Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sunyono, M. Si.
Lisa Tania, S. Pd., M. Sc.
Oleh:
Kelompok 4
1. Kartika Tiara Putri 2113023001
2. Ilham Hadi Kusuma 2113023019
3. Alvito Leonardi 2113023025
4. Tia Amelia 2113023043
5. Dinda Aulia 2113023065
6. Liam Tiolina Simbolon 2113023071
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah serta inayahNya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
tugas untuk memenuhi mata kuliah Kinetika Kimia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Adsorbsi Fisika, Adsorbsi Kimia, dan Adsorbsi Isotermis bagi para
pembaca dan penulis
Kami mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sunyono, M.Si., dan Ibu Lisa
Tania, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah Kinetika Kimia Universitas Lampung
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
mata kuliah yang sedang kami pelajari.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dalam kesempurnaan, makalah
ini masih memerlukan penyempurnaan terutama pada bagian isi. Oleh karena itu, kami menerima
segala bentuk kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf. Demkian yang dapat kami
sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
A. DASAR ADSORBSI.............................................................................................................................2
B. FISISORBSI DAN KIMISORBSI.........................................................................................................2
1. Adsorpsi Fisik........................................................................................................................................2
2. Adsorpsi Kimia......................................................................................................................................4
C. ADSORBSI ISOTERM.........................................................................................................................7
1. Isotherm Langmuir.................................................................................................................................7
2. Isoterm Brunair-Emmet-Teller (BET).................................................................................................10
3. Isoterm Lain.........................................................................................................................................13
Isoterm Temkin:...........................................................................................................................................13
KESIMPULAN..............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben.
Mekanisme penjerapan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jerapan secara fisika
(fisiosorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisiosorpsi gaya yang
mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der waals. Molekul terikat sangat
lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kj/mol.
Sedangkan pada proses adsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan adsorben melalui
pembentuk-an ikatan kimia. Kemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu
partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya van der waals
atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh adsorpsi kimia yang terjadi setelah
adsorpsi fisika. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan
membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) dan cenderung mencari tempat yang
memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat. Mekanisme proses adsorpsi dapat
digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan larutan dan menempel pada
permukaan zat adsorben secara kimia dan fisika.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu adsorbsi fisika, adsorbsi kimia dan adsorbsi isotermis?
2. Bagaimana klasifikasi adsorbsi fisika, adsorbsi kimia dan adsorbsi isotermis?
3. Bagaimana mekanisme adsorbsi fisika, adsorbsi kimia dan adsorbsi isotermis?
C. Tujuan
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang adsorbsi fisika, adsorbsi kimia dan
isotermis adsorbsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR ADSORBSI
Adsorbsi merupakan proses interaksi terikatnya suatu molekul gas atau cair
(adsorbat) pada permukaan padatan (adsorben). Proses ini berbeda dengan
penyerapan gas yang masuk ke bagian dalam cairan yang disebut absorpsi.
Adsorbsi dapat dikatakan sebagai salah satu metode pemisahan berdasarkan tiga
mekanisme berbeda yakni sterik, kesetimbangan, dan mekanisme kinetik.
Mekanisme sterik terjadi karena adanya interaksi permukaan padatan berpori yang
memungkinkan molekul memasuki dimensi adsorben, sedangkan mekanisme
kesetimbangan didasarkan pada kemampuan yang berbeda dari adsorben untuk
berinteraksi dengan molekul yang berbeda, mekanisme kesetimbangan ini dapat
menentukan sifat permukaan adsorben yang berbeda dalam menentukan kuat-
lemahnya adsorbsi. Mekanisme kinetik berkaitan dengan laju difusi dari molekul
adsorbat kedalam adsorben yang merupakan fungsi dari waktu interaksi dan juga
kinetika molekul pada temperatur yang berbeda. Dapat disimpulkan bahwa, proses
adsorbsi tergantung pada keberadaan dan kuat lemahnya kesetimbangan dan
kinetika.
Molekul dan atom dapat menempel pada permukaan dengan dua cara yaitu:
1. Adsorpsi Fisik
Dalam adsorbsi fisik ada interaksi Van der Waals antara adsorbat. Interaksi Van
der waals ini memiliki jarak yang jauh dan relatif lemah, serta energi yang
dilepaskan ketika sebuah partikel teradsorbsi secara fisik memiliki urutan
besarnya yang sama dengan entalpi kondensasi.
Energi sekecil itu dapat diserap sebagai getaran kisi dan menghilang sebagai
gerakan termal (gerakan yang meningkat saat suhu naik), dan molekul yang
memantul melintasi permukaan secara bertahap akan kehilangannya energi dan
akhirnya menyerapnya dalam proses yang disebut akomodasi. Adsorpsi fisik
mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair,
sehinga gaya yang menahan adsorpsi molekul-molekul fluida biasanya cepat
tercapai dan bersifat reversibel karena kebutuhan energi yang sangat kecil.
Entalpi dari fisisorpsi dapat diukur dengan memantau kenaikan suhu sampel
kapasitas panas yang diketahui, dan nilai tipikal berada di wilayah 20 kJ mol−1
(Tabel 25.1). Perubahan entalpi kecil ini tidak cukup untuk menyebabkan
pemutusan ikatan, jadi fisisorpsi molekul mempertahankan identitasnya,
meskipun mungkin terdistorsi oleh kehadiran permukaan.
Menurut Atkins pada tahun 1999, berdasarkan sifatnya adsorpsi fisik sebagai
berikut :
1) Molekul terikat pada adsorben oleh gaya Van der Walls
2) Mempunyai entalpi reaksi -4 sampai -40 kJ/mol
3) Adsorpsi hanya terjadi pada suhu dibawah titik didih adsorbat
4) Jumlah adsorpsi pada permukaan merupakan fungsi adsorbat
5) Tidak melibatkan energi aktivasi tertentu
6) Bersifat tidak spesifik
7) Terjadi adsorpsi multilyer
Contoh adsorpsi fisika adalah adsorpsi dengan menggunakan karbon aktif.
Karbon aktif merupakan salah satu adsorben di mana untuk mengaktifkannya
dapat dilakukan dengan cara membuat pori pada struktur karbon tersebut.
Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang tinggi akan menghasilkan struktur
berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Substansi terlarut yang melekat
pada permukaan media adsorpsi/adsorben akan semakin banyak seiring dengan
semakin besarnya luas permukaan adsorben.
2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia (chemisorption), yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan
zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan terjadi
berdasarkan ikatan kimia antara adsorbent dengan zat yang teradsorpsi
(adsorbat), sehingga dibandingkan dengan adsorpsi fisik, kerja yang terjadi jauh
lebih besar begitu juga dengan panas adsorpsi dibanding dengan adsorpsi fisik,
selain itu adsorpsi kimia terjadi pada suhu yang tinggi. Sebab terjadinya ikatan
kimia, maka pada permukaan adsorbent dapat berbentuk suatu lapisan dan
apabila hal ini berlanjut maka adsorbent tidak akan mampu lagi menyerap zat
lainnya. Dan proses adsorpsi secara kimia ini bersifat irreversible.
Dari aspek mekanisme, adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis yakni adsorpsi
kimiawi (chemisorption/kimisorpsi) dan adsorpsi secara fisik
(physisorption/fisisorpsi). Perbedaan karakteristik dari kedua jenis adsorpsi
tersebut dapat dilihat dari gambar berikut ini:
C. ADSORBSI ISOTERM
Isoterm adsorbsi adalah gas bebas dan gas terabsorbsi yang berada dalam
kesetimbangan dinamika, dan penutupan terfraksi permukaan, bergantung pada
tekanan gas pelapis. Ketergantungan θ pada tekanan dan temperature tertentu.
1. Isotherm Langmuir
Ӫ = kads p{N(1-
θ)}2
Ӫ = kdes p(Nθ)2
𝟏
(𝑲𝒑)𝟐
θ= 𝟏
𝟏+(𝑲𝒑)𝟐
Teori BET bertujuan untuk menjelaskan adosbsi fisik molekul gas pada
permukaan padatan (solid) dan berfungsi sebagai dasar untuk suatu teknis
analisis penting bagi pengukuran luas permukaan spesifik dari suatu material.
Pada tahun 1938, Stephen Brunauer, Paul Hugh Emmet, dan Edward Teller
menerbitkan sebuah artikel tentang teori BET dalam jurnal. Konsep dasar teori
ini merupakan perpanjangan dari teori Langmuir, yang merupakan teori untuk
adsobsi monolayer molekul menuju adsorbsi multilayer yakni bahwa lapisan
monolayer pada isotherm Langmuir dapat berperan sebagai permukaan
adsorben sehingga terjadi beberapa lapis adsorbat.
𝑽
𝑪𝖰 𝖰= 𝒑
𝑽ₘₒ = (𝟏− 𝖰 ) {𝟏−(𝟏−𝑪)𝖰} 𝒑∗
ₙ
Dengan p* merupakan tekanan uap diatas lapisan tebal makroskopis dari cairan
mjrni pda permukaannya, Vmon adalah volume yang sesuai dengan penutupan
monolapisan, dan c merupakan konstanta yang nilainya besar jika entalpi
desorbsi dari monolapisan lebih besar dibandingkan dengan entalpi penguapan
adsorbat cair.
Persamaan diatas, tersusun ulang menjadi:
𝖰
𝟏 (𝑪− 𝟏)𝖰
(𝟏− = 𝒄𝑽ₘₒₙ + 𝒄𝑽ₘₒₙ
𝖰)𝑽
Grafik isotherm BET untuk berbagai nilai c. nilai V/Vmon naik secara tak
terbatas, karena adsorbat dapat berkondensasi pada permukaan substrat yang
tertutup
Isotherm naik secara tak terbatas saat tekanan dinaikkan, karena tidak ada
Batasan terhadap kauntitas material yang dapat berkondensasi, jika penutupan
multilapisan terjadi.
Jika koefisien c besar (c>>1), maka isotherm BET berbentuk lebih sederhana :
𝑽
𝑪𝖰
𝑽ₘₒ = (𝟏− 𝖰 )
ₙ
Persamaan ini berlaku pada gas yang tak reaktif pada permukaan polar, dengan
c = 102 karena dengan demikian ∆Hdo jauh lebih besar dari pada ∆Hvapo.
isotherm BET cukup sesuai dengan pengamatan eksperimen pada jarak tekanan
terbatas. Pada tekanan rendah, isotherm ini menaksir tingkat adsorbs terlalu
rendah, dan pada tekanan tinggi menaksir tingkat adsorbs terlalu tinggi.
3. Isoterm Lain
Isoterm Temkin:
θ = c1 ln c2 p
dengan c1 dan c2 merupakan konstantayang sesuai dengan pengandaian bahwa
entalpi adsorbs berubah secara linear terhadap tekanan isotherm Freundlich :
θ = c1 p1/c2
yang sesuai dengan perubahan logaritmik. Isotherm yang berbeda beda lebih
kurang sesuai dengan eksperimen, pada jarak temperature terbatas, tetapi
isotherm itu tetap bersifat empiris. Walaupun empiris, bukan berarti tidak
berguna, karena jika parameter dari isotherm yang dapat diandalkan itu
diketahui, hasil yang diandalkan, dapat diperoleh untuk tingkat penutupan
permukaan pada berbagai kondisi.
KESIMPULAN
Adsorbsi merupakan proses interaksi terikatnya suatu molekul gas atau cair (adsorbat) pada
permukaan padatan (adsorben). Proses ini berbeda dengan penyerapan gas yang masuk ke
bagian dalam cairan yang disebut absorpsi. Adsorbsi dapat dikatakan sebagai salah satu
metode pemisahan berdasarkan tiga mekanisme berbeda yakni sterik, kesetimbangan, dan
mekanisme kinetik.
Molekul dan atom dapat menempel pada permukaan dengan dua cara yaitu: Adsorpsi Fisik
dan Adsorpsi Kimia . Dalam adsorbsi fisik ada interaksi Van der Waals antara adsorbat.
Interaksi Van der waals ini memiliki jarak yang jauh dan relatif lemah, serta energi yang
dilepaskan ketika sebuah partikel teradsorbsi secara fisik memiliki urutan besarnya yang
sama dengan entalpi kondensasi. Sedangkan Adsorpsi kimia (chemisorption), yaitu reaksi
yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik
dan terjadi berdasarkan ikatan kimia antara adsorbent dengan zat yang teradsorpsi
(adsorbat), sehingga dibandingkan dengan adsorpsi fisik, kerja yang terjadi jauh lebih besar
begitu juga dengan panas adsorpsi dibanding dengan adsorpsi fisik, selain itu adsorpsi kimia
terjadi pada suhu yang tinggi. Sebab terjadinya ikatan kimia, maka pada permukaan
adsorbent dapat berbentuk suatu lapisan dan apabila hal ini berlanjut maka adsorbent tidak
akan mampu lagi menyerap zat lainnya. Dan proses adsorpsi secara kimia ini bersifat
irreversible.
DAFTAR PUSTAKA
Muchlisyiyah, J., Laeliocattleya, R., & Putri, W. (2017). Kimia Fisik Pangan. Malang:
UB Press.