Anda di halaman 1dari 22

 

 
BAB II
 
TINJAUAN PUSTAKA
 

2.1.  Adsorpsi
  Adsorpsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan
melekat pada permukaan padatan. Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi
 
saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan
 
dan sebagian dari molekul-molekul tadi mengembun pada permukaan padatan
 
tersebut. Proses adsorpsi dapat berlangsung jika suatu permukaan padatan dan
  molekul-molekul gas atau cair dikontakkan.
Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorben, dimana adsorbat
adalah substansi yang terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari
pelarutnya, sedangkan adsorben adalah merupakan suatu media penyerap.
Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat
atom/molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pada proses
adsorpsi terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan
film yang mengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion
process).
3. Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben
(pore diffusion process).
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan
adsorben yang merupakan proses adsorpsi yang sebenarnya.
Proses penyerapan dalam adsorpsi dipengaruhi :
1. Bahan penyerap
Bahan yang digunakan untuk menyerap mempunyai kemampuan
berbeda-beda, tergantung dari bahan asal dan juga metode aktivasi yang
digunakan.
2. Ukuran butir

 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 6

 
Semakin kecil ukuran butir, maka semakin besar permukaan sehingga
 
dapat menyerap kontaminan makin banyak. Secara umum kecepatan
 
adsorpsi ditunjukkan oleh kecepatan difusi zat terlarut ke dalam pori-
  pori partikel adsorben. Ukuran partikel yang baik untuk proses
  penjerapan antara -100 / +200 mesh.
3. Derajat keasaman (pH larutan)
 
Pada pH rendah, ion H akan berkompetisi dengan kontaminan yang
 
akan diserap, sehingga efisiensi penyerapan turun. Proses penyerapan
  akan berjalan baik bila pH larutan tinggi. Derajat keasaman
  mempengaruhi adsorpsi karena pH menentukan tingkat ionisasi larutan,
pH yang baik berkisar antara 8-9. Senyawa asam organik dapat
diadsorpsi pada pH rendah dan sebaliknya basa organik dapat
diadsorpsi pada pH tinggi.
4. Waktu serap
Waktu serap yang lama akan memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul zat terlarut yang terserap berlangsung dengan
baik.
5. Konsentrasi
Pada konsentrasi larutan rendah, jumlah bahan diserap sedikit, sedang
pada konsentrasi tinggi jumlah bahan yang diserap semakin banyak.
Hal ini disebabkan karena kemungkinan frekuensi tumbukan antara
partikel semakin besar.
Adsorpsi ada 2 macam, yaitu :
- Physisorption (adsorpsi fisika) terjadi karena gaya Van der Walls
dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media
lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka
substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorpsi ini
memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil.
- Chemisorption (adsorpsi kimia) Chemisorption terjadi ketika
terbentuknya ikatan kimia antara substansi terlarut dalam larutan
dengan molekul dalam media. Contoh : Ion exchange Adsorbat. Luas

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 7

 
permukaan semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat
 
yang teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran
 
partikel dan jumlah dari adsorben.
  Perbedaan antara adsorpsi secara fisika dan kimia dapat dilihat pada tabel

  2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia
 
Adsorpsi Fisik Adsorpsi Kimia
 
Molekul terikat pada adsorben oleh Molekul terikat pada adsorben oleh
gaya  van der Waals ikatan kimia
 
Mempunyai entalpi reaksi – 4 sampai Mempunyai entalpi reaksi – 40 sampai
– 40 kJ/mol – 800 kJ/mol

Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer

Adsorpsi hanya terjadi pada suhu di


Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi
bawah titik didih adsorbat

Jumlah adsorpsi pada permukaan


Jumlah adsorpsi pada permukaan
merupakan karakteristik adsorben dan
merupakan fungsi adsorbat
adsorbat

Tidak melibatkan energi aktifasi


Melibatkan energi aktifasi tertentu
tertentu

Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan suatu adsorben,yaitu:


1. Luas permukaan adsorben
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang
diserap, sehingga proses adsorpsi semakin efektif. Semakin kecil ukuran
diameter partikel maka semakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar
kecepatan adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih
dari 0,1 mm, sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah
200 mesh.

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 8

 
3. Waktu kontak
 
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan
 
penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-
  zat organik akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak
  biasanya sekitar 10-15 menit.
4. Distribusi ukuran pori
 
Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat
 
yang masuk ke dalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi
  atau adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi
  berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu
di dalam partikel tersebut.
Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu tidak ada
lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terserap maupun pada fasa gas
atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva berupa plot
distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fasa gas atau cair pada
suhu konstan.
1. Isoterm Adsorpsi Langmuir
Pada tahun 1918, Langmuir menurunkan teori isoterm adsorpsi dengan
menggunakan model sederhana berupa padatan yang mengadsorpsi gas
pada permukaannya. Pendekatan Langmuir meliputi beberapa asumsi
mutlak, yaitu :
a. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap
b. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer
c. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan
ikatan untuk molekul gas sama
d. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat
2. Isoterm Adsorpsi Freundlich
Isoterm adsorpsi Freundlich mengasumsikan bahwa permukaan pori
adsorben bersifat heterogen dengan distribusi panas adsorpsi yang tidak
seragam sepanjang permukaan adsorben. Aplikasi penggunaan prinsip ini
antara lain penghilangan warna larutan (decolorizing) dengan

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 9

 
menggunakan batu apung dan proses pemisahan dengan menggunakan
 
teknik kromatografi.
 
Pendekatan isoterm adsorpsi menurut Freundlich, jika y adalah berat zat
terlarut
  per gram adsorben dan c adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan,
  maka : k c1/n
dimana k dan n adalah konstanta empiris.
 
2.2. Adsorben
 
Padatan berpori yang menghisap (adsorption) dan melepaskan (desorption)
  fluida disebut adsorben. Molekul fluida yang dihisap tetapi tidak
suatu
  terakumulasi/melekat ke permukaan adsorben disebut adsorptive, sedangkan yang
terakumulasi/melekat disebut adsorbat.
Karakteristik adsorben yang dibutuhkan untuk adsorpsi yang baik :
1. Luas permukaan adsorben. Semakin besar luas permukaan maka semakin
besar pula daya adsorpsinya, karena proses adsorpsi yang terjadi pada
permukaan adsorben.
2. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi dan
desorpsi.
3. Kemurnian adsorben. Adsorben yang memiliki tingkat kemurnian tinggi,
daya adsorpsinya lebih baik.
4. Jenis/gugus fungsi atom yang ada pada permukaan adsorben. Sifat-sifat
atom di perumkaan berkaitan dengan interaksi molekuler antara adsorbat
dan adsorben yang lebih besar pada adsorbat tertentu.
Pada dasarnya adsorben dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Adsorben yang mengadsorpsi secara fisik (contohnya karbon aktif, silika
gel dan zeolit),
2. Adsorben yang mengadsorpsi secara kimia (contohnya calcium chloride,
metal hydride dan complex salts),
3. Composite adsorbent adalah adsorben yang menadsorpsi secara kimia
dan fisik.
Adsoben yang digunakan dalam penelitian ini adalah adsorben yang
mengadsorpsi secara fisik. Akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 10

 
2.2.1 Zeolit
 
Zeolit merupakan suatu jenis mineral yang tersusun dari silika (SiO4)
 
dan alumina (AlO4) dengan rongga-rongga di dalamnya yang berisi ion-ion
  logam, biasanya logam alkali dan alkali tanah, dan molekul air (Arifin dan

  Harsodo, 1990). Bentuk batuan zeolit dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Zeolit Alam


Sumber : www.google.com, diunduh Februari 2012
Nama zeolit berasal dari dua kata dalam Bahasa Yunani, yaitu zeo
(mendidih) dan lithos (batu). Nama ini menggambarkan kinerja mineral ini
yang dengan cepat melepaskan air bila dipanaskan sehingga kelihatan seolah-
olah mendidih, mineral zeolit ini pertama ditemukan oleh seorang ahli
mineral Swedia bernama Baron Cronstedt, terhadap mineral stilbite yang
ditemukannya pada tahun 1756 (Barrer, 1982). Sedangkan di Indonesia zeolit
ditemukan pada tahun 1985 oleh PPTM (Pusat Pengembangan Teknologi
Mineral) Bandung dalam jumlah besar di beberapa daerah di pulau Sumatera
dan Jawa.
Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi, dengan
struktur tiga dimensi dan memiliki pori yang dapat terisi molekul air. Mineral
pembentuk zeolit alam terbesar ada sembilan, yaitu analsim, khabazit,
klinoptilolit, erionit, mordenit, ferrierit, heulandit, laumontit, dan fillipsit.
Untuk formula dan sifit fisik dari zeolit alam dapat dilihat lebih jelas pada
tabel
Rumus empiris zeolit alam adalah (Arifin dkk, 1997):
M2/nO.Al2O3.x(SiO2).yH2O
dimana: M = kation alkali atau alkali tanah

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 11

 
n = valensi kation
 
x = suatu harga dari 2 sampai 10
 
y = suatu harga dari 2 sampai 7
  Rumus diatas dapat dilihat bahwa zeolit terdiri dari tiga komponen
  yaitu kation yang dapat dipertukarkan, kerangka aluminosilikat, dan fasa air.
Struktur zeolit membentuk suatu kerangka tetrahedron berantai dalam bentuk
 
tiga dimensi dapat dilihat pada gambar 2.2 ( Moh Syarifudin,1999). Struktur
 
molekul zeolit dapat dilihat pada gambar 2.3 (Sutopo dkk, 1991).
 

Gambar 2.2 Tetrahedra Alumina dan Silika pada Struktur Zeolit


Sumber : Moh. Syafrifudin, 1999

Gambar 2.3 struktur molekul zeolit


Sumber : Sutopo dkk, 1991
Selain zeolit alam, terdapat juga zeolit sintetik/buatan yang merupakan
hasil rekayasa manusia secara proses kimia. Perbedaan karakteristik antara
zeolit alam dan zeolit buatan diuraikan pada Tabel 2.2 (Arifin dkk, 1997).

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 12

 
Tabel 2.2 Formula Unit Sel dan Fisik Zeolit Alam
 
Jenis Kestabilan Volume
Diameter
  mineral Komposisi kimia terhadap pori
pori (A)
zeolit panas (%)
  Analsim Na15.(Al6Si32O96).16H2O Tinggi 18 2,6

  Kabasit (Na2Ca)6.(Al2Si24O72).40 Tinggi 47 3,7 – 4,2


  H2O

 
Fillipsit (NaK)5.(Al5Si11O32).20 Sedang 31 2,8 – 4,8
H2O
 
Klipnoptilotit (Na3K3).(Al6Si3O72).20 Tinggi 34 3,9 – 5,4
 
H2O
Erionit (Na, Mg ½,K)9. Tinggi 35 3,6 – 5,2
(Al9Si27O72).27 H2O
Ferierit (Na2 Mg2) (Al6Si3O72).18 Tinggi 28 3,4 – 5,5
H2O
Mordenit Na8.(Al8Si40O96).24 H2O Tinggi 28 2,9 – 7,0
Heulandit Ca4.(Al8Si28O72).24 H2O Rendah 39 4,0 – 7,2
Laumonit Ca4.(Al8Si16O48).16 H2O Rendah 34 4,6 – 6,3
Sumber : Sutopo, FX dkk. 1991. Pusat Pengembangan dan Penelitian
Teknologi Mineral.
Perbedaan karakteristik antara zeolit alam dan zeolit buatan
diuraikan pada tabel 2.3 (Arifin dkk, 1997).

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 13

 
Tabel 2.3 Perbedaan Karakteristik Zeolit Alam dan Zeolit Buatan
 
Uraian Zeolit alam Zeolit buatan
 
Jenis mineral Sebagian besar hanya terdiri dari Hampir semua zeolit alam
  beberapa jenis mineral yaitu analsim, dapat dibuat.

  klipnotilonit, mordenit, fillipsit,


erionit, khabazite, laumontit,
 
ferrilerit dan terkadang heulandit.
 
Kemurnian Banyak mengandung unsur pengotor, Dapat dibuat dengan
  terutama besi. Pada umunya zeolit derajat
  alam terdiri atas beberapa mineral kemurnian tinggi dan
dengan kandungan kation sangat kandungan
kompleks. kation yang dapat diatur
dengan
jalan pertukaran.
Garis tengah ruang Sangat terbatas, yang terbesar hanya Dapat dibuat zeolit yang
kosong terdapat pada khabazite dan erionit, garis
tetapi daya serapnya hanya terbatas tengah ruang kososng 3-
untuk n-parafin. 8A.
Dapat menolak molekul
berukuran kecil dalam
proses
pemisahan dan menyerap
molekul
besar dalam proses katalis.
Daya serap Terbatas hanya khabazit dan erionit Dapat menyerap hingga
yang mempunyai daya serap tinggi. 50%
Volumenya
Daya katalis Terbatas karena ukuran ruang Sangat besar.
kosong yang kecil dan kandungan
unsur pengotor.
Sumber : Arifin, M. dkk. 1997. Pusat PPTM.

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 14

 
2.2.1.1 Karakteristik Zeolit
 
Zeolit memiliki sifat yang khas dari sifat fisika dan sifat kimia,
 
sehingga zeolit memiliki karakter yang dapat memberikan keuntungan
  dalam implementasi penggunaannya. Sifat-sifat zeolit meliputi
  adsorpsi, katalis, pertukaran kation dan molecular sieving. (Mumpton,
F.A and Sand, L.B. 1978)
 
a. Zeolit sebagai Adsorben
 
Adsorpsi diartikan sebagai suatu proses melekatnya atau
  terserapnya molekul–molekul pada permukaan zat lain (adsorben).
  Zeolit sebagai adsorben dimungkinkan karena struktur zeolit yang
berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul
yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya.
Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben
yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.
b. Zeolit sebagai katalis.
Zeolit merupakan katalisator yang baik karena mempunyai pori-
pori yang besar dengan permukaan yang maksimal. Ciri paling khusus
dari zeolit yang secara praktis akan menentukan sifat khusus mineral ini
adalah adanya ruang kosong yang akan membentuk saluran di dalam
strukturnya. Bila zeolit digunakan pada proses penyerapan atau katalis,
maka akan terjadi difusi molekul ke dalam ruang bebas di antara kristal.
Dengan demikian dimensi serta lokasi saluran sangat penting
(Tsitsishvili, 1992).
c. Penukar Ion
Zeolit sebagai penukar ion karena adanya kation logam alkali dan
alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas didalam rongga dan
dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang
sama. Akibat struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran
lebih kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak.
Efektifitas penukaran kation dapat berubah atas pengaruh perubahan
struktur, angka banding komposisi Si2+/Al2+ dan ukuran pori efektif.

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 15

 
Penukaran kation yang terjadi pada zeolit dapat mempengaruhi
 
beberapa sifat zeolit, seperti: stabilitas terhadap panas, sifat adsorpsi,
 
dan aktifitas katalis.
  d. Zeolit sebagai penyaring molekul (Molecular Sieving)
  Kemampuan zeolit sebagai penyaring molekul (molecular sieving)
karena mempunyai volume ruang hampa dalam struktur zeolit cukup
 
besar mencapai 50 Å dengan garis tengah yang bermacam–macam yaitu
 
2 Å s/d 8 Å, tergantung jenis zeolit yang digunakannya. Volume dan
  ukuran garis tengah ruang hampa dalam kisi-kisi kristal inilah yang
  menjadi dasar penggunaan mineral zeolit sebagai bahan penyaring
(molecular sieving). Kapasitas atau daya saring mineral zeolit
tergantung dari volume dan jumlah ruang hampanya. Semakin besar
jumlah ruang hampa, maka semakin besar pula daya saring zeolit alam
tersebut (Rakhmatullah dkk,2007).

2.2.2 Alang-alang
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang
kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Memiliki nama ilmiah Imperata
cylindrica. Secara umum, alang-alang digunakan untuk melindungi lahan-
lahan terbuka yang mudah tererosi. Kecepatan tumbuh, jalinan rimpang
alang-alang di bawah tanah, serta tutupan daunnya yang rapat, memberikan
manfaat perlindungan yang dibutuhkan itu. Di Bali dan Indonesia timur
umumnya, daun alang-alang yang dikeringkan dan dikebat dalam berkas-
berkas digunakan sebagai bahan atap rumah dan bangunan lainnya. Daun
alang-alang juga kerap digunakan sebagai mulsa untuk melindungi tanah di
lahan pertanian. Serat halus dari malai bunganya kadang-kadang digunakan
sebagai pengganti kapuk, untuk mengisi alas tidur atau bantal.
Alang-alang memiliki kandungan selulosa yang tinggi. Sehingga dapat
menghasilkan kadar karbon yang tinggi pula. Di Politeknik Negeri Bandung
sendiri keberadaan alang-alang cukup berlimpah sehingga tidak sulit untuk
mendapatkannya selain itu alang-alang belum termanfaatkan.

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 16

 
Tabel 2.4 Kandungan Kimia Alang-Alang (Sutiya dkk, 2012)
 
Kandungan Kimia Alang-Alang Presentase
  Kadar Air 93,76%
  Ekstraktif 8,09%

  Lignin 31,29%
Heloselulosa 59,62%
 
Alfa Selulosa 40,22%
 
Pentosan / Hemiselulosa 18,40%
 

  Kandungan Kimia Tanaman Alang-Alang :


Akar dan batang alang-alang mengandung manitol, glukosa, sakarosa,
malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrene, cylindol A,
graminone B, imperanene, stigmasterol, campesterol, beta-sitosterol,
fernenol, arborinone, arborinol, isoarborinol, simiarenol, anemonin
dan tanin.

2.2.2.1 Selulosa
Selulosa adalah struktur dasar sel-sel tumbuhan dimana merupakan
molekul yang sangat besar yang tersusun dari pengulangan unit-unit
atau satuan glukosa.

Gambar 2.4 Struktur selulosa

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 17

 
Sumber : www.google.com, diunduh pada Mei 2012
 
Selulosa terdiri atas unit-unit anhidroglukopiranosa yang
 
bersambung membentuk rantai molekul linear. Oleh karena itu selulosa bisa
dinyatakan
  sebagai polimer linear glukan dengan struktur rantai yang
  seragam.
2.3. Pencemaran Udara
 
Pencemaran udara didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya zat,
 
energi, dari komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
  turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
udara
  dapat memenuhi fungsinya (Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999).
Kondisi udara di dalam atmosfer sudah bercampur dengan gas-gas lain dan
partikulat-partikulat lainnya. Partikulat atau gas tersebut berasal dari aktivitas
alam dan hasil kegiatan manusia. Gas atau partikulat tersebut terus-menerus
masuk kedalam udara dan mencemari udara pada lapisan atmosfer khususnya
lapisan troposfer. Apabila gas-gas dan partikulat yang disebut bahan pencemar
tersebut mempunyai konsentrasi melebihi dari ambang batas yang telah
ditentukan di dalam udara, maka udara tersebut dinyatakan dalam keadaan
tercemar. Masalah ini biasa disebut dengan polusi udara. Jakarta termasuk salah
satu dari 15 kota yang paling tinggi tingkat polusinya di dunia. Jakarta menempati
peringkat ketiga kota yang paling tinggi polusinya.
Yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah adanya bahan pencemar
yang diperoleh dari hasil proses kimia seperti gas Karbon Monoksida (CO),
Karbon dioksida (CO2), SO2 dan mempunyai konsentrasi yang tinggi di dalam
udara. Konsentrasi yang tinggi tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia
dan kerusakan pada lingkungan.
2.3.1 Jenis-jenis Pencemaran Udara
Pencemaran udara dapat berasal dari kegiatan alamiah maupun kegiatan
manusia, menurut sumbernya pencemaran ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pencemaran Udara di Luar Ruangan (Out door air pollution) seperti :
 Kegiatan alam, berasal dari kegiatan letusan gunung berapi,
pembusukkan, kebakaran hutan, dll

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 18

 
 Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah
 
tangga, asap kendaraan, dll
 
2. Pencemaran Udara di Dalam Ruangan (In door air pollution) yang berasal
  dari kegiatan dalam ruangan seperti :
   Kegiatan pemukiman, perkantoran, perdagangan (mall, restaurant), dll

 
Menurut bentuk pencemaran udara dibedakan menjadi gas dan partikel,
dimana dalam bentuk gas dapat dibedakan menjadi :
 
 Golongan belerang terdiri dari Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida
 
(H2S), dan Sulfat Aerosol
   Golongan Nitrogen terdiri dari Nitrogen oksida (N2O), Nitrogen
Monoksida (NO), Amoniak (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2)
 Golongan karbon terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Karbon
Monoksida (CO), dan hidrokarbon (HC)
 Golongan gas berbahaya (B3) terdiri Benzen, Vinyl Khlorida, Air
Raksa Uap
Pencemaran udara dapat dikelompokkan menjadi pencemaran primer
dan sekunder dengan contoh sebagai berikut :
 Pencemar primer adalah polutan yang bentuk dan komposisinya sama
dengan ketika dikeluarkan, biasa disebut dengan pencemar primer,
contohnya adalah CO, CO2, hidrokarbon, SO, Nitrogen oksida, ozon
serta berbagai partikel
 Pencemaran sekunder adalah berbagai bahan pencemar yang sudah
membentuk suatu reaksi sehingga menghasilkan jenis pencemar baru,
yang lebih membahayakan kehidupan, hal ini sering disebut dengan
pencemar turunan. Reaksi ini dapat terjadi dengan sendirinya atau
dengan bantuan katalisator, seperti sinar matahari. Hasil reaksi tersebut
disebut juga sebagai pencemar sekunder, contohnya adalah : Ozon,
formal dehida, dan peroxy Acyl Nitrate (PAN).
Senyawa pencemar adalah senyawa yang dapat mengakibatkan
gangguan atau penurunan kualitas udara bersih serta penurunan kondisi fisik

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 19

 
atmosfir. Senyawa-senyawa pencemar udara dikelompokkan dalam senyawa-
 
senyawa yang mengandung:
 
a. Unsur karbon, seperti CO dan hidrokarbon,
  b. Unsur nitrogen, seperti NO dan NO2,
  c. Unsur sulfur, seperti H2S, SO2 dan SO3,
d. Unsur halogen, seperti HF,
 
e. Partikel padat atau cair,
 
f. Senyawa beracun, dan
  g. Senyawa radioaktif.
  Senyawa pencemar digolongkan menjadi dua jenis yaitu senyawa
pencemar primer, dan senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar
primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber, dan
senyawa pencemar sekunder adalah senyawa baru yang terbentuk akibat
reaksi antar senyawa-senyawa pencemar primer selama berada di atmosfir.
Lima jenis senyawa pencemar yang biasa ditemukan dalam udara
adalah :
a. karbonmonoksida (CO)
b. oksida nitrogen (NOx)
c. oksida sulfur (SOx)
d. hidrokarbon
e. partikel (debu).
2.3.2 Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida (CO) merupakan salah satu senyawa yang
terdapat pada gas buang kendaraan bermotor. Gas tersebut berasal dari
pembakaran yang tidak sempurna. Sifat fisik dari gas CO adalah :
- Tidak berbau
- Tidak berasa
- Tidak berwarna pada suhu udara normal
- Keberadaannya sulit terdeteksi
Senyawa CO mempunyai sifat toksik atau beracun dan berbahaya.
Senyawa tersebut mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 20

 
darah. Sehingga apabila masuk kedalam darah, maka gas CO tersebut akan
 
mengikat gas oksigen dalam darah. Sehingga tubuh menjadi kekurangan
 
oksigen dan akan menyebabkan kematian. Sehingga dari sifat gas CO
  tersebut, gas ini disebut “Silent Killer”. Jika kandungan CO dalam darah
  sebesar 0,08% maka akan menyebabkan keracunan ringan dengan gejala
seperti sakit kepala, pusing, nyeri dada, mual, muntah dan halusinasi
 
visual. Jika kandungan CO sampai 0,32% menyebabkan keracunan sedang
 
dan kandungan CO diatas 1,2% menyebabkan keracunan berat yang dapat
  mngekibatkan kematian dalam waktu kurang dari 3 menit (Zahara,2012)
  Sumber gas CO adalah dari kendaraan bermotor,terutama yang
menggunakan bahan bakar bensin. Selain itu bisa juga dari pembakan
batubara,minyak dari industri dan kegiatan rumah tangga seperti
pembakaran sampah domestik.
2.3.3 Dampak Pencemaran Udara
Dampak lingkungan akibat pencemaran udara bisa dilihat dari
lingkungan dan kesehatan. Dampak dari pencemaran udara diantaranya
adalah :
a. Penurunan jarak-pandang dan radiasi matahari,
b. Kenyamanan yang berkurang,
c. Kerusakan tanaman
d. Percepatan kerusakan bahan konstruksi dan sifat tanah, dan
e. Peningkatan laju kematian atau jenis penyakit.
Senyawa pencemar udara ini adalah partikulat atau debu, gas
karbon dioksida (CO), gas sulfur oksida (SOx), gas nitrogen oksida (NOx),
serta senyawa hidrokarbon (HC). Senyawa pencemar udara ini
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. pencemaran primer yang merupakan pencemar mematikan sejak
titik pengeluaran,
b. pencemar sekunder yang merupakan pencemar hasil reaksi dari
pencemar primer.

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 21

 
Golongan senyawa pencemar primer adalah golongan senyawa-
 
senyawa yang memiliki daya untuk mematikan sejak dari sumber.
 
Golongan senyawa sekunder adalah golongan senyawa-senyawa yang
  dihasilkan oleh reaksi senyawa primer dan memiliki daya yang mematikan
  sesudah reaksi itu berlangsung. Pencemaran udara akibat dari kegiatan
manusia disebabkan oleh enam sumber utama :
 
a. Pengangkutan/ transportasi,
 
b. Kegiatan rumah tangga/ domestik,
  c. Pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar minyak
  atau batubara,
d. Pembakaran sampah,
e. Pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan, dan
f. Pembakaran bahan bakar dan emisi proses.
Transportasi sering dinyatakan sebagai salah satu sumber yang
memberikan kontribusi paling besar dalam emisi pencemar per tahun.
Emisi gas buang tersebut dapat meningkat, jika tingkat penambahan
kendaraan Sektor ini dapat meningkat lebih tinggi, apabila kendaraan
terus bertambah dari waktu ke waktu.

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 22

 
2.4 Titrasi
 
Titrasi adalah salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu
 
larutan. Titrasi didefinisikan sebagai penambahan larutan standar / baku melalui
buret
  ke dalam larutan analit hingga terjadi reaksi. Penentuan konsentrasi hasil

  titrasi ditunjukkan dengan persamaan :


V1 x N1 = V2 x N2
 
Keterangan:
 
V1 = Volume larutan baku pada saat titik ekivalen /titik akhir
  N = Konsentrasi larutan dalam ekiv/L atau mekiv/mL
1

  V2 = Volume larutan cuplikan/uji yang dititran


N2 = Konsentrasi larutan uji dalam ekiv/L atau mekiv/mL
Dalam titrasi biasa dikenal dengan istilah larutan baku. Larutan baku adalah
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Ada dua jenis larutan baku yaitu
larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer adalah
larutan yang dibuat dari senyawa yang tingkat kemurniannya tinggi (99%), stabil
pada suhu kamar, berat molekul relatif tinggi, tidak higroskopis. Pembuatan
larutan baku ini harus tepat dan benar konsentrasinya. Melalui penimbangan yang
tepat, maka akan didapatkan konsentrasi yang sebenarnya. Larutan ini cenderung
stabil, sehingga tidak perlu dilakukan standarisasi untuk mengetahui
konsentrasinya. Contoh larutan ini adalah asam oksalat dan boraks. Larutan baku
kedua adalah larutan baku sekunder. Larutan ini mempunyai sifat yang
berbanding terbalik dengan larutan baku primer. Dikarenakan mempunyai sifat
yang berbeda dari larutan baku primer, maka untuk penentuan konsentrasi larutan
tersebut harus dilakukan standarisasi. Contoh dari larutan ini adalah asam klorida
dan natrium hidroksida.
Larutan asam dapat ditentukan kadarnya melalui penambahan larutan baku
basa yang tepat ekivalen (setara) dengan jumlah asam yang ada begitu juga
sebaliknya. Titik saat tercapainya kesetaraan asam dan basa yang bereaksi
dinamakan titik ekivalen. Sedangkan ketika terjadi perubahan warna indikator,
keadaan ini sering disebut titik akhir titrasi. Titrasi asam basa melibatkan reaksi

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 23

 
antara asam dengan basa, sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang
 
dititrasi. Harga pH untuk berbagai jenis asam dan basa ditunjukkan pada tabel 2.5.
  Tabel 2.5. Harga pH titik ekivalen titrasi asam basa

Dari pH titik ekivalen tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi asam basa
yang mempunyai harga kisaran pH tertentu. Jenis indikator yang dipilih harus
tepat sehingga dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk
fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam-
basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat
berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat
serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi
isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan
akibatnya indikator menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. Ada
beberapa indikator asam basa, bisa dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini :
Tabel 2.6. Kisaran Harga pH indikator Asam Basa dan Perubahan Warna
Warna
Indikator Trayek pH
Asam Basa
Kuning metal 2,4 – 4,0 Merah Kuning
Biru bromfenol 3,0 – 4,6 Kuning Biru
Jingga metil 3,1 – 4,4 Merah Kuning
Hijau bromkresol 3,8 – 5,4 Kuning Biru
Merah metal 4,2 – 6,3 Merah Kuning
Ungu bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Ungu
Biru bromtimol 6,1 – 7,6 Kuning Biru
Merah fenol 6,8 – 8,4 Kuning Merah
Merah kresol 7,2 – 8,8 Kuning Merah
Biru timol 8,0 – 9,6 Kuning Biru
Fenolftalein 8,2 – 10,0 Tak berwarna Merah

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 24

 
Indikator yang dipilih untuk titrasi asam basa, adalah indikator yang
 
mempunyai kisaran harga pH yang berada pada sekitar harga pH titik ekivalen.
 
2.4.1 Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri
 
Titrasi asidimetri dan alkalimetri merupakan titrasi netralisasi
  dimana pada titrasi ini digunakan larutan asam dan basa kuat ataupun
  lemah sehingga dihasilkan air yang bersifat netral. Titrasi ini dapat

 
digunakan untuk menentukan konsentrasi atau kadar dari asam/basa kuat
ataupun lemah yang dititrasi dengan basa/asam lemah ataupun kuat.
 
Larutan baku asam yang sering digunakan dalam asidi-alkalimetri
  umumnya dibuat dari asam klorida dan asam sulfat. Kedua asam ini dapat
digunakan pada hampir semua titrasi, akan tetapi asam klorida lebih
disukai daripasa asam sulfat terutama untuk senyawa-senyawa yang
memberikan endapan dengan asam sulfat seperti barium hidroksida. Asam
sulfat lebih disukai untuk titrasi menggunakan pemanasan karena
kemungkinan terjadinya penguapan pada pemanasan asam klorida yang
dapat menimbulkan bahaya. Asam nitrat selalu tidak digunakan karena
mengandung asam nitrit yang dapat merusak beberapa indikator.
Untuk larutan baku alkali, umumnya digunakan natrium
hidroksida, kalium hidroksida dan barium hidroksida. Larutan-larutan ini
mudah menyerap karbon dioksida dari udara, oleh karena itu
konsentrasinya dapat berubah dengan cepat. Reaksi yang terjadi pada
titrasi asam basa yang menyerap gas CO2 adalah :
NaOH + CO2  Na2CO3 + H2O
Na2CO3 + HCl  NaHCO3 + HCl
NaHCO3 + HCl  NaCl + H2O + CO2

2.5 Exhaust Gas Analyzer


Exhaust Gas Analyzer merupakan alat untuk menganalisis gas buang atau
biasa dikenal dengan uji emisi. Exhaust gas adalah sebutan umum untuk bagi gas
yang keluar dari exhaust pipe sebagai akibat dari pembakaran fuel didalam comb

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 25

 
chamber. Exhaust gas tersebut terdiri dari berbagai unsur yang tidak berbahaya
 
(N2, CO2, H2O, dsb) dan yang berbahaya (CO, HC, NOx, dsb).
 
Senyawa yang dapat dianalisa oleh alat Exhaust Gas Analyzer adalah sebagai
berikut
  (Wibowo dan Ramyadi, 2008) :
  1. Emisi Senyawa Hidrokarbon
Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas
 
buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dan
 
terbuang bersama sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa HC terbakar
  sempurna (bereaksi dengan oksigen) maka hasil reaksi pembakaran
  tersebut adalah CO2 dan air. Walaupun rasio perbandingan antara udara
dan bensin (AFR=air to fuel ratio) sudah tepat dan didukung oleh desain
ruang bakar mesin saat ini yang sudah mendekati ideal, tetapi tetap saja
sebagian dari bensin seolah-olah tetap dapat “bersembunyi” dari api saat
terjadi proses pembakaran dan menyebabkan emisi HC pada ujung knalpot
cukup tinggi. Apabila emisi HC tinggi menunjukkan ada 3 kemungkinan
penyebabnya yaitu catalytic converter (CC) yang tidak berfungsi, AFR
yang tidak tepat (terlalu kaya) atau bensin tidak terbakar dengan sempurna
di ruang bakar. CC adalah suatu alat yang ditambahkan pada sistem bahan
bakar kendaraan yang berfungsi untuk mengatur perbandingan udara dan
bahan bakar.
2. Emisi Karbon Monoksida
Gas CO adalah gas yang relatif tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan
unsur lain. CO dapat di ubah dengan mudah menjadi CO2 dengan bantuan
sedikit oksigen dan panas. Saat mesin bekerja dengan AFR yang tepat,
emisi CO pada ujung knalpot berkisar 0,5% sampai 1% untuk mesin yang
dilengkapi dengan sistem injeksi atau sekitar 2,5% untuk mesin yang
menggunakan karburator.
3. Emisi Karbon Dioksida
Konsentrasi CO2 menunjukkan secara langsung status proses pembakaran
di ruang bakar. Semakin tinggi semakin baik. Saat AFR berada di angka
ideal, emisi CO2 berkisar antara 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 
 
BAB II Tinjauan Pustaka 26

 
kurus atau terlalu kaya, maka emisi CO2 akan turun secara drastis. Apabila
 
CO2 berada di bawah 12%, maka kita harus melihat emisi lain nya yang
 
menunjukkan apakan AFR terlalu kaya atau kurus.
 4. Oksigen (O2)

  Konsentrasi dari oksigen di gas buang kendaraan berbanding terbalik


dengan konsentrasi CO2. Untuk mendapatkan proses pembakaran yang
 
sempurna, maka kadar oksigen yang masuk ke ruang bakar harus
 
mencukupi untuk setiap molekul hidrokarbon. Normalnya konsentrasi
  oksigen di gas buang adalah sekitar 1,2% atau lebih kecil bahkan mungkin
  0%. Tapi kita harus berhati-hati apabila konsentrasi oksigen mencapai 0%,
ini menunjukkan bahwa semua oksigen dapat terpakai semua dalam proses
pembakaran dan ini dapat berarti bahwa AFR cenderung kaya. Dalam
kondisi demikian, rendahnya konsentrasi oksigen akan berbarengan
dengan tingginya emisi CO. Apabila konsentrasi oksigen tinggi dapat
berarti bahwa AFR terlalu kurus tapi juga dapat menunjukkan beberapa
hal lain. Apabila dibarengi dengan tingginya CO dan HC, maka pada
mobil yang di lengkapi dengan CC berarti CC mengalami kerusakan.
Untuk mobil yang tidak dilengkapi CC, bila oksigen terlalu tinggi dan
lainnya rendah berarti ada kebocoran di exhaust system.
5. Emisi Senyawa NOx
Selain keempat gas diatas, emisi NOx tidak dipentingkan dalam
melakukan diagnosa terhadap mesin. Senyawa NOx adalah ikatan kimia
antara unsur nitrogen dan oksigen. Dalam kondisi normal atmosfer,
nitrogen adalah gas inert yang amat stabil yang tidak akan berikatan
dengan unsur lain. Tetapi dalam kondisi suhu tinggi dan tekanan tinggi
dalam ruang bakar, nitrogen akan memecah ikatannya dan berikatan
dengan oksigen. Senyawa NOx ini sangat tidak stabil dan bila terlepas ke
udara bebas akan berikatan dengan oksigen untuk membentuk NO2. Inilah
yang amat berbahaya karena senyawa ini amat beracun dan bila terkena air
akan membentuk asam nitrat.

Modifikasi Zeolit dengan Menambahkan Karbon Aktif dari Alang-Alang


(Imperata silindrika) Sebagai Adsorben Gas CO Pada Kendaraan Bermotor
 

Anda mungkin juga menyukai