1. Adsorpsi fisika
Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari
daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya yang
menahan molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair
(gaya van der waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9
kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel.
2. Adsorpsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan
gaya yang jauh lebih besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia. Menurut
Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara
atom-atom dalam molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan atau
layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent
sehingga efektifitasnya berkurang.
Adsorben
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida
(Saragih, 2008).
Luasnya permukaan spesifik, sangat mempengaruhi besarnya kapasitas penyerapan dari
adsorben. Semakin luas permukaan spesifik dari adsorben, maka semakin besar pula kemampuan
penyerapannya. Volume adsorben membatasi jumlah dan ukuran pori-pori pembentuk permukaan
dalam (internal surface) yang
menentukan besar atau kecilnya permukaan penyerapan spesifik.
a. Silika gel
Pada umumnya temperatur kerja silika gel sampai pada 200 °C, jika dioperasikan lebih dari batas
temperatur kerjanya maka kandungan air dalam silika gel akan hilang dan menyebabkan kemampuan
adsorpsinya hilang. Bentuk butiran silika gel yang banyak digunakan untuk proses adsorpsi.
b. Aktif Karbon
Aktif karbon dapat dibuat dari batu bara, kayu, dan tempurung kelapa melalui proses pyrolizing dan
carburizing pada temperatur 700 sampai 800 °C. Aktif karbon dapat ditemukan dalam bentuk bubuk
dan granular. Pada umumnya karbon aktif dapat mengadsorpsi metanol atau amonia sampai dengan
30%, bahkan karbon aktif super dapat mengadsorpsi sampai dua kalinya.
c. Zeolit
Zeolit mengandung kristal zeolit yaitu mineral aluminosilicate yang disebut sebagai penyaring molekul.
Mineral aluminosilicate ini terbentuk secara alami. Zeolit 10X (CaX) dan 13X (NaX) memiliki diameter
pori yang lebih besar sehingga dapat mengadsorpsi.
Adsorbat
Adsorbat pada umunya yang digunakan untuk pendinginan adalah air, metanol, dan ammonia.
a. Air
Merupakan adsorbat yang ideal karena memiliki kalor laten spesifik terbesar, mudah didapat, murah, dan tidak beracun. Air
dapat dijadikan pasangan zeolit, dan silika gel. Tekanan penguapan air yang rendah merupakan keterbatasan air sebagai
adsorbat, sehingga menyebabkan temperatur penguapan rendah (100 °C), sehingga penggunaan air terbatas hanya untuk
air-conditioning dan chilling.
b. Metanol
Di banyak hal kemampuan atau performa metanol berada diantara air dan ammonia. Metanol memiliki tekanan penguapan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan air (meskipun pada tekanan 1 atm), sehingga sangat cocok untuk membuat
es. Meskipun demikian pada temperatur lebih dari 120 °C, tekanan menjadi tidak stabil. Untuk temperatur aplikasi lebih
dari 200 °C adsorben yang biasa digunakan
adalah karbon aktif, silika gel, dan zeolit.
c. Ammonia
Besarnya panas laten spesifik ammonia adalah setengah lebih rendah dari panas laten spesifik air, pada temperatur 0°C dan
memiliki tekanan penguapan yang tinggi. Ammonia memiliki keuntungan yang ramah lingkungan dan dapat digunakan
sebagai refrigeran sampai -40 °C, dan dapat dipanaskan sampai 200°C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorbsi
1. Konsentrasi
Proses adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi yang
rendah dari campuran yang mengandung bahan lain dengan konsentrasi tinggi.
2. Luas Permukaan
Proses adsorpsi tergantung pada banyaknya tumbukan yang terjadi antara partikel-
partikel adsorbat dan adsorben. Tumbukan efektif antara partikel itu akan meningkat
dengan meningkatkanya luas permukaan. Jadi, semakin luas permukaan adsorben maka
adsorpsi akan semakin besar.
3. Suhu
Adsorpsi akan lebih cepat berlangsung pada suhu rendah. Namun demikian pengaruh
suhu adsorpsi zat cair tidak sebesar pada adsorpsi gas.
4. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel yang diadsorpsi maka proses adsorpsinya akan
berlangsung lebih cepat.
5. pH
pH mempunyai pengaruh dalam proses adsorpsi. pH optimum dari suatu proses adsorpsi ditetapkan melalui uji laboratorium.
6. Waktu kontak
Waktu untuk mencapai keadaan setimbang pada proses serapan logam oleh adsorben berkisar antara beberapa menit hingga
beberapa jam. (Bernasconi, 1995). Permukaan zat padat dapat mengadsorpsi zat terlarut dari larutannya. Hal ini disebabkan
karena adanya pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain sebagai akibat ketidakseimbangan gaya-
gaya pada permukaan tersebut. Biasanya adsorpsi diikuti dengan pengamatan isotherm adsorpsi yaitu hubungan antara
banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan berat adsorben dengn konsentrasi zat terlarut pada temperatur tertentu atau tetap
yang dinyatakan dengan kurva (Oscik,1982). Dalam adsorpsi antar fase padat-gas pada tekanan rendah, mekanismenya
semata-mata tergantung pada sifat gaya yang bekerja antara molekul-molekul adsorben dan adsorbat. Dalam kasus yang
paling sederhana yaitu adsorpsi larutan biner. Mekanismenya adsorpsi larutan biner tergantung pada beberapa factor sebagai
berikut:
1. Gaya yang bekerja diantara molekul-molekul adsorbat (Z) dan permukaan adsorben.
2. Gaya yang bekerja diantara molekul-molekul pelarut (S) dan permukaan adsorben.
3. Gaya yang bekerja diantara molekul-molekul larutan (Z dan S) baik dalam lapisan permukaan maupun dalam fasa
ruahnya.
Selain itu, proses adsorpsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain,
diantaranya:
1. Agitation (pengadukan)
Tingkat adsorbsi dikontrol baik oleh difusi film maupun difusi pori, tergantung pada tingkat pengadukan pada
sistem.
3. Kelarutan adsorbat
Senyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya sehingga lebih sulit diadsorbsi
dibandingkan senyawa yang tidak larut.
4. Ukuran molekul adsorbat
Tingkat adsorbsi pada aldehid atau alkohol biasanya naik diikuti dengan kenaikan ukuran
molekul. Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa gaya tarik antara karbon dan molekul
semakin mendekati ukuran pori karbon. Tingkat adsorbsi tertinggi terjadi jika pori karbon cukup
besar untuk dilewati oleh molekul.
antara karbon dan molekul semakin mendekati ukuran pori karbon. Tingkat
adsorbsi tertinggi terjadi jika pori karbon cukup besar untuk dilewati oleh
molekul.
5. Konsentrasi
Proses adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi
rendah dari campuran yang mengandung bahan lain dengan konsentrasi tinggi.
6. Temperatur
Tingkat adsorbsi naik diikuti dengan kenaikan temperatur dan turun dengan
penurunan temperatur.
(Ismail, Edward dan Hamidah, 2012)
Adsorpsi Isotermal
Isoterm adsorpsi merupakan keadaan kesetimbangan yaitu tidak ada lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase
terjerap maupun fase gas atai cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva berupa plot distribusi
kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas atau cair pada suhu konstan. (Kundari, et al, 2008)
Proses adsorpsi yang terjadi pada kimisorpsi, partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia dan
cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Peristiwa ini disebabkan oleh
gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens. (Keenan, 1999)
Hubungan antara jumlah substansi yang teradsorpsi oleh adsorban dan tekanan kesetimbangan atau konsentrasi pada
temperatur tetap dinamakan adsorpsi isothermis. Ada 5 tipe umum adsorpsi isothermis seperti pada Gambar 1. Pada
adsorpsi kimia, hanya isothermis tipe I yang dapat ditemui, sedangkan pada adsorpsi fisik semua tipe isothermis dapat
terjadi.
(Maroon and Lando, 1974)
1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorbsi menuju lapisan film yang
mengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorbsi melalui lapisan film (film diffusion process).
3. Difusi zat terlarut yang teradsorbsi melalui kapiler atau pori dalam adsorben
(pore diffusion process).
4. Adsorbsi zat terlarut yang teradsobsi pada dinding pori atau permukaan adsorben
(proses adsorbsi sebenarnya).
(Alvin, 2011)
Operasi dari proses adsorbsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Pada saat mesin pendingin beroperasi, beberapa proses yang terjadi pada adsorber yang melibatkan proses
endothermic dan exothermic. Proses endothermic berlangsung selama proses pemanasan (peningkatan
tekanan) dan proses pemanasan-desorpsi-kondensasi, sedangkan proses exothermic berlangsung selama
proses pendinginan (penurunan tekanan) dan proses pendinginan-adsorpsi-evaporasi. keempat proses tersebut
membentuk suatu siklus yang digambarkan oleh diagram clapeyron ideal seperti pada gambar berikut.
Waktu regenerasi untuk setiap segmen bed pendek sehingga tidak memerlukan
bed yang panjang Compac system dan mampu reduce pressure drop. Kerugian
maintaining seal pada moving parts.
3. Fluidized bed
Resirkulasi kontinyu melalui adsorption–regeneration cycle Velocity
udara sekitar 240 fpm Counter current movement meningkatkan
efektivitas penggunaan karbon, lebih banyak olvent yang dapat
direcovery dibandingkan dengan stationary atau rotary bed system.
Jenis-jenis Adsorber
Dari gambar terlihat bahwa fluida reaktan yang masuk berupa udara, adsorbent yang
digunakan ialah karbon aktif. Dimana udara berputar karena adanya gaya centrifugal dari
perputaran motor. Produk hail adsorpsi akan keluar berupa gas dan uap yang nantinya akan
dikondensasikan sehingga diperoleh produk berupa cairan. Untuk regenerasi digunakan fluida
steam yang masuk pada poros perputaran rotary bed. Sehingga dapat dikatakan
bahwa adsorbent, adsorbant, dan steam berkontak pada satu tempat.
4. Fixed atau Packed Beds Horizontal Adsorber
Adsorber jenis ini tidak jauh berbeda dengan adsorber yang sebelumnya, hanya saja posisinya
dalam horisontal, sehingga pressure drop dapat diminimumkan, karena umumnya bekerja pada
tekanan atmosfer. Fluida regenerasi yang digunakan ialah steam. Reaktan berupa campuran uap-gas
yang masuk dari ujung sisi kiri dikontakkan dengan beds adsorbent. Produk keluar pada ujung
kanan pada kolom adsorber.
Terlihat bahwa steam masuk pada bagian kiri kolom adsorber, melewati screen
dan adsorbent untuk mengeringkan, lalu keluar bersama dengan gas atau uap yang tidak terserap atau
tidak teradsorpsi. Dibagian atas kolom adsorber terdapat manhole atau lubang untuk
operator adsorber masuk, umumnya operator masuk untuk memeriksa keadaan adsorber,
mengangkat adsorbent karena sudah tidak dapat diregenerasi lagi, dan sebagainya. Untuk beds
adorbent nya digunakan flat screen support.
Penggunaan Adsorpsi
http://www.google.com/url?url=http://oc.its.ac.id/ambilfile.php%3Fidp
%3D1809&rct=j&q=&esrc=s&sa=U&ei=AHqZVNjZOs6iugTGjYCICQ&ved=0CEcQFjA
M&sig2=imDxT6chD03c79VlyM-J5g&usg=AFQjCNFcRepNSr-xDewEjUohUJF7f5m71A
www.slideshare.net/EvaMuslimahFarmasi/adsorpsi
http://indrawibawads.files.wordpress.com/makalah-kimia-fisik-ii_adsorpsi.doc
http://sistemLiteratur.pdf