I. Dasar Teori
Adsorpsi
Adsorpsi atau penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan padatan
atau kadang-kadang cairan. Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu
permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat
menyerap zat lain disebut adsorben. Adsorpsi atau penyerapan berbeda dengan absorpsi atau
penyerapan, sebab pada proses absorpsi zat yang terserap menembus ke dalam zat penyerap.
Secara kimia absorpsi adalah masuknya gas ke dalam padatan atau larutan, atau masuknya
cairan ke dalam padatan. Sedangkan secara fisika, absorpsi adalah perubahan energi radiasi
elektromagnetik, bunyi, berkas partikel, dan lain-lain ke dalam bentuk energi lain jika
dilewatkan pada suatu medium. Bila foton diserap akan terjadi suatu peralihan ke keadan
tereksitasi (Daintith, 1994).
Adsorpsi dapat terjadi karena interaksi gaya elektrostatik atau van der Waals antar
molekul (physisorption/fisisorpsi) maupun oleh adanya interaksi kimiawi antar molekul
(chemisorption/kimisorpsi) (Fatimah, 2009). Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang
disebabkan oleh gaya Van der Waals yang ada pada permukaan adsorbens, dimana panas
adsorben biasanya rendah dan terjadi di lapisan pada permukaan adsorben yang umumnya
lebih besar dari satu mol. Berbeda halnya pada adsorpsi kimia, adsorpsi terjadi karena
adanya reaksi antara zat yang diserap dan adsorben, dimana lapisan molekul pada
permukaan adsorben hanya satu lapis dan panas adsorpsinya tinggi.(Pada proses adsorpsi
yang terjadi pada kimisorpsi, partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan
kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan
bilangan koordinasinya dengan substrat. Peristiwa adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik
molekul-molekul di permukaan adsorbens. Dimana adsorben yang biasa digunakan dalam
percobaan adalah kabon aktif, sedangkan zat yang diserap adalah asam asetat (Keenan,
1999).
a) Jenis adsorben
b) Jenis zat yang diadsorbsi (adsorbat)
c) Konsentrasi masing-masing zat
d) Luas permukaan aktif adsorben
e) Temperatur
f) Tekanan
Pada suatu adsorbens dengan bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang dapat
diserap makin besar jika temperatur kritis semakin tinggi atau gas tersebut mudah dicairkan.
Jika luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan semakin luas, maka semakin
banyak gas yang dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan hingga biasanya daya serap
dihitung tiap satuan massa adsorben. Daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis
adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperatur dan tekanan gas (Atkins, 1990).
Peristiwa adsorpsi terjadi jika berada pada permukaan dua fasa yang bersih
ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan sangat mempengaruhi sifat
permukaan. Komponen yang ditambahkan adalah molekul yang teradsorpsi pada permukaan
(dan karenanya dinamakan surface aktif). Jumlah zat yang terserap setiap berat adsorbens,
tergantung konsentrasi dari zat terlarut. Namun demikian, bila adsorbens sudah jenuh maka
konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Adsorpsi dan desorpsi (pelepasan) merupakan
kesetimbangan (Atkins, 1990).
Karbon Aktif
Karbon aktif atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis karbon
yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan mengaktifkan
karbon atau arang tersebut. Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas
permukaannya saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan
adsorpsi karbon aktif itu sendiri (www.wikipedia.com).
Karbon aktif merupakan material amorf yang memiliki luas permukaan yang besar
yang dibangun oleh struktur pori internalnya melalui proses karbonisasi dan aktivasi. Karbon
aktif memiliki luas permukaan yang besar sekitar 500 m2/gram bahkan bisa mencapai 1500
m2/gram. Karbon aktif memiliki densitas yang berbeda-beda. Karbon aktif juga memiliki
tingkat kekerasan yang berbeda-beda terhadap tekanan atau geseran tertentu. Perbedaan
densitas dan kekerasan karbon aktif tergantung dari bahan baku dan pengaktifannya.
1. Karbon aktif serbuk (powdered activated carbon) berbentuk serbuk dengan ukuran
partikel kurang dari 0,8 mm.
2. Karbon aktif granular (granular activated carbon), memiliki partikel-partikel yang
tidak rata dengan ukuran 0,2–5,0 mm.
3. Karbon aktif pelet (pellete activated carbon), berbentuk silinder dengan ukuran
diameter 0,8–5,0 mm. karbon aktif ini umumnya dipakai untuk aplikasi dalam fasa
gas karena memiliki kandungan debu yang rendah, tetesan bertekanan rendah tapi
memiliki kekuatan mekanis yang tinggi.
4. Karbon aktif terlapisi polimer (polymer coated carbon), merupakan pori-pori karbon
yang dapat dilapisi dengan biopolymer yang mungkin untuk menghasilkan permukaan
halus dan permeabel tanpa menutupi pori, menghasilkan suatu karbon yang dapat
untuk hermoperfusi yaitu suatu teknik treatment dimana ke dalam darah pasien
ditekan dengan absorben untuk mengeluarkan senyawa toksik dari dalam darah.
Arang aktif dapat dibuat dan bahan yang mengandung karbon baik organik atau
anorganik, tetapi yang biasa beredar di pasaran berasal dan tempurung kelapa, kayu, dan
batubara. Saat ini, arang aktif telah digunakan secara luas dalam industri kimia, makanan atau
minuman dan farmasi.
Untuk adsorben dengan luas permukaan tertentu, makin tinggi konsentrasi adsorbat
makin besar zat yang dapat diserap. Proses adsorbsi berada dalam keadaan setimbang apabila
kecepatan desorbsi sama dengan kecepatan adsorbsi. Apabila salah satu zat ditambah atau
dikurangi maka akan terjadi kesetimbangan baru. Desorbsi adalah kebalikan adsorbsi, yaitu
peristiwa terlepasnya kembali adsorbat dari permukaan adsorben. Adsorbsi isotermis adalah
adsorbsi yang terjadi pada temperatur tetap.
Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorsi
per satuan luas atau per satuan berat adsorben dengan konsentrasi zat terlarut pada temperatur
tertentu disebut isoterm adsorpsi.
Ada dua persamaan yang sering dipakai untuk menjelaskan proses adsorpsi pada
permukaan zat padat, yaitu persamaan Langmuir yang dikenal sebagai isotherm adsorpsi
Langmuir dan persamaan Freundlich yang dikenal sebagai isotherm adsorpsi Freundlich.
Persamaan Langmuir ini berlaku untuk adsorpsi lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan
zat yang homogen. Persamaan Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan
menganggap terjadinya suatu kesetimbangan antara molekul yang diadsorpsi dan molekul
yang masih bebas, dapat dituliskan sebagai berikut.
C 1 1
C
x a ( x ) maks ( x ) maks
m m m
a = tetapan
x
kapasitas monolayer
m maks
x
= kC1/n
m
k = konstanta Freundlich
n = konstanta lain
x
log = log k + n log C
m
Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorpsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Berdasarkan
garis lurus yang diperoleh pada aluran tersebut, maka harga tetapan n dan k dapat ditentukan.
II. Alat dan Bahan
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Cawan porselin 1 buah Arang aktif 30 gram
Labu Erlenmeyer bertutup 250 6 buah Larutan NaOH 0,1 M 100 mL
mL 1 buah Aquades 700 mL
Buret 50 mL 1 buah Larutan asam oksalat dengan 100 mL
Gelas ukur 100 mL 20 x 20 cm konsentrasi 0,3 N; 0,2 N; 0,1
Kertas saring 3 buah N; 0,05 N; 0,01 N; dan 0,005
Gelas kimia 100 mL 1 buah N. 100 mL
Spatula 1 buah Larutan asam asetat dengan
Kaca arloji 1 buah berbagai konsentrasi 0,3 N;
Corong kaca 1 buah 0,2 N; 0,1 N; 0,05 N; 0,01 N;
Gelas kimia 500 mL 1 buah dan 0,005 N.
Pipet volumetri 10 mL 3 buah
Pipet tetes
III. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
Dikocok perlahan
selama 3 jam Disaring Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
2. Memasukkan masing-masing 5
gram arang yang telah diaktifkan
kedalam enam buah labu
erlenmeyer.
7. Sebelum melakukan titrasi, Warna larutan NaOH dan H2C2O4 adalah tidak
terlebih dahulu melakukan berwarna. Setelah dilakukan tiga kali titrasi, maka
standarisari larutan NaOH 0,1N volume NaOH yang digunakan dapat dilihat pada
yang telah dibuat dengan tabel di bawah
menggunakan larutan asam Titrasi ke- Volume Volume
oksalat dengan prosedur sebagai NaOH 1 M H2C2O4 0,05
berikut. (mL) M (mL)
- Menambahkan masing-masing
I 5
5 mL larutan H2C2O4 dengan 3
tetes indikator PP kemudian II 5
mentitrasi dengan NaOH 0,1 N
sampai menunjukkan III 5
perubahan warna menjadi
Rata-rata 5
merah muda. Volume NaOH
yang digunakan selanjutnya
dicatat.
Titrasi I = Titrasi I =
Titrasi I = Titrasi I =
Titrasi I = Titrasi I =
Titrasi II = Titrasi II =
0,05N 0,10 N
Titrasi III = Titrasi III =
Titrasi I = Titrasi I =
Titrasi I = Titrasi I =