Anda di halaman 1dari 8

Adsorpsi

Adsorpsi adalah suatu proses dimana suatu komponen bergerak dari suatu fasa
menuju permukaan yang lain sehingga terjadi perubahan konsentrasi pada permukaan. Zat
yang diserap disebut adsorbat sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Pada
umumnya adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu adsorpsi kimia (kemisorpsi) dan
adsorpsi fisika (fisisorpsi). Adsorpsi fisika disebabkan oleh interaksi antara adsorben dan
adsorbat karena adanya gaya tarik Van der Waals, adsorpsi ini biasanya bersifat reversibel
karena terjadi melalui interaksi yang lemah antara adsorben dan adsorbat, tidak melalui
ikatan kovalen. Panas adsorpsi fisika tidak lebih dari 15-20 kkal/mol atau 63-84 kJ/mol.
Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang melibatkan interaksi yang lebih kuat antara
adsorben dan adsorbat sehingga adsorbat tidak bebas bergerak dari satu bagian ke bagian
yang lain. Proses ini bersifat irreversibel sehingga adsorben harus dipanaskan pada
temperatur tinggi untuk memisahkan adsorbat. Panas adsorpsi kimia biasanya lebih besar dari
20-30 kkal/mol atau 84-126 kJ/mol (Parker, 1993 ).
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang
ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya
Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada
permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan
adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang
merupakan fungsi tekanan dan suhu) (Oscik, 1982).

1.        Adsorpsi fisika


Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik antara zat
terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan
pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini
mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada temperatur rendah pada proses ini
gaya yang menahan molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama
dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai derajat yang
sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol.
Keseimbangan antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan
bersifat reversibel.
2.        Adsorpsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi.
Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada Adsorpsi
fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir,
molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan
yang terjadi antara atom-atom dalam molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada
permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan atau layer, dimana terbentuknya lapisan
tersebut akan menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga
efektifitasnya berkurang.
2.2 Kinetika Adsorpsi
Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju reaksi.
Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari
permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam
suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur
perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa
slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh
kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang
teradsorpsi per satuan waktu (Raya dkk, 2002). Kecepatan adsorpsi sangat dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya :
         Macam adsorben
         Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
         Luas permukaan adsorben
         Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
         Temperatur
Untuk menghitung kinetika adsorpsi umumnya menggunakan model persamaan
kinetika. Berikut ini beberapa model persamaan kinetika yang sering digunakan dalam
menghitung laju kinetika yaitu sebagai berikut :
a. Model kinetika adsorpsi Langmuir
Model kinetika adsorpsi Langmuir ini berdasarkan pada asumsi sebagai berikut : laju
adsorpsi akan bergantung pada faktor ukuran dan struktur molekul adsorbat, sifat pelarut dan
porositas adsorben, situs pada permukaan yang homogen dan adsorpsi terjadi secara
monolayer. Proses adsorpsi heterogen memiliki dua tahap, yaitu : (a) perpindahan adsorbat
dari fasa larutan ke permukaan adsorben dan (b) adsorpsi pada permukaan adsorben. Tahap
pertama akan bergantung pada sifat pelarut dan adsorbat yang terkontrol (Oscik,1982).
Reaksi yang terjadi dalam proses adsorpsi dapat diasumsikan sebagai reaksi
bimolekuler antara molekul atau atom adsorbat dan suatu atom dari permukaan adsorben.
Pada reaksi ini akan terbentuk suatu senyawa komplek teraktifasi antara molekul yang
terdapat pada permukaan adsorben dengan molekul atau atom dari adsorbat.
Dalam adsorpsi ion dalam larutan untuk konsentrasi gas Cg dapat disetarakan dengan
konsentrasi ion dalam larutan CA, sedangkan Cs dapat disetarakan dengan θ0, jumlah situs
yang tidak ditempati oleh adsorbat (Oscik,1982).
rads = ka θ0 CA
Laju adsorpsi didefinisikan sebagai kecepatan penurunan spesies A (CA) dalam larutan
maka:
Pada saat adsorbat teradsorpsi secara kuat maka KCA >>1 sehingga 1+KCA~KCA, maka
diperoleh persamaan berkut.
karena rads hanya bergantung pada ka/K, maka reaksi berorde nol.
Pada saat adsorbat teradsorpsi lemah, maka KCA << 1, sehingga faktor 1+KCA~1,
maka diperoleh persamaan berkut.
rads = kaCA (orde satu)
Dalam hal ini reaksi berorde satu, sehingga ka adalah konstanta laju reaksi orde
satu (k1). Secara keseluruhan persamaan lajunya adalah

Keterangan:
K : Konstanta keseimbangan adsorpsi (M-1)
k1 : Konstanta laju adsorpsi orde satu pada model Langmuir (menit-1)
rads : Laju adsorpsi (M menit-1)
CA : Konsentrasi A dalam larutan (M)
T : waktu (menit).

2.3 Adsorben
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun
gas) pada proses adsorpsi (Atkins, 1999). Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya
menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi, disesuaikan
dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai
untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Karbon aktif yang merupakan contoh
dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan cara membakar tempurung kelapa atau kayu
dengan persediaan udara (oksigen) yang terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh
molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik
untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap
hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Beberapa
jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu (Effendi, 2006) :

a. Karbon aktif/arang aktif/ norit.


Sejak perang dunia pertama arang aktif produksi dari peruraian kayu sudah dikenal
sebagai adsorben atau penyerap yang afektif sehingga banyak dipakai sebagai adsorben pada
topeng gas Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan
secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktifasi,
sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap yang besar
terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian,
permukaan arang aktif bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan,
dimana semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar.
Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi,
dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Karbon aktif ini cocok digunakan
untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi arang aktif terdiri dari silika (SiO2), karbon,
kadar air dan kadar debu. Unsur silika merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah
larut dalam air, maka khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel yang
terkandung dalam air keruh dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang jernih.
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah maupun mineral
yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif yaitu dibuat melalui proses
pembakaran secara karbonisasi (aktifasi) dari semua bahan yang mengandung unsur karbon
dalam tempat tertutup dan dioksidasi/ diaktifkan dengan udara atau uap untuk menghilangkan
hidrokarbon yang akan menghalangi/ mengganggu penyerapan zat organik Bahan tersebut
antar lain tulang, kayu lunak maupun keras, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, ampas
penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, dan batubara (Effendi, 2006).
  Pembuatan arang aktif
Secara umum dan sederhana, proses pembuatan arang aktif terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1.    Dehidrasi : proses penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan sampai temperatur
170°C.
2.    Karbonisasi : pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu diatas 170°C akan
menghasilkan CO dan CO2. Pada suhu 275°C, dekomposisi menghasilkan “tar”, methanol
dan hasil samping lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada temperatur 400-600°C.
3.    Aktifasi : dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap atau CO 2
sebagai aktifator.
Yang dimaksud dengan aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan
untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik
fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap
daya adsorpsi.
Arang aktif mempunyai warna hitam, tidak berasa dan tidak berbau, berbentuk bubuk
dan granular, mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan arang yang
belum mengalami proses aktifasi, mempunyai bentuk amorf yang terdiri dari plat-plat dasar
dan disusun oleh atom-atom karbon C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi yang
heksagon. Plat-plat ini bertumpuk satu sama lain membentuk kristal-kristal dengan sisa-sisa
hidrokarbon yang tertinggal pada permukaan. Dengan menghilangkan hidrokarbon tersebut
melalui proses aktifasi, akan didapatkan suatu arang atau karbon yang membentuk struktur
jaringan yang sangat halus atau porous sehingga permukaan adsorpsi atau penyerapan yang
besar dimana luas permukaan adsorpsi dapat mencapai 300-3500 cm2/gram. Proses
pembuatan arang aktif dibagi menjadi 2, yaitu (Widjanarko, 1996).:
1)        Proses Kimia
Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, kemudian dibuat padat.
Selanjutnya padatan tersebut dibentuk menjadi batangan dan dikeringkan serta dipotong-
potong. Aktifasi dilakukan pada temperatur 100°C. Arang aktif yang dihasilkan dicuci
dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300°C. Dengan proses kimia, bahan baku
dapat dikarbonisasi terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia.
2)        Proses Fisika
Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling, diayak
untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur 1000°C yang disertai
pengaliran uap.
Penyerapan Bahan - bahan Terlarut Dengan Arang Aktif
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Untuk menghilangkan bahan-bahan
terlarut dalam air, biasa menggunakan arang aktif dengan mengubah sifat permukaan partikel
karbon melalui proses oksidasi. Partikel ini akan menyerap bahan-bahan organik dan akan
terakomulasi pada bidang permukaannya. Pada umumnya ion organik dapat diturunkan
dengan arang aktif.
Adsorpsi oleh arang aktif akan melepaskan gas, cairan dan zat padat dari larutan
dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan tergantung pada pH, suhu, konsentrasi
awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul. Penyerapan terbesar adalah pada
pH rendah. Dalam Laboratorium Manual disebutkan bahwa pada umumnya kapasitas
penyerapan arang aktif akan meningkat dengan turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah
aktifitas dari bahan larut dengan larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk
tertahan pada arang aktif lebih rendah.
Proses adsorpsi arang aktif dapat digambarkan sebagai molekul yang meninggalkan
zat pengencer yang terjadi pada permukaan zat padat melalui ikatan kimia maupun fisika.
Molekul tersebut digunakan sebagai adsorbat dan zat padat disebut adsorben arang aktif.
Adapun adsorpsi yang terjadi pada arang aktif dapat bersifat :
1.    Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi berdasarkan ikatan fisika antara zat-zat dengan arang aktif dalam
keadaan suhu rendah dengan penyerapan relative kecil.
2.    Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi berdasarkan ikatan kimia antara adsorben (arang aktif) dengan
zat-zat teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan dalam larutan yang bersifat elektrolit akan
diserap lebih efektif dalam suasana basa oleh arang aktif. Sedangkan bahan dalam larutan
yang bersifat non elektrolit penyerapan arang aktif tidak dipengaruhi oleh sifat keasaman atau
sifat kebasaan larutan.
Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi (Weber,
1972) dan (Sawyer dan McCarty, 1987) yaitu:
      Sifat serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya untuk
mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai
dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama, seperti dalam deret
homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap,
dan struktur rantai dari senyawa serapan.
      Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur pada saat
berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi adalah
viskositas dan stabilitas senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat
senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan
dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur
kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.
      pH (derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan
penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk
mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikkan
yaitu dengan penambahan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
      Waktu singgung
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai
kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang
digunakan.
Selisih ditentukan oleh dosis arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu
singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif
untuk bersinggungan dengan senyawa serapan.
Secara garis besar penyerapan arang aktif terhadap zat yang terlarut adalah:

1. Zat teradsorpsi berpindah dari larutannya menuju lapisan luar dari adsorben (arang).
2. Zat teradsorpsi diserap oleh permukaan arang aktif.
3. Zat teradsorpsi akhirnya diserap oleh permukaan dalam atau permukaan porous arang.

Adapun secara umum faktor yang menyebabkan adanya daya serap dari arang aktif
adalah :

1. Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga
menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap.
2. Adanya permukaan yang luas (300 – 3500 cm2/gram) pada arang aktif sehingga
mempunyai kemampuan daya serap yang besar.

Menurut SII No.0258-79, arang aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang
tercantum pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Spesifikasi karbon aktif
JENIS PERSYARATAN
Bagian yang hilang pada pemanasan 950°C Maks. 15%
Air Maks. 10%
Abu Maks. 2,5%
Bagian yang tidak diperarang Tidak nyata
Daya serap terhadap larutan Min. 20%

b.    Gel Silika


Merupakan bahan yang terbuat dari add treatment dari larutan sodium silikat yang
dikeringkan. Luas permukaanya 600-800 m2/g dengan diameter pori antara 20-50Á. Gel
silika cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas dehidrat dan untuk memisahkan hidrokarbon.

c.    Alumina Aktif


Alumina aktif cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas kering dan Liquid. Luas
permukaannya 200-500 m2/g dan diameter porinya 20-140Á.

Anda mungkin juga menyukai