Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu

terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara

dua fase. Adsobsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (Physical Adsorpsi)

dan adsorpsi kimia (Chemical Adsorpsion). Secara umum adsorpsi mempunyai

gaya intermolekul yang relatif lemah sedangkan pada adsoption kimia terjadi

pembentukan ikatan kimia antara molekuk adsorbat dengan suatu molekuk

terikat pada permukaan adsorben.

Adsobsi adalah pengambilan komponen dari gas atau cairan dengan

penyerapan oleh suatu padatan. Pada penyerapan zat yang diserap menempel

pada permukaan padatan tidak sampai dalam padatan. Kapasitas adsorpsi ini

biasanya kecil, tetapi mampu dan mengambil komponen-komponen yang

jumlahnya sangat kecil dari (traces)dari gas atau cairan. Ikatan adsorpsi bisa

berupa ikatan fisis atau ikatan kimia. Proses ion-exchange dapat maupun

digolongkan pula kedalam adsorpsi kimiawi.

Reaksi eksotermis adalah reaksi yang menyebabkan adanya transfer

kalor dari sistem kelingkungan, Reaksi eksotermis selalu ditandai dengan

adanya kenaikan suhu. Pada suhu tetap jumlah molekul dapat diadsorpsi pada

suatu permukaan bergantung kepada tekanan (jika gas) dan konsentrasi (jika

larutan). Hubungan antara banyaknya zat yang diadsorpsi dengan suhu dan
konsentrasi dapat diberikan secara grafik yang dikenal sebagai isoterm

adsorpsi.

B. Tujuan Percobaan

Mengamati pristiwa adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan.

C. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan dari praktikum ini adalah menetukan adsorbsi

eksotermis. Proses adsorpsi asam asetat pada karbon aktif melalui perubahan

kosentrasi permukaan fasa dengan menambahkan adsorben kedalam larutan

asam asetat dan dibiarkan beberapa saat sehingga terjadi proses adsorpsi dua

jumlah zat yang teradsorpsi ditentukan dengan metode titrasi asam basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul

gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari

molekul-molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut

(Suryawan, Bambang 2004). Walaupun adsorpsi biasanya dikaitkan dengan

perpindahan dari suatu gas atau cairan kesuatu permukaan padatan,

perpindahan dari suatu gas kesuatu permukaan cairan juga terjadi. Substansi

yang terkonsentrasi pada permukaan didefinisikan sebagai adsorbat dan

material dimana adsorbat terakumulasi didefinisikan sebagai adsorben

Fessenden, R.J & Fessenden, R.J. (1999).

Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida

(cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk

suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan

absorpsi, dimana fluida terserap oleh fuida lainnya dengan membentuk suatu

larutan. Proses adsorpsi dapat berlangsung jika suatu permukaan padatan dan

molekul-molekul gas atau cair, dikontakan dengan molekul-molekul tersebut,

maka didalamnya terdapat gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan gaya

ikatan hydrogen yang bekerja diantara molekul seluruh material. Gaya-gaya

yang tidak seimbang pada batas fasa tersebut menyebabkan perubahan-

perubahan konsentrasi molekul pada interface solid/fluida (Suryawan,

Bambang 2004).
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan

merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara

zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut

dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akandiadsorbsi pada permukaan

adsorben.

2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut

yang teradsorbsi. Di era sekarang ini, sistem penjernihan memiliki

berberapa macam teknik, contohnyasaja sistem pengolahan air limbah

dalam industri tekstil yang menghilangkan warna yangdisebut juga dengan

proses koagulasi-flokulasi. Contoh lain proses adsorpsi yaitu padaindustri

batik, pada proses produksinya yang menggunakan bahan perwarna, dan

limbah yangdihasilkan berbentuk cairan yang dapat menyebabkan

kerusakan lingkungan, maka dari itudigunakan karbon aktif yang

merupakan adsorben yang berguna untuk menghilangkan warna,dimana

karbon aktif memiliki efektivitas yang cukup tinggi. Berbagai adsorben

anorganik maupun organik dapat dijadikan sebagai adsorpsi

sepertialuminium, bauksit, magnesia, magnesium silikat, kalsium

hidroksida, silikat gel, dan timahdiatome. Diantara adsorben organik yang

paling sering digunakan adalah arang, gula dan karbon aktif

(Khopkar,2008).

Padatan berpori yang menghisap (adsorption) dan melepaskan

(desorption) suatu fluida disebut adsorben. Molekul fluida yang dihisap tetapi
tidak terakumulasi/melekat kepermukaan adsorben disebut adsorptive,

sedangkan yang terakumulasi/melekat disebut adsorbat. Jika fenomena

adsorpsi disebabkan terutama oleh gaya Van der Waals dan gaya hidrostatik

antara molekul adsorbat, maka atom yang membentuk permukaan adsorben

tanpa adanya ikatan kimia disebut adsorpsi fisika. Dan jika terjadi interaksi

secara kimia antara adsorbat dan adsorben, maka fenomenanya disebut

adsorpsi kimia. Pada dasarnya adsorben dibagi menjadi tiga yaitu: (Suryawan,

Bambang 2004).

1. Adsorben yang mengadsorpsi secara fisik (karbon aktif, silika gel dan

zeolit),

2. Adsorben yang mengadsorpsi secara kimia (calcium cholide, metal hydride,

dan complex salts ),

3. Composite adsorbent adsorben yang mengadsorpsi secara kimia dan fisik.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi Performa mesin pendingin

adsorpsi sangat dipengaruhi baik oleh perpindahan kalor maupun perpindahan

massa. Sedangkan daya adsorpsi dipengaruhi oleh tiga faktor Tutik Dwi

Wahyuningsih. (1994) dan Suryawan, Bambang 2004 ), yaitu :

1. Tekanan (P), Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan

tekanan adsorbat dapat menaikan jumlah yang diadsopsi.

2. Temperatur absolut (T), Temperatur ytang dimaksud adalah temperature

adsorbat. Pada saat molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada

permukaan adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang


dinamakan pristiwa eksotermis. Berkurangnya temperatur akan menambah

jumlah adsorbat yang teradsopsi demikian juga untuk pristiwa sebaliknya.

3. Interaksi Potensial (E), interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding

adsorben sangat berfariasi, tergantung dari sifat adsorbat - adsorben.

4. Jenis adsorbat

a. Ukuran molekul adsorbat

Ukuran molekul yang sesuai merupakan hal penting agar proses

adsorpsi dapat terjadi, karena molekul-molekul yang dapat diadsorpsi

adalah molekul-molekul yang diameternya lebih kecil atau sama dengan

diameter pori adsorben.

b. Kepolaran zat

Apabila berdiameter sama, molekul-molekul polar lebih kuat

diadsorpsi daripada molekul-molekul tidak polar. Molekul-molekul yang

lebih polar dapat menggantikan molekul-molekul yang kurang polar yang

terlebih dahulu teradsorpsi.

5. Karakteristik adsorben

a. Kemurnian adsorben Sebagai zat untuk mengadsorpsi, maka adsorben

yang lebih murni lebih diinginkan karena kemampuan adsorpsi lebih

baik.

b. Luas permukaan dan volume pori adsorben Jumlah molekul adsorbat

yang teradsorp meningkat dengan bertambahnya luas permukaan dan

volume pori adsorben.


Kemampuan kerja alat untuk menghasilkan suhu yang rendah sangat

dipengaruhi oleh jenis adsorben. Dimana penyerapan adsorben dipengaruhi

oleh volume yang dipakai, dan luas permukaan spesifik. Karakteristik

adsorben yang dibutuhkan untuk adsorpsi yang baik:

1. Luas permukaan adsorben. Semakin besar luas permukaan maka semakin

besar pula daya adsorpsinya, karena proses adsorpsi terjadi pada permukaan

adsorben.

2. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi dan

desorpsi.

3. Kemurnian adsorben. Adsorben yang memiliki tingkat kemurnian tinggi,

daya adsorpsinya lebih baik.

4. Jenis/gugus fungsi atom yang ada pada permukaan adsorben. Sifat – sifat

atom di permukaan berkaitan dengan interaksi molekuler antara adsorbat

dan adorben yang lebih besar pada adsorbat tertentu (Hines, A.L dan

Robert N. Maddox, 1985).


B. Uraian Bahan

1. Asam Asetat (Depkes RI, 1995)

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM


Nama Lain : Asam asetat, cuka
RM/BM : CH3COOH/60,05
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwana, bau menusuk,

rasa asam, tajam


Kelarutan : Larut dalam air dengan etanol (95%) dengan

gliserol p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut pembuatan tinta dan zat warna.
2. Norit (Depkes RI, 1979 )

Nama Resmi : CARBO ADSORBENS


Nama Lain : Arang jerap
Pemerian : Serbuk sangat halus, bebas dari butiran; hitam

tidak berbau, tidak berasa.


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dalam etanol

(95%) p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Antidotum
Kegunaan : Menyerap zat

3. Asam Klorida (Depkes RI, 1979)

Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM


Nama Lain : Asam klorida
RM/BM : HCL/36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap; bau

merangsang, jika diencerkan dengan asap


Kelarutan : Larut dalam etanol; tidak larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
4. Indikator Fenoftalein (Depkes RI, 1995)
Nama Resmi : PHENOLPHTALEINUM
Nama Lain : Fenoftalein
RM/BM : C20H14O4/318,33
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan

lemah; tidak berbau; stabil di udara


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam

etanol; agak sukar larut dalam eter


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebgai indicator
5. Natrium Hidroksida (Depkes RI, 1979)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM


Nama Lain : Natrium Hidroksida
RM/BM : NaOH/40,00
Pemerian : Bentuk natang, butiran, massa hablur atau

keeping, kering, keras, rapuh dan menunjukan

susunan hablur; putih, mudah meleleh baah


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%) p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pembuatan pulp dan kertas,
BAB III
METODE KERJA

A. Alat

Ada pun alat-alat yang digunakan antara lain Buret, Bunsen / kaki tiga

/kasa, Cawan porselin, Corong, Gelas arloji, Gelas ukur, Kertas saring, Labu

erlemeyer, Pipet ukur, dan Statif /klem,

B. Bahan

Ada pun bahan-bahan yang digunakan antara lain Asam asetat

(CH3COOH), Carbon aktif 6 gram, HCL, Indikator PP/MO, dan NaOH 0,1

C. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Disisapkan tujuh buah labu erlenmeyer

3. Ditimbang karbon sebanyak 7 gram

4. Dipanaskan karbon dalam cawan porselin, jaga jangan sampaai membara,

kemudian didinginkan dalam exicator. Masukkan dalam enam buah labu

erlenmeyer dengan berat karbon masing-masing 1 gram.


5. Dibuat larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15; 0,12; 0,09; 0,6; 0,03

dan 0,015 N dengan volume masing-masing 100 ml. Larutan ini dibuat

dari pengenceran larutan 0,15 N.

6. Satu erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya diisi 100 ml asam asetat

0,03 N, contoh ini akan dipakai sebagai kontrol.

7. Ditutup semua labu erlenmeyer menggunakan kertas aluminium foil dan

kocoklah selama 30 menit, kemudian selama 1 jam agar terjadi

kesetimbangan.

8. Disaring masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10

ml pertama dari filtrat untuk menghindari kesalahan akibat adsorbsi karena

kertas saring.

9. Dititrasi 25 ml larutan filtrat dengan NaOH baku 0,1 N dengan indikator

PP 3 tetes sampai menghasilkan warna merah muda.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No. Konsentrasi CH3COO (N)


C yang diserap (g)
Awal Akhir
1. 0,15 8,5 0,275

2. 0,12 6,8 0,133

3. 0,09 5,1 0,125

4. 0,06 3,4 0,04

5. 0,03 1,7 0,008

6. 0,015 0,85 0,002

B. Pembahasan

Pada percobaan adsorbsi eksotermis, dimana yang dimaksud dengan

adsorbs merupakan penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain yang

melibatkan interaksi fisik, kimia dan gaya alektrostatik antara adsoerben

dengan adsorbat pada permukaan adsorben. Yang dimaksud dengan adsoerben


itu adalah suatu zat yang memiliki ukuran partikel yang akan diserap dan

mempunyai berat molekul besar sadangkan adsorbat adalah suatu zat

teradsorpsi zat lain. Pada percobaan ini adsorben yang digunakan adalah

karbon aktif bukan arang.

Pada percobaan adsorbsi eksotermis ini terdapat beberapa tahap, yang

mana tahap pertama yang harus dilakukan proses pemanasan karbon, sampai

tidak membara, kemudian didinginkan didalam eksikator, ditimbang masing-

masing 1 gram, setelah itu dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan

asam asetat 100 ml dengan kosentrasi 0,15 N,0,12 N,0,09 N,0,06 N,0,03

N,0,012 N, dan siapkan labu Erlenmeyer satu dengan kosentrasi 0,03 sebagai

control. Kemudian dikocok selama 30 menit dan diamkan selama satu jam,

setelah didiamkan saring menggunakan kertas saring yang berisi karbon aktif

hal ini ditujukan untuk memisahkan adsorben dengan adsorbatnya hinggs

terdapat residu filtrat, filtratnya dititrasi dengan larutan NaOH menggunakan

indicator fenolftalein. Titrasi dilakukan untuk mengetahui kosentrasi larutan

asam yang telah teradsorpsi, fungsi dilakukanya titrasi yaitu untuk mengetahui

jumlah zat yang teradsorpsi. Penggunakan indicator pp bertujuan untuk

mengetahui titik akhir titrasi larutan yang ditujukan dengan adanya perubahan

warna merah muda.

Pada percobaan ini hasil yang didapatkan pada asam asetat 0,15 N

dengan volume akhir titrasi 33 ml, dan didapatkan hasil C yang diserap

sebanyak 0,275 g, pada 0,12 N dengan volume akhir titrasi 20 ml, dan

didapatkan hasil C yang diserap sebanyak 0,133 g, pada 0,09 N dengan volume
akhir titrasi 25 ml, dan didapatkan hasil C yang diserap sebanyak 0,125 g, pada

0,06 N dengan volume akhir titrasi 12 ml, dan didapatkan hasil C yang diserap

sebanyak 0,04 g, pada 0,03 N dengan volume akhir titrasi 5 ml, dan didapatkan

hasil C yang diserap sebanyak 0,008 g, pada 0,015 N dengan volume akhir

titrasi 3 ml, dan didapatkan hasil C yang diserap sebanyak 0,002 g. Adapun

asam asetat sebagai control dengan kosentrasi 0,03 yang volume akhir

titrasinya yaitu 7 ml.


BAB V
PEBNUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan adsorpsi eksotermis dapat di simpulkan bahwa

percobaan ini termasuk adsorpsi fisik, karena adanya gaya van der waals

antara adsorben dengan adsorbat yang digunakan sehingga proses adsorpsi

hanya terjadi di permukaan larutan. Serta diketahui bahwa semakin besar nilai

konsentrasi maka semakin besar jumlah zat larutan asam asetat yang terserap

dan sebaliknya..

B. Saran

Praktikan lebih baik menyiapkan bahan dan pembagian tugas anggota

kelompok terlebih dahulu sehingga waktu praktikum dapat digunakan

seefektif dan seefisien mungkin.


LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN

A. Bahan Padat

NaOH 0,1 N sebanyak 1 liter


Diketahui: [ ] = 0,1 N
V = 1000 ml = 1 L
g
BE = 40
mol
(Ar: Na=23,O=16, H=1)
Ditanyakan : membuat larutan Na0H 0,1 N sebanyak 1 liter !
Jawab :
g=N x V x BE
g
g=0,1 N x I L x 40
mol
g=4
B. Bahan Cair
CH3COOH 0,1 N sebanyak 1 liter
Diketahui: [ ]2 = 0,15 N
V2 = 1000 ml = 1 L
BJ = 1,05
% = 100%
g
BM = 60
mol
(Ar: C=12, O=16, H=1)
(Ar : (2 Ar C = 24), (4 Ar H = 4), (2 Ar O = 32))
Ditanyakan : membuat larutan Na0H 0,1 N sebanyak 1 liter !
Jawab :
1. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,15
V1 = N
17,5 N
V1 = 0,0085 L ≈ 8,5 ml

Keterangan : Na0H = Natrium Hidroksida


CH3COOH = Asam asetat
[] = Konsentrasi
BJ = Bobot Jenis
V = Volume
BM = Berat Molekul
BE = Berat Ekivalen

2. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,12
V1 = N
17,5 N
V1 = 0,068 L ≈ 6,8 ml
3. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,09
V1 = N = 0,0051 L ≈ 5,1 ml
17,5 N

4. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,06
V1 = N = 0,034 L ≈ 3,4 ml
17,5 N

5. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,03
V1 = N = 0,0017 L ≈ 1,7 ml
17,5 N
6. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,015
V1 = N = 0,00085 L ≈ 0,85 ml
17,5 N

C. Yang Diserap
1. Bobot CH3COOH yang diserap

Missalnya 0,15 N

X = ( C awal – C akhir ) x BB CH3COOH v (L)

= ( 0,15 – 8,5 ) x 1 x 0.033

= 8,35 x 1 x 0.033

= 0,275 g

2. Bobot CH3COOH yang diserap

Missalnya 0,12 N
X = ( C awal – C akhir ) x BB CH3COOH v (L)

= ( 0,12 – 6,8 ) x 1 x 0,02

= 6,68 x 1 x 0,02

= 0,133 g

3. Bobot CH3COOH yang diserap

Missalnya 0,09 N

X = ( C awal – C akhir ) x BB CH3COOH v (L)

= ( 0,09 – 5,1 ) x 1 x 0,025

= 5,01 x 1 x 0,025

= 0,125 g

4. Bobot CH3COOH yang diserap

Missalnya 0,06 N

X = ( C awal – C akhir ) x BB CH3COOH v (L)

= ( 0,06 – 3,4 ) x 1 x 0,012

= 3,34 x 1 x 0,012

= 0,04 g

5. Bobot CH3COOH yang diserap

Missalnya 0,03 N

X = ( C awal – C akhir ) x BB CH3COOH v (L)

= ( 0,03 – 1,7 ) x 1 x 0,005

= 1,67 x 1 x 0,005

= 0,008 g

6. Bobot CH3COOH yang diserap

Missalnya 0,015 N

X = ( C awal – C akhir ) x BB CH3COOH v (L)


= ( 0, 015 – 0,85 ) x 1 x 0,003

= 0,835 x 1 x 0,003

= 0,002 g

LAMPIRAN 2. GAMBAR

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
Ket : Hasil Konsentrasi 0,15 N Ket : Hasil Konsentrasi 0,12 N

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Hasil Konsentrasi 0,09 N Ket : Hasil Konsentrasi 0,06

LABORATORIUM KIMIA FARMASI LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
Ket : Hasil Konsentrasi 0,03 N Ket : Hasil Konsentrasi 0,15

LAMPIRAN 3. NAMA KELOMPOK

ADINDA PUTRI 173145201041

FAHRI ALI 173145201046


SITTI HARSA ADE 173145201056

MARIA ISDAYANTI B. 173145201066

ZILFIA FITRIANI 173145201072

DAFTAR PUSTAKA
Chairil Anwar., Bambang Purnowo., Harno Dwi Pranowo., & Tutik Dwi
Wahyuningsih. (1994). Pengantar Praktikum Kimia Organik.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Hal. 748.

Fessenden, R.J & Fessenden, R.J. (1999).Kimia organik edisi ke 3 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. (Alih bahasa:


A.Saptorahardjo). Jakarta: Ui Press.

Suryawan, Bambang. (2004).Karakteristik Zeolit Indonesia sebagai Adsorben


Uap Air Disertasi. Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai