Anda di halaman 1dari 31

ISOTERM ADSORPSI

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sorpsi adalah proses penyerapan ion oleh partikel penyerap (sorban).
Proses sorpsi dibedakan menjadi dua yaitu adsorpsi dan absorpsi. Dinamakan
proses adsorpsi jika ion tersebut tertahan dipermukaan partikel penyerap (sorban),
sedangkan dinamakan absorpsi jika proses pengikatan ini berlangsung sampai di
dalam partikel penyerap. Karena keduanya sering muncul bersamaan dalam suatu
proses maka adayang menyebut sorbsi, baik adsorpsi proses sorpsi yang terjadi
pada zeolite maupun padatan lainnya. Dalam proses ini yang berperan sebagai zat
penyerap adalah ion dalam larutan (Handayani dkk, 2009: 131).
Menurut Tim Dosen Kimia Fisik (2019: 13) untuk proses adsorpsi dalam
larutan, jumlah zat yang teradsorbsi tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1. Jenis adsorben
2. Jenis adsorbat dan zat yang teradsorpsi
3. Luas permukaan adsorben
4. Konsentrasi zat terlarut
5. Temperatur
Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat teradsorpsi
persatuan luas atau persatuan berat adsorben, konsentasi zat terlarut pada
temperatur tertentu disebut isoterm adsorpsi.
Sejumlah model matematis telah dikembangkan untuk mengkuantifikasi
proses adsorpsi yang berlangsung isotermal, diantaranya model koefisien
distribusi atau model Henry, model Freundlich, model Langmuir, dan lain-lain.
Isoterm Freundlich merupakan tipe eksperimental/empiris untuk menjelaskan
proses adsorpsi non ideal pada permukaan yang heterogen salah satunya karena
perbedaan gugus fungsional pada permukaan adsorben. Model Isoterm Freundlich
menggunakan asumsi bahwa adsorpsi terjadi secara fisika dan merupakan
persamaan empirik, yang dinyatakan dengan persamaan:
q∈ =K f C ∈1/ nF
Kf adalah konstanta freundlich terkait dengan kapasitas adsorpsi dan 1/nF adalah
merupakan konstanta freundlich terkait dengan faktor heterogenitas/intensitas
adsorpsi (Susanti, 2015: 2)
Konstanta k dan n dapat diubah hanya untuk sistem yang diketahui dan
tentu saja hanya untuk temperatur yang di tetapkan saja. Tetapan ini dapat berubah
menurut sifat dasar adsorben dan karakter permukaannya serta menurut sifat
pelarut dan zat terlarutnya. Konstanta k lebih sensitive daripada n terhadap sifat
dasar zat terlarut, dan pemisahan yang sidasarkan pada adsorpsi ini sangat
tergantung dari perbedaan nilai k untuk berbagai zat terlarut. Isoterm-isoterm
tidak linear berkaitan erat dengan pita-pita elusi kromatografi yang miring.
Meskipun pada konsentrasi-konsentrasi rendah isoterm itu bias saja hamper linier,
menghasilkan pita-pita yang agak simetris dengan ekor-ekor yang lebih yang
pendek (Day dan Underwood, 2001: 527).
Menurut Handayani (2009: 132) selain model isoterm Freundlich juga
terdapat model isoterm Langmuir. Pada tahun 1918, Langmuir menurunkan teori
isoterm adsorpsi dengan menggunakan model sederhana berupa padatan yang
mengadsorpsi gas pada permukaannya. Model ini mendefinisikan bahwa kapasitas
adsorpsi maksimum terjadi akibat adanya lapisan tunggal (monolayer) adsorbat di
permukaan adsorben Pendekatan Langmuir meliputi lima asumsi mutlak, yaitu:
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap.
2. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer.
3. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan
ikatan untuk molekul gas sama.
4. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat.
5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak
bergerak pada permukaan.

Gambar 1. Ilustrasi Adsorbsi dengan persamaan Langmuir


Menurut Susanti (2015: 2).Langmuir mengasumsikan bahwa pada
permukaan adsorben terdapat situs aktif yang proporsional dnegan luas
permukaan. Masing-masing situs aktif ini hanya dapat mengadsorpsi satu
molekul, sehingga adsorpsi hanya terbatas pada pembentukan lapis tunggal (mono
layer). Formulasi model isotherm Langmuir adalah:
K L +C ∈
q∈ =
1+ a L C∈
KL adalah konstanta Langmuir terkait dengan afinitas situs adsorpsi (L/mol). Jika
nilai KL lebih besar maka adsoroben mampu menjerap lebih banyak adsorbat
karena afinitasnya lebih kuat. Model isoterm ini diberikan dengan korelasi:
q∈ =K d C
Model isoterm ini bermanfaat untuk investigasi parameter termodinamika proses
dengan mempertimbangkan nilai ( ∆ Go ) , ( ∆ H o ) , dan ( ∆ S o ) . Korelasi
parameter termodinamika tersebut diberikan sebagai :
∆ G o =−RTln ( K )
o o
∆ S ∆H
ln K= −
R RT
Menurut Langmuir, bila gas diserap pada permukaan zat pada lapisan yang
terjadi hanya satu lapis molekul. Bagian permukaan yang diliputi gas θ jadi:
dx 1
=k θ
dt
bP
θ=
1+bP
Dimana b= tetapan dan P= tekanan gas, atau bagian permukaan yang diliputi gas,
berbanding lurus dengan tekanangas. Bila b besar, artinya gas diserap kuat. Bila
gas diserap kuat, hampir semua permukaan diliputi gas, atau bagian kosong dari
permukaan berbanding terbalik dengan tekanan gas (Sukardjo, 2002: 354-356).
Asumsi isoterm Langmuir adalah ketidaktergantungan dan ekuivalensi
dengan tempat adsorpsi. Penyimpangan dari isoterm ini, seringkali berasal dari
kegagalan asumsi tersebut. Contohnya, entalpi adsorpsi sering menjadi kurang
negative saat θ bertambah. Ini menunjukkan bahwa tempat yang paling
menguntungkan dari segi energinya akan ditempati lebih dulu. Orang
mengusahakan berbagai cara untuk memperhitungkan variasi ini. Isoterm Temkin
dapat dinyatakan dengan persamaan:
θ=C 1 ln C1 p
Dengan C1 dan C2 merupakan konstanta yang sesuai dengan pengandaian bahwa
entalpi adsorpsi secara linear terhadap tekanan isoterm Freundlich:
μc 1
θ=C 1 P
Yang sesuai dengan perubahan logaritmik. Isoterm yang berbeda-beda kurang
sesuai dengan eksperimen. Pada jarak temperatur terbatas, tetapi isoterm tersebut
tetap bersifat empiris. Walaupun empiris, bukan berarti tidak berguna, karena jika
dari parameter dari isoterm yang dapat diandalkan itu diketahui, hasil yang
diandalkan, dapat diperoleh untuk tingkat penutupan permukaan pada berbagai
kondisi (Atkins, 1990: 443).
Arang yang merupakan residu dari proses peruraian panas terhadap bahan
yang mengandung karbon sebagian besar komponennya adalah karbon. Proses
peruraian panas ini dapat dilakukan dengan jalan memanasi bahan langsung atau
tidak langsung di dalam timbunan, kiln atau tanur. Sebahagian besar pori-pori
arang masih tertutup oleh hidrokarbon, ter, dan komponen lain, seperti abu, air,
nitrogen, dan sulfur yang menghambat keaktifannya atau daya serapnya rendah.
Untuk mengaktivasi arang menjadi arang aktif, digunakan retort dan steam boiler.
Arang aktif adalah suatu karbon yang mempunyai kemampuan daya serap yang
baik terhadap anion, kation, dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan
anorganik, baik berupa larutan maupun gas. Beberapa bahan yang mengandung
banyak karbon dan terutama memiliki pori dapat digunakan untuk membuat arang
aktif. Pembuatan arang aktif dilakukan melalui proses aktivasi arang dengan cara
fisika atau kimia di dalam retort. Perbedaan bahan baku dan cara yang digunakan
dapat menyebabkan sifat dan mutu arang aktif (Lempang, 2014: 66-67).
Unsur karbon membentuk sangat banyak senyawa organik, dan dewasa ini
berkembang pula senyawa organometalik dengan atom karbon terikat secara
koordinasi pada ion logam. Selain itu secara tradisional dikenal pula sengan nama
senyawa anorganik. Sifat unik atom karbon adalah kemampuaanya membentuk
ikatan antara dirinya sendiri, baik secara kovalen tunggal maupun rangkap dua
ataupun rangkap tiga, menghasilkan rantai yang tak terbatas baik terbuka maupun
tertutup dan dengan ataupun tanpa cabang. Unsur karbon tidak sangat reaktif, dan
reaksinya memerlukan temperatur tinggi. Dibandingkan dengan atom-atom
nitrogen, oksigen, fluorin, klorin, dan bromin, karbon mempunyai skala
eletronegatif yang rendah yaitu 2,5 ( Sugiyarto, 2004: 164-165).
Asam karboksilat adalah senyawa karbon yang memiliki gugus fungsional
R-COOH. Gugus fungsi ini dinamakan karboksil. Terdiri atas satu gugus karbonil
dan satu gugus hidroksil. Kelompok senyawa ini cukup penting karena dalam
kehisupan sehari-hari banyak digunakan di industri maupun laboratorium.
Bebrapa contoh senyawanya yang banyak terdapat di alam, diantaranya adalah
lemak hewan dan minyak tumbuhan. Karena asam karboksilat merupakan
senyawa yang telah lama ditemukan, maka nama umum masih sering digunakan.
Salah satu turunan asam karboksilat adalah asam asetat. Asam asetat mempunyai
rumus struktur CH3COOH dengan nama trivial asam asetat dan nama IUPAC
asam etanoat biasanya bersumber dari asam cuka (Rasyid, 2009: 167-168).
Menurut Santosa ( 2014: 16). beberapa peneliti, gugus –COOH dan –OH
Ini pula lah yang merupakan gugus yang paling reaktif dalam mengikat kation
logam. Karena kandungan gugus -COOH dari HA yang sangat besar dengan
reaktifas yang sangat besar pula, mekanisme adsorpsi kation logam pada sisa
gugus –COOH dianggap mengikuti model isoterm adsorpsi Langmuir yang
mengasumsikan bahwa setiap situs aktif permukaan adalah ekuifalen dan semua
situs aktif mempunyai kemungkinan yang sama untuk berikatan dengan kation
logam serta semua situs setara dan mempunyai energi serapan yang tidak di
pengaruhi oleh keberadaan molukel lain dan proses apsorpsi hanya terbatas pada
satu lapisan. Isoterm adsorpsi Langmuir dapat dinyatakan dalam suatu bentuk
persamaan linier sebagai berikut:
C 1 C
= +
m bK b
Dengan :
C : konsentrasi ion logam dalam larutan
m : mol ion logam terserap per 1 g adsorben
K : konstanta kesetimbangan
b : ion logam maksimum yang terserap oleh adsorben (kapasitas adsorpsi).
1.2 Tujuan Percobaan
Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam
asetat pada arang
2. METODE PERCOBAAN
2.1 Alat
2.1.1 Labu Erlenmeyer tutup asa 250 mL 6 buah
2.1.2 Labu Erlenmeyer 250 mL 6 buah
2.1.3 Corong biasa 1 buah
2.1.4 Gelas ukur 10 mL 1 buah
2.1.5 Gelas ukur 25 mL 1 buah
2.1.6 Gelas kimia 50 mL 1 buah
2.1.7 Gelas kimia 250 mL 1 buah
2.1.8 Botol semprot 1 buah
2.1.9 Batang pengaduk 1 buah
2.1.10 Pipet volum 25 mL 1 buah
2.1.11 Pipet volum 10 mL 1 buah
2.1.12 Ball pipet 2 buah
2.1.13 Lumpang dan alu 1 buah
2.1.14 Buret 50 mL 2 buah
2.1.15 Corong biasa 1 buah
2.1.16 Statif 2 buah
2.1.17 Klem 2 buah
2.1.18 Neraca analitik 1 buah
2.1.19 Pipet tetes 2 buah
2.1.20 Stopwatch 1 buah
2.1.21 Lap kasar 2 buah
2.1.22 Lap halus 1 buah
2.2 Bahan
2.2.1 Larutan asam asetat 0,5000 M; 0,250 M; (CH3COOH)
(aq)
0,125 M; 0,0625 M; 0,0313 M dan 0,0156 M.
2.2.2 Larutan standar natrium hidroksida 0,1 N (NaOH)(aq)
2.2.3 Karbon aktif
2.2.4 Indikator phenopthalein (C14H20O4) (l)
2.2.5 Kertas saring
2.2.6 Aquades (H2O)(l)
2.2.7 Tissu
2.2.8 Label
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Arang aktif digerus dengan lumpang dan alu hingga halus.
2.3.2 Masing masing 0,5 gram arang aktif ditimbang kemudian
dimasukkan kedalam masing masing 6 erlenmeyer bertutup.
2.3.3 Selanjutnya kedalam erlenmeyer 1, 2, dan 3 ditambahkan masing
masing 50 mL asam asetat dengan konsentrasi 0,5000 M; 0,2500 M dan
0,1250 M. Pada erlenmeyer 4, 5 dan 6 ditambahkan 60 mL asam asetat
dengan konsentrasi 0,6250 M; 0,0313 M; dan 0,0156 M.
2.3.4 Masing masing campuran dalam Erlenmeyer dibiarkan selama 30
menit dengan sesekali dikocok setiap selang waktu 10 menit selama 1
menit.
2.3.5 Setelah 30 menit dikocok, campuran kemudian disaring.
2.3.6 Selanjutnya filtrat yang diperoleh dari masing masing campuran
diambil beberapa mL dengan ketentuan;
2.3.6.1 Untuk CH3COOH 0,5000 M dan 0,2500 M diambil 5 mL
(dibangi dua, erlenmeyer 1 sebanyak 2,5 mL dan erlenmeyer 2
sebanyak 2,5 mL).
2.3.6.2 Untuk CH3COOH 0,1250 M diambil 12,5 mL (dibangi dua,
erlenmeyer 1 sebanyak 6,5 mL dan erlenmeyer 2 sebanyak 6,5 mL).
2.3.6.3 Untuk CH3COOH 0,0625 M; 0,0313 M; dan 0,0156 M
diambil 25 mL (dibagi dua, erlenmeyer 1 sebanyak 12,5 mL dan
erlenmeyer 2 sebanyak 12,5 mL).
2.3.7 Kemudian masing masing filtrate ditambahkan 3 tetes indicator pp
lalu dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N.
2.3.8 Titrasi dilakukan hingga diperoleh warna larutan dari bening
menjadi merah muda.
2.3.9 Dicatat volume NaOH yang digunakan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Sebanyak 0,5 gram karbonaktif + 60 mL CH 3COOH → didiamkan
30 menit → dikocok setiap 10 menit selama 1 menit → larutan berwarna
hitam → disaring → filtrate tak berwarna.
3.1.2 Filtrat + NaOH + indikator P → larutan berwarna merah muda
Volume NaOH (ml)
Konsentrasi (M) Volume (ml) Titrasi II Titrasi I
0,5000 5 18,3 17,7
0,2500 5 10,2 10,4
0,1250 12,5 10,7 11
0,0625 25 8 8,7
0,0313 25 2,6 3
0,0156 25 0,2 2,2
3.2 Analisis Data
3.2.1 Erlenmeyer 1
Diketahui : [CH3COOH] = 0,5000 M

Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol

V CH3COOH = 50 mL

[NaOH] = 0,1 M

V rata-rata NaOH = 18 mL

Massa karbon aktif = 0,5 gram

V CH3COOH = 5 mL (filtrat)

x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m

Penyelesaian:

mmol CH3COOH = ¿¿ M × V) CH3COOH

= 0,5000 mmol/mL × 50 mL

= 25 mmol

mmol NaOH = ¿¿ M × V) NaOH

= 0,1 mmol/mL × 18 mL

= 1,8 mmol

Reaksi : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula-mula : 25 mmol 1,8 mmol - -

Bereaksi : 1,8 mmol 1,8 mmol 1,8 mmol 1,8 mmol

Setimbang : 23,2 mmol - 1,8 mmol 1,8mmol


mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH

= 23,2 mmol – 1,8 mmol

= 21,4 mmol

Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi ×


Mr CH3COOH

= 21,4 mmol × 60 mg/mmol

= 1284 mg

=1,284 gram

x massa C H3 CCOH yang teradsorpsi


¿
m massa karbon aktif

1, 284 gram
=
0,5 gram

= 2,568

x
log = log 2,568
m

= 0,409

mmol C H3 COOH yang teradsorpsi


C =
V C H3 COOH

21,4 mmol
=
5 0 mL

= 0,428 M

log C = log [ CH3 COOH] yang teradsorpsi

= log 0,428 M

= - 0,368 M
3.2.2 Erlenmeyer 2
Diketahui : [CH3COOH] = 0,2500 M

Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol

V CH3COOH = 50 mL

[NaOH] = 0,1 M

V rata-rata NaOH = 10,3 mL

Massa karbon aktif = 0,5 gram

V CH3COOH = 5 mL (filtrat)

x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m

Penyelesaian:

mmol CH3COOH = ¿¿ M × V) CH3COOH

= 0,2500 mmol/mL × 50 mL

= 12,5 mmol

mmol NaOH = ¿¿ M × V) NaOH

= 0,1 mmol/mL × 10,3 mL

= 1, 03 mmol

Reaksi : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula-mula : 12,5 mmol 1,03 mmol - -

Bereaksi : 1,03 mmol 1,03 mmol 1,03 mmol 1,03mmol


Setimbang : 11,47 mmol - 1,03 mmol 1,03mmol

mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH

= 11,47 mmol – 1,03 mmol

= 10,44 mmol

Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi × Mr


CH3COOH

= 10,44 mmol × 60 mg/mmol

= 626,4 mg

= 0,6264 gram

x mass a C H3 CCOH yang teradsorpsi


¿
m massa karbon aktif

0,6264 gram
=
0,5 gram

= 1,2528

x
Log = log 1,2528
m

= 0,097

mmol C H3 COOH yang teradsorpsi


C =
V C H3 COOH

10,44 mmol
=
5 0 mL

= 0,2088 M

Log C = Log 0,2088 M


= −¿ 0,680 M

3.2.3 Erlenmeyer 3
Diketahui : [CH3COOH] = 0,1250 M

Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol

V CH3COOH = 50 mL

[NaOH] = 0,1 M

V rata-rata NaOH = 10,85 mL

Massa karbon aktif = 0,5 gram

V CH3COOH = 12,5 mL (filtrat)

x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m

Penyelesaian:

mmol CH3COOH = ¿¿ M × V) CH3COOH

= 0,1250 mol/mL × 50 mL

= 6,25 mmol

mmol NaOH = ¿¿ M × V) NaOH

= 0,1 mmol/mL × 10,85 mL

= 1,085 mmol

Reaksi : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula-mula : 6,25 mmol 1,085 mmol - -

Bereaksi : 1,085 mmol 1,085 mmol 1,085 mmol 1,085 mmol


Setimbang : 5,165 mmol - 1,085 mmol 1,085 mmol

mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH

= 5,165 mmol – 1,085 mmol

= 4,08 mmol

Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi × Mr


CH3COOH

= 4,08 mmol × 60 mg/mmol

= 244,8 mg

= 0,2448 gram

x massa C H3 CCOH yang teradsorpsi


¿
m massa karbon aktif

0 ,2448gram
=
0,5 gram

= 0,4896 gram

x
Log = log 0,4896
m

= −¿ 0,310

mmol C H3 COOH yang teradsorpsi


C =
V C H3 COOH

4,08 mmol
=
5 0 mL

= 0,0816 M

log C = log 0,0816 M

= −¿ 1,088 M
3.2.4 Erlenmeyer 4
Diketahui : [CH3COOH] = 0,0625 M

Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol

V CH3COOH = 50 mL

[NaOH] = 0,1 M

V rata-rata NaOH = 8,35 mL

Massa karbon aktif = 0,5 gram

V CH3COOH = 25 mL (filtrat)

x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m

Penyelesaian:

mmol CH3COOH = ¿¿ M × V) CH3COOH

= 0,0625 mmol/mL × 50 mL

= 3,125 mmol

mmol NaOH = ¿¿ M × V) NaOH

= 0,1 mmol/mL × 8,35 mL

= 0,835 mmol

Reaksi : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula-mula : 3,125 mmol 0,835 mmol - -

Bereaksi : 0,835 mmol 0,835 mmol 0,835 mmol 0,835 mmol

Setimbang : 2,29 mmol - 0,835 mmol 0,835 mmol


mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH

= 2,29 mmol – 0,835 mmol

= 1,455 mmol

Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi ×


Mr CH3COOH

= 1,455 mmol × 60 mg/mmol

= 87,3 mg

= 0,0873 gram

x massa C H3 CCOH yang tera dsorpsi


¿
m massa karbon aktif

0,0873 gram
=
0,5 gram

= 0,1746

x
log = log 0,1746
m

= - 0,757

mmol C H3 COOH yang teradsorpsi


C =
V C H3 COOH

1,455 mmol
=
50 mL

= 0,0291 M

log C = log [ CH3 COOH] yang teradsorpsi

= log 0,0291 M

= - 1,536 M
3.2.5 Erlenmeyer 5
Diketahui : [CH3COOH] = 0,0313 M

Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol

V CH3COOH = 50 mL

[NaOH] = 0,1 M

V rata-rata NaOH = 2,8 mL

Massa karbon aktif = 0,5 gram

V CH3COOH = 25 mL (filtrat)

x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m

Penyelesaian:

mmol CH3COOH = ¿¿ M × V) CH3COOH

= 0,0313 mmol/mL × 50 mL

= 1,565 mmol

mmol NaOH = ¿¿ M × V) NaOH

= 0,1 mmol/mL × 2,8 mL

= 0,28 mmol

Reaksi : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula-mula : 1,565 mmol 0,28 mmol - -

Bereaksi : 0,28 mmol 0,28 mmol 0,28 mmol 0,28 mmol


Setimbang : 1,285 mmol - 0,28 mmol 0,28 mmol

mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH

= 1,285 mmol – 0,28 mmol

= 1,005 mmol

Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi ×


Mr CH3COOH

= 1,005 mmol × 60 mg/mmol

= 60,3 mg

= 0,0603 gram

x massa C H3 CCOH yang terad sorpsi


¿
m massa karbon aktif

0,0603 gram
=
0,5 gram

= 0,1206

x
log = log 0,1206
m

= - 0,918

mmol C H3 COOH yang teradsorpsi


C =
V C H3 COOH

1,005 mmol
=
50 mL

= 0,0201 M

log C = log [ CH3 COOH] yang teradsorpsi

= log 0,0201 M
= - 1,696 M

3.2.6 Erlenmeyer 6
Diketahui : [CH3COOH] = 0,0156 M

Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol

V CH3COOH = 50 mL

[NaOH] = 0,1 M

V rata-rata NaOH = 1,2 mL

Massa karbon aktif = 0,5 gram

V CH3COOH = 25 mL (filtrat)

x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m

Penyelesaian:

mmol CH3COOH = ¿¿ M × V) CH3COOH

= 0,0156 mmol/mL × 50 mL

= 0,78 mmol

mmol NaOH = ¿¿ M × V) NaOH

= 0,1 mmol/mL × 1,2 mL

= 0,12 mmol

Reaksi : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Mula-mula : 0,78 mmol 0,12 mmol - -

Bereaksi : 0,12 mmol 0,12 mmol 0,12 mmol 0,12 mmol


Setimbang : 0,66 mmol - 0,12 mmol 0,12 mmol

mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH

= 0,66 mmol – 0,12 mmol

= 0,54 mmol

Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi ×


Mr CH3COOH

= 0,54 mmol × 60 mg/mmol

= 32,4 mg

= 0,0324 gram

x massa C H3 CCOH yang teradsorp si


¿
m massa karbon aktif

0,0324 gram
=
0,5 gram

= 0,0648

x
log = log 0,0648
m

= - 1,188

mmol C H3 COOH yang teradsorpsi


C =
V C H3 COOH

0,54 mmol
=
50 mL

= 0,0108 M

log C = log [ CH3 COOH] yang teradsorpsi

= log 0,0108 M
= - 1,966 M

Penentuan nilai K berdasarkan grafik freundlich (hubungan log K dan log x/m
x
=KCn
m
x
Log =¿ Log K + n Log C
m
x
Log =¿ n Log C + Log K
m

Persamaan dari grafik:


y = mx + b
y = 1,0254x + 0,8616
x
Maka, y = Log
m

mx = n Log C
b = Log K
nilai K berdasarkan grafik
Log K = b
Log K = 0,8616
K = 7,271
y
n = tan α =
x
0,224-0,529
=
-0,633- ( -0,328 )
- 0,305
=
- 0,305
= 1

Penentuan harga tetapan isoterma dsorbsi Freundlich


x
Log k = log - n log C
m
Dimana n menurut grafik = 1
Untuk CH3COOH 0,5000 M
Log k1 = 0,529 – 1 (-0,328)
= 0,857
k1 = 7,194
Untuk CH3COOH 0,250 M
Log k2 = 0,224 – 1 (-0,633)
= 0,857
k2 = 7,194
Untuk CH3COOH 0,5000 M
Log k3 = -0,1136 – 1 (-0,971)
= 0,857
k3 = 7,194
Untuk CH3COOH 0,0625 M
Log k4 = -0,561 – 1 (-1,340)
= 0,779
k4 = 6,012
Untuk CH3COOH 0,0313 M
Log k5 = -0,812 – 1 (-1,590)
= 0,778
k5 = 5,998
Untuk CH3COOH 0,0156 M
Log k6 = -1,010 – 1 (-1,880)
= 0,870
k6 = 7,413
k 1 + k2 + k 3 + k 4 + k 5 + k 6
krata-rata =
6
7,194+7,194+7,194+6,012+5,998+7,413
=
6
41,005
=
6
= 6,834
3.2 Pembahasan
Isoterm adalah rumus, kurva atau ungkapan tentang kesamaan suhu dalam
sejumlah titik sistem atau fase, sedangkan adsorpsi merupakan pengumpulan
molekul-molekul oleh suatu zat pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari
ketidakjenuhan gaya-gaya dari permukaan tersebut (Tim Dosen Kimia Fisik,
2018: 13). Maka dapat simpulkan bahwa isoterem adsorpsi adalah sutu proses
pengumpulan molekul-molekul oleh suatu zat pada permukaan zat lain, sebagai
akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya dari permukaan tersebut dimana suhu yang
digunakan pada proses ini adalah sama untuk setiap sistemnya.
Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu didasarkan pada interaksi antara
adsorben dengan adsorbat yang terjadi secara fisika karena adanya gaya Van der
walls, Adsorpsi fisika yang terjadi pada percobaan ini terjadi karena gaya tarik
menarik antara asam asetat dengan arang aktif lebih besar dari gaya tarik menarik
antara asam asetat dengan pelarutnya, sehingga zat yang terlarut (asam asetat)
lebih akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Prinsip kerjanya yaitu
penggerusan, pencampuran, pengocokan, pendiamanan, penyaringan,
penambahan indikator dan titrasi
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan isoterm adsorpsi menurut
Freundlich pada proses adsorpsi asam asetat oleh arang. Dimana menurut
Freundlich adsorpsi merupakan hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi
per satuan luas atau per satuan berat adsorben, dengan konsentrasi zat terlarut
pada temperature tertentu. Maka dapat disimpulkan percobaan ini dilakukan untuk
mencari hubungan antara banyaknya zat teradsorpsi pada adsorben sebagai fungsi
dari konsentrasi Dalam proses adsorpsi dikenal istilah adsorbat dan adsorben.
Komponen yang teradsorpsi disebut sebagai adsorbat, sedangkan komponen yang
mengadsorpsi disebut adsorben. Adapun pada percobaan ini digunakan
CH3COOH sebagai zat yang diadsorpsi (adsorbat) dimana zat padat yang
berfungsi sebagai adsorben (mengadsorpsi CH3COOH) adalah arang
Langkah awal dalam percobaan ini yaitu dilakukan proses penggerusan arang
hingga halus kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Tujuan dilakukannya
penggerusan ini yaitu untuk mengaktifkan arang sekaligus memperbesar luas
permukaan arang, sehingga daya adsorpsinya akan lebih besar. Sebab menurut tim
dosen (2019:13) untuk proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat yang teradsorbsi
tergantung pada beberapa faktor salah satunya adalah luas permukaan adsorben.
Seperti yang telah dijelaskan tadi fungsi arang adalah untuk
penyerap/pengadsorpsi adsorbat dalam hal ini larutan asam asetat. Adsorpsi akan
terjadi jika terjadi keseimbangan antara konsentrasi adsorbat yang diserap dengan
konsentrasi adsorben yang tersisa dalam larutan. Selanjutnya dilakukan
penambahan asam asetat (adsorbat) dengan konsentrasi yang bervariasi. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap banyaknya
zat yang teradsorpsi. Kemudian ditutup erlenmeyer segera ditutup, hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya proses penguapan dari asam asetat, sebab
asam asetat merupakan larutan yang bersifat volatil atau mudah menguap, selain
itu tujuan dari penutupan ini adalah menghindari kontak dengan udara sebab
jangan sampai karbon aktif menyerap zat lain yang ada diudara.
Setelah erlenmeyer ditutup larutan kemudian dikocok 1 menit tiap 10 menit
dalam rentang waktu 30 menit. Proses pengocokan dimaksudkan agar penyerapan
larutan asam asetat oleh arang dapat berlangsung homogen. Sedangkan setelah
pengocokan larutan didiamkan, dengan tujuan agar kondisi adsorban menjadi
jenuh, sehingga tidak menyerap adsorbat lagi karena norit/karbon aktif juga
memiliki kapasitas daya serap tertentu.
Setelah 30 menit, larutan kemudian disaring dengan menggunakan kertas
saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan adsorben dan adsorbatnya sehingga
terdapat residu dan filtrat. Dalam proses penyaringan dilakukan dengan cepat
sebab asam asetat bersifat volatil. Filtratnya yang diperoleh kemudian dititrasi
dengan larutan standar NaOH menggunakan indikator fenolftalein. Titrasi
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan asam asetat telah teradsorpsi
dengan menggunakan indikator fenolfthalein. Digunakan larutan standar NaOH
karena larutan yang akan ditirasi merupakan larutan yang bersifat asam, maka
untuk menentukan titik ekivalennya harus di titrasi menggunakan larutan yang
bersifat basa. Selain itu NaOH merupakan larutan standar yang sudah di ketahui
konsentrasinya secara pasti dan konsentrasinya tetap pada saat penyimpangan.
Adapun penggunaan indikator phenolpthalein berfungsi sebagai indikator yang
dapat menetukan titik ekivalen yang ditandai adanya perubahan warna dari bening
menjadi warna merah muda. Penggunaan indikator phenolpthalein dalam
percobaan ini dikarenakan larutan standar yang digunakan untuk menitrasi
merupakan larutan yang bersifat basa kuat, dimana indikator phenolpthalein
memiliki rentang pH dari 8,3-10 (Svehla, 1985: 58).Adapun reaksi yang terjadi
pada percobaan ini adalah :

CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq)


(etil asetat) (natrium Hidroksida) (natrium asetat) (etanol)
Arang aktif digunakan untuk mengadsorpsi asam asetat dengan variasi
konsentrasi yaitu 0,5 M, 0,25 M, 0,125 M, 0,0625 M, 0,0313 M, 0,0156 M, dan
diperoleh volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH
berturut-turut adalah 18 mL; 10,3 mL; 10,85 mL; 8,35 mL; 2,8 mL; dan
1,2 mL. Pada saat titrasi volume NaOH yang digunakan berbeda-beda karena
semakin lama waktu yang diperlukan setiap larutan CH3COOH untuk bereaksi
sehingga larutan CH3COOH banyak yang teradsorpsi oleh arang aktif yang
mengakibatkan konsentrasinya berkurang dan volume NaOH yang digunakan
untuk titrasi semakin berkurang.
Berdasarkan analisi data diperoleh konsentrasi CH3COOH yang terdsorpsi
yaitu berturut-turut adalah 28,2 mmol; 13,97 mmol; 6,415 mmol; 2,29 mmol;
1,285 mmol; dan 0,66 mmol. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut konsentrasi
asam asetat berkurang setelah di adsorpsi. Hal ini disebabkan karena asam asetat
telah diadsorpsi oleh arang aktif. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan teori

x
dimana menurut persamaan Freundlich aluran antara terhadap C
mm
merupakan garis lurus artinya banyaknya jumlah zat yang teradsorpsi oleh sutu
absorben akan berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan,
setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi (Tim Dosen Kimia Fisik II, 2019: 13).
Adapun nilai n = 1, K = 5,981. Massa CH 3COOH yang teradsorpsi pada
konsentrasi 0,5 M, 0,25 M, 0,125 M, 0,0625 M, 0,0313 M, dan 0,156 M berturut-
turut adalah 1,692 gram; o,8382 gram; 0,3849 gram; 0,1374 gram; 0,0771 gram;

x
dan 0,0396 gram.Sedangkan untuk nilai berturut-turut diperoleh 3,384,
m
16764, 0,7698, 0,2748, 0,1542 dan 0,0792. Untuk nilai C dperoleh 0,47 M, 0,233
M, 0,107 M, 0,0458 M, 0,0257 M dan 0,0132 M.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Isoterm adsorpsi menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat
pada arang yaitu semakin besar konsentrasi asam asetat maka semakin banyak
pula yang teradsorpsi oleh arang aktif.
4.2 Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam melakukan
percobaan terutama dalam mencuci alat sehingga tidak terjadi hal yang diinginkan
seperti pemecahan alat. Dan juga mengerjakan tiap perlakukan dengan sangat
hati-hati agar tidak terjadi kesalahan dalam lab yang dapat merusak hasil dari
eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins. P.W. 1996. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Day dan Underwodd. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.

Handayani, Murni dan eko Sulistiyono. 2009. Uji Persamaan Langmuir dan
Freundlich pada Penyerapan Limbah Chrom (vi) Oleh Zeolit. Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir. Vol (2) No (1).

Lempang, Mody. 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Jurnal Info Teknis
Eboni. Vol (11) No (2).

Rasyid, Muhaidah. 2009. Kimia Organik I. Makassar: Universitas Negeri


Makassar.

Santosa, Sri Juari, dkk. 2014. Dekontaminasi Ion Logam Dengan Biosorben
Berbasis Asam Humat, Kitin dan Kitosan. Yogyakarta: UGM

Sugiyarto. K.H. 2004. Kimia Anorganik 1. Malang: JICA.

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.

Susanti, Ari Diana, dkk. 2015. Model Isoterm Kesetimbangan Adsorpsi Oryzanol
Dalam Minyak Bekatul Pada Adsorben Silika Gel Dengan Fase Gerak n-
heksana:Aseton. Seminar Nasional Sains dan Teknologi.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Makassar:
Unversitas Negeri Makassar.
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Fisik II dengan judul “Isoterm Adsorpsi”.


Disusun oleh :
nama : Syarfani Alyaalfatia
NIM : 1713041005
Kelas/Kelompok : Pendidikan Kimia A/ VI
setelah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten
maka dinyatakan diterima.

Makassar, Oktober 2019


Koordinator Asisten Asisten

Yudhi Priyatmo S.Pd Hilmi Magfirah Bachtiar

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Ahmad Fudhail Madjid, S.Pd, M.si


NIP. 19881012 201504 1 002
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apakah perbedaan adsorpsi fisik dengan adsorpsi kimia? Berikan beberapa


contoh dari kedua jenis adsorpsi ini
Jawab :
Perbedaan adsorpsi fisik dengan adsorpsi kimia yaitu:
a. Adsorpsi kimia
 Merupakan sifat lama dari materi menjadi sifat baru
 Reaksi yang terjadi tidak bolak-balik (irreversible)
 Terjadi pada suhu tinggi
 Waktu adsorpsi lambat sehingga kesetimbangan lebih lama tercapai
 Ikatannya berupa ikatan kimia
b. Adsorpsi fisika
 Sifat bahan tidak berubah
 Reaksi bersifat bolak-balik (reversible)
 Terjadi pada suhu rendah
 Waktu adsorpsi cepat sehingga kesetimbangan lebih cepat
 Ikatannya berupa ikatan Van der Waals
2. Apakah proses adsorpsi pada percobaan ini merupakan adsorpsi fisik atau
kemisorpsi ?
Jawab : Proses adsorpsi pada percobaan ini merupakan adsorpsi fisik karena
hanya terjadi pada permukaan arang sehingga hanya ada gaya tarik-menarik
secara fisika tanpa ada perubahan kimia.
3. Apakah perbedaannya yang terjadi pada pengaktifan arang dengan cara
pemanasan ?
Jawab : Pengaktifkan arang dengan menggunakan pemanasan dapat
menyebabkan pori-pori pada arang melebar sehingga dapat lebih mudah
mengadsorpsi
4. Bagaimana isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada
permukaan zat padata ? Apa pembatasannya ?
Jawab : Menurut Freunlich, isotherm adsorpsi untuk adsorpsi gas pada
permukaan zat padat merupakan besarnya zat teradsorpsi persatuan luas
adsorben berhubungan dengan tekanan
5. Mengapa isotherm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada
permukaan zat pada kurang memuaskan dibandingkan dengan isotherm
adsorpsi Langmuir ?
Jawab : Untuk adsorpsi gas pada zat padat kurang memuaskan dibanding
dengan isotherm adsorpsi yang dikemukakann oleh Langmuir, karena
persamaan Freundlich diperoleh secara empiris atau dasar teori yang berarti
dan untuk tekanan tinggi tidak berlaku, sedangkan Langmuir berdasarkan
pada teori dan menganggap akibat dari bentuk lapisan
DOKUMENTASI

Masukkan 50 mL C₂H₄O₂
Arang aktif digerus Timbang sebanyak 0,5 g ke dalam erlenmeyer berisi
arang aktif

Kocok sampai larut selama 1


Saring campuran Diamkan selama 10 menit
menit tiap 10 menit

Sebanyak 25 mL filtrat Tambahkan 3 tetes indikator pp Titrasi dengan NaOH


dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer

Hasil titrasi dengan NaOH 0,125 Hasil titrasi dengan NaOH 0,25
Hasil titrasi dengan NaOH 0,5 M
M M

Hasil titrasi dengan NaOH 0,0625 Hasil titrasi dengan NaOH 0,0313
M M

Anda mungkin juga menyukai