PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dua fase. Adsobsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (Physical Adsorpsi)
gaya intermolekul yang relatif lemah sedangkan pada adsoption kimia terjadi
penyerapan oleh suatu padatan. Pada penyerapan zat yang diserap menempel
pada permukaan padatan tidak sampai dalam padatan. Kapasitas adsorpsi ini
jumlahnya sangat kecil dari (traces)dari gas atau cairan. Ikatan adsorpsi bisa
berupa ikatan fisis atau ikatan kimia. Proses ion-exchange dapat maupun
adanya kenaikan suhu. Pada suhu tetap jumlah molekul dapat diadsorpsi pada
suatu permukaan bergantung kepada tekanan (jika gas) dan konsentrasi (jika
larutan). Hubungan antara banyaknya zat yang diadsorpsi dengan suhu dan
konsentrasi dapat diberikan secara grafik yang dikenal sebagai isoterm
adsorpsi.
B. Tujuan Percobaan
Mengamati pristiwa adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan.
C. Prinsip Percobaan
eksotermis. Proses adsorpsi asam asetat pada karbon aktif melalui perubahan
asam asetat dan dibiarkan beberapa saat sehingga terjadi proses adsorpsi dua
jumlah zat yang teradsorpsi ditentukan dengan metode titrasi asam basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari
perpindahan dari suatu gas kesuatu permukaan cairan juga terjadi. Substansi
(cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk
suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan
absorpsi, dimana fluida terserap oleh fuida lainnya dengan membentuk suatu
larutan. Proses adsorpsi dapat berlangsung jika suatu permukaan padatan dan
maka didalamnya terdapat gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan gaya
Bambang 2004).
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan
merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara
zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut
adsorben.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut
(Khopkar,2008).
(desorption) suatu fluida disebut adsorben. Molekul fluida yang dihisap tetapi
tidak terakumulasi/melekat kepermukaan adsorben disebut adsorptive,
adsorpsi disebabkan terutama oleh gaya Van der Waals dan gaya hidrostatik
tanpa adanya ikatan kimia disebut adsorpsi fisika. Dan jika terjadi interaksi
adsorpsi kimia. Pada dasarnya adsorben dibagi menjadi tiga yaitu: (Suryawan,
Bambang 2004).
1. Adsorben yang mengadsorpsi secara fisik (karbon aktif, silika gel dan
zeolit),
massa. Sedangkan daya adsorpsi dipengaruhi oleh tiga faktor Tutik Dwi
4. Jenis adsorbat
b. Kepolaran zat
5. Karakteristik adsorben
baik.
besar pula daya adsorpsinya, karena proses adsorpsi terjadi pada permukaan
adsorben.
2. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi dan
desorpsi.
4. Jenis/gugus fungsi atom yang ada pada permukaan adsorben. Sifat – sifat
dan adorben yang lebih besar pada adsorbat tertentu (Hines, A.L dan
gliserol p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut pembuatan tinta dan zat warna.
2. Norit (Depkes RI, 1979 )
(95%) p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Antidotum
Kegunaan : Menyerap zat
(95%) p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pembuatan pulp dan kertas,
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Ada pun alat-alat yang digunakan antara lain Buret, Bunsen / kaki tiga
/kasa, Cawan porselin, Corong, Gelas arloji, Gelas ukur, Kertas saring, Labu
B. Bahan
(CH3COOH), Carbon aktif 6 gram, HCL, Indikator PP/MO, dan NaOH 0,1
C. Cara Kerja
dan 0,015 N dengan volume masing-masing 100 ml. Larutan ini dibuat
6. Satu erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya diisi 100 ml asam asetat
kesetimbangan.
kertas saring.
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
adsorbs merupakan penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain yang
teradsorpsi zat lain. Pada percobaan ini adsorben yang digunakan adalah
mana tahap pertama yang harus dilakukan proses pemanasan karbon, sampai
asam asetat 100 ml dengan kosentrasi 0,15 N,0,12 N,0,09 N,0,06 N,0,03
N,0,012 N, dan siapkan labu Erlenmeyer satu dengan kosentrasi 0,03 sebagai
control. Kemudian dikocok selama 30 menit dan diamkan selama satu jam,
setelah didiamkan saring menggunakan kertas saring yang berisi karbon aktif
asam yang telah teradsorpsi, fungsi dilakukanya titrasi yaitu untuk mengetahui
mengetahui titik akhir titrasi larutan yang ditujukan dengan adanya perubahan
Pada percobaan ini hasil yang didapatkan pada asam asetat 0,15 N
dengan volume akhir titrasi 33 ml, dan didapatkan hasil C yang diserap
sebanyak 0,275 g, pada 0,12 N dengan volume akhir titrasi 20 ml, dan
didapatkan hasil C yang diserap sebanyak 0,133 g, pada 0,09 N dengan volume
akhir titrasi 25 ml, dan didapatkan hasil C yang diserap sebanyak 0,125 g, pada
0,06 N dengan volume akhir titrasi 12 ml, dan didapatkan hasil C yang diserap
sebanyak 0,04 g, pada 0,03 N dengan volume akhir titrasi 5 ml, dan didapatkan
hasil C yang diserap sebanyak 0,008 g, pada 0,015 N dengan volume akhir
titrasi 3 ml, dan didapatkan hasil C yang diserap sebanyak 0,002 g. Adapun
asam asetat sebagai control dengan kosentrasi 0,03 yang volume akhir
A. Kesimpulan
percobaan ini termasuk adsorpsi fisik, karena adanya gaya van der waals
hanya terjadi di permukaan larutan. Serta diketahui bahwa semakin besar nilai
konsentrasi maka semakin besar jumlah zat larutan asam asetat yang terserap
dan sebaliknya..
B. Saran
A. Bahan Padat
2. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,12
V1 = N
17,5 N
V1 = 0,068 L ≈ 6,8 ml
3. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,09
V1 = N = 0,0051 L ≈ 5,1 ml
17,5 N
4. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,06
V1 = N = 0,034 L ≈ 3,4 ml
17,5 N
5. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,03
V1 = N = 0,0017 L ≈ 1,7 ml
17,5 N
6. V1 x N1 = V2 x N2
% x BJ x 1000
N1 =
BM
100 % x 1,05 x 1000
N1 = g
60
mol
N1 = 17,5 N ≈ 100%
V1 x 100% = 1 L x 0,15 N
V1 x 17,5 N = 1 L x 0,15 N
L
0,015
V1 = N = 0,00085 L ≈ 0,85 ml
17,5 N
C. Yang Diserap
1. Bobot CH3COOH yang diserap
Missalnya 0,15 N
= 8,35 x 1 x 0.033
= 0,275 g
Missalnya 0,12 N
X = ( C awal – C akhir ) x BB CH3COOH v (L)
= 6,68 x 1 x 0,02
= 0,133 g
Missalnya 0,09 N
= 5,01 x 1 x 0,025
= 0,125 g
Missalnya 0,06 N
= 3,34 x 1 x 0,012
= 0,04 g
Missalnya 0,03 N
= 1,67 x 1 x 0,005
= 0,008 g
Missalnya 0,015 N
= 0,835 x 1 x 0,003
= 0,002 g
LAMPIRAN 2. GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
Chairil Anwar., Bambang Purnowo., Harno Dwi Pranowo., & Tutik Dwi
Wahyuningsih. (1994). Pengantar Praktikum Kimia Organik.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Fessenden, R.J & Fessenden, R.J. (1999).Kimia organik edisi ke 3 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.