Anda di halaman 1dari 6

ABSTRAK

Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat
lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut.
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau
zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang
mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai
gaya adsorpsi. Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan
daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent / substrate). Metode
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode titrasi antara larutan organik (asam
klorida) dengan 6 variasi konsentrasi, yaitu 0.5 N, 0.25 N, 0.125 N, 0.0625 N, 0.0313
N, 0.0156 N dengan NaOH 0.1 N.

Adsorpsi karbon membuat konsentrasi asam klorida mengalami penurunan. Tetapi


hasil dari praktikum hanya satu yang menunjukkan penurunan. Hal ini dikarenakan
waktu pengovenan arang yang kurang lama. Besarnya konsentrasi asam asetat yang
teradsorpsi karbon berturut-turut yaitu 0,04 M, 0,026 M, 0,0088 M, 0,0034 M, 0,0010
M, dan 0,0012 M. Dari grafik isoterm adsorpsi Freundlich diperoleh tetapan k sebesar
5,9979 dan n sebesar 1,0020. Hasil percobaan ini termasuk adsorpsi fisik, karena
adanya gaya van der waals antara adsorben dengan adsorbat.

Kata kunci : adsorbsi; isotherm adsorpsi freundlich; karbon aktif..

ABSTRACT
Adsorbtion is a symptom of collecting molecules of a substance on the surface of
another substance, as a result of the unsaturation of forces on the surface of the
substance. Adsorption occurs on the surface of solids due to the attraction of atoms or
molecules on the surface of solids. The molecules on the surface of a solid or a liquid,
have an inward tension force, since no other forces offset. The presence of these
forces causes solids and liquids, having an adsorption force. The absorbed component
is called adsorbate (adsorbate), while the area where the absorption is called adsorbent
(adsorbent / substrate). The method used in this experiment is the titration method
between organic solution (hydrochloric acid) with 6 variations of concentration, ie 0.5
N, 0.25 N, 0.125 N, 0.0625 N, 0.0313 N, 0.0156 N with NaOH 0.1 N.

Adsorption of carbon makes the concentration of hydrochloric acid decreased. But the
result of the practicum is only one that shows a decrease. This is because the time of
pengovenan charcoal is less long. The amount of concentration of acetate acid
adsorbed carbon respectively were 0.04 M, 0.026 M, 0.0088 M, 0.0034 M, 0.0010 M,
and 0.0012 M. From the Freundlich adsorption isotherm graph obtained the k constant
of 5 , 9979 and n at 1.0020. The results of this experiment include physical adsorption,
due to the van der waals forces between adsorbents and adsorbates.

Keywords: adsorption; Freindlich isotherm adsorption; Activated carbon.

Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya


penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase. Adsobsi
dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (Physical Adsorpsi) dan adsorpsi kimia
(Chemical Adsorpsion). Secara umum adsorpsi mempunyai gaya intermolekul yang
relatif lemah sedangkan pada adsoption kimia terjadi pembentukan ikatan kimia antara
molekuk adsorbat dengan suatu molekuk terikat pada permukaan adsorben (Kundari
dan Wiyunita: 2008).Ada dua macam adsorpsi yaitu :
1. Adsorpsi Fisika, yaitu adsorpsi yang disebabkan oleh gaya van der waals
yang ada pada permukaan adsorben. Panas adsorpsi fisika lebih rendah dan
lapisan yang terjadi pada permukaan adsorben lebih dari satu molekul.
2. Adsorpsi Kimia, terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap dengan
adsorben, panas adsorpsi tinggi, lapisan molekul pada permukaan adsorbennya
hanya satu lapis. (Sukardjo,1990)
An adsorption isotherm describes the equilibrium relationship between adsorbent and
adsorbate, which is the ratio between the quantity adsorbed and the remaining in solution at
fixed temperature at equilibrium. It indicates how the adsorbed molecules get distributed
between the liquid phase and the solid phase when the adsorption process reaches an
equilibrium state. (Sao,2016)

Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon.
Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara kovalen membentuk struktur
heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal
datar ini tampak seolah-olah seperti pelatpelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela
di antaranya (Sudarman, 2001).

Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang mengandung
karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas permukaannya. Karbon aktif
berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya telah mengalami pengembangan
kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut
atau yang terdispersi dalam cairan (Murdiyanto, 2005).
Isoterm adalah ungkapan tentang kesamaan susu bagi titik system atau fase. Isoterm
adsorpsi Langmuir merupakan adsorpsi gas pada padatan dengan suhu konstanmengikuti
hubungan:

θ = fraksi permukaanyang menyerap molekul


b = koefisien adsorpsi
P = tekanan gas
Isoterm Serapan Langmuir Freunollich persamaan pertama yang menyetakan hubungan
antara jumlah materi dan diserap dengan konsentrasi materi dalam larutan: m=kC1/n, m adalah
jumlah gram yang diserap per gram penyerap, C konsentrasi, k dan n adalah zat tetapan
(Pudjaatmaka. 2002:341)
The Langmuir adsorption model is the most common model used to quantify the
amount of adsorbate on an adsorbent as a function of partial pressure or concentration at a
given temperature. This equation expressed by relation.
Ce/qe = 1/qm + 1/qm b Ce (1)
in this equation, qe is the solution was adsorbed the surface and qe is equilibrium
constant of adsorption and b is the capacity of adsorption in saturated single layer and ce is
solution in equilibrium state. (Vadi, 2014)
Freundlich Adsorption Isotherm: This is commonly used to describe the adsorption
characteristics for the heterogeneous surface [27]. These data often fit the empirical equation
proposed by Freundlich: n Qe K f Ce 1 …………………………………………………(9)
Where Kf = Freundlich isotherm constant (mg/g)

n = adsorption intensity;

Ce = the equilibrium concentration of adsorbate (mg/L)

Qe = the amount of metal adsorbed per gram of the adsorbent at equilibrium (mg/g).
Linearizing equation 9, we have:

e f Ce n 1 log ……………………………..(10) log K logQ (dada,2012)

A Freundlich isotherm is a popular model for a single solute system based on the
solute between the solid phase and aqueous phase at equilibrium. It states that the uptake of
metal ion occurs on a heterogeneous surface by multilayer adsorption and the amount of
adsorbate increases infinitely with an increase in concentration. (Sao, 2016)

2.1.3 Karbon Aktif


Karbon aktif merupakan jenis adsorben yang paling tua dan paling luas
penggunaannya. Penyerapan zat dari larutan mirip dengan penyerapan gas oleh
zat padat, penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau
pelarut. (Khopkar, 2003).
2.1.4 Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa merupakan suatu proses penambahan larutan standar
(asam atau basa) sampai reaksi tepat lengkap. Titrasi adalah salah satu cara
analisa yang memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu
larutan dengan mereaksikan dengan larutan lain yang konsentrasinya diketahui
(Brady, 1999).

2.2 Analisis Bahan


2.2.1 Akuades (H 2 O)
Akuades merupakan pelarut yang sangat baik, tidak berwarna, netral dan
temperaturnya stabil. Mempunyai titik beku pada 0 0 C dan titik didih 100 0 C
dan daerah kestabilan redoksnya cukup luas (Kusuma, 1983).
2.2.2 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida merupakan larutan yang memiliki bau yang khas dan
berasap karena penguapan gas hidrogen klorida. Memiliki kerapatan 1,19
gr/cm 3 dan bersifat korosif(Khasani, 1998).
2.2.3 Indikator Fenolfthalein
Indikator fenolfthalein berupa kristal tak berwarna, tidak berwarna pada pH
8,0 dan berwarna di atas pH 9,6. Larut dalam alkohol sekitar 95% dan larut
dalam eter. Selain itu fenolfthalein juga digunakan sebagai reagen untuk
oksidasi HCN peroksida dan tembaga (Basri, 2003).
2.2.4 Karbon
Karbon merupakan material grafit dan kerangka c -aktif tersebut dari
hubungan inegular dari kristalit. Luas permukaan spesifik c -aktif umumnya
berada pada kisaran 500-1500 m 2 /g yang memungkinkannya untuk
adsorpsi (Basset, 1994).
2.2.5 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida berupa padatan lembab cair kuning yang berwarna
putih, larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter memiliki titik
didih 1380 0 C. NaOH sangat basa dan banyak digunakan dalam industri kimia,
terutama untuk membuat sabun dan kertas. Larutan NaOH sangat korosif
terhadap jaringan tubuh dan terutama mem bahayakan mata (Daintith, 1994).

Metode
Dalam praktikum isoterm adsorpsi ini, bahan yang digunakan meliputi larutan asam asetat for
syn produksi Merck, larutan asam oksalat for syn produksi dari Merck untuk strandarisasi
larutan NaOH, adsorben arang, larutan standar NaOH for syn produksi Merck dan indikator
phenolphtalein. Adsorben arang yang digunakan yaitu norit. Dalam hal ini norit digunakan
karena norit merupakan produk yang mengandung karbon aktif. Sedangkan alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini antara lain Cawan porselin, Gelas arloji(2), Kertas Saring(6),
Pengaduk, Erlenmeyer 250 mL pyrex(6), Erlenmeyer 150 mL pyrex(6), pipet volume 10
mL pyrex, pipet volume 5 mL pyrex, pipet volume 50 mL pyrex, labu ukur 50 mL pyrex, labu
ukur 20 mL pyrex, labu ukur 100 mL pyrex, labu ukur 250 mL pyrex, buret 50 mL pyrex(2),
corong(5), beaker glass 100 mL pyrex(2), bulb pipet, oven, dan shaker incubator.

Larutan organic yang digunakan dalam praktikum ini yaitu larutan asam asetat yang
konsentrasinya divariasikan. Variasi konsentrasi asam asetat antara lain asam asetat 0,5000
M; 0,2500 M; 0,1250 M; 0,0625 M; 0,0313M; dan 0,0156M. Masing-masing variasi larutan
asam asetat tersebut kemudian dibagi kedalam dua Erlenmeyer. Pada Erlenmeyer yang
pertama, larutan asam asetat dititrasi dengan larutan standart 0,1 N. Sedangkan pada
Erlenmeyer yang kedua, mula-mula enam buah Erlenmeyer masing-masing diisi oleh 0,5
gram arang yang sudah diaktifkan kemudian memasukkan larutan asam asetat 0,5000 M,
0,2500 M, 0,1250 M, 0,0625 M, 0,0313 M, dan 0,0156 M berturut-turut kedalam Erlenmeyer
tersebut masing-masing sebanyak 50 ml. Sebelumnya arang diaktifkan dengan cara
memanaskan dalam cawan porselin. Pemanasan dilakukan tidak sampai arang membara,
kemudian didinginkan.
Erlenmeyer yang berisi arang yang telah diaktifkan dan larutan asam asetat kemudian
dimasukkan ke dalam shaker incubator selama 30 menit dan dikocok setiap 1 menit secara
teratur tiap 10 menit. Tiap 10 menit perubahan temperatur dicatat. Setelah 10 menit, larutan
disaring. Filtrat kemudian dititrasi dengan larutan standart NaOH 0,1 N dengan ketentuan :
dari kedua larutan dengan konsentrasi paling tinggi diambil 5 mL, berikutnya diambil 10 mL,
dan dari ketiga larutan dengan konsentrasi paling rendah diambil masing-masing 20 mL.

Pada praktikum isoterm adsoprsi ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan isoterm adsorpsi
Freunlich untuk proses adsorpsi asam asetat terhadap arang. Volume larutan NaOH yang
digunakan untuk menitrasi asam asetat digunakan sebagai variable terukur. Dari volume
larutan NaOH tersebut dapat ditentukan konsentrasi asam asetat mula-mula dan akhir.
Konsentrasi asam asetat mula-mulai yaitu konsentrasi asam asetat tanpa pengaruh dari arang,
sedangkan konsentrasi asam asetat akhir yaitu konsentrasi asam asetat yang dipengaruhi oleh
arang. Selisih konsentrasi CH3COOH merupakan besaran konsentrasi CH3COOH yang
teradsorpsi. Dengan demikian massa CH3COOH yang teradsorpsi dapat diketahui.
Ditimbang karbon aktif sebanyak 6 masing–masing 0,5 gram.
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Dipipet larutan HCl sebanyak 250 ml
dan di masukkan kedalam labu ukur 500 ml Ditepatkan sampai tanda
batas. Di kocok hingga homogen. Disediakan larutan HCl dengan
konsentrasi 0,5 M; 0,25 M; 0,125 M; 0,0625 M; 0,0313 M. Dimasukkan
masing–masing ke dalam erlenmeyer yang berisi karbon aktif, ditutup
erlenmeyer dan di kocok dengan alat shaker selama 1 menit secara
teratur dengan jarak 10 menit. Ditimbang padatan NaOH sebanyak 2
gram. Dimasukkan ke dalam gelas beaker dan di aduk dengan akuades.
Dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditepatkan akuades hingga tanda
batas dan dikocok hingga homogen. Dipipet larutan NaOH sebanyak 50
ml dan dimasukkan kedalam buret. Ditirasi dengan larutan HCl dan
ditetesi indikator fenolfthalein. Dis aring larutan yang berisi karbon
aktif. Dipipet masing-masing hasil saringan 10 ml. Diberi indikator
fenolfthalein dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Ditirasi masing –
masing dengan larutan NaOH sampai menghasilkan larutan berwarna
merah muda.

Anda mungkin juga menyukai