I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan isoterm
adsorpsi menurut Frendlich bagi proses adsorpsi asam klorida pada arang.
B. Bahan
1. Larutan HCl 0,500 M; 0,250 M; 0,125 M; 0,0625 M; 0,0313 M dan
0,0156 M
2. Larutan standar NaOH 0,1 M
3. Arang aktif
4. Indikator PP
5. Aquades
6. Kertas saring
7. Aluminium foil
IV. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja ang dilakukan pada percobaan ini, yaitu:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Mengaktifkan arang dengan cara memanaskannya di atas penangas
listrik.
3. Menghaluskan arang akif dengan menggunakan lumpang dan alu hingga
menjadi serbuk halus.
4. Menimbang serbuk arang aktif sebanyak 0,5 gram dan memasukkannya
masing-masing ke dalam 6 erlenmeyer yang berbeda.
5. Menambahkan larutan HCl ke dalam erlenmeyer tersebut dengan
ketentuan:
a. Erlenmeyer 1 : larutan HCl 0,500 M sebanyak 5 mL
b. Erlenmeyer 2 : larutan HCl 0,2500 M sebanyak 5 mL
c. Erlenmeyer 3 : larutan HCl 0,1250 M sebanyak 12,5 mL
d. Erlenmeyer 4 : larutan HCl 0,0625 M sebanyak 12,5 mL
e. Erlenmeyer 5 : larutan HCl 0,0313 M sebanyak 25mL
f. Erlenmeyer 6 : larutan HCl 0,0156 M sebanyak 25 mL
6. Menutup bagian atas masing-masing erlenmeyer dengan menggunakan
aluminium foil.
7. Melakukan pengocokan dan pendiaman selama 30 menit (pengocokan
larutan selama 1 menit dan pendiaman selama 10 detik secara teratur).
8. Setelah proses pengocokan dan pendiaman selesai, menyaring masing-
masing larutan dalam erlenmeyer.
9. Menambahkan 2 tetes indikator ke dalam erlenmeyer yang berisi filtrat.
10. Melakukan titrasi terhadap filtrat larutan dengan menggunakan larutan
standar NaOH 0,1M dan mencatat volume NaOH yang diperlukan.
11. Menentukan konsentrasi akhir larutan HCl, massa HCl, nilai x/m, log
x/m dan log C.
V. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang dilakukan pada percobaan ini, yaitu:
Massa Konsentrasi HCl
N arang (M) X Log
x/m Log C
o. aktif (gram) x/m
Awal Akhir
(g)
1. 0,5 0,500 0,1460 0,646 1,292 0,1100 -0,835
2. 0,5 0,250 0,6600 0,0336 0,0672 -1,172 -1,180
3. 0,5 0,125 0,0608 0,0091 0,0182 -1,738 -1,216
4. 0,5 0,0625 0,0248 0,0017 0,0034 -2,463 -1,605
5. 0,5 0,0313 0,0148 0,0150 0,0301 -1,520 -1,029
6. 0,5 0,0156 0,0088 0,0062 0,0124 -1,900 -2,050
VI. Perhitungan
1. Konsentrasi akhir HCl setelah dititrasi dengan NaOH 0,1 M
VNaOH .[ NaOH ]
a.[ HCl ]
VHCl
7,3mL.0,1M
5mL
0,1460 M
V .[ NaOH ]
b.[ HCl ] NaOH
VHCl
3,3mL.0,1M
5mL
0, 0660 M
V .[ NaOH ]
c.[ HCl ] NaOH
VHCl
7, 6mL.0,1M
5mL
0, 0608M
V .[ NaOH ]
d .[HCl] NaOH
VHCl
3,1mL.0,1M
12,5mL
0, 0248M
V .[ NaOH ]
e.[HCl] NaOH
VHCl
3, 7 mL.0,1M
25mL
0, 0148M
V .[ NaOH ]
f .[HCl] NaOH
VHCl
2, 2mL.0,1M
25mL
0, 0088M
5. Perhitungan x/m
X HCl1 0, 6460 gram
a. 1, 292
m 0,5 gram
X HCl2 0, 0336 gram
b. 0, 0672
m 0,5 gram
X HCl2 0, 0091gram
c. 0, 0182
m 0,5 gram
X HCl2 0, 0017 gram
d. 0, 0034
m 0,5 gram
X HCl2 0, 0150 gram
e. 0, 0301
m 0,5 gram
X HCl2 0, 0062 gram
f. 0, 0124
m 0,5 gram
7. Log HCl
a.log C1 log 0,1460 0,8350
b.log C2 log 0, 0660 1,1800
c.log C3 log 0, 0608 1, 2160
d .log C4 log 0, 0248 1, 6050
e.log C5 log 0, 0148 1,8290
f .log C6 log 0, 0088 2, 0500
VII. Grafik
1. Hubungan x/m dengan [HCl]akhir
1.4
1.2
0.8
x/m
0.6
0.4
0.2
0
0.146 0.66 0.0608 0.0248 0.0148 0.0088
[HCl] M
1.4
1.2
0.8
X/m
0.6
0.4
0.2
0
-0.835 -1.18 -1.216 -1.605 -1.029 -2.05
[HCl] M
VIII. Pembahasan
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul – molekul suatu zat
pada permukan zat sebagai akibat dari pada ketidakjenuhan gaya – gaya
pada permukaan tersebut. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi dimana
sesuai dengan definisinya, Adsorpsi di definisikan sebagai penyerapan
partikel di permukaan suatu zat, sedangkan Absorpsi di definisikan
sebagai penyerapan partikel sampai ke bawah permukaan suatu zat.
Adsorpsi merupakan salah satu sifat sistem koloid. Penyerapan partikel
dengan cara adsorpsi akan menyebabkan koloid bermuatan listrik.
Absorpsi adalah proses di mana fluida dilarutkan oleh cairan atau padatan
yang berfungsi sebagai penyerap. Sedangkan Adsorpsi adalah proses di
mana atom, ion atau molekul dari suatu zat (bisa gas, cair atau padat
terlarut) mematuhi permukaan adsorben. Absorpsi terjadi ketika atom
melewati atau masuk keddalam suatu benda. Selama penyerapan, molekul
seluruhnya dilarutkan atau disebarkan dalam penyerap sehingga terbentuk
solusi. Setelah terlarut, molekul tidak dapat dipisahkan dengan mudah dari
penyerap. Adsorpsi pada umumnya terjadi karena gaya tarik-menarik
elektrostatik. Sehingga dengan mudah perlarut dan terlarut dapat di
pisahkan (Nurlela, 2014).
Isoterm adsorpsi adalah adsorpsi yang menggambarkan hubungan
antara zat yang teradsorpsi oleh adsorben dengan tekanan atau konsentrasi
pada keadaan kesetimbangan dan temperatur konstan. Persamaan yang
sering digunakan untuk menggambarkan data percobaan isoterm telah
dikembangkan oleh 1) Freundlich, 2) Langmuir, dan 3) Brunauer, Emmett,
dan Teller (Isoterm BET). Dalam percobaan ini akan diselidiki mengenai
isoterm adsorpsi menurut Freunlich. Dimana Freundlich beranggapan
bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul
mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini
merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini ( Muna,
2011)
Adapun faktor-faktor yang mempengarui efektivitas adsorpsi, yaitu:
a. Jenis adsorbent
Tiap adsorbent mempunyai karakteristik sendiri. Adsorbent yang
baik untuk mengadsorpsi zat yang satu belum tentu baik untuk zat
yang lain. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang
bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen
yang kurang polar.
b. Jenis zat yang diadsorpsi (adsorbate)
Zat yang bersifat asam akan lebih mudah diadsorpsi dengan
adsorpsi basa, begitu pula sebaliknya, karena asam dan basa akan
saling tarik-menarik.
c. Konsentrasi zat adsorbate
Semakin tinggi konsentrasi adsorbate, maka semakin besar solute
yang teradsorpsi.
d. Luas permukaan adsorbent
Semakin luas permukaan adsorbent, maka semakin besar
kemampuannya untuk menarik solute (adsorbate)
e. Temperatur
Tingkat adsorbsi naik diikuti dengan kenaikan temperatur dan
turun diikuti dengan penurunan temperatur
(Hermana, 2010)
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu menentukan isoterm adsorpsi
menurut Freunlich bagi proses adsrpsi asam klorida pada arang (Staf
Pengajar Kimia Fisik II, 2014)
Pada percobaan ini menggunakan arang aktif sebagai adsorben dan
asam klorida sebagai adsorbatnya. Asam klorida yang digunakan memiliki
konsentrasi yang berbeda-beda yakni 0,500 M; 0,250 M; 0,1250 M; 0,0625
M; 0,0313 M dan 0,0156 M. Adapun tujuan penggunaan konsentrasi yang
berbeda-beda yaitu untuk mengetahui kemampuan arang untuk
mengabsorpi larutan asam klorida dalam berbagai konsentrasi pada suhu
konstan (isoterm). Adapun mekanisme kerjanya dapat dijelaskan sebagai
berikut: mula-mula menyiapkan 6 erlenmeyer. Kemudian mengaktifkan
arang dengan cara memanaskannya di atas penangas listrik untuk
membuka pori-pori pada arang. Selanjutnya menghaluskan karbon aktif
dengan menggunakan lumpang dan alu. Dimana hal ini bertujuan untuk
memperbesar luas permukaan karbon aktif sehingga dapat memperbesar
kekuatannya dalam menyerap adsorbat. Kemudian menimbang serbuk
karbon aktif 0,5 gram dengan menggunakan neraca digital sebanyak 6 kali
dan memasukkannya ke dalam masing-masing erlenmeyer yang telah
dipersiapkan. Setelah itu, menambahkan larutan HCl ke dalam masing-
masing erlenmeyer dengan ketentuan: erlenmeyer 1 ditambahkan larutan
HCl 0,500 M sebanyak 5 mL; erlenmeyer 2 ditambahkan larutan HCl
0,250 M sebanyak 5 mL; erlenmeyer 3 ditambahkan larutan HCl 0,1250 M
sebanyak 12,5 mL; erlenmeyer 4 ditambahkan larutan HCl 0,0625 M
sebanyak 12,5 mL; erlenmeyer 5 ditambahkan larutan HCl 0,0313 M
sebanyak 25 mL dan erlenmeyer 6 ditambahkan larutan HCl 0,0156 M
sebanyak 25 mL. Selanjutnya melakukan penggocokan dan pendiaman
selama 30 menit dengan cara pengocokan selama 1 menit lalu pendiaman
selama 10 detik secara teratur hingga 30 menit. Adapun tujuan dari
pengocokan yaitu untuk meningkatkan frekuensi antara absorben (arang)
dan absorbat (HCl) sehingga jumlah arang yang menempel pada larutan
dapat maksimal, mempercepat proses kesetimbangan adsorpsi sehingga
jumlah zat teradsorpsi dapat ditentukan dan mempercepat proses
penghomogenan adsorbat. Sedangkan fungsi dari pendiaman yaitu agar
proses adsorpsi yang terjadi pada permukaan zat bisa berlangsung
sempurna ( Muna, 2011)
Setelah 30 menit maka larutan dalam erlenmeyer disaring dengan
menggunakan kertas saring. Adapun tujuan dari penyaringan yaitu untuk
memisahkan antara filtrat dan residunya. Dimana pada perlakuan ini yang
akan digunakan yaitu filtratnya yang tidak lain merupakan larutan HCl
yang telah teradsorpsi oleh arang aktif. Selanjutnya, filtrat yang terdapat
dalam erlenmeyer ditambahkan dengan 2 tetes indikator PP. Penambahan
indikator PP ini bertujuan untuk membantu penyelidikan terhadap
tercapainya titik ekivalen pada saat titrasi yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna larutan menjadi merah muda. Selanjutnya melakukan
proses titrasi dengan menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M. Adapun
tujuan dari proses titrasi yaitu untuk mengetahui konsentrasi akhir dari
larutan HCl setelah teradsorpsi pada arang aktif. Kemudian mencatat
volume larutan NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen bagi
masing-masing larutan dalam erlenmeyer.
Dari hasil perhitungan maka diperoleh konsentrasi akhir HCl untuk
masing-masing erlenmeyer secara berurutan, yaitu: 0,1460 M; 0,660 M;
0,0608 M; 0,0248 M; 0,0148 M dan 0,0088 M. Data tersebut selanjutnya
digunakan untuk menentukan massa adsorbat yang terserap pada karbon
aktif. Dari hasil yang diperoleh maka diketahui bahwa massa masing-
masing adsorbat yag terserap pada karbon aktif secara berurutan, yaitu:
0,646 g; 0,0336 g; 0,0091 g; 0,00172 g; 0,01505 g dan 0,0062 g. Dengan
menggunakan persamaan isoterm adsorpsi menurut Freundlich maka
diperoleh nilai x/m untuk masing-masing erlenmeyer, yaitu: 1,292; 0,0672;
0,0182; 0,00344; 0,0301 dan 0,0124.
Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk membuat grafik
hubungan x/m dengan C (konsentrasi HCl akhir) dan grafik hubungan x/m
dengan log C. Dimana x/m sebagai ordinat dan C atau log C sebagai absis.
Berdasarkan literatur dikatakan bahwa proses adsorpsi membuat
konsentrasi HCl mengalami penurunan yang dapat ditinjau dari X (jumlah
adsorbat yang terserap). Semakin besar konsentrasi adsorbat maka
semakin besar pula adsorbat yang terserap. Sehingga seharusnya pada
grafik menunjukkan semakin besar konsentrasi akhir maka semakin besar
pula nilai x/m. Akan tetapi dari hasil percobaan terlihat grafik yang tidak
stabil. Adapun hal ini dikarenakan adanya kesalahan dalam melakukan
percobaan terutama saat menentukan volume NaOH pada proses titrasi
saat tercapai titik ekivalen sehingga berdampak pada penentuan
konsentrasi HCl akhir. Selain itu, adanya perbedaan dari data yang
diperoleh dengan literatur yaitu disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:
1. Sifat serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorbsi oleh karbon aktif tetapi
kemampuannya untuk mengadsorbsi berbeda untuk masing- masing
senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya
ukuran molekul serapan dari struktur yang sama seperti dalam deret
homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus
fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
2. Temperatur/suhu.
Dalam pemakaian karbon aktif harus menngetahui suhu pada saat
berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi suhu proses adsorbsi
adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan
tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi
perubahan warna maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk
senyawa volatil adsorbsi dilakukan pada suhu kamar atau bila
memungkinkan pada suhu yang lebih kecil.
3. pH (derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorbsi akan meningkat bila pH
diturunkan yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan
karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam
organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu
dengan menambahkan alkali adsorbsi akan berkurang sebagai akibat
terbentuknya garam.
4. Waktu Singgung.
Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan dibutuhkan
waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan
berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih
ditentukan oleh dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu
singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada
partikel karbon aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk
larutan yang mempunyai viskositas tinggi dibutuhkan waktu singgung
yang lebih lama ( Neneng, 2012).
IX. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini, yaitu:
1. Isoterm adsorpsi adalah hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi
persatuan luas atau persatuan berat dengan konsentrasi zat terlarut pada
temperatur tertentu.
2. Untuk menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlich digunakan
persamaan:
1
x
kc n
m
Dimana,
x = jumlah zat teradsorpsi
m = jumlah adsorben
c = konsentrasi zat terlarut dalam larutan setelah tercapai
kesetimbangan adsorpsi
k dan n = tetapan
3.
[HCl]awal [HCl]akhir
0,500 M 0,1460 M
0,250 M 0,660 M
0,125 M 0,0608 M
0,0625 M 0,0048 M
0,0313 M 0,0148 M
0,0156 M 0,0088 M
DAFTAR PUSTAKA
Dogra, S.K. dan Dogra, S. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia
Staff Pengajar Kimia Fisik II. (2014). Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Palu:
UNTAD.