini tergantung pada kejenuhan pada kejenuhan udara tersebut. Udara dilewatkan

cairan tersebut tersebut secara seri untuk menjamin untuk menjamin kejenuhan. V

adalah volume dari w gram cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol

cairan dan tekanan uap dari cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap

dapat dihitung dengan hukum gas ideal :

p = ρ R T...........................................................(2.7)

Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahwa

perbandingan pV/T adalah konstan. Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti

metana (CH3) dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini

tidak benar betul. Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan

gas pada berbagai suhu dan tekanan hokum. Gabungan gas pada berbagai suhu

dan tekanan disebut gas ideal (Brady, 2017).

Konjugasi yang terdiri dari stigmasterol dan L-fenilalanin saling

berhubungan melalui pendek dirantai asil dikarboksilat oleh ikatan ester dan

amida, yang masing-masing disintesis sebagai potensi molekul rendah berat bobot

/ massa gelators organik (LMWGs / LMMGs). Sifat fisika kimia menjadi sasaran

penyelidikan, terutama kemampuan untuk membentuk gel reversibel berdasarkan

perubahan kondisi lingkungan. Lain halnya dengan sifat yang terdeteksi oleh UV-

VIS jejak diukur dalam sistem yang terdiri dari dua pelarut larut (air / asetonitril)

dengan berbagai rasio pelarut dan menggunakan konstanta konsentrasi senyawa

dipelajari. Partisi dan koefisien difusi dan kelarutan dalam air dihitung untuk

konjugat target. Konjugasi adalah senyawa-satunya dari seri mampu membentuk


gel dalam 1-oktanol. Ketiga konjugasi ditampilkan supramolekul karakteristik

dalam spektrum UV-VIS. Konjugat disintesis oleh beberapa stigmasterol, dan

pelarut dibantu supramolekul yang memiliki kemampuan untuk merakit sendiri,

dan kemampuan mereka untuk membentuk gel dipelajari. Penunjukkan konjugasi

penyimpangan dalam UV-VIS Spektrum diurutkan perubahan rasio pelarutnya,

dan karakteristik supramolekul terbukti dengan semua konjugat. Pembentukan gel

terlihat biasanya tidak dapat diprediksi, dan sangat tergantung pada pemilihan

pelarut (Sustekova, 2011).

Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.Pada tekanan yang relatif

rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas akan

menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk

segala macam gas yang digunakan. Persamaan gas ideal bersama-sama dengan

massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa

volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan

mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Haliday dan

Resnick, 2016)

Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform

lebih dikenal sebagai bahan pembius meskipun telah banyak digunakan sebagai

pelarut nonpolar di laboraturium atau industri. Wujudnya berupa cairan dan

mudah mengua . Kloroform mempunyai titik didih 61,2 oC dan titik lebur -63,5oC

(ScienceLab, 2018).

Kloroform juga disebut sebagai holoform karena brom dan klor juga

bereaksi dengan metal keton yang menghasilkan masing – masing bromoform


dan kloroform. Hal inilah yang disebut haloform. Kloroform termasuk senyawa

polihalogen yaitu senyawa turunan karboksilat yang mengikat lebih dari satu atom

halogen dan merupakan senyawa dari asam formiat (ScienceLab, 2018).

Kloroform dalam bidang industri dapat diperoleh dengan pemanasan

campuran dari klorin dan klorometana atau metana. Beberapa senyawa yang dapat

membentuk kloroform dan senyawa halofom adalah etanol, 2 – proponol, 2-

butanol proponol, 2-butanol propanon, dan propanon, dan 2-butanon. Reaksi 2-

butanon. Reaksi kloroform berlangsung dalam tiga tingkat yaitu oksidasi,

subsitusi, dan penguraian oleh basa(ScienceLab, 2018).

Sifat fisika dari kloroform antara lain beracun, berbau khas (sedikit

manis), berbentuk cair, dan tidak berwarna. Sementara sifat kimia kloroform

antara lain tidak dapat bercampur dengan air, termasuk asam lemah, dan tidak

mudah terbakar. Kloroform dimanfaatkan sebagai pemadam pemadam

kebakaran, kebakaran, pembersih pembersih noda, dan untuk pengasapan.

pengasapan. Kloroform Kloroform selain mempunyai mempunyai manfaat, juga

mempunyai bahaya pada kesehatan tubuh manusia yaitu dapat

menyebabkan pembesaran pembesaran hati, gangguan gangguan pernapasan

pernapasan dan ginjal, ginjal, dan tekanan tekanan darah rendah (ScienceLab,

2018).

Aseton adalah senyawa cair yang tidak berwarna, mudah terbakar,

mempunyai rasa pedas manis, dan harum seperti seperti permen. permen. Aseton

merupakan merupakan keton yang paling sederhana. sederhana. Aseton larut


dalam air dan dapat digunakan untuk membuat plastic, serat, dan obat – obatan

(ScienceLab, 2018).

Aseton biasanya digunakan sebagai bahan pembuat cat, bahan pembuatan

parfum, dan pembersih pembersih cat kuku. Aseton juga berbahaya berbahaya

dan dapat menyebabkan menyebabkan kerusan kerusan pada organ tubuh seperti

ginjal, hati, kulit, dan sistem reproduksi pada manusia (ScienceLab, 2018).

Etanol merupakan senyawa berbentuk cair yang memiliki nama umum

alkohol dengan formula kimia (rumus kimia) CH3CH2OH. Etanol mudah larut

dalam air dingin, air panas, metanol, dietil eter, dan aseton. Etanol berbau ringan

hingga kuat seperti anggur atau wiski dan memiliki rasa yang pedas (ScienceLab,

2018).

Etanol dengan cepat menyerap uap air dari udara. Dapat bereaksi dengan

penuh semangat dengan oksidator. Oksidan yang menjalani reaksi kuat (eksplosif)

dengan etanol antara lain barium perklorat, bromin pentafluorida, kalsium

hipoklorit, kloril perklorat, kromium trioksida, krom klorida, difluorida dioksigen,

disulfuril difluorida, nitrat fluorin, hidrogen peroksida, iodine heptafluoride, nitric

acid nitrosil perklorat, asam perkutan perchloric perchloric acid ,

peroxdisulfurik asam, kalium dioksida, kalium perklorat, kalium permanganat,

rutenium (VIII) oksida, perak perkl permanganat, rutenium (VIII) oksida, perak

perklorat, perak peroksida, uranium at, perak peroksida, uranium hexafluoride,

dan uranil perklorat (ScienceLab, 2018).


Nilai BM hasil perhitungan akan mendekati nilai sebenarnya, tetapi masih

mengandung kesalahan. Faktor yang mempengaruhi nilai BM ialah ketika labu

erlenmeyer kosong ditimbang, labu ini penuh dengan udara. Setelah pemanasan

dan pendinginan dalam desikator, tidak semua uap cairan kembali ke bentuk

cairannya. Sehingga akan mengurangi jumlah udara yang masuk ke dalam labu

erlenmeyer. Jadi massa erlenmeyer dalam keadaan ini lebih kecil dari pada massa

labu erlenmeyer dalam keadaan semua uap cairan kembali kebentuk cairannya.

Oleh karena itu massa cairan x sebenanrnya harus ditambahkan dengan massa

udara yang tidak dapat masuk kembali kedalam erlenmeyer karena adanya uap

cairan yang tidak mengembun. Massa udara tersebut dapat dihitung dengan

menganggap bahwa tekanan parsial udara yang tidak dapat masuk sama tekanan

uap cairan pada suhu kamar. Nilai ini dapat diketahui dari literatur. Sebagai

contoh untuk menghitung tekanan uap CHCl3 pada suhu tertentu dapat digunakan

persamaan : Dimana P adalah tekanan uap dalam mmHg dan T adalah suhu dalam

derajat celcius (Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika, TGP FTUI)

Faktor yang mempengaruhi penentuan bobot molekul senyawa

berdasarkan pengukuran volume gas ialah :

1. Tidak mengetahui dengan pasti titik didih dari suatu sampel senyawa.

Sehingga suhu penangas air tercatat sangat berpengaruh pada nilai berat

molekul yang dihasilkan atau tidak.

2. Ketidaktepatan pengamatan pada saat cairan telah menguap semua atau

belum dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan. Jika masih ada

cairan yang belum menguap atau masih ada cairan yang terisi dalam labu
erlenmeyer, maka dapat mengakibatkan kesalah dalam perhitunhgan massa

jenis gas dan pada akhirnya mengakibatkan kesalahan pada perhitungan berat

molekul.

B. Uraian Bahan

1. Aseton (Dirtjen POM, 1979)

Nama resmi : ACETUM

Nama lain : Asetin

RM/BM : C3H6O/58,08

Rumus struktur :

Pemerian : Cair jerni tidak berwarna, mudah menguap, bau

khas, mudah terbakar

kelarutan : Dapat bercampur denagn air,dengan

etanol,dengan eter,dan dengan kloroform.

Kegunaan : Sebagai sampel

Penyipanan : Dalam wadah tertutup rapat,jauhkan dari api.

2. Etanol (Dirtjen POM, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol ; Etanol

Rumus molekul : C2H6OH

Berat molekul : 46,068 g/mol

Rumus struktur : CH3 – CH2 – OH


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,

dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,

mudah terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform

P, dan dalam eter P

Kegunaan : sebagai pereaksi

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

3. Kloroform (Dirtjen POM, 1979)

Nama resmi : CHLOROFORM

Nama lain : Kloroform

RM / BM : CHCl3 / 119,38

Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas,

rasa manis dan membakar

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah

larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam

sebagian besar pelarut organik, dalam minyak

atsiri dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum yaitu erlenmeyer, gelas piala,

aluminium foil, karet gelang, jarum, neraca, dan desikator.

2. Bahan

Bahan yang digunakanpada praktikum yaitu Aseton, etanol, dan

klorofom

B. Cara Kerja

Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, lalu ambil erlenmeyer tutup

erlenmeyer tersebut dengan aluminium foil, lalu kencangkan tutup tadi dengan

karet gelang, lalu timbang erlemeyer yang sudah ditimbang tadi. Kemudian

masukkan sekitar 5 ml cairan yang mudah menguap ke dalam erlenmeyer,

kemudian tutup kembali dengan kencang sehingga kedap gas, lalu beri lubang

kecil pada tutup aluminium foil agar udara dapat keluar. Kemudian rendam

erlenmeyer dalam penangas air bersuhu sekitar 100˚C sedemikian sehingga air

sekitar 1 cm dibawah aluminium foil, biarkan erlenmeyer tersebut dalam dalam

penangas air sampai semua cairan di dalamnya menguap, catat suhu penangas air.

Lalu angkat erlenmeyer dari penangas, keringkan air yang terdapat pada bagian

luar erlenmeyer dengan lap, lalu tempatkan erlenmeyer dalam desikator untuk

mendinginkan dan mengeringkannya, udara akan masuk kembali kedalam


erlenmeyer melalui lubang kecil dan uap cairan volatile yang terdapat dalam

erlenmeyer akan mengembun kembali menjadi ciran. Kemudian timbang

erlenmeyer dengan jalan mengisinya dengan air sampai penuh dan mengukur

massa air yang terdapat dalam erlenmeyer. Ukur suhu air untuk mengetahui

massa jenis air, sehingga akhirnya volume air dalam erlenmeyer yang juga

merupakan volume erlenmeyer dapat dihitung. Lalu ukur tekanan atmosfir dengan

menggunakan thermometer.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

No Sampel Larutan BM Praktek BM Teori

(g / mol) (g / mol)

1 Etanol 52,636 g/mol 46,07 g/mol

2 Aseton 39,244 g/mol 58,08 g/mol

3 Kloroform 78,826 g/mol 119,38 g/mol

B. PEMBAHASAN

Gas akan berbentuk sesuai dengan wadah yang ditempatinya, semakin

besar massa suatu gas semakin besar pula volume dari gas tersebut. Gas terbuat

dari partikel-partikel sub partikel yang disebut molekul, yang selalu bergerak

cepat dan acak. Sebuah molekul bergerak lurus sampai bertabrakan dengan

molekul lain atau dinding wadah. Karena, kecil molekul dapat bergerak melewati

pori-pori halus dan meningkatkan wadah.

Gas tak mempunyai volume yang tertentu, melainkan dapat dimampatkan

maupun dimuaikan menurut perubahan ukuran wadah, volume wadah adalah

volume dari gas.

Percobaan ini bertujuan menentukan massa molekul senyawa yang mudah

menguap yaitu Alkohol, Aseton dan Kloroform melalui proses penguapan yang

dilanjutkan dengan proses pengembunan serta selisih massa senyawa sebelum dan
sesudah penguapan. Sejumlah larutan dipanaskan agar tekanan uapnya sama

dengan atmosfir dan dapat diketahui massa zat yang menguap serta volumenya.

Prinsip kerja dari penentuan berat molekul berdasarkan pengukuran massa

jenis adalah suatu senyawa yang memiliki titik didlh dlbawah 100°C dimasukkan

ke dalam labu erlemeyer yang ditutup dengan aluminlum foll dan karet gelang.

Senyawa tersebut diuapkan pada penangas air bersuhu 100 °C sampai semuanya

menjadi uap dengan memberikan lubang pada aluminium foll. Cairan akan

menguap dan mendorong udara yang ada didalam erlemeyer sampai udara

tersebut keluar semua dari erlemeyer melalui lubang yang telah dibuat dan akan

berhenti jika kondisinya telah mencapai kesetimbangan yaitu tekanan uap didalam

erlemeyer sama dengan tekanan udara diluar erlemeyer. Sehingga, yang tersisa

didalam erlemeyer hanyalah uap senyawa tersebut, yang memiliki tekanan sama

dengan tekanan udara diluar erlemneyer (atmosfir), volume yang sama dengan

titlk didih air dalam labu erlemeyer dan suhu yang hampir sama dengan suhu

penangas air. Setelah itu labu erlemeyer didingInkan dan dikeringkan supaya uap

dari cairan Alkohol, Aseton dan Klorofom mengembun dan menjadi cairan

kembali. Kemudian ditimbang massanya.

Pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil BM Alhohol 52,636

g/mol sedangkan dalam Farmakope BM Alkohol 46,07 g/mol. Selanjutnya BM

Aseton 39,244 g/mol sedangkan pada Farmakope BM Aseton 58,08 g/mol.

Kemudian pada Kloroform di dapatkan hasil BM 78,826 g/mol sedangkan pada

Farmakope BM Kloroform 119,38 g/mol.


Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil yang tidak sesuai

dengan literatur. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mengakibatkan

kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan itu adalah saat melakukan penimbangan

pada labu erlenmeyer kosong. Massa yang didapat tidak murni massa dari

erlenmeyer melainkan didalamnya penuh dengan udara. Selain itu saat melakukan

pemanasan terlalu lama sehingga semua zat benar-benar menguap seluruhnya.

Saat pendinginan juga tidak semua uap yang tersisa kembali menjadi cairan

sehingga mengurangi massanya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut

:Diperoleh BM alkohol 52,636 g/mol, BM aseton diperoleh sebesar 39,244 g/mol,

dan BM pada kloroform diperoleh hasil 78,826 g/mol.. Maka dari ke-3 hasil berat

molekul yang diperoleh jika dibandingkan dengan literatur pada buku Farmakope

tidak sesuai. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan pada saat penimbangan labu

erlenmeyer kososng, massa yang didapat tidak murni massa dari erlenmeyer

melainkan didalamnya penuh udara serta pemanasan yang terlalu lama sehingga

semua zat benar-benar menguap seluruhnya. Dan pada saat pendinginan tidak

semua uap yang tersisa menjadi cairan sehingga mengurangi massanya.

B. Saran

1. Laboratorium

Adapun saran kami yaitu, agar sebaiknya praktikum dapat dilakukan

secara offline agar seluruh peserta praktikum tau dengan jelas tentang

prosedur dalam laboratorium.

2. Asisten

Adapun saran kami untuk asisten lab sebaiknya dapat menjelaskan

terlebih dahulu letak alat-alat yang ada di lab agar praktikan tidak

kebingungan dan praktikum akan tetap berjalan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Aksara. Respati.2015. Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk. Yogyakarta: Rineka

Cipta.

Brady, James E. 2017. Kimia Universitas Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Binarupa .

Bresnick, S., 2010, Intisari Kimia Umum, diterjemahkan oleh Lies Wibisono,

Penerbit Hipokrates, Jakarta.

Rery, Usman. 2018. Penentuan Sumber Gas Oksigen Untuk Percobaan

Volume Molar Gas. Universitas Riau

ScienceLab. 2018. Lembar Data Keamanan Bahan Aseton. Erlangga. Jakarta.

ScienceLab. 2018. Lembar Data Keamanan Bahan Alkohol. Erlangga. Jakarta.

ScienceLab. 2018. Lembar Data Keamanan Bahan kloroform. Erlangga.

Jakarta.

Sustekova, J., Drasar, P., Saman D., 2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisika,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Tim Kimia Fisik. 2018. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember:

Universitas Jember.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Proses pengaruh suhu ruang

Suhu ruangan

Diambil sebuah erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil. Lalu kencangkan tutup dengan karet gel

Aseton, Alkohol,
mbil masing-masing sampel aseton, alkohol dan kloroform sebanyak 5ml dimasukkan dalam erlenmeyer kemudian ditimbang

Hasi

-Aseton : 142,83
Alkohol : 144,06
Kloroform : 144,41

2. Proses pengaruh suhu panas

Suhu panas

Direndam erlenmeyer dalam penangas air


bersuhu sekitar 100ᵒC sedemikian
sehingga air sekitar 1 cm dibawah
Aseton, Alkohol dan

Dibiarkan erlenmeyer masing-masing berisi aseton, alkohol, dan kloroform dalam pe


Diangkat erlenmeyer dari penangas, keringkan air yang terdapat pada bagian luar de

Hasi

-Aseton : 139,54
Alkohol : 140,57
Kloroform : 138,45

3. Proses pengaruh suhu dingin

Suhu dingin

Ditempatkan erlenmeyer
dalam desikator untuk
mendinginkan dan
mengerinkannya

Aseton, Alkohol dan

Udara akan masuk kembali ke dalam erlenmeyer melalui lubang kecil dan u
Ditambahkan aquadest ke dalam masing- masing erlenmeyer yang berisi as
sebanyak 100 ml

Hasi

-Aseton : 13
Alkohol : 14
Kloroform :
B. Perhitungan

Data:

1. Erlemeyar kosong + Karet + alfol

Aseton = 139,14 gr

Alcohol = 140,03 gr

Kloroform = 137,64 gr

2. Erlemeyer setelah diuapkan dan didinginkan

Aseton = 139,54 gr

Alcohol = 140, 57 gr

Kloroform = 138,45 gr

3. Erlemeyer setelah diuapkan, didinginkandan ditambah

air Aseton = 449,17 gr

Alcohol = 452,22 gr

Kloroform = 450,30 gr

Dik: P = 1 atm

R= tetapan gas ideal = 0,082 L.atm/mol

T = 90OC + 273 = 371 K

1. Aseton

boboterlemeyer + uap−boboterlemeyerkosong
ρ=
volume uap
Dit:

Volume uap?

Volume uap = Volume air


bobot air
volume air
= bj air

Dik:
g
BJ air =1 ⁄
L
Bobot air = Bobot air + Sampel − Bobot erlemeyer kosong

= 449,17 −139,14

= 310,03 gr

Bobot air
Volumeair=
BJ air
310,03 gr
= gr
1 ⁄ml

= 310,03 ml

= 0,310 L

Bobot erlemeyer + Uap − Bobot erkemeyer


ρ =
kosong Volume uap
139,54 − 139,14
=
0,310 L

0,4
=
0,310
g
= 1,290 ⁄L

P + BM = ρ × R × T
g
1 × BM =1,290 ⁄ × 0,082 × 371
L
1,290 × 0,082 × 371
BM =
1
g
BM = 39,244 mol

2. Etanol

Bobot air = Sampel full − Bobot erlemeyer kosong

= 452,22 −140,03

= 312,19 gr

Bobot air
Volumeair=
BJ air
312,19 gr
= g
1 ⁄ml

= 312,19 ml → 0,3121 L = Volume uap

Bobot erlemeyer + uap − Bobot erlemeyer kosong


ρ =
Volume uap
140,57 − 140,03
=
0,3121
g
= 1,7302 ⁄L

P × BM = ρ × R × T
ρ×R×T
BM
= P

1,7302 × 0,082 ×
371
BM
= 1
g
=52,636 ⁄mol

3. Kloroform

Bobot air = Bobot air = Sampel full − Bobot erlemeyer kosong

= 450,30 −137,64
= 312,66 gr

Volume air = Volume uap

Bobot air
Volumeair=
BJ air

312,66 gr
=
gr⁄
1
ml
= 312,66 ml = 0,3126 L → Volume uap

Bobot erlemeyer + uap − Bobot erlemeyer


ρ =
kosong Volume uap
138,45 − 137,64
=
0,3126

0,81 g
=
0,3126 L
g
= 2,5911 ⁄L

P. BM = ρ × R × T

ρ×R×T
BM
= P
2,5911 × 0,082 ×
371
=
1
g
=78,826 ⁄ml
C. Gambar
LABORATORIUM KIMIA LABORATORIUM KIMIA
FISIKA FISIKA
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS UNIVERSITAS
MEGARIZKY
MEGARIZKY

Ket : Hasil sampel A Ket : Hasil sampel B (Etanol)


(Aseton)

LABORATORIUM KIMIA
FISIKA
PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS
MEGARIZKY

Ket : Hasil sampel C


(Kloroform)
D. Kehadiran zoom

LABORATORIUM KIMIA LABORATORIUM KIMIA


FISIKA FISIKA
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS UNIVERSITAS MEGARIZKY
MEGARIZKY

Wulan Purnama Fidyah Muhdar


(D1B120030) (D1B120055)

Puteri Dwi Aanggraen Nur Juniyarti Tajuddin


(D1B120003) (D1B120152)
Ade Nurkhotimah Aditya Syafaat
(D1B120116) (D1B120128)

Anda mungkin juga menyukai