Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 2


(STK3218)

PERCOBAAN 6
KINETIKA ADSORPSI

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Ir. MEILANA DHARMA PUTRA, ST., M.Sc., Ph.D

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IX (SEMBILAN)

AHMAD MAKHREZI MUTTAQIN 2010814210028


AMANDA SHEILA PUTRI 2010814220047
ZELVA NOVRIZA 2010814220045

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2021
ABSTRAK

Adsorpsi merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan afinitas dan difusivitas


suatu senyawa terhadap suatu padatan yang umumnya merupakan padatan berpori. Percobaan ini
bertujuan untuk mempelajari kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dalam larutan.
Percobaan dilakukan dengan membuat larutan asam asetat, kemudian ditambahkan karbon aktif
lalu ditutup dan dikocok. Larutan didiamkan dengan variasi waktu 15, 30, 45, dan 60 menit.
Setelah itu, diambil filtratnya lalu ditetesi dengan indikator fenolftalein. Kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH hingga terjadi perubahan warna. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan
nilai C0 sebesar 1,810 N. Konsentrasi asam asetat dengan 3 gram karbon aktif pada waktu 15, 30,
45, dan 60 menit berturut-turut adalah sebesar 1,760 N; 1,710 N; 1,680 N; dan 1,645 N.
Konsentrasi asam asetat dengan 6 gram karbon aktif pada waktu 15, 30, 45, dan 60 menit berturut-
turut adalah 1,640 N; 1,555 N; 1,535 N; dan 1,495 N. Serta, didapatkan pula kinetika adsorpsi
asam asetat menggunakan 3 gram karbon aktif berlangsung pada kinetika orde 1 dengan nilai R 2
sebesar 0,9896 dan K sebesar 0,0015 N.min-1. Sedangkan, kinetika adsorpsi asam asetat dengan 6
gram karbon aktif berlangsung pada kinetika orde 3 dengan nilai R 2 sebesar 0,9399 dan K sebesar
0,0016 N.min-1. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah luas permukaan, jenis
adsorbat, struktur molekul adsorbat, konsentrasi adsorbat, temperature, pH, kecepatan
pengadukan, waktu kontak dan waktu kesetimbangan.

Kata kunci: adsorpsi, CH3COOH, karbon aktif, orde reaksi.

VI-i
PERCOBAAN 6
KINETIKA ADSORPSI

6.1 PENDAHULUAN

6.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari kinetika adsorpsi karbon
aktif terhadap asam asetat dalam larutan.

6.1.2 Latar Belakang


Adsorpsi merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan afinitas dan
difusivitas suatu senyawa terhadap suatu padatan yang umumnya merupakan
padatan berpori. Adsorpsi sesungguhnya adalah suatu surface phemona. Suatu
padatan terbentuk karena adanya gaya tarik menarik dari komponen atom
penyusunnya (Astuti, 2018).
Kinetika adsorpsi merupakan bagian dari adsorpsi yang membahas tentang
laju reaksi dari suatu adsorben terhadap adsorbat. Sehingga kinetika adsorpsi
memiliki persamaan untuk menentukan konstanta laju dari adsorpsi yaitu pseudo
first order dan pseudo second order. Secara umum dapat diartikan sebagai proses
penyerapan suatu zat (Maihendra dkk., 2016).
Aplikasi dari kinetika adsorpsi adalah pada pengendalian pencemaran
udara. Adsorpsi CO2 memanfaatkan Senyawa alkali dalam limbah las karbit
(Perdanawati dan Dewi, 2010). Oleh karena itu percobaan ini sangat penting
untuk dilakukan agar praktikan dapat menerapkan konsep-konsepnya dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia industri.

VI-1
6.2 DASAR TEORI

Adsorpsi adalah suatu fenomena permukaan karena akumulasi suatu


spesies pada batas permukaan padat-cair. Adsorpsi yang terjadi karena adanya
gaya tarik-menarik. Adsorpsi yang terjadi dalam hal ini adalah non-spesifik dan
non-selektif penyebab gaya tarik menarik karena adanya ikatan koordinasi
hidrogen dan gaya Van der Waals. Apabila adsorbat dan permukaan adsorben
terikat dengan gaya Van der Waals saja maka dinamakan adsorpsi fisis atau
adsorpsi Van der Waals (Widyanto dkk., 2016).
Suatu molekul dapat teradsorpsi jika gaya adhesi antara molekul adsorbat
dengan molekul adsorben lebih besar dibanding dengan gaya kohesi pada masing-
masing molekul ini. Proses adsorpsi biasanya dilakukan untuk mengurangi
senyawa organik yang terdapat dalam limbah cair sehingga limbah cair dapat
dimurnikan. Proses adsorpsi terjadi karena adanya luas permukaan, semakin luas
permukaan adsorben yang disediakan maka semakin banyak molekul yang diserap
(Wijayanti dan Kurniawati, 2019).
Kinetika adsorpsi merupakan bagian dari adsorpsi yang membahas tentang
laju reaksi dari suatu adsorben terhadap adsorbat. Sehingga kinetika adsorpsi
memiliki persamaan untuk menentukan konstanta laju dari asosiasi itu pseudo
first order dan pseudo second order. Secara umum adsorpsi dapat diartikan
sebagai proses penyerapan suatu zat, proses ini hanya terjadi pada permukaan zat
tersebut. Zat yang mengadsorpsi disebut adsorben dan zat yang teradsorpsi
disebut adsorbat (Maihendra dkk., 2016).
Proses adsorpsi, permukaan padatan yang kontak dengan suatu larutan
cenderung untuk menyimpan lapisan dari molekul-molekul zat terlarut pada
permukaannya akibat kesetimbangan gaya-gaya pada permukaan. Adsorpsi kimia
menghasilkan pembentukan lapisan monomolekuler adsorbat pada permukaan
melalui gaya-gaya dari valensi sisa dari molekul-molekul pada permukaan.
Adsorpsi fisika diakibatkan kondensasi molekuler dalam kapiler-kapiler dari
padatan. Secara umum unsur-unsur dengan berat molekul yang lebih besar akan
lebih mudah diadsorpsi (Widyanto dkk., 2016).

VI-2
VI-3

Adsorpsi umumnya terjadi berdasarkan interaksi antara logam dengan


gugus fungsional yang ada pada permukaan adsorben melalui interaksi pertukaran
ion atau pembentukan kompleks. Biasanya terjadi pada permukaan padatan yang
mengandung gugus fungsional seperti –OH, NH, -SH dan COOH. Komponen
yang berperan dalam proses adsorpsi antara logam berat dengan adsorben (Zaini
dan Sami, 2017).
Gaya adsorpsi molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila
waktu kontaknya dengan karbon aktif makin lama. Waktu kontak yang lama
memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang
teradsorpsi berlangsung lebih baik. Permukaan padatan yang kontak dengan suatu
larutan cenderung untuk menghimpun lapisan dari molekul-molekul zat terlarut
pada permukaannya akibat ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan.
Terjadi pembentukan yang cepat sebuah kesetimbangan konsentrasi antarmuka,
diikuti dengan difusi lambat ke dalam partikel-partikel karbon (Syauqiah dkk.,
2011).
Karbon aktif adalah karbon yang telah mengalami aktivitas baik secara
kimia, fisika atau keduanya. Proses aktivasi ini menghasilkan struktur karbon
dengan pori-pori terbuka, luas permukaan karbon menjadi besar dan kapasitas
adsorpsinya menjadi lebih tinggi. Karbon aktif banyak digunakan dalam berbagai
bidang seperti pengolahan air, katalis, elektrokimia, penyimpanan gas serta
industri kosmetik dan farmasi. Karbon aktif dapat dihasilkan dari bahan yang
mengandung sumber karbon seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan pektin
(Pujiono dan Mulyati, 2017).
Adsorpsi karbon aktif tidak dapat ditafsirkan berdasarkan luas permukaan
dan distribusi ukuran pori saja. Karbon aktif memiliki luas permukaan yang sama,
tetapi dibuat dengan metode yang berbeda atau diberikan perlakuan aktivasi yang
berbeda. Penentuan model yang tepat untuk adsorpsi pada adsorben karbon aktif
dengan struktur kimia yang kompleks merupakan masalah yang rumit. Dengan
demikian, karbon aktif adalah adsorben yang sangat baik dan serbaguna (Bansal
dan Goyal, 2005).
VI-4

C A=C Ao−kt … (6.1)

Reaksi orde satu adalah suatu reaksi yang kecepatannya bergantung hanyalah
pada salah satu zat yang bereaksi atau sebanding dengan salah satu pangkat
reaktannya. Persamaan linear orde reaksi satu dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut:

ln C A=ln C Ao−kt … (6.2)

Reaksi orde dua adalah suatu reaksi yang kelanjuannya berbanding lurus dengan
hasil kali konsentrasi dua reaksinya atau berbanding langsung dengan kuadrat
konsentrasi salah satu reaktannya. Laju kinetika adsorpsi orde 2 dinyatakan dalam
persamaan linear berikut:

1 1
= −kt … (6.3)
CA C A0

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah


sebagai berikut (Syauqiah dkk., 2011):
1. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi.
Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari
adsorben.
2. Jenis Adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi
molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki
kemampuan tarik - menarik terhadap molekul lain dibandingkan molekul
yang tidak dapat membentuk dipol (nonpolar). Peningkatan berat molekul
adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi. adsorbat dengan rantai
VI-5

yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorpsi dibandingkan lantai yang


lurus.

3. Struktur Molekul Adsorbat


Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangnya kemampuan penyisihan
sedangkan nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan.
4. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak
jumlah substrat yang terkumpul pada permukaan adsorben.
5. Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap
adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori - pori adsorben lebih terbuka
pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga
kemampuan menurun penyerapannya menurun.
6. pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi
biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.
7. Kecepatan Pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben adsorbat. Bila pengadukan
terlalu lambat maka proses atau reaksi berlangsung lambat pula, tetapi bila
pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak,
sehingga proses adsorpsi kurang optimal.
8. Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum
terjadi pada waktu kesetimbangan. Semakin lama waktu kontak yang
digunakan semakin meningkat penurunan kadar karena proses penyerapan
adsorbat lebih baik.
9. Waktu Kesetimbangan
VI-6

Waktu kesetimbangan dipengaruhi oleh tipe biomassa, ukuran dan fisiologi


biomassa, ion yang terlibat dalam system biosorpsi, dan konsentrasi ion
logam.
Penggunaan indikator asam-basa pada titrasi adalah untuk menentukan
titik ekuivalennya. Indikator umumnya adalah suatu asam atau basa organik lemah
yang akan berubah warnanya pada harga-harga daerah pH tertentu. Akan tetapi,
tidak semua indikator akan berubah warnanya pada pH di mana diperkirakan titik
ekuivalennya akan tercapai. Daftar beberapa indikator, beserta perubahan warna,
pH dan daerah perubahan warnanya ada pada tabel 6.1 (Brady, 1999).

Tabel 6.1 Beberapa Indikator yang Umum


Indikator Perubahan warna Daerah pH dimana Terjadi
Perubahan Warna
Timol biru Merah-Kuning 1,2-2,8
Bromfenol biru Kuning-Biru 3,0-4,6
Merah kongo Biru-Merah 3,0-5,0
Metil jingga Merah-Kuning 3,2-4,4
Bromkesol hijau Kuning-Biru 3,8-5,4
Metil merah Merah-Kuning 4,8-6,0
Bromkesol ungu Kuning-Ungu 5,2-6,8
Bromtimol biru Kuning-Biru 6,0-7,6
Kresol merah Kuning-Merah 7,0-8,8
Timol biru Kuning-Biru 8,0-9,6
Fenolftalein Tak berwarna-Merah muda 8,2-10,0
Alizarin kuning Kuning-Merah 10,1-12,0

Akuades memiliki rumus kimia H2O dan berat molekul 18,02 g/mol.
Berikut adalah sifat fisik dan kimia dari akuades (Smartlab, 2017a).
Bentuk : Cair
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tak berbau
VI-7

pH : Netral pada 20 C
Titik lebur : 0 C
Titik lebur : 100 C pada 1.013 hPa
Fenolftalein memiliki rumus kimia C20H14O4 dan berat molekul 318,33
g/mol. Berikut adalah sifat fisik dan kimia dari fenolftalein (Smartlab, 2017b).
Bentuk : Padat
Warna : Putih
Bau : Tak berbau
Densitas : 1,296 g/cm3 pada 20 C
Asam asetat memiliki rumus kimia CH3COOH dan mudah menguap.
Berikut adalah sifat fisik dan kimia dari asam asetat (Labchem, 2012).
Bentuk : Cair
Warna : Tidak berwarna
pH : 2,4 (0,1 mol/l)
Titik lebur : 17 C (1,013 hPa)
Natrium hidroksida memiliki rumus kimia NaOH dan berat molekul 40,00
g/mol. Berikut adalah sifat fisik dan kimia dari natrium hidroksida (Smartlab,
2019).
Bentuk : Padat
Warna : Putih
Bau : Tak berbau
pH : kira-kira > 14 pada 100 g/l 20
6.3 METODOLOGI PERCOBAAN

6.3.1 Alat dan Rangkaian Alat


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer 250 mL,
buret 50 mL, gelas beker250 mL, gelas arloji, neraca ohaus, sudip, pipet tetes,
pipet gondok 10 mL dan 25 mL, propipet, corong, botol semprot, stopwatch, statif
dan klem.

Rangkaian Alat

Keterangan:
2 1 1. Statif dan klem
6 2. Buret
3. Erlenmeyer 250 mL
4
4. Pembungkus plastik
3
7
5. Karbon aktif
5 6. NaOH 0,5 N
7. CH3COOH 2 N

Gambar 6.1 Rangkaian Alat Titrasi

6.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades,
CH3COOH 2 N, NaOH 0,5 N, karbon aktif, indikator fenolftalein (PP), kertas
saring, pembungkus plastik, potongan kertas dan gelang karet.

6.3.3 Prosedur Kerja


6.3.3.1 Larutan Blanko
Larutan CH3COOH 2 N diambil sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer, setelah itu ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes. Lalu

VI-8
VI-9

dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna dari bening
menjadi merah muda.Lalu dicatat volume titrannya.

6.3.3.2 Adsorpsi Larutan CH3COOH 2 N dengan Karbon Aktif


Pertama CH3COOH 2 N diambil dan dimasukkan ke dalam 8 buah
erlenmeyer masing-masing 25 mL. Setelah itu karbon aktif ditimbang sebanyak 3
gram dan 6 gram, lalu 3 gram karbon aktif dimasukkan ke dalam 4 buah
erlenmeyer yang ada dan 6 gram karbon aktif dimasukkan ke dalam 4 buah
erlenmeyer yang lain. Kemudian erlenmeyer ditutup dengan pembungkus plastik
dan diikat dengan karet gelang. Erlenmeyer dikocok selama satu menit secara
bersamaan dan didiamkan selama 15, 30, 45 dan 60 menit.Setelah itu, larutan
disaring dan diambil volume filtratnya sebanyak 10 mL. Larutan ditambahkan 3
tetes indikator PP lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N hingga berubah warna
dari bening menjadi merah muda. Lalu dicatat volume titrannya.
VI-10

6.3.4 Diagram Alir


6.3.4.1 Larutan Blanko

CH3COOH 1 N
- Di
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL

Indikator pp

- Ditambahkan sebanyak 3 tetes

Larutan Blanko

- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N hingga berubah warna dari


bening menjadi merah muda
- Dicatat volume titrannya

Hasil

Gambar 6.2 Diagram Alir Titrasi Larutan Blanko


VI-11

6.3.4.2 Adsorpsi Larutan CH3COOH 2 N dengan Karbon Aktif


CH3COOH 2 N
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 25 mL
Karbon Aktif
- Ditimbang sebanyak 3 gram dan 6 gram
- Dimasukkan setiap 3 gram ke dalam 4 erlenmeyer dan 6 gram
ke dalam erlenmeyer berbeda
- Ditutup dengan plastik pembungkus dan diikat dengan karet
gelang
- Dikocok selama 1 menit dan didamkan selama 15, 30, 45 dan 60
menit.
- Disaring dengan kertas saring
Filtrat
- Diambil sebanyak 10 mL
- Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N hingga berubah warna dari
bening menjadi merah muda
- Dicatat volume titrannya
Hasil

Gambar 6.3 Diagram Alir Adsorpsi Larutan CH3COOH 2 N dengan


Karbon Aktif
6.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

6.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 6.2 Hasil Titrasi CH3COOH Blanko
No Konsentrasi CH3COOH(N) VCH3COOH(mL) Vtitrasi(mL)
1 2 10 36,1

Tabel 6.3 Hasil Titrasi Filtrat CH3COOH 2 N Dengan Karbon Aktif 3 gram
Setelah Adsorpsi
No Waktu(menit) Vfiltrat(mL) Vtitrasi(mL) Konsentrasi NaOH(N)
1 15 10 35,2 0,5
2 30 10 34,2 0,5
3 45 10 33,6 0,5
4 60 10 32,9 0,5

Tabel 6.3 Hasil Titrasi Filtrat CH3COOH 2 N Dengan Karbon Aktif 6 gram
Setelah Adsorpsi
No Waktu(menit) Vfiltrat(mL) Vtitrasi(mL) Konsentrasi NaOH(N)
1 15 10 32,8 0,5
2 30 10 31,1 0,5
3 45 10 30,7 0,5
4 60 10 29,9 0,5

VI-12
VI-13

6.4.2 Hasil Perhitungan

Tabel 6.5 Hasil Perhitungan CH3COOH 2 N Dengan 3 gram Karbon Aktif

No t(menit) Co(N) Cfiltrat(N Cterserap lnCo/Cf(N) 1/Cf(N) 1/Cf2(N)


)
1 15 1,81 1,760 0,045 0,0252 0,5581 0,3228
2 30 1,81 1,710 0,095 0,0540 0,5847 0,3419
3 45 1,81 1,680 0,125 0,0717 0,5952 0,3543
4 60 1,81 1,645 0,160 0,0928 0,6079 0,3695
R2 0,9896 0,9912 0,9927
K 0,0015 0,0009 0,001

Tabel 6.6 Hasil Perhitungan CH3COOH 2 N Dengan 6 gram Karbon Aktif

No t(menit) Co(N) Cfiltrat(N) Cterserap lnCo/Cf(N) 1/Cf(N) 1/Cf2(N)


1 15 1,81 1,640 0,17 0,0958 0,6097 0,3718
2 30 1,81 1,555 0,25 0,1490 0,6430 0,4135
3 45 1,81 1,535 0,27 0,1620 0,6514 0,4244
4 60 1,81 1,495 0,31 0,1884 0,6688 0,4474
R2 0,9287 0,9345 0,9399
K 0,0019 0,0012 0,0016

6.4.3 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari kinetika adsorpsi karbon
aktif sebagai adsorben terhadap asam asetat sebagai adsorbat dalam fungsi waktu
disebut kinetika adsorpsi. Pada percobaan ini dilakukan adsorpsi zat terlarut oleh
zat padat. Adsorbat yang digunakan yaitu asam asetat 2 N. Adsorben yang
digunakan adalah karbon aktif sebanyak 3 dan 6 gram. Karbon aktif memiliki
jumlah jaringan yang berpori sehingga proses adsorpsi dapat berlangsung pada
permukaan adsorben (karbon aktif). Adsorpsi yang terjadi dalam hal ini karena
adanya ikatan koordinasi hidrogen dan gaya Van der Waals (Widyanto dkk.,
VI-14

2016). Apabila adsorbat dan permukaan adsorben terikat dengan gaya Van der
Waals saja maka dinamakan adsorpsi fisis atau adsorpsi Van der Waals.
Pada percobaan ini menggunakan larutan CH3COOH dengan konsentrasi
sebesar 2 N. Sebelum ditambahkan karbon aktif, dilakukan titrasi blanko dengan
menggunakan asam asetat. Titrasi blanko dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
asam asetat awal sebelum proses adsorpsi. Kemudian ditambahkan karbon aktif
pada larutan CH3COOH dan larutan harus ditutup agar tidak menguap. Karena
CH3COOH adalah cairan yang mudah menguap (Labchem, 2012). Setelah itu
erlenmeyer yang berisi karbon aktif dan asam asetat dikocok selama 1 menit. Hal
ini bertujuan agar memungkinkan proses difusi dengan penempelan molekul zat
terlarut yang berlangsung lebih baik (Syauqiah dkk., 2011). Adsorpsi terjadi
karena adanya pengaruh gaya adhesi adsorben lebih besar daripada kohesinya .
Setelah itu didiamkan dengan interval waktu 15, 30, 45 dan 60 menit. Pendiaman
dilakukan agar proses adsorpsi mencapai tahap setimbang dan untuk mengetahui
pengaruh waktu pada proses kinetika adsorpsi. Setelah didiamkan larutan disaring
agar terpisah dari karbon aktifnya. Filtrat tetesi indikator PP yang memiliki trayek
pH 8,2-10,0 dengan perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah muda.
Penggunaan indikator untuk menentukan titik ekiuvalen (Brady, 1999). Kemudian
filtrat dititrasi dengan NaOH 0,5 N sehingga konsentrasi filtrat CH 3COOH dapat
diketahui dengan jumlah NaOH yang dipakai untuk mencapai titik ekiuvalen.
Reaksi yang terjadi pada proses titrasi adalah:

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(aq) ...(6.8)

Dari hasil perhitungan, berikut merupakan grafik hubungan antara waktu


kontak terhadap konsentrasi filtrat pada larutan CH 3COOH 2 N dengan 3 gram
karbon aktif.
VI-15

1.85
C filtrat (N) 1.80
1.75
1.70
1.65
1.60
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 6.4 Grafik Hubungan antara t (menit) Terhadap C filtrat (N) Pada
Karbon Aktif 3 gram

Grafik pada Gambar 6.4 menunjukkan hubungan antara waktu dengan


konsentrasi C filtrat asam asetat 2 N. Grafik tersebut menunjukkan bahwa
semakin lama waktu larutan tersebut didiamkan maka konsentrasi filtrat akan
semakin menurun. Hal ini karena waktu kontak yang diberikan semakin lama
maka akan semakin banyak juga jumlah zat yang diserap. Berikut ini adalah nilai-
nilai C filtrat dengan waktu 15, 30, 45 dan 60 menit berturut-turut sebesar 1,760
N; 1,710 N; 1,680 N dan 1,645 N. Cfiltrat yang paling tinggi adalah 1,760 N pada
waktu 15 menit dan paling rendah 1,645 N pada waktu 60 menit. Konsentrasi
filtrat menurun dilanjutkan dengan konsentrasi CH 3COOH dalam larutan semakin
rendah. Hal ini sesuai dengan teori Syauqiah dkk. (2011), bahwa semakin lama
waktu adsorpsi maka C filtrat yang dihasilkan semakin menurun. Dari hasil
konsentrasi tersebut dapat dinyatakan dengan waktu equilibrium (kesetimbangan)
belum tercapai karena sifat aktif yang terjadi dalam adsorben karbon aktif masih
memungkinkan terjadinya penyerapan. Hal ini dibutuhkan dengan nilai
konsentrasi belum konstan, ketika setimbang tidak ada lagi penyerapan.
Berikut adalah grafik hubungan antara t (menit) terhadap C filtrat
CH3COOH 2 N dengan 6 gram karbon aktif.
VI-16

2.00
C filtrat (N) 1.50
1.00
0.50
0.00
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 6.5 Grafik Hubungan antara t (menit) Terhadap C filtrat (N) Pada
Karbon Aktif 6 gram

Grafik pada Gambar 6.5 menunjukkan hubungan antara waktu (menit) terhadap
C filtrat (N) CH3COOH 2 N. Nilai C filtrat dengan waktu 15, 30, 45 dan 60 menit
berturut-turut sebesar 1,640 N; 1,555 N; 1,535 N dan 1,495 N. C filtrat tertinggi
adalah 1,640 N pada waktu 15 menit dan C filtrat rendah adalah 1,495 N pada
waktu 60 menit. Grafik diatas menunjukkan bahwa semakin lama waktu adsorpsi,
maka semakin banyak zat yang diserap. Hal ini sesuai dengan teori Syauqiah dkk.
(2011), disebabkan oleh lama waktu kontak antara adsorben dan adsorbat
sehingga konsentrasi filtratnya semakin kecil. Pada percobaan ini sudah sesuai
dengan teori, karena waktu kesetimbangan telah tercapai karena waktu yang
digunakan telah mencapai kapasitas maksimum adsorben menyerap adsorbat.
Pada CH3COOH dengan 3 gram karbon aktif C terserap lebih besar
daripada CH3COOH dengan 6 gram karbon aktif. Adapun nilai C terserap
CH3COOH dengan 3 gram karbon aktif pada waktu 15, 30, 45 dan 60 menit
sebesar 0,045 N; 0,095 N; 0,125 N dan 0,160 N. Nilai C terserap CH 3COOH
dengan 6 gram karbon aktif pada 15, 30, 45 dan 60 menit sebesar 0,17 N; 0,25 N;
0,27 N dan 0,31 N. Nilai C terserap CH 3COOH dengan 6 gram karbon aktif
tertinggi adalah 0,31 N pada waktu 60 menit. Hal ini sudah sesuai dengan teori
Syauqiah dkk. (2011), bahwa semakin banyak jumlah adsorben maka semakin
banyak zat teradsorpsi.
VI-17

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh grafik hubungan antara waktu


terhadap ln Co/Cf orde 1, 1/Cf orde 2 dan 1/Cf2 orde 3 pada CH3COOH dengan 3
gram karbon aktif adalah sebagai berikut.

0.100
ln (C0/C filtrat) (N)

0.080 f(x) = 0.00146946567731717 x + 0.0058702895861673


R² = 0.98958876819379
0.060
0.040
0.020
0.000
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 6.6 Grafik Hubungan antara t (menit) Terhadap ln (Co/Cf) (N) (orde I)

Pada Gambar 6.6 diperoleh nilai ln Co/Cf didiamkan selama 15, 30, 45 dan 60
menit berturut-turut sebesar 0,0252 N; 0,0540 N; 0,0717 N dan 0,0928 N. Nilai ln
tertinggi yaitu 0,0928 N pada waktu 60 menit, sedangkan nilai terendah adalah
0,0252 N pada waktu 15 menit. Diperoleh nilai K sebesar 0,0015 min -1 dan R2
sebesar 0,9896 pada Orde 1.

0.620
1/C filtrat (N)

0.600 f(x) = 0.00086403683828094 x + 0.556628111219377


R² = 0.991242575464056
0.580
0.560
0.540
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 6.7 Grafik Hubungan antara t (menit) Terhadap ln (1/Cf) (N) (orde II)

Berdasarkan Gambar 6.7 diperoleh nilai 1/Cf pada waktu 15, 30, 45 dan 60 menit
secara berturut-turut yaitu 0,5581 N; 0,5847 N; 0,5952 n dan 0,6079 N. Nilai orde
VI-18

2 tertinggi adalah 0,6079 N pada waktu 60 menit dan nilai terendah adalah 0,5581
N pada waktu 15 menit. Nilai R 2 sebesar 0,9912 dan nilai K sebesar 0,0009 N -1
min-1 pada Orde 2.

0.500
1/C filtrat^2 (N)

0.400 f(x) = 0.00158470934446208 x + 0.35487168126184


0.300 R² = 0.939910589835671
0.200
0.100
0.000
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 6.8 Grafik Hubungan antara t (menit) Terhadap ln (1/Cf2) (N) (orde III)

Berdasarkan Gambar 6.8 diperoleh nilai 1/Cfiltrat2 pada waktu 15, 30, 45 dan 60
menit berturut-turut sebesar 0,3228 N; 0,3419 N; 0,3543 N dan 0,3695 N. Nilai
1/Cf2 tertinggi adalah 0,3695 pada waktu 60 menit dan nilai terendah sebesar
0,3228 N pada waktu 15 menit. Didapatkan nilai sebesar 0,0016 N -2 min-1 dan
nilai R2 sebesar 0,9399 pada Orde 3.
Berdasarkan grafik orde adsorpsi yang ditunjukkan oleh Gambar 6.6
Gambar 6.7 dan Gambar 6.8 grafik yang regresi paling tinggi dan mendekati 1
adalah Gambar 6.6 atau orde 1 dengan nilai R2 sebesar 0,9896. Nilai R2 berfungsi
sebagai kesalahan relatif yang menentukan orde yang terjadi pada saat proses
adsorpsi. Sehingga dikatakan bahwa reaksi CH 3COOH dengan 3 gram karbon
aktif berlangsung pada Orde 1.
Berikut grafik hubungan waktu terhadap konsentrasi C filtrat CH 3COOH
dengan 6 gram karbon aktif dan hasil perhitungan ln Co/Cf orde 1/Cf orde 2 dan
1/Cf2 orde 3 sebagai berikut.
VI-19

ln (C0/C filtrat) (N)


0.200
f(x) = 0.0019377017971494 x + 0.0761896805544634
0.150 R² = 0.928729335955299
0.100
0.050
0.000
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 6.9 Grafik Hubungan antara t (menit) Terhadap ln (Co/Cf) (N) (orde I)

Berdasarkan Gambar 6.9 diperoleh hubungan antara waktu terhadap nilai ln


Co/Cf (orde I) saat didiamkan selama 15, 30, 45 dan 60 menit sebesar 0,0958 N;
0,1490 N; 0,1620 N dan 1,884 N. Nilai ln/cf yang tertinggi yaitu 1,884 N pada
waktu 60 menit dan nilai terendah yaitu 0,0958 N pada waktu 15 menit. Nilai K
sebesar 0,0019 min-1 dan R2 sebesar 0, 9287 pada orde I.

0.680
1/C filtrat (N)

0.660 f(x) = 0.00123866434568747 x + 0.596851345385988


0.640 R² = 0.934483343183492
0.620
0.600
0.580
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 6.10 Grafik Hubungan antara t (menit) Terhadap ln (1/Cf) (N) (orde II)

Berdasarkan grafik pada Gambar 6.10 diperoleh nilai seperti 1/Cf pada waktu 15,
30, 45 dan 60 menit sebesar 0,6097 N; 0, 6430 N; 0,6514 N dan 0,6688 N. Nilai
orde II tertinggi adalah 0,6688 N pada waktu 60 menit dan nilai terendah adalah
0,6097 N pada waktu 15 menit. Didapatkan nilai K sebesar 0,0012 N -1 min-1 dan
nilai R2 sebesar 0,9345 pada orde II.
VI-20

0.380
1/C filtrat^2 (N) 0.360 f(x) = 0.00101645529325922 x + 0.309050494664838
0.340 R² = 0.992666524265587
0.320
0.300
0.280
0 15 30 45 60
t (menit)

Gambar 6.11 Grafik Hubungan antara t (menit) Terhadap ln (1/Cf 2) ( N) (orde


III)

Berdasarkan Gambar 6.11 diperoleh nilai 1/Cf2 atau orde III pada waktu 15, 30,
45 dan 60 menit sebesar 0,3718 N: 0,4135 N; 0,4244 N dan 0,4474 N. Nilai orde
III tertinggi adalah sebesar 0,4474 N pada waktu 60 menit dan nilai terendah
adalah sebesar 0,3718 N pada waktu 15 menit. Didapatkan nilai K sebesar 0,001
N-2 min-1 dan nilai R2 sebesar 0,9927 pada orde III.
Berdasarkan grafik orde adsorpsi yang ditunjukkan oleh Gambar 6.9,
Gambar 6.10 dan Gambar 6.11 grafik yang regresinya paling tinggi dan
mendekati 1 adalah Gambar 6.11 atau orde III Adapun nilai R 2 sebesar 0,9399.
Hal ini dapat dikatakan bahwa reaksi CH3COOH dengan karbon aktif 6 gram
berlangsung pada Orde III.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika adsorpsi adalah luas
permukaan kelarutan adsorben, berat molekul, temperatur, pH dan waktu kontak,
semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak teradsorpsi Selain itu
kelarutan adsorben yang semakin kecil maka laju reaksi akan semakin meningkat.
Selanjutnya semakin kecil berat molekul adsorbat maka laju adsorpsi semakin
meningkat karena molekul adsorbat mampu untuk berpindah dari fase cair menuju
padatan. Semakin besar temperatur maka laju adsorpsi akan semakin meningkat.
pengaruh pH dipengaruhi oleh jenis apa adsorbatnya. Waktu kontak
mempengaruhi proses seperti untuk mencapai kesetimbangan atau tidak
memaksimalkan efisiensi adsorpsi (Syauqiah dkk., 2011).
6.5 PENUTUP

6.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Adsorpsi yang terjadi antara asam asetat dengan karbon aktif adalah adsorpsi
fisik.
2. Orde reaksi pada proses asam asetat 2 N dengan penambahan 3 gram karbon
aktif adalah orde 1, nilai K sebesar 0,0015 Min -1 dan R2 sebesar 0,9722. orde
reaksi pada proses adsorpsi asam asetat 2 N dengan 6 gram karbon aktif
adalah orde 2 nilai K sebesar 0,0012 N-1 Min-1 dengan R2 sebesar 0,9345.
3. Penyerapan konsentrasi maksimal asam asetat 2 N dengan penambahan 3
gram dan 6 gram karbon aktif masing-masing 0,160 N dan 0,31 N.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah luas permukaan,
kelarutan adsorben, berat molekul adsorbat, pH dan waktu kontak.

6.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah sebaiknya adsorben
yang digunakan bisa memakai jenis lain. Misalnya, menggunakan arang dari
limbah kayu ulin. Hal ini karena arang dari limbah kayu ulin memiliki banyak
pori-pori kecil yang dapat mudah menyerap adsorbat dan daya serapnya tinggi
karena banyak pori-pori kecil di dalamnya.

VI-21
DP.VI-1

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. (2018): Adsorpsi Menggunakan Material Berbasis Lignoselulosa.


UNNES Press. Semarang

Bansal, R. C. dan Goyal, M. (2005): Actived Carbon Adsorption. Taylor and


Francis Group. New York

Brady, J. E. (1999): Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid Dua. Binarupa
Aksara. Jakarta

Labchem. (2012): MSDS Acetat Acids


https://www.labchem.com
Diakses pada tanggal 28 Oktober 2021.

Maihendra, Fadil, A. dan Zulfikar (2016): Kinetika Adsorpsi Pada Penyerapan Ion
Timbal Pb2+ Terlarut Dalam Air Menggunakan Partikel Tricalcium
Phospate. JOM F Teknik. Vol 3. No 2.

Perdanawati, U. dan Dewi, K. (2010): Pemakaian Reaktor Adsorpsi


Menggunakan Adsoben Limbah Las Karbid Untuk Mengolah CO 2. Jurnal
Teknik Lingkungan. Vol 16. No 2.

Pujiono, E. F. dan Mulyati, A. T. (2017): Potensi Karbon Aktif Dari Limbah


Pertanian Sebagai Material Pengolahan Air Limbah. Jurnal Wiyata. Vol 1.
No 1.

Smartlab. (2017a): MSDS Akuades


https://www.smartlab.co.id
Diakses pada tanggal 28 Oktober 2021.
DP.VI-2

Smartlab (2017b): MSDS Indikator Fenolftalein


https://www.smartlab.co.id
Diakses pada tanggal 28 Oktober 2021.

Smartlab (2019): MSDS Natrium Hidroksida


https://www.smartlab.co.id
Diakses pada tanggal 28 Oktober 2021.

Syauqiah, I., Amalia, M. dan Kartini, N. (2011): Analisis Variasi Waktu dan
Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat Dengan
Arang Aktif. Info Teknik. Vol 12. No 1.

Widyanto, Teti, T. Y. dan Susilo, A. A. (2016): Adsorpsi Logam Berat (Pb) Dari
Limbah Cair Dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi
Bahan Alam. Vol 1. No 1.

Wijayanti, E. I. dan Kurniawati, A. E. (2019): Studi Kinetika Adsorpsi Isoterm


Persamaaan Langmuir dan Freundlich Pada Abu Gosok Sebagai Adsorben.
Jurnal Kimia dan Pendidikan. Vol 4. No 2.

Zaini, H. dan Sami, M. (2017): Penyisihan Pb (II) Dalam Air Limbah Kimia
Sistem Kolom Dengan Bioadsorben Kulit Kacang Tanah Jurnal Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat. Vol 5. No 1.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Perhitungan Konsentrasi Larutan Blanko


1.1 Asam Asetat (CH3COOH) 2 N
Diketahui:VCH3COOH = 10 mL
VNaOH = 36,1 mL
NNaOH = 0,5 N
Ditanya: Co blanko?
VNaOH × NaOH
Jawab: Co blanko =
VCH 3 COOH blanko
36 ,1 mL × 0 , 5 N
=
10 mL
= 1,810 N

2. Perhitungan Konsentrasi Setelah Adsorpsi pada tn


2.1 3 gram karbon aktif
a. Pada t = 15 menit
Diketahui: VCH3COOH = 10 mL
VNaOH = 35,2 mL
NNaOH = 0,5 N
Co blanko = 1,810 N
Ditanya: Cfiltrat, Cterserap, orde 1, orde 2 dan orde 3 = …?
VNaOH × NNaOH
Jawab: Cfiltrat =
VCH 3 COOH
35 ,2 mL × 0 ,5 N
=
10 mL
= 1,760 N
Cterserap: Co – Cfiltrat = 1,810 N – 1,760 N = 0,045 N
Orde 1 : ln Co/Cfiltrat = ln (1,810 N/ 1,760 N) = 0,0252 N
Orde 2 : 1/Cfiltrat = 1/ 1,760 N = 0,5682 N
Orde 3 : 1/Cfiltrat2 = 1/ (1,760)2 N = 0,3228 N

LP.VI-1
DP.VI-2

Pada t = 30 menit
Diketahui: Vfiltrat = 10 mL
LP.VI-2

VNaOH = 34,2 mL
NNaOH = 0,5 N
Co blanko = 1,810 N
Ditanya: Cfiltrat, Cterserap, orde 1, orde 2 dan orde 3 =…?
VNaOH × NNaOH
Jawab: Cfiltrat =
V filtrat
34 , 2 mL ×0 , 5 N
=
10 mL
= 1,710 N
Cterserap: Co – Cfiltrat = 1,810 N – 1,710 N = 0,095 N
Orde 1 : ln Co/Cfiltrat = ln (1,810 N/ 1,710 N) = 0,0541 N
Orde 2 : 1/Cfiltrat = 1/ 1,710 N = 0,5848 N
Orde 3 : 1/Cfiltrat2 = 1/ (1,710)2 N = 0,3419 N

b. Pada t = 45 menit
Diketahui: Vfiltrat = 10 mL
VNaOH = 33,6 mL
NNaOH = 0,5 N
Co blanko = 1,810 N
Ditanya: Cfiltrat, Cterserap, orde 1, orde 2 dan orde 3 = …?
VNaOH × NNaOH
Jawab: Cfiltrat =
V iltrat
33 ,6 mL ×0 , 5 N
=
10 mL
= 1,680 N
Cterserap: Co – Cfiltrat = 1,810 N – 1,680 N = 0,125 N
Orde 1 : ln Co/Cfiltrat = ln (1,810 N/ 1,680 N) = 0,0718 N
Orde 2 : 1/Cfiltrat = 1/ 1,680 N = 0,5952 N
Orde 3 : 1/Cfiltrat2 = 1/ (1,680)2 N = 0,3543 N

c. Pada t = 60 menit
Diketahui: Vfiltrat = 10 mL
DP.VI-4

VNaOH = 32,9 mL
NNaOH = 0,5 N
LP.VI-3

Co blanko = 1,810 N
Ditanya: Cfiltrat, Cterserap, orde 1, orde 2 dan orde 3 =…?
VNaOH × NNaOH
Jawab: Cfiltrat =
V filtrat
32, 9 mL × 0 , 5 N
=
10 mL
= 1,645 N
Cterserap: Co – Cfiltrat = 1,810 N – 1,645 N = 0,160 N
Orde 1 : ln Co/Cfiltrat = ln (1,810 N/ 1,645 N) = 0,0928 N
Orde 2 : 1/Cfiltrat = 1/ 1,645 N = 0,6079 N
Orde 3 : 1/Cfiltrat2 = 1/ (1,645)2 N = 0,3695 N

2.2 6 gram karbon aktif


a. Pada t = 15 menit
Diketahui: Vfiltrat = 10 mL
VNaOH = 32,8 mL
NNaOH = 0,5 N
Co blanko = 1,810 N
Ditanya: Cfiltrat, Cterserap, orde 1, orde 2 dan orde 3 =…?
VNaOH × NNaOH
Jawab: Cfiltrat =
V filtrat
32, 8 mL × 0 , 5 N
=
10 mL
= 1,640 N
Cterserap: Co – Cfiltrat = 1,810 N – 1,640 N = 0,170 N
Orde 1 : ln Co/Cfiltrat = ln (1,810 N/ 1,640 N) = 0,0958 N
Orde 2 : 1/Cfiltrat = 1/ 1,640 N = 0,6097 N
Orde 3 : 1/Cfiltrat2 = 1/ (1,640)2 N = 0,3718 N

b. Pada t = 30 menit
Diketahui: Vfiltrat = 10 mL
VNaOH = 31,1 mL
DP.VI-6

NNaOH = 0,5 N
Co blanko = 1,810 N
LP.VI-4

Ditanya: Cfiltrat, Cterserap, orde 1, orde 2 dan orde 3 =…?


VNaOH × NNaOH
Jawab: Cfiltrat =
V filtrat
31, 1 mL × 0 ,5 N
=
10 mL
= 1,555 N
Cterserap: Co – Cfiltrat = 1,810 N – 1,555 N = 0,250 N
Orde 1 : ln Co/Cfiltrat = ln (1,810 N/ 1,555 N) = 0,1490 N
Orde 2 : 1/Cfiltrat = 1/ 1,555 N = 0,6430 N
Orde 3 : 1/Cfiltrat2 = 1/ (1,555)2 N = 0,4135 N

c. Pada t = 45 menit
Diketahui: Vfiltrat = 10 mL
VNaOH = 30,7 mL
NNaOH = 0,5 N
Co blanko = 1,810 N
Ditanya: Cfiltrat, Cterserap, orde 1, orde 2 dan orde 3 =…?
VNaOH × NNaOH
Jawab: Cfiltrat =
V filtrat
30 ,7 mL ×0 , 5 N
=
10 mL
= 1,535 N
Cterserap: Co – Cfiltrat = 1,810 N – 1,535 N = 0,270 N
Orde 1 : ln Co/Cfiltrat = ln (1,810 N/ 1,535 N) = 0,1620 N
Orde 2 : 1/Cfiltrat = 1/ 1,535 N = 0,6514 N
Orde 3 : 1/Cfiltrat2 = 1/ (1,535)2 N = 0,4244 N
LP.VI-5

d. Pada t = 60 menit
Diketahui: Vfiltrat = 10 mL
VNaOH = 29,9 mL
NNaOH = 0,5 N
Co blanko = 1,810 N
Ditanya: Cfiltrat, Cterserap, orde 1, orde 2 dan orde 3 =…?
VNaOH × NNaOH
Jawab: Cfiltrat =
V filtrat
29 , 9 mL ×0 , 5 N
=
10 mL
= 1,495 N
Cterserap: Co – Cfiltrat = 1,810 N – 1,495 N = 0,310 N
Orde 1 : ln Co/Cfiltrat = ln (1,810 N/ 1,495 N) = 0,1884 N
Orde 2 : 1/Cfiltrat = 1/ 1,495 N = 0,6689 N
Orde 3 : 1/Cfiltrat2 = 1/ (1,495)2 N = 0,4474 N

Anda mungkin juga menyukai