Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ADSORPSI

ISOTERM
ABSTRAK
Secara umum pengertian adsorpsi adalah suatu proses penggumpalan
subtansi terlarut yang terdapat dalam larutan oleh permukaan zat, dimana
akan terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya.
Tujuan dari praktikum adsorpsi isoterm ini yaitu untuk menentukan adsorpsi
isoterm menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat dan asam
klorida pada arang aktif. Hal tersebut dilakukan dengan langkah
mencampurkan larutan CH3COOH dan HCL dengan arang aktif lalu dilakukan
pengocokkan terhadap larutan dan dilajutkan dengan proses penyaringan
sehingga akan didapatkan filtratnya sebelum dilakukan titrasi secara
alkalimetri. Nilai adsorpsi larutan asam terbesar terjadi pada larutan yang
konsentrasinya besar, sehingga nilai adsorpsi berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan yang digunakan.
Kata kunci: adsorpsi, adsorben, arang aktif
BAB I PENDAHULUAN
1

Latar Belakang

Adsorbsi secara umum didefenisikan sebagai suatu proses penggumpalan


subtansi zat terlarut (soluble) yang ada di dalam suatu larutan oleh
permukaan zat atau benda penyerap, dimana akan terjadi suatu ikatan kimia
dan fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Peristiwa adsorpsi terjadi
pada permukaan zat padat akibat adanya gaya tarik antar atom atau molekul
pada permukaan zat padat tersebut. Molekul-molekul pada permukaan zat
padat atau zat cair mempunyai gaya tarik selalu menuju arah dalam, hal itu
karena tidak adanya gaya-gaya lain yang mengimbangi gaya tersebut dan
dengan adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair
mempunyai gaya adsorpsi dengan sendirinya.

Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi dua jenis adsorpsi,


adapun jenis-jenis adsorpsi tersebut adalah berupa adsorpsi fisika dan
adsorpsi kimia. Adsorbsi fisika merupakan adsorpsi yang selalu berhubungan
dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses bolak balik
apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya
tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut
akan diadsorbsi pada permukaan adsorben. Sedangkan adsorpsi kimia
merupakan suatu proses dimana antara adsorben dan adsorbatnya akan
terjadi suatu ikatan kimia.
Berbagai adsorben anorganik maupun organik dapat dijadikan sebagai media
adsorpsi, adapun adsorben-adsorben tersebut adalah seperti aluminium,
bauksit, magnesia, magnesium silikat, kalsium hidroksida, silikat gel, dan
timah diatome. Adsorben organik yang paling sering digunakan adalah arang
dan karbon aktif. Berdasarkan peranan dan fungsi dari aplikasi adsorpsi itu
sendiri dalam kehidupan sehari-hari maka perlu dilakukan percobaan
adsorpsi isoterm guna untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut
tentang adsorpsi isoterm.

1.2 Tujuan
Menentukan adsorpsi isoterm menurut Freundlich bagi proses
adsorpsi asam asetat (CH3COOH) dan HCL oleh arang aktif.
1
Prinsip
Penentuan adsorpsi isoterm menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam
asetat dan asam klorida oleh arang aktif dapat dilakukan dengan
menambahkan karbon aktif kepada larutan asam dengan konsentrasi yang
bervariasi yang kemudian ditutup lalu dilakukan proses pengocokan dan
biarkan hingga beberapa menit, dilanjutkan dengan proses penyaringan saat
suhu sudah konstan (suhu hanya berubah sedikit). Penyaringan akan
menghasilkan residu dan filtrat yang kemudian dititrasi dengan larutan standar
NaOH menggunakan indikator PP guna untuk menentukan nilai adsopsinya.
Percobaan ini dapat diaplikasikan terhadap kehidupan sehari-hari, misalnya

pada penjernihan air pada PDAM.


Log x/m = k. C1/c
HCL + NaOH NaCL + H2O
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbon Aktif dan Titrasi Asam Basa
Karbon aktif dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
proses pemanasan pada suhu yang lebih tinggi, orang diartikan sebagai suatu
padatan berpori-pori yang mengandung karbon sebanyak 85-95%. Arang
dapat digunakan sebagai absorben atau media penyerap, daya ditentukan
oleh luar permukaan partikel dan lebih kuat menyerap dengan cara
dipanaskan pada suhu tinggi (Tim Dosen Kimia Fisika, 2001).
Titrasi asam-basa disebut juga titrasi alkalimetri dimana suatu konsentrasi
dapat ditentukan dengan metode volemetri melalui teknik titrasi. Tittasi asambasa merupakan titrasi yang hanya digunakan untuk larutan asam dan basa.
Titrasi asam-basa memerlukan suatu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya untuk menentukan larutan yang akan ditentukan
kondentrasinya (Jaka, 2004).
2.2 Adsorpsi dan Absorpasi
Adsorpsi adalah proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari
satu larutan fluida akan terkonsentrasi pada permukaan suatu padatan
tertentu (absorben). Melalui cara ini, kemponen-komponen dari suatu larutan
dapat dipisahkan antara satu sama lain. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat
padat karena adanya gaya tarik atom molekul yang terdapat pada permukaan
zat padat tersebut (Atkins, 1990).
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi, pada pristiwa adsorpsi zat yang
diserap masuk kedalam absorben sedangkan pada pristiwa absorpsi, zat
yang dapat diserap hanyalah yang terdapat pada permukaannya. Komponen
yang diserap disebut adsorbat, sedangkan absorben. Pengertian lain adsorpsi
adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan adhesi

yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lain
(Sukardjo, 1990)

2.3. Isterm Freundlich dan Isoterm Adsorpsi


Persamaan Isoterm didasarkan atas terbentuknya lapisan nonlayer
dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun, pada
adsorpsi freundlich situs-situs aktif pada adsorben bersifat heterogen.
Persamaan freundlich dapat dituliskan sebagai berikut: (Day dan Underwood,
2002).
Log x/ m = Log K + n Log c
Isoterm adsorpsi merupakan suatu hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan
konsentrasi pada temperatur tetap. Pernyataan lain tentang isoterm adsorpsi
pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur
tertentu. Persamaan isoterm adsorpsi dapat dituliskan dengan persamaan
menurut buku (Tim Labor Fisika, 2011).
x/m= k. C1/n
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
Faktor yang mempengaruhi kekuatan intraksi antara adsorbat dengan
adsorben adalah sifat dari adsorben dan adsorbatnya itu sendiri. Umumnya,
faktor yang mempengaruhi adsorpsi kekuatan intraksi antara adsorbat dengan
adsorben hanya tergantung pada kepolaran adsorben dan adsorbatnya.
Semakin kuat tingkat kepolaran adsorbennya, makan semakin kuat untuk
terikat (Atkins, 1990).
Faktor-faktor lain juga yang dapat mempengaruhi kekuatan intraksi
antara adsoben dan adsorbatnya adalah berupa sifat keras lemahnya
adsorben dan adsorbatnya, kemampuan suatu katian untuk mempolarisasi
anion dalam suatu ikatan dan jari-jari atom. Proses adsorpsi dalam larutan ,
jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis
adsorben, jenis adsorbat, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat terlarut
dan temperatur (Alberty dan Daniel, 1992)

2.6 Analisis Bahan


2.6.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan pelarut tidak berwarna dengan konstanta
dielektrik yang tinggi. H2O berguna sebagai pelarut dalam beberbagai reaksi
kimia. Akudes memiliki titik didih pada suhu 100 0 C dan titik lebur 0,0 0C
(Daintith,1994).
2.6.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat merupakan asam lemah berupa cairan dengan bau yang
khas. CH3COOH sebagian besar dihasilkan melalui proses fermentasi. Asam
asetat memiliki titik beku 16,6 0C dan titik didih 118 0C (Arsyad,2001).
2.6.3 Asam Klorida (HCL)
Asam korida merupakan asam yang berbau merangsang dan
berbahya. HCL berupa gas yang tidak berwarna dan dapat menetralkan
larutan basa. Asam klorida memiliki titik leleh -114 0C dan titik didih -85 0C
(Rivai,1994).
2.6.4 Indikator PP (C2H14O4)
Indikator PP merupakan suatu indikator yang umum digunakan dalam
tittasi asam-basa. Indikator PP sangat mudah larut dalam alkohol dan pelarut
organik lainnya. C2H14O4 tidak memberikan warna di bawah pH=8 dan
mamberikan warna di atas pH=9,6 (Basset, DKK, 1994).
2.6.5 Karbon Aktif
Karbon aktif umumnya digunakan sebagai media penyerapan zat
terlarut. Karbon aktif baik digunakan sebagai suatu adsorben dalam
menghilangkan zat dalam larutan. Karbon aktif dihasilkan melalui proses
pemanasan pada suhu tinggi untuk bahan yang mengandung kabon aktif (Tim
Dosen Kimia Fisika, 2011).
2.6.6 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida mudah larut dalam etanol maupun pelarut air.
NaOH memiliki titik lebur 3,8 0C dan titik beku 139 0C. NaOH 50% pada
temperatur tertentu dapat sebagai media oksida anodik yang tumbuh pada
baja (Burleigh, DKK, 2008 dan Daintith, 1994).

BAB III METODOLOGI


3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
Alatalat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang
pengaduk satu buah, botol semprot 500 ml satu buah, botol 250 ml sepuluh
buah, buret 50 ml dua buah, corong plastik sepuluh buah, erlenmeyer 250 ml
sebanyak 10 buah, kertas saring, klem buret beserta statif dua buah, pipet
volume 10 ml, dua buah spatula, shakers dan wreping.
3.1.2 Bahan
Bahanbahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah indikator
fenolftalein (C2OH14O4), karbon aktif, larutan asam asetat (CH3COOH), larutan
asam klorida (HCl) dan larutan standar natrium hidroksida (NaOH).
3.2 Prosedur kerja
3.2.1. pembuatan larutan asam asetat (CH3COOH)
CH3COOH 17,49 M

Dipipet asam asetat sebanyak 2,9 ml


akuades

Dimasukan kedalam labu ukur 25 ml


Ditepatkan dengan
sampai tanda batas
Larutan dikocok
Larutan CH3COOH (0,5 M)

3.2.2 pembuatan larutan asam klorida (HCl)

Asam klorida (HCl) 12,063 M

Dipipet asam klorida sebanyak 4,2 ml


akuades

Dimasukan kedalam labu ukur 25 ml


Ditepatkan dengan
sampai tanda batas
Larutan dikocok
Larutan Asam

klorida (0,5 M)

3.2.3 penentuan konsetrasi larutan standar natrium hidroksida (NaOH)


Padatan NaOH

Ditimbang NaOH sebanyak 2 gram dengan cawan petri


akuades

Dimasukan kedalam gelas beaker


Dilarutkan dengan
secukupnya
Diaduk sampai larut sempurna
Dimasukan larutan kedalam labu ukur 25 ml dan
Ditepatkan sampai tanda batas dan dikocok
Dimasukan kedalam kedalam buret sebanyak 50 ml
Dilakukan titrasi dengan HCl, dan NaO Penitran
Dilakukan duplo
Larutan NaOH 0,1 M

3.2.4 Proses adsorpsi


karbon aktif

Dimasukan kedalam aluminium foil dan di bungkus 10


buah
Disediakan larutan asam asetat dan larutan asam asetat
(0,5 M, 0,250M, 0,125M, 0,0625M dan 0,0131M)
akuades

Dimasukan ke dalam erlenmeyer bertutup masing 0,5 gr


yang di timbang dengan ketelitian 0,5 gr
Dibiarkan selama 10 menit setelah dikocok dengan
shakers 1 menit dan dilakukan dua kali
Disaring tiap larutan dengan kertas saring yang kering
Hasil

sampai menghasilkan filtrat yang jernih.

Residu arang/ karbon aktif


filtrat

filtrat

3.2.5 Proses penentuan adsorbat

Diambil larutan konsentrasi paling tinggi 10 ml


Berikutnya 25 ml dan konsentrasi terendah 50 ml
Dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,0131M
dengan menggunakan indikator fenolftalein (pp)
Hasil / adsorbat

3.3 Rangkaian Alat


Keterangan gambar:
Proses pengocokan dengan menggunakan shakers terhadap larutan CH3COOH dan larutan HCL
yang telah ditambah dengan karbon aktif.

Gambar 3.1 Shaker


Keteranngan gambar:
Proses penyaringan terhadap larutan CH3COOH dan larutan HCL yang ditambah karbon aktif.
Disaring untuk memisahkan filtrat dari residu/karbon aktif. Penyaringan menggunakan kertas
saring dan corong

Gambar 3.2 Penyaringan


Keterangan gambar:
Proses titrasi filtrat dengan larutan standar NaOH 0,131M dengan menggunakan indikator
fenolftalein

Gambar 3.3 Titirasi


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Standarisasi HCL
Volume NaOH
1,6 ml
1,6 ml

4.1.2

Konsentrasi HCL
0,0313 M
0,0313 M

Tabel titrasi CH3COOH

No
1
2
3
4
5

m arang
0,5 g
0,5 g
0,5 g
0,5 g
0,5 g

M CH3COOH
0,5 M
0,25 M
0,125 M
0,0625 M
0,0313 M

4.1.3

Tabel titrasi HCL

No
1
2
3
4
5

massa arang
0,5 g
0,5 g
0,5 g
0,5 g
0,5 g

M HCL
0,5 M
0,25 M
0,125 M
0,0625 M
0,0313 M

V NaOH
61,5 ml
41,0 ml
20,4 ml
7,8 ml
7,2 ml

V NaOH
48,9 ml
23,7 ml
13,2 ml
6,8 ml
5,7 ml

4.2 Pembahasan
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada
permukaaan zat tersebut. Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat
teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor, seperti : jenis adsorben, jenis
adsorbat, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat terlarut, dan temperatur.
Suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan
konsentrasi yang teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm
adsorbsi. Berdasarkan eksperimen/ percobaan tentang adsorpsi isoterm yang
dilakukan, adsorben yang digunakan adalah berupa karbon aktif dan dengan
menggunakan larutan organik yaitu berupa asam asetat dan asam klorida
dengan variasi konsentrasi yang berbeda-beda. Percobaan adsorpsi isoterm
ini, adsorben yang digunakan adalah arang aktif, dimana sebelum digunakan
karbon diharuskan untuk diaktifkan dulu dengan cara dipanaskan. Hal ini agar

pori-pori arang semakin besar sehingga dapat mempermudah penyerapan


karena semakin luas permukaan adsorben maka daya serapannya pun
semakin tinggi.
Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung
karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara kovalen
membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap
sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti
pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya.
Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang
mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas
permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit yang poriporinya telah mengalami pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi
gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang
terdispersi dalam cairan. Luas permukaan, dimensi dan distribusi karbon aktif
bergantung pada bahan baku, pengarangan dan proses aktivasi. Berdasarkan
ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
mikropori (diameter < 2 nm), mesopori (diameter 250 nm) dan makropori
(diameter >50 nm). Penggunaan karbon aktif di Indonesia mulai berkembang
dengan pesat, yang dimulai dari pemanfaatannya sebagai adsorben untuk
pemurnian pulp, air, minyak, gas dan katalis. Namun, mutu karbon aktif
domestik masih rendah. Aktifasi merupakan suatu perlakuan terhadap arang
yang bertujuan untuk memperbesar pori-pori yaitu dengan cara memutuskan
ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga
arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas
permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi.
Selain karbon aktif, yang biasa digunakan sebagai adsorben adalah silika gel
didalam desikator atau pun biasa dimasukan kedalam bungkus alat elektronik
agar tidak lembab, zeolit dan penyaring molekul.
Gambar 4.1 Karbon Aktif dan Strukturnya
Tujuan percobaan ini yaitu menentukan adsorpsi isoterm menurut Freudlich
bagi proses adsorpsi asam asetat dan HCl pada arang aktif. Hal ini dilakukan
dengan cara menambahkan larutan asam pada arang aktif. Setelah itu lalu

disaring dan dilakukan titrasi terhadap filtratnya. Bagi suatu sistem adsorpsi
tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan luas
atau per satuan berat adsorben, dengan konsentrasi zat terlarut pada
temperatur tertentu, disebut adsorbsi isoterm. Oleh Freudlich adsorbsi isoterm
dinyatakan sebagai:
Dengan:
x = jumlah zat teradsorpsi dalam gram
m = jumlah adsorben, dalam gram
c = konsentrasi zat terlarut dalam larutan,
setelah
tercapai kesetimbangan adsorpsi
Percobaan tahap Pertama yang dilakukan adalah menumbuk norit hingga
halus ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan dari arang aktif
sehingga daya serapnya menjadi lebih tinggi. Kemudian larutan CH3COOH
dan HCl yang telah dimasukkan ke erlenmeyer ditambahkan masing-masing
0,5 gram karbon akif/ norit. Kemudian larutan dikocok selama jam
menggunakan shaker agar larutan CH3COOH dan HCl dapat melarut dengan
sempurna, dibuat kondisi adsorben jenuh sehingga tidak menyerap adsorbat
lagi karena karbon aktif juga mempunyai kapasitas daya serap
tertentu.selama jam , larutan dikocok selama 1 menit secara teratur dengan
jeda waktu 10 menit. Setelah itu disaring menggunakan kertas saring. Tujuan
dilakukan penyaringan yaitu untuk memisahkan adsorben dan
adsorbatnya.hingga terdapat residu dan filtrat, filtranya di titrasi dengan
larutan standar NaOH menggunakan indikator fenolftalein.
Titrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan asam yang telah
teradsorpsi. Penggunaan indikator fenolftalein bertujuan untuk mengetahui
titik akhir titrasi larutan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna
larutan menjadi merah muda. Alasan lain ialah karena titrasi yang dilakukan
menggunakan metode alkalimetri, yakni dititrasi dengan larutan standar basa,
sehingga digunakan indikator fenolftalein yang mempunyai rentang pH 8,310,0. Volume NaOH yang dipakai pada setiap kegiatan titrasi dicatat untuk
menghitung konsentrasi larutan asam yang teradsorpsi.
Larutan standar atau larutan baku adalah larutan yang diketahui

konsentrasinya secara pasti sehingga bisa dipakai untuk menetapkan


konsentrasi larutan lainnya. Larutan ini bisa dibuat dengan menimbang secara
teliti zat yang disebut standar primer contohnya yaitu larutan HCl, K2Cr2O7,
As2O3, NaCl, asam oksalat dan asam benzoat. Larutan suatu zat yang
konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat
yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode
titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2 Dan NaOH.
Proses titrasi terhadap filtrat dengan menggunakan larutan standar sekunder
NaOH dan menggunakan indikator fenolftalein sebagai penentu titik akhir
titrasi dengan ditandai dengan perubhan warna. Perubahan struktur indikator
pp terlihat bahwa rantainya mengalami pemutusan pada gugus OH menjadi
O- dan H+ kemudian rantai C-O-C=O menjadi CO2- yang ditunjukkan oleh
(gambar 4.2). Sebelum mencapai titik akhir indikator pp tidak memberikan
warna pada larutan asam dan akan memberikan warna ketika ph larutan
mulai basa dan strukturnya sebagai berikut:
Gambar 4.2 Perubahan struktur indikator PP
Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isoterm
Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH dan HCl terhadap arang. Variabel
yang terukur pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0,036 M yang
digunakan untuk menitrasi CH3COOH dan HCl. Setelah konsentrasi awal dan
akhir diketahui, konsentrasi CH3COOH dan HCl yang teradsorbsi dapat
diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi awal dengan konsentrasi
akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH dan HCl yang teradsorbsi.
Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isoterm
Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH dan HCl terhadap arang. Variabel
yang terukur pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0,036 M yang
digunakan untuk menitrasi CH3COOH dan HCl. Setelah konsentrasi awal dan
akhir diketahui, konsentrasi CH3COOH dan HCl yang teradsorbsi dapat
diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi awal dengan konsentrasi
akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH dan HCl yang teradsorbsi.
Percobaan adsorpsi isoterm, praktikan melakukan analisa kuantitatif untuk

menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. Dimana


pada percobaan kali ini larutan baku sekunder yang akan digunakan adalah
NaOH dan larutan baku primer HCL. Pada proses standarisasi ini, indikator
yang digunakan yaitu fenophtalein (indikator PP). Indikator fenophtalein
digunakan dalam percobaan ini karena fenophtalein tak berwarna dengan pH
antara 8,3-10,0 akan mempermudah praktikan dalam mengetahui bahwa
dalam proses sudah mencapai titik ekivalen. Perubahan yang terjadi pada
proses penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah yang konstan dari
warna asal mula bening. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya
titik ekivalen. Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 3,2 mL.
Proses penentuan massa akhir larutan asam, pada larutan CH3COOH dengan
konsentrasi 0,50, 0,250, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 0,92
gram, 0,62 gram, 0,30 gram, 0,12 gram dan 0,11 gram. Sedangkan HCL
dengan konsentrasi 0,5, 0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah
0,43 gram, 1,19 gram, 0,112 gram dan 0,05 gram. Massa akhir larutan
mengalami penuruan, hal itu dikarenakan massa akhir larutan bebanding
lurus terhadap konsentrasi. Penentuan adsorbat untuk larutan CH3COOH
dengan konsentrasi 0,5, 0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah
0,58 gram, 0,08 gram, 0,07 gram dan -0,02 gram. Sedangkan adsorbat untuk
larutan HCL dengan konsentrasi 0,5, 0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturutturut adalah 0,47 gram, 0,24 gram, 0,11 gram, 0,05 gram dan 0,01 gram.
Adsorbat setiap konsentrasi mengalami penuruan, hal itu dikarenakan
adsorbat bebanding lurus terhadap konsentrasi.
Penentuan untuk larutan CH3COOH dengan konsentrasi 0,5, 0,25, 0,125,
0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 1,16, 0,26, 0,14 dan -0,04.
Sedangkan untuk larutan HCL dengan konsentrasi 0,5, 0,25, 0,125, 0,625
dan 0,0313 berturut-turut adalah 0,90, 0,48, 0,22, 0,1 dan 0,02. Nilai setiap
konsentrasi mengalami penuruan, hal itu dikarenakan bebanding lurus
terhadap konsentrasi. Penentuan konsentrasi Adsorbat (C) untuk larutan
CH3COOH dengan konsentrasi 0,5, 0,25, 0,125, 0,625 dan 0,0313 berturutturut adalah 0,31 M, 0,21 M, 0,102 M, 0,04 M dan 0,04 M. Sedangkan
konsentrasi Adsorbat (C) untuk larutan HCL dengan konsentrasi 0,5, 0,25,
0,125, 0,625 dan 0,0313 berturut-turut adalah 0,25 M, 0,12 M, 0,07 M, 0,03 M

dan 0,03 M. Konsentrasi adsorbat setiap konsentrasi mengalami penuruan,


hal itu dikarenakan adsorbat bebanding lurus terhadap konsentrasi larutan.
Berdasarkan hasil dari data pengamatan dan hasil perhitungan, maka
konsentrasi asam asetat sebelum adsorpsi lebih tinggi dari pada setelah
adsorpsi. Hal ini karena asam asetat telah diadsorpsi oleh arang aktif,
sehingga konsentrasinya berkurang. Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich, dari
persamaan grafik tersebut jika dianalogikan dengan persamaan Freundlich
maka akan didapat nilai k dan n. Grafik hubungan antara x/m dengan c
maupun hubungan antara log x/m dengan log C.
Grafik 4.1 Log x/m terhadap Log c CH3COOH
Log (x/m) = log k + 1/n log c, persamaan grafik adsorpsi freundlichnya adalah:
y = 0,211x + 0,069 sehingga nilai log k = 0,069 dan 1/n = 0,211. Maka nilai k
adalah 1,17 dan nilai n adalah n= 4,74.
Grafik. 4.2 Log x/m terhadap Log c HCL
Log (x/m) = log k + 1/n log c, persamaan grafik adsorpsi freundlichnya adalah:
y = 1,015x + 0,530 sehingga nilai log k = 0,530 dan 1/n = 1,015. Maka nilai k
adalah 3,38 dan nilai n adalah 0,98.
Adsorpsi karbon membuat konsentrasi asam asetat mengalami penurunan.
Pada data diatas penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan antara
data 1 sampai 5 dapat dilihat dari X gram ( jumlah zat yang teradsorpsi)
kurang stabil. Hal ini terjadi karena dalam adsorpsi terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi hasil adsorpsi. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:

pH (Derajat Keasaman).
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan
asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya
bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi
akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.

Sifat Adsorben dan Adsorbat


Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi

kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing


senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya
ukuran molekul adsorben dan adsorbat dari sturktur yang sama, seperti dalam
deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus
fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.

Temperatur/ suhu.
Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada saat
berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa
diberikan mengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang
mempengaruhi suhu proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal
senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa
serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan
dilakukan pada titik didihnya.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan, diperoleh data bahwa nilai
adsorpsi isoterm bagi proses adsorpsi CH3COOH dan HCl pada arang akan
lebih besar untuk larutan CH3COOH dan HCl yang memiliki nilai konsentrasi
besar jika dibandingkan dengan CH3COOH dan HCl yang memiliki
konsentrasi rendah. Hal ini terjadi karena semakin besar konsentrasinya,
maka semakin banyak pula molekul-molekul asam tersebut yang dapat
terabsorpsi bersama karbon aktif.
5.2 Saran
Saran untuk percobaan selanjutnya, dapat meggunakan karbon aktif
yang berasal dari proses pembakaran terhadap tempurung kelapa dengan
suhu tinggi, sehingga hasilnya aktif yang memiliki daya serap lebih kuat.

DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A dan Daniel, F. 1992. Kimia Fisika. Jilid 1, Edisi 5. Penerjemah:
Sudja. Erlangga. Jakarta.
Arsyad, 2001. Kamus Kimia, Arti dan Penjelasan Ilmiah. Erlangga. Jakarta.
Atkins, P.W. 1990. Kamus Lengkap Kimia. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Basset, J.R.C., Danny dan G.H. Jeffrey. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Edisi ke-4. Penerjemah: A.H. Pudjatmatka dan L.
Setrono. Buku Kedokteran EGC. [...]

Anda mungkin juga menyukai