Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Undang-undang No. 20 Tahun 2003). Seiring perkembangan

jaman, tantangan peningkatan mutu dalam berbagai aspek kehidupan tidak dapat

ditawar lagi. Tentunya pendidikan akan terus mengikuti perkembangan yang

tertuang dalam kegiatan pembelajarannya.

Permen 22 Tahun 2006 (Standar Isi) menyatakan pelajaran diberikan kepada

semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Oleh karena

itu sangat diperlukan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang

merupakan salah satu prioritas dalam pembelajaran sekolah.

Menurut Elam (McTighe & Schollenberger, 1991), keterampilan berpikir

kritis telah menjadi tujuan pendidikan tertinggi. Keterampilan berpikir kritis

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam bidang pendidikan (Redhana,

2008). Sementara itu, Candy (Phillips & Bond, 2004) menyatakan bahwa

keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan yang paling penting

dalam semua sektor pendidikan. Oleh karena itu, paradigma pembelajaran sudah

seharusnya bergeser dari pembelajaran yang menekankan pada keterampilan

1
2

berpikir tingkat dasar ke arah pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran

keterampilan berpikir tingkat tinggi, terutama keterampilan berpikir kritis.

Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah terus melakukan terobosan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti yang dilakukan pemerintah salah satu

diantaranya melakukan pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan aspek

yang berperan penting dalam pendidikan.

Penerapan kurikulum 2013 tepat, tetapi mengalami banyak persoalan yang

mengakibatkan pemberhentian diterapkannya kurikulum 2013. Oleh karena itu

kurikulum 2006 (KTSP) kembali diterapkan di beberapa sekolah. Meskipun telah

mengeluarkan keputusan untuk menghentikan sementara pelaksanaan Kurikulum

2013, namun pemerintah nyatanya tak mengharuskan semua sekolah di Indonesia

untuk mengikuti aturan tersebut. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan

Menengah Anies Baswedan mengungkapkan bahwa, pemerintah masih

membiarkan 3 persen atau 6.000 sekolah untuk tetap menjalankan kurikulum yang

terus diperdebatkan ini (Liputan 6, 13 Desember 2014 jam 17:54 WIB).

Sehubungan dengan hal tersebut, akibatnya tidak semua sekolah

menggunakan kurikulum yang sama. Ada yang menggunakan kurikulum 2013

dan ada yang menggunakan kurikulum 2006 (KTSP). Penerapan kurikulum 2013

dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru yang disediakan oleh

Pemerintah. Sekolah yang menggunakan kurikulum 2013, guru-guru yang terlibat

di dalamnya diwajibkan untuk memakai buku yang diterbitkan oleh pemerintah

dan digunakan dalam pembelajaran di kelas. Sedangkan yang masih menerapkan

kurikulum 2006, tidak diwajibkan untuk menggunakan buku tersebut.


3

Buku pelajaran yang baik dan bermutu selain menjadi sumber pengetahuan

yang dapat menunjang keberhasilan belajar siswa juga dapat membimbing dan

mengarahkan proses belajar mengajar di kelas ke arah proses pembelajaran yang

bermutu pula. Penting dilakukan pemilihan buku yang tepat untuk digunakan

dalam pembelajaran di sekolah.

Berpikir kritis berperan penting dalam mempersiapkan SDM yang

berkualitas. Berpikir kritis memungkinkan anak menganalisis pemikiran sendiri

untuk memastikan bahwa ia telah menemukan pilihan dan menarik kesimpulan

cerdas, (Lambertus, 2009). Dengan berfikir kritis siswa akan mampu menguasai

pengetahuan, teknologi dan sejumlah keterampilan. Oleh karena itu, siswa harus

disiapkan agar mampu berpikir kritis.

Pentingnya berpikir kritis membuat banyak peneliti tertarik untuk lebih

meningatkan aktivitas kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan

keterampilan berpikir kritis. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hasratuddin

(2010), melalui pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berfikir kritis juga bisa

ditingkatkan melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) (Diah,

2011), pembelajaran berbasis masalah (Sri, 2009), dengan metode studi kasus

(Leni, 2009) dan dengan Metode Improve (Hawa, 2012.). Penelitian dengan

menggunakan beberapa model juga mampu meningkatkan keterampilan berfikir

kritis diantaranya yaitu Model Pembelajaran Generatif (Dita, 2012), Model PBL

(problem based learning) (Yanti, dkk. 2012, dan Ida, 2015), dan masih banyak

penelitian yang dilakukan dengan penerapan model pembelajaran mampu

meningkatkan keterampilan berfikir kritis Siswa. Selain itu juga diadakan


4

pengembangan instrumen seperti yang dilakukan oleh Hartati (2010) terlihat jelas

terdapat peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa melalui pengambangan alat

peraga gesek.

Keterampilan berfikir kritis juga bisa dikembangkan melalui penyediaan

bahan ajar yaitu buku. Jadi seyogyanya buku ajar yang menjadi salah satu sumber

belajar yang utama bagi siswa mengandung unsur yang mampu meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum yang

menekankan agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir

kreatif dan berpikir kritis).

Salah satu buku pegangan siswa yang diterbitkan oleh pemerintah yaitu

buku pelajaran IPA. Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu

biologi, fisika, dan kimia. IPA merupakan ilmu yang lahir dan berkembang

melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,

pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan

teori dan konsep. Penelitian ini dimaksud menganalisis IPA SMP yang melihat

sejauh mana pemaparan materi dalam buku yang efektif untuk meningkatkan

keterampilan berpikir siswa. Pada penelitian ini hanya terfokus pada materi

kimianya saja yang terdiri dari tiga topik yaitu, Klasifikasi Benda, Perubahan

Benda-benda di sekitar Kita, dan Zat Aditif dan Adiktif.

Pengembangan keterampilan berfikir kritis melalui penyajian materi IPA

yang tepat adalah melalui Argumentasi (menggunakan bahasa penalaran). IPA

merupakan pelajaran yang berkaitan dengan fenomena alam (terjadi hubungan

sebab akibat). Hubungan sebab akibat merupakan suatu bentuk Argumentasi.


5

Paragraf Argumentasi adalah sebuah paragraf yang mengemukakan alasan,

contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Dengan adanya sebuah

paragraf Argumentasi ini maka kita dapat meyakinkan dan memengaruhi pembaca

dengan alasan-alasan yang logis dan kuat guna membuktikan kebenaran suatu

pendapat yang didasarkan atas data dan fakta (Syahputra, 2014).

Uraian buku dalam bentuk Argumentasi yang paling lengkap terdiri dari

Claim, Qualifier, Ground, Warrant, Rebuttal dan Backing (Toulmin, 1958).

Penyajian materi seperti Argumentasi Toulmin akan mampu melatih dan

mengembangkan keterampilan berfikir kritis Siswa. Selain itu penyajian argumen

juga memang bagus dalam pembelajaran berbasis sains Simon, dkk., 2008. Hal

tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

‘Analisis Buku Ajar IPA SMP Kurikulum 2013 Ditinjau dari Argumentasi

Toulmin’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu

1.2.1 Bagaimanakah pola argumen dalam buku IPA ditinjau dari argumetasi

Toulmin?

1.2.2 Apakah penyajian pola argumen dalam buku IPA sudah baik ditinjau dari

Argumentasi Toulmin?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah


6

1.3.1 Menggambarkan dan menjelaskan pola argumen dalam buku IPA ditinjau

dari argumetasi Toulmin

1.3.2 Menentukan penyajian pola argumen dalam buku IPA sudah baik ditinjau

dari Argumentasi Toulmin

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun praktis untuk semua pihak. Manfaat teoritis maupun praktis dari

penelitian ini sebagai berikut

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian analisis buku ajar IPA SMP bermanfaat untuk menambah wawasan

pengetahuan terhadap konsep kmia yang benar pada buku IPA.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa

 Menjadi pertimbangan dalam memilih buku pegangan siswa yang mampu

meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

 Menfasilitasi dalam peningkatan pemahaman siswa pada pembelajaran IPA

khususnya pada topik kimia

2. Bagi Guru

Membantu guru dalam memilih buku yang mampu meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Bagi Sekolah

Memberikan masukan yang memungkinkan sekolah dapat memberikan

rekomendasi buku teks IPA khususya pada topik kimia yang digunakan oleh
7

guru maupun siswa.

4. Bagi Pemerintah

Pemerintah bisa melakukan peninjauan dan pembaruan buku kembali terkait

materi kimia pada buku IPA SMP dalam meningkatkan keterampilan berpikir

kritis.
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan

materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi. Bahan ajar

didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala

kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi dalam Lestari, 2013:1). Pengertian ini

menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah

intruksional. Bahan ajar pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa

mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat,

2011:152).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang guru

dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan

keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan

ajar juga dapat diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara

sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang

sesuai kurikulum yang berlaku. Dengan adanya bahan ajar, selain guru akan lebih

runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa juga tercapai semua kompetensi

yang telah ditentukan sebelumnya.


9

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi

materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi. Bahan ajar

didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan. Bahan ajar digunakan untuk mencapai kompetensi atau

subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi, dalam

Lestari, 2013:1). Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar haruslah

dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional. Hal ini karena, akan digunakan

oleh guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau

materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa

mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat,

2011:152).

Karakteristik Bahan Ajar ada beragam, baik yang digunakan untuk sekolah

maupun perguruan tinggi. Contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum,

bahan ajar, dan buku teks pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut tentunya digunakan

untuk mempermudah peserta didik untuk memahami materi ajar yang ada di

dalamnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang

mampu membuat siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam

proses pembelajaran sebagai berikut.

1. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka

mendukung pemaparan materi pembelajaran.

2. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau

mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan

memberikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya.


10

3. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks

tugas dan lingkungan siswa.

4. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan

dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri.

Jenis- jenis Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki beragam jenis, ada yang cetak maupun noncetak. Bahan

ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa hand out, buku, modul, brosur,

dan lembar kerja siswa. Di bawah ini akan diuraikan penjelasan terkait jenis-jenis

bahan ajar.

a) Hand out

Hand out adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik ketika

mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemudian, ada juga yang yang mengartikan

hand out sebagai bahan tertulis yang disiapkan untuk memperkaya pengetahuan

peserta didik (Prastowo, dalam Lestari, 2011: 79).

Guru dapat membuat hand out dari beberapa literatur yang memiliki

relevansi dengan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh siswa. Saat ini hand

out dapat diperoleh melalui download internet atau menyadur dari berbagai buku

dan sumber lainnya.

b) Buku

Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan

hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku disusun dengan

menggunakan bahasa sederhana, menarik, dilengkapi gambar, keterangan, isi

buku, dan daftar pustaka. Buku akan sangat membantu guru dan siswa dalam

mendalami ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.


11

Secara umum, buku dibedakan menjadi empat jenis (Prastowo dalam Lestari,

2011: 79) adalah sebagai berikut.

1. Buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi, dan sumber

untuk kajian ilmu tertentu, bisaanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap.

2. Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja,

misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.

3. Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar

dalam melaksanakan proses pengajaran.

4. Buku bahan ajar, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan

berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan diajarkan.

c) Modul

Modul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat

belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, modul

harus berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi

pelajaran, informasi pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan

terhadap evaluasi. Dengan pemberian modul, siswa dapat belajar mandiri tanpa

harus dibantu oleh guru.

d) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas

sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut secara

mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapat materi, ringkasan, dan tugas yang

berkaitan dengan pelajaran. Selain itu siswa juga dapat menemukan arahan yang

terstruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan

siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi tersebut.
12

e) Buku Teks

Buku teks juga dapat didefinisikan sebagai buku pelajaran dalam bidang

studi tertentu, yang disusun oleh para pakar dalam bidang tersebut dengan maksud

dan tujuan-tujuan instruksional. Buku teks dilengkapi dengan sarana-sarana

pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya sehingga dapat

menunjang suatu program pengajaran.

Bahan ajar noncetak meliputi bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,

piringan hitam, dan compact disc audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual)

seperti video compact disc dan film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive

teaching material) seperti CIA (Computer Assisted Intruction), compact disc (CD)

multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based

learning materials) (Lestari, 2013: 6).

Fungsi Bahan Ajar

Secara garis besar, fungsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan

semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. Fungsi bahan ajar bagi siswa

untuk menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya dipelajari. Bahan ajar juga berfungsi sebagai alat

evaluasi pencapaiana hasil pembelajaran.

Bahan ajar yang baik sekurang-kurangnya mencakup petunjuk belajar,

kompetensi yang akan dicapai, isi pelajaran, informasi pendukung, latihan-latihan,

petunjuk kerja, evaluasi dan respon terhadap hasil evaluasi (Prastowo, dalam

Lestari, 2011: 2004). Karakteristik siswa yang berbeda dari berbagai latar

belakangnya akan sangat terbantu dengan adanya kehadiran bahan ajar, karena
13

dapat dipelajari sesuai dengan kemampuan yang dimilki sekaligus sebagai alat

evaluasi penguasaan hasil belajar.

Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal,

pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok (Prastowo dalam Lestari,

2011: 25- 26).

1. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain.

a. Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali

proses pembelajaran (dalam hal ini, siswa bersifat pasif dan belajar sesuai

kecepatan siswa dalam belajar).

b. Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.

2. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain :

a. Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.

b. Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses

peserta didik dalam memperoleh informasi.

c. Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.

3. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:

a. Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan

cara memberikan informasi tentang latar belakan materi, onformasi

tentang peran orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran kelompok,

serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri.

b. Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang

sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.


14

Buku Ajar Sebagai Bagian dari Bahan Ajar

Pengertian buku ajar menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut. Hall-

Quest dalam buku Tarigan mengatakan buku ajar adalah rekaman pemikiran rasial

yang disusun buat maksud-maksud dan tujuan-tujuan instruksional. Bacon

mengemukakan bahwa buku ajar adalah buku yang dirancang untuk penggunaan

di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau ahli dalam

bidang itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.

Buckingham mengutarakan bahwa buku ajar adalah sarana belajar yang bisa

digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu

program pengajaran dan pengertian moderen dan yang umum dipahami.

Menurut Greene dan Petty (1959), beberapa kegunaan buku ajar adalah sebagai

berikut.

1. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai

pengajaran serta mendemontrasikan aplikasi dalam bahan pengajaran yang

disajikan.

2. Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter yang kaya,

mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para

siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana

keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh pada kondisi yang

menyerupai kehidupan yang sebenarnya.

3. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai

keterampilan-keterampilan ekspresional.

4. Menyajikan (bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya)

metodemetode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi siswa.


15

5. Menyajikan fiksasi awal yang perlu sekaligus juga sebagai penunjang bagi

latihan dan tugas praktis.

6. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat

guna.

2.1.2 Pembelajaran IPA pada Kurikulum 2013

Tim Pengembang Materi Kemdikbud (2013) menyatakan, orientasi

kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara

kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).

Beberapa hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah

perubahan proses pembelajaran (dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta

didik mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis outputmenjadi berbasis

proses dan output).

Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran menerapkan pendekatan

saintifik dan penilaian otentik untuk mengukur semua kompetensi peserta didik,

dengan menggunakan instrumen utama penilaian adalah portofolio yang dibuat

oleh peserta didik. Berarti dituntut adanya keseimbangan antara proses dan hasil.

Hal ini akan diimplementasikan di setiap jenjang pendidikan, dari SD hingga

SMA. Pembelajaran IPA yang berada pada jenjang SMP dilaksanakan dengan

berbasis keterpaduan. Pembelajaran IPA di SMP dikembangkan sebagai mata

pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Konsep

keterpaduan ini ditunjukkan dalam Kompetensi Inti ( KI) dan Kompetensi Dasar

(KD) pembelajaran IPA yakni di dalam satu KD sudah memadukan konsep-

konsep IPA dari bidang ilmu biologi, fisika, dan ilmu pengetahuan bumi dan

antariksa (IPBA).
16

Penting untuk memahami pembelajaran terpadu karena pendekatan ini

diterapkan pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran terpadu merupakan suatu

pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek

baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya

pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan

secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Makna

pembelajaran terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa

mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta

didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya, peserta didik akan

memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung

dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami. Secara

umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan

kemampuan peserta didik secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif

peserta didik dalam proses pembelajaran.

Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat pengalaman langsung

dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan peserta didik

semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya. Pembelajaran terpadu sebagai

suatu proses mempunyai beberapa ciri, di antaranya yaitu, berpusat pada peserta

didik (student centered) dan proses pembelajaran mengutamakan pemberian

pengalaman langsung. Di samping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep

dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran. Manfaat dari

pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang di setiap mata

pelajaran yang mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh peserta didik.
17

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran terpadu, beberapa hal yang

diperlukan antara lain, kejelian guru dalam mengarahkan konsep, baik intra

maupun antar mata pelajaran, dan penguasaan material dan metodologi terhadap

mata pelajaran. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada

kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat,

bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Dalam menerapkan pembelajaran IPA

terpadu yang sesuai dengan kurikulum 2013, guru harus memiliki kemampuan

untuk mengantisipasi pemanfaatan berbagai arahan pengait konseptual intra

ataupun antar mata pelajaran, dan penguasaan material dan metodologi terhadap

mata pelajaran. Salah satunya juga, teliti dalam memilih sumber belajar yang

efektif dan efisien. Yang dimaksud efektif adalah sesuai dengan karakteristik

peserta didik, kondisi, dan memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Sedangkan,

efisien berarti tidak menghabiskan biaya, waktu dan tenaga terlalu besar, atau

bahkan di luar kemampuan dari guru maupun peserta didik tersebut.

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang memberikan kemudahan

kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,

pengalaman dan ketrampilan, dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran

dengan sumber-sumber yang konkrit lebih menjamin keberhasilan daripada secara

abstrak. Keuntungan yang diperoleh adalah belajar menjadi lebih produktif serta

dapat memberikan pengalaman langsung karena sumber-sumber yang konkrit

mampu menyajikan kondisi belajar lebih alami (Wibowo, 2004).

Pembelajaran IPA di SMP hendaknya menggunakan sumber belajar yang

konkrit karena peserta didik pada jenjang SMP berada pada tahap operasional

konkrit atau berada pada peralihan antara tahap operasional konkrit dan formal.
18

Piaget menyatakan, dalam tahap operasional konkrit, anak telah dapat membuat

pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis (Suastra, 2009; Tim

Pengembang Materi Kemdikbud, 2013).

2.1.3 Karakteristik Ilmu Kimia dalam Buku IPA

Para ilmuan mengelompokkan kajian ilmu kimia ke dalam tiga aspek yaitu

makroskopis, mikroskopis, dan simbolik. Ketiga aspek tersebut memiliki

hubungan yang erat satu sama lain (Johnstone dalam Gabel, 1999).

Makroskopis Submikroskopi
s

Simbolik

Gambar 2.1 Kaitan tiga aspek kajian dalam ilmu kimia

a. Makroskopik

Ilmu kimia dipandang sebagai aspek makroskopik diperoleh dari suatu

fenomena yang dapat diamati dan dipersepsikan oleh panca indera (sensory level)

baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan dapat dilakukan

melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, inquiri laboratorium maupun

studi lapangan yang berkaiatan dengan wujud zat, kerapatan, massa, konsentrasi,

warna, pH larutan, tekanan osmotik dan temperatur (Gilbert dan Treagust, 2009).

b. Submikroskopik

Istilah submiskroskopik mengacu pada ukuran partikel yang lebih kecel dari

mikroskopis. Submikroskopis didasarkan pada gagasan bahwa materi bersifat

diskontinu dan berbuat dari partikel-partikel diskrit (Nakhleh, 1992; Smith & Raz,
19

2003). Selain itu submikroskopis juga menjelaskan struktur dan proses kimia pada

level partikel materi (atom, ion dan molekul).

Kesulitan yang dialami siswa adalah memahami konsep-konsep kimia,

seperti reaksi kimia perilaku gas, kelarutan dan kesetimbangan kimia karena siswa

kurang memahami tentang struktur submikroskopis dari suatu materi. Di sisi lain,

banyak penelitian menunjukkan bahwa penguasaan struktur dari partikel materi

dapat meningkatkan pemahaman konseptual siswa serta kemampuan memecahkan

masalah (Gilbert &Treagust, 2009).

c. Simbolik

Ilmu kimia dipandang sebagai simbolik merupakan tingkatan ilmu kimia

secara kualitatif dan kuantitatif yang digunakan untuk membantu menjelaskan

level makroskopis dan submikroskopis. Ilmu kimia dipandang sebagai simbolik

mencakup tentang model-model kimia seperti molimood, rumus kimia, rekasi

kimia, simulasi, grafik, diagram ataupun segala hal yang dipergunakan untuk

mengembangkan model mental pada pemahaman terhadap konsep ilmiah yang

baru (Davidowitz & Chittleborough, 2009).

Pada tingkatan ini siswa dituntut untuk berpikir abstrak namun banyak siswa

menghafalkan rumus-rumus kimia tanpa memahami makna dan fungsinya (Farida,

2012 dalam Prema, 2015). Tingka simbolik merupakan penghubung antara level

submikroskipis dan makroskopis, maka dari level ini lebih mudah dipahami jika

siswa telah menguasai kedua tingakatan lainnya (Taber, 2009).

Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori,

prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, dalam

penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia


20

sebagai produk dan proses. Depdiknas (2015) menyatakan bahwa kimia

mempelajari struktur materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi ini

dalam proses-proses alamiah maupun eksperimen yang direncanakan.

Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan proses-proses sains yaitu:

1. Mengobservasi yang meliputi kemampuan untuk membedakan, mengukur, dan

menghitung.

2. Menyususn hipotesis, meliputi kemampuan berfikir secara deduktif, dengan

menggunakan konsep-konsep dan teori-teori.

3. Merencanakan penelitian, yang meliputi penetapan masalah dan pengujian dari

hipotesis yang tealah dibuat.

4. Menegndalikan variabel yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak menjadi

obyek penelitian.

5. Menginterpretasi data grafik maupun mencri pola hubungan yang terdapat

dalam pengolahan data.

6. Menyusun kesimpulan sementara yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari

pengolahan data.

7. Memprediksi termasuk membuat ramalan atas kecenderungan yang terdapat

dalam pengolahan data.

8. Mengapliksikan, yatu menggunakan konsep ataupun hasil penelitian ke dalam

kehidupan bermasyarakat.

Mengkomunikasikan yaitu kemampuan untuk dapat mengkomunikasikan

pengetahuan dan hasil pengamatan kepada orang lain baik secara lisan maupun

secara tertulis.
21

Pada dasarnya pelajaran IPA di sekolah membekali peserta didik tentang

pengetahuan alam sekitarkarena, pelajaran IPA membahas gejala-gejala alam.

Agar pembelajaran IPA efektif, guru harus menghubungkan materi yang dipelajari

peserta didik dengan kehidupan yang dialami peserta didik, sehingga mereka

menganggap pelajaran IPA itu menarik dan menyenangkan, tidak terkesan sulit

bagi peserta didik.

Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalamanlangsung untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk ”mencari

tahu” dan ”berbuat” sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan tentang

alam sekitar.

Konsep-konsep yang dipelajari dalam IPA di SMP/MTs terdiri dari

makhluk hidup dan proses kehidupannya; materi dan sifatnya; energi dan

perubahannya; bumi dan alam semesta. Konsep yang dipelajari dalam kimia

adalah materi dan sifatnya. Untuk kelas VII standar kompetensi kimia yang harus

dicapai oleh peserta didik adalah melakukan percobaan untuk membedakan unsur,

senyawa dan campuran, memisahkan campuran dengan berbagai cara sesuai

dengan karakteristiknya, membandingkan perubahan fisika dan perubahan kimia,

serta mengkomunikasikan hasilnya. Materi pokok yang dipelajari adalah:

1) unsur, senyawa dan campuran

2) pemisahan campuran

3) perubahan materi
22

Konsep kimia di atas memerlukan suatu Buku Petunjuk Praktikum agar

peserta didik dapat mempelajari terlebih dahulu Materi Pokok yang akan

dipraktikumkan serta mempunyai buku pegangan dalam berpraktikum.

Pokok pembelajaran IPA memiliki materi yang memuat kajian dimensi

objek, tingkat organisasi objek dan tema atau persoalan aspek fisika, kimia dan

biologi. Pada aspek biologi, IPA mengkaji berbagai persoalan yang terkait dengan

berbagai fenomena pada makhluk hidup berbagai tingkat organi sasi kehidupan

dan interaksinya dengan faktor lingkungan. Untuk aspek fisika, IPA

memfokuskan diri pada benda tak hidup. Untuk aspek kimia, IPA mengkaji

berbagai fenomena gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak

hidup yang ada di alam semesta. (http://www.duniaguru.com)

Pembelajaran kimia sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

karena itu pembelajaran kimia di SMP/MTs harus diusahakan mengarah kepada

kegiatan yang mendorong peserta didik belajar lebih aktif, baik secara fisik,

sosial, maupun psikis dalam memahami konsep. Pendekatan yang tepat untuk

tujuan tersebut adalah pendekatan keterampilan proses, yang salah satu bentuk

pelaksanaannya berupa praktikum/eksperimen (Conny Semiawan, dkk., 1986 :

16).

Pembelajaran IPA terpadu merupakan konsep pembelajaran IPA dengan

situasi lebih alami dan situasi dunia nyata, serta mendorong peserta didik

membuat hubungan antar cabang IPA dan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Pembelajaran IPA terpadu


23

merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan peserta didik

menerapkan konsep-konsep IPA dan berpikir tingkat tinggi serta memungkinkan

mendorong peserta didik peduli dan tanggap terhadaplingkungan dan budayanya.

2.1.4 Bahasa Penalaran

Struktur penalaran adalah cara untuk mengintepretasikan suatu bacaan

atau wacana dengan menyelipkan beberapa indikator alasan dan indikator

simpulan. Struktur penalaran akan melahirkan rantai penalaran dengan

menggunakan bahasa penalaran sebagai alat untuk menghubungkan atau

mengkaitkannya. Rantai penalaran adalah kumpulan simpulan-simpulan yang

berturutan menjadi alasan-alasan untuk simpulan berikutnya. Biasanya di dalam

rantai penalaran ada beberapa pola yang dibentuk. Pola-pola tersebut dikenal

dengan pola penalaran. Pola penalaran adalah suatu pola atau alur yang biasa

digunakan dalam menggambarkan/ mendeskripsikan argumen yang menggunakan

bahasa penalaran atau indikator-indikator argumen dalam pembuatannya. Ada

beberapa contoh pola penalaran yang biasanya diadaptasi untuk membuat suatu

argumen, seperti misalnya:

a. <Alasan 1> dan <Alasan 2> sehingga [Simpulan].

b. <Alasan 1> dan <Alasan 2> dan <Alasan 3> dan <Alasan 4> sehingga

[Simpulan].

c. <Alasan 1> sehingga [Simpulan 1] dan <Alasan 2> oleh karena itu [Simpulan

2].

d. <Alasan 1> sehingga [Simpulan 1] oleh karena itu [Simpulan 2].

e. <Alasan 1> tak pelak lagi ini berarti bahwa [Simpulan 1] tetapi [Simpulan 3]

karena <Alasan 2> sehingga [Simpulan2].


24

Sedangkan, bahasa penalaran itu sendiri adalah bahasa yang secara khusus

digunakan ketika orang berpikir. Biasanya bahasa penalaran banyak terdapat

dalam suatu argumen. Bahasa penalaran mengandung indikator-indikator

argumen. Indikator-indikator argumen secara lebih mendalam mengandung

indikator-indikator simpulan dan indikator-indikator alasan.

Indikator-indikator simpulan dalam hal ini adalah (1) oleh karena itu, (2)

sehingga, (3) karenanya, (4) jadi, (5) sebagaimana konsekuensinya, (6) yang

membuktikan/memperlihatkan bahwa, (7) membenarkan keyakinan/pandangan

bahwa, (8) saya simpulkan bahwa, (9) darinya kita bisa menarik kesimpulan

bahwa, (10) berdasarkan hal itu maka, (11) menunjukkan bahwa, (12) harus, (13)

Jika…,maka….

Indikator-indikator alasan dalam hal ini adalah (1) karena, (2) berdasarkan

fakta, (3) alasan-alasannya adalah, (4) pertama, (5) kedua, (6) Hal tersebut karena,

(7) disebabkan oleh, (8) penyebabnya adalah. Indikator-indikator inilah yang akan

menunjukkan apakah argumen tersebut baik ataupun tidak (Fisher, 2009).

2.1.5 Keterampilan Berpikir Kritis

Dunia pendidikan sudah tidak asing lagi dengan istilah berpikir kritis.

Berpikir kritis adalah keterampilan penting dan perlu karena diperlukan

di tempat kerja, dapat membantu berurusan dengan mental dan pertanyaan

spiritual, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi orang, kebijakan, dan institusi,

sehingga menghindari masalah sosial, Hatcher and Spencer (dalam duron, 2006).

Ennis (dalam Fisher, 2009:4) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah pemikiran

yang masuk di akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti

dipercaya atau dilakukan. Scriven (dalam Fisher, 2009: 10) menyatakan bahwa
25

berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampilan dan aktif terhadap

observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Berdasarkan definisi di

atas, berpikir kritis adalah keterampilan berpikir tinggat tinggi yang membutuhkan

nalar untuk membantu berurusan dengan mental dan pertanyaan spiritual, dan

dapat digunakan untuk mengevaluasi orang, kebijakan, dan institusi, sehingga

menghindari masalah sosial.

Keterampilan penting dalam pemikiran kritis menurut Edwar Glaser

(dalam Fisher,2009:7) adalah sebagai berikut: (a) mengenal masalah; (b)

menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu;

(c) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan; (d) mengenal

asumsi-asumsi dan nila-nilai yang tidak dinyatakan; (e) memahami dan

menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas; (f) menganalisis data; (g)

menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan, (h) mengenal adanya

hubungan yang logis antara masalah-masalah; (i) menarik kesimpulan-kesimpulan

dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan; (j) menguji kesamaan-kesamaan dan

kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil; (k) menyusun kembali pola-pola

keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan (l) membuat

penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam

kehidupan sehari-hari.

2.1.6 Argumentasi Toulmin

Pada saat pembelajaran sains guru menyampaikan pesan dan siswa

menangkap serta merespon pesan tersebut, siswa dapat memberi tanggapan

terhadap pesan yang tanggapan dari siswa tersebut dapat ditanggapi lagi oleh
26

siswa lainnya. Isi pesan, penyampaian pesan, dan penanggapan terhadap pesan

yang terjadi dalam kelas merupakan fenomena wacana.

Argumentasi ilmiah adalah keterampilan yang sangat penting bagi para

siswa yang berusaha untuk menjadi saintis profesional. Argumentasi adalah tujuan

utama pendidikan sains karena dapat melibatkan siswa mengkonstruksi dan

membenarkan klaim pengetahuan dalam kegiatan sains yang kompleks. Ford

(2008), menyatakan Argumentasi ilmiah memungkinkan siswa untuk terlibat

dalam konstruksi pengetahuan dengan cara menerima sesuatu berdasarkan bukti,

gagasan yang masuk akal, atau kekuatan yang tidak terbantahkan.

Toulmin (1958) adalah orang yang pertama mengusulkan model

Argumentasi, dan mengembangkan suatu kerangka Argumentasi sebagai dasar

perspektif teoritis dalam argumen. Model Argumentasi Toulmin merupakan

pilihan yang tepat, karena memiliki sifat dasar Argumentasi wacana. Argumentasi

Toulmin memiliki kesesuaian dengan Argumentasi sehari-hari yang memudahkan

tugas analisis menghubungkan bagian-bagian utamanya dalam memfasilitasi

konseptualisasi makna argumen. Beberapa manfaat dari model Argumentasi

Toulmin adalah: (1) aturan sederhana agar prosedur diskusi melalui jenis dan tata

bahasa; (2) keseluruhan struktur yang jelas dari apa yang telah dikatakan atau

ditulis; (3) kontribusi yang kompleks menjadi lebih jelas ketika dipecah menjadi

elemen-elemen Argumentasi.

Erduran, dkk., (2004) menggunakan model Argumentasi Toulmin sebagai

alat untuk analisis Argumentasi yang dikenal sebagai Toulmin‟s Argumen Pattern

(TAP) . TAP secara umum telah diselidiki sebagai ukuran informal dari penalaran

sehari-hari tentang isu-isu sosialkarena, yang sifat keduanya sama. Sifat keduanya
27

mengakui lawan pernyataan dan mempertimbangkan bukti terhadap setiap

pernyataan. (Zohar & Nemet, 2002; Sadler & Zeidler, 2005; Kuhn, 2010).

Selanjutnya Kuhn (2010), mengatakan TAP sebagai kerangka kerja analisis

tentang: (a) bagaimana seseorang mampu mengkoordinasi teori dan bukti, dan (b)

mengidentifikasi sifat paralel antara penalaran informal dan ilmiah. Skema antar

hubungan komponen-komponen utama TAP dalam pemecahan masalah

ditunjukkan Gambar 1. Komponen utama TAP meliputi: (a) Ground/Data adalah

bukti yang jadi titik tolak mendukung klaim merupakan informasi yang diketahui,

(b) Warrant adalah alasan yang menghubungkan antara data dan klaim; (c) Klaim

adalah pernyataan tentang apa atau apa nilai yang dianut orang; (d) Kualifikasi

adalah kondisi-kondisi yang perlu ada agar klaim itu benar, dan mewakili

keterbatasannya, e) Backing/ Pendukung adalah asumsi-asumsi dasar yang sering

tidak dimunculkan secara eksplisit, karena dianggap telah disepakati bersama

membenarkan alasan (Warrant), (f) Rebuttal/Sanggahan adalah pernyataan-

pernyataan yang mengantisipasi keberatan terhadap kesimpulan (Toulmin, 1958;

Driver, dkk., 2000; Erduran,dkk., 2004).


28

Qualifier

Ground/Data Claim

Warrant
Rebuttal

Backing

Gambar 2.2 Skema Komponen Utama TAP (diadaptasi dari Toulmin, 1958;

Erduran,dkk., 2004)

2.2 Hasil Penelitian Relevan

Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan

menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta

pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam

upaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru, Rofiah

dkk (dalam Arisanto dkk, 2014) Namun, hasil studi TIMSS menunjukkan siswa

Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan berpikir tingkat

tinggi (Rofiah, dkk.,2013:20). Pentingnya berpikir kritis mendorong beberapa

peneliti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis Siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasratuddin (2010), melalui pembelajaran

matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Kemampuan berfikir kritis juga bisa ditingkatkan melalui pendekatan Contextual


29

Teaching and Learning (CTL) (Diah, 2011), pembelajaran berbasis masalah (Sri,

2009), dengan metode studi kasus ( Leni, 2012) dan dengan Metode Improve

(Hawa, L.).

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan beberapa model juga mampu

meningkatkan keterampilan berfikir kritis diantaranya yaitu Model Pembelajaran

Berbasis Masalah dan Pertanyaan Socratik, ( Redhana 2012), Model PBL

(problem based learning) (Yanti, dkk., 2011, dan Ida, 2015), Model Pembelajaran

Generatif ( Dita, 2012), Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort ( Winarsih,

dkk., 2013) dan masih banyak penelitian yang dilakukan dengan penerapan model

pembelajaran mampu meningkatkan keterampilan berfikir kritis Siswa.

Selain itu juga diadakan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis

masalah dan pertanyaan Socratik (Redhana,dkk.,2009), pengembangan instrumen

seperti yang dilakukan oleh Hartati (2010) terlihat jelas terdapat peningkatan

kemampuan berfikir kritis siswa melalui pengambangan perangkat dan instrumen.

Mengingat pentingnya keterampilan berpikir kritis yang harus dikembangkan

siswa sebaiknya buku yang digunakan siswa juga seyogyanya mampu untuk

meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Penelitian tentang buku memang telah

dilakukan seperti: Penelitian tentang analisis kesesuaian cakupan materi dalam

bahan ajar dengan kompetensi dasar pada buku teks biologi SMP oleh Andriaty,

Adisendjaja dan Syulasmi (2014) menghasilkan bahwa secara keseluruhan buku

yang dianalisis belum sesuai dengan kompetensi dasar pada kurikulum yang

berlaku yaitu KTSP.

Fadhilah, Mulyani, Susilowati, dan Widiyaningrum (2012) juga melakukan

analisis buku ajar IPA Biologi yang banyak digunakan di SMP Negeri Kabupaten
30

Jepara. Hasil penelitiannya yaitu Buku pelajaran IPA Biologi terbitan Erlangga

karangan Syamsuri, dkk tahun terbit 2007 jilid 2 belum sepenuhnya sesuai

untuksiswa kelas VIII pada tingkat keterbacaan.

Hal yang sama dilakukan juga oleh Jannah dan Dwiningsih (2013) tentang

kelayakan buku ajar kimia berorientasi quantum learnig pada materi pokok kimia

unsur untuk siswa kelas xii sma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelayakan

ditinjau dari komponen isi, penyajian, bahasa, kesesuaian dengan quantum

learning, dan respon siswa berturut-turut sebesar 80,53%; 82,3%; 85,4%; 93,05%;

dan 94,6%. Hal ini menunjukkan bahwa buku ajar berorientasi quantum

learning layak digunakan dalam proses pembelajaran.

Yang terakhir adalah penelitian tentang analisis bahan ajar fisika sma kelas

XI di kecamatan indralaya utara berdasarkan kategori literasi sains yang dilakukan

oleh Kurnia, Zulherman, dan Fathurohman. Berdasarkan analisis hasil penelitian

mengenai kategori literasi sains pada kedua buku yang diteliti, dapat disimpulkan

bahwa buku-buku yang digunakan di sekolah menengah atas di Kecamatan

Indralaya Utara sudah merepresentasikan kategori literasi sains dengan persentase

kemunculan rata-rata sebesar 59,62% untuk kategori literasi sains sebagai batang

tubuh pengetahuan, 33,57% untuk kategori literasi sains sebagai cara menyelidiki,

5,73% untuk kategori literasi sains sebagai cara berpikir, dan 1,08% untuk

kategori interaksi sains, teknologi dengan masyarakat.

Perbedaannya pada penelitian ini adalah akan dilakukan analisis terhadap buku

berdasarkan Argumentasi Toulmin. Argumentasi Toulmin digunakan karena

sejauh ini hanya Argumentasi Toulmin yang sesuai mampu meningkatkan

keterampilan berpikir kritis. Adapun penelitian tentang analisis argumen


31

menggunakan argumentasi Toulmin (Simon, dkk., 2008) yang menyatakan

adaptasi dari Argumen Pola Toulmin ini ( TAP ) mampu menginformasikan

program pengembangan profesional bagi guru. Penelitian tentang dampak

program pada praktek pedagogik menunjukkan bahwa bahan berbasis Toulmin

yang menguntungkan dalam membantu guru untuk konsep argumen dan model

untuk siswa . Kerangka dikembangkan dari TAP juga dapat digunakan untuk

mengevaluasi hasil siswa ketika menggunakan perangkat lunak argumentasi.

Argumentasi dengan penerapan model berpikir logika Toulmin, dalam pandangan

penulis yang sudah beberapa tahun menggeluti model berpikir ini termasuk dalam

penelitian desertasi dan penelitian lainnya jauh lebih tajam karena model berpikir

logika Toulmin pada umumnya menggunakan pola berpikir indukstif dengan

komponen-komponen argumen yang meliputi data, jaminan, pendukung,

pengecualian, modalitas dan pernyataan posisi, Setyaningsih (dalam Setyaningsih,

2014).
32

2.3 Model Penelitian

Input Proses Output

Struktur teks Pertanyaan Pola


Materi Argumen
Argumenatif dan untuk argumen
Kimia dalam Toulmin
Penalaran menelusuri
Buku
argumen
Pelajaran
IPA
Validasi Isi

Kesimpulan

Gambar 2.3: Model Penelitian

Penjelasan Model Penelitian

Gambar di atas menunjukkan penelitian akan dilakukan dengan mengumpulkan

data terlebih dahulu. Data yang dikumpulkan berupa materi Kimia yang ada

dalam buku IPA. Data tersebut akan ditentukan argumennya, kemudian dianalisis

berdasarkan Teori Toulmin. Setelah dianalaisis akan ditentukan pola argumennya.

Pola-pola argumen yang ditemukan akan disatukan kemudian hasil analisis dicek

kembali oleh ahli isi, selanjutnya dibuat kesimpulan.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan suatu pendekatan yang didasarkan pada asumsi filosofis (pendekatan

naturalistis interpretif) pada penelitian kualitatif dan sumer-sumber informasi

jamak dan pendekatan naratif yang tersedia bagi peneliti Denzin dan Lincoln

(dalam Emzir, 2012)

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Emzir 2012) terdapat lima ciri utama

penelitian kualitatif, yaitu naturalistik, data deskriptif, berurusan dengan proses,

induktif dan makna. Penelitian ini merupakan analisis dokumen kualitatif.

Penelitian ini merupakan analisis dokumen kualitatif tentang bku IPA SMP

kurikulum 2013. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan karena

adanya kebutuhan untuk mendalami dan menjelaskan sebuah fenomena (Creswell

1994:136). Dalam hal ini hubungan antar elemen argumen materi kimia dalan

buku IPA SMP merupakan sebuah fenomena yang perlu dianalisis secara lebih

mendalam metode kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif

Weberian, perspektif post-positivistik kelompok teori kritis serta post-modernisme

seperti dikembangkan oleh Baudrillard, Lyotard, dan Derrida (Cresswell, 1994)

dalam Gumilar (2005).


34

Moleong (2002:16) juga mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yag tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi

lainnya. Demikian halnya dengan penelitian ini. Penelitian analisis buku ini tidak

menggunakan prosedur kuantifikasi atau statistik.

3.2 Prosedur Penelitian

1. Pencarian buku

Buku yang dianalisis adalah buku IPA SMP kurikulum 2013

2. Pemilihan topik

Pada buku IPA SMP terdapat materi kimia, fisika dan biologi. Penelitian ini

hanya terfokus pada materi kimia saja.

3. Analisis

Analisis argumen dilakukan pada topik Klasifikasi Benda, Perubahan Benda-

Benda di Sekitar Kita dan Zat aditif dan Adiktif.

4. Identifikasi

Setelah dilakukan analisis, selanjutanya setiap argumen pada topik Klasifikasi

Benda, Perubahan Benda-Benda di Sekitar Kita dan Zat aditif dan Adiktif

dianalisis dengan bantuan formulir pengisian argumen berdasarkan teori

toulmin

5. Pola yang terbentuk

Setelah dilakukan analisis, kemudian dibuat pola. Pola yang terbentuk bisa

saja berbeda-beda

6. Produk akhir

Pola argumen yang diperoleh dari setiap paragraf akan dibuat kesimpulan.
35

3.3 Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa argumen. Argumen pada

buku akan dianalisis dengan menggunakan lembar catatan/formulir analisis

dokumen berdasarkan argumentasi Toulmin.

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh berupa argumen yang akan dianalisis dengan menggunakan

formulir berdasarkan Argumentasi Toulmin. Tahapan analisisnya adalah:

1. Penelusuran elemen argumen Claim dan stated reason

2. Pengamatan terhadap elemen argumen Claim dan stated reason yang

menyertainya

3. Penelusuran elemen-elemen argumen Ground, Warrant, Backing, qualifer,

dan Rebuttal dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan berikut

a. Apa bukti yang mendukung Claim? (menemukan Ground)

b. Apa yang menguatkan Claim dan menghubungkan Claim dan stated reason?

(menemukan Warrant)

c. Apa latar belakang Warrant? (menemukan Backing)

d. Adakah kondisi yang berupa kemungkinan perlawanan atau pengecualian?

(menemukan Rebuttal)

e. Adakah kondisi yang berupa syarat yang berkaitan dengan Claim?

(menemukan qualifer)

 Penyusunan pola argumen

 Penguraian materi kimia dalam elemen argumen

 Pengamatan hubungan materi kimia antar elemen argumen yang berpola

 Penyatuan elemen argumen yang berpola menjadi kesatuan argumen


36

4. Penarikan kesimpulan berupa pola argumen keseluruhan yang terbentuk

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan presentse argumen yang

diperoleh dari keseluruhan data yang ada.

Data dari format analisis buku teks dianalisis dengan cara menghitung nilai

dari tiap butir instrument menggunakan teknik rating scale, data mentah yang

diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Instrument rating scale yang dibuat harus dapat menginterpretasikan setiap

angka pada alternative jawaban dalam setiap item instrument (Sugiyono,

2011).

Berdasarkan instrument yang digunakan, diperoleh jumlah argument yang

sesuai dengan argumentasi Toulmin (a) per total argument dalam buku (b).

𝑎
x 100%
𝑏

Gambar 3.1 Kurva normal

Secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut:

0-20 % : Tidak Baik 60-80% : Baik

20-30%: Kurang Baik 80-100%:Sangat Baik

30-60%: Cukup Baik


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian Analisis Buku ini bercermin dengan Argumetasi Toulmin. Hasil

penelitian dideskripsikan dan disertakan pola yang terbentuk pada masing-masing

argumen. Analisis ini hanya dilakukan pada materi Kimia saja dalam Buku IPA

SMP. Terdapat 3 materi Kimia yang dianalisis yaitu, Klasifikasi Materi,

Perubahan Benda-Benda di Sekitar Kita, dan Zat aditif dan Adiktif.

Hasil analisis argumen pada buku pelajaran IPA materi Kimia SMP kurikulum

2013 yaitu:

1. Klasifikasi Materi

(1) Argumen 1

Claim

Claim pada argumen 1 adalah materi adalah sesuatu yang mempunyai massa dan
dapat menempati sebuah ruangan. Terdapat 2 kalimat miskonsepsi dalam
argumen. Yang pertama yaitu zat berwujud gas adalah udara dan asap. Kekeliruan
kalimat ini karena udara merupakan campuran dari partikel-partikel yang
berwujud gas. Sedangkan asap merupakan aerosol padat (koloid). Kalimat ‘Asap
rokok merupakan salah satu gas yang berbahaya bagi kesehatan’ juga merupaka
misskonsepsi. Hanya terdapat Claim saja pola yang terbentuk adalah C

37
38

(2) Argumen 2

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 2 adalah materi di alam dapat dibagi menjadi zat tunggal dan

campuran. Ground pada argumen ini adalah unsur merupkan zat tunggal

merupakan. Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘unsur dikatakan zat

tunggal karena tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih sederhana

melalui reaksi kimia bisaa’. Argumen mengandung Ground, Warrant dan Claim.

Pola yang terbentuk adalah GWC.

(3) Argumen 3

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 3 adalah unsur di alam dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

unsur logam dan non logam. Ground pada argumen ini adalah contoh unsur logam

adalah besi, emas, seng. Sedangkan contoh unsur nonlogam adalah karbon,

nitrogen dan oksigen (Ground). Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan

‘sifat unsur logam yaitu, umumnya mengkilat, penghantar listrik yang baik,

penghantar panas yang baik, dapat ditempa menjadi lempengan/lembaran,

umumnya berwujud padat kecuali raksa. Sifat unsur non logam yaitu, pada suhu

kamar ada yang berwujud padat, cair, dan gas, pada umumnya tidak mengkilat
39

kecuali karbon dalam bentuk intan, penghantar listrik yang buruk kecuali karbon

dalam bentuk grafit, penghantar panas yang buruk, tidak dapat ditempa, tidak

dapat direntang atau ditarik’.

Pada argumen terdapat paragraf yang tidak nyambung dengan Claim yaitu ketika

kita belajar alat musik, tentu kita harus mempelajari simbol-simbol musik atau not

baloknya. Simbol-simbol tersebut dapat dibaca dan dipelajari oleh semua orang,

sehingga semua orang dapat mempelajarinya dengan mudah. Argumen

mengandung Ground, Warrant dan Claim. Pola yang terbentuk adalah GWC

(4) Argumen 4

Qualifier

Claim

Claim pada argumen 4 adalah nama unsur menggunakan bahasa Latin

berdasarkan penemu pertamanya atau tempat ditemukannya unsur tersebut. Claim

didukung oleh Quailifier yaitu beberapa unsur menggunakan nama untuk

menghormati identitas penemunya ataupun tempat penemuannya. Claim pada

argumen 4 tidak didukung dengan contoh ataupun bukti (Ground). Pola yang

terbentuk adalah QC.

(5) Argumen 5
Ground/Data Claim

Warrant
40

Claim pada argumen 5 adalah simbol unsur yang digunakan saat ini secara

internasional adalah menurut Jons Jacob Berzelius. Ground pada argumen ini

adalahKarbon (nama latin: Carbon) dilambangkan dengan (C) Kalsium (nama

latin Calsium) dilambangkan dengan (Ca). Claim dan Ground dihubungkan oleh

pernyataan ‘cara pemberian lambang unsur menurut Berzelius yaitu, setiap unsur

dilambangkan dengan satu huruf, yaitu huruf awal dari nama latinnya, huruf awal

ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar dan bagi unsur yang memiliki huruf

awal sama, diberikan satu huruf kecil dari nama unsur tersebut’. Pola yang

terbentuk adalah GWC.

(6) Argumen 6

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 6 adalah unsur logam dan nonlogam memiliki perbedaan

sifat fisika dan kimia. Claim didukung oleh Ground yaitu Perbedaan Unsur

Logam dan Nonlogam

Logam Nonlogam

1. Berwujud padat pada suhu kamar 1. Ada yang berwujud padat, cair, dan
(kecuali raksa) gas
2. Dapat ditempa dan 2. Bersifat rapuh dan tidak dapat
dapat
diregangkan ditempa
3. Konduktor listrik dan panas 3. Nonkonduktor, kecuali grafit
Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘sifat fisika berkaitan dengan

sifat fisik seperti wujud, dapat ditempa, penghantar kalor, dan lain-lain‘. Ground
41

pada argumen ini seharusnya juga disertai dengan pemaparan sifat kimia, namun

sifat kimia tidak disertakan. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(7) Argumen 7

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 7 adalah unsur logam dan nonlogam memiliki perbedaan.

Claim didukung oleh Ground yaitu perbedaan unsur logam dan nonlogam yang

disertakan tabel. Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘sifat fisika

berkaitan denga sifat fisik seperti wujud, dapat ditempa, penghantar kalor, dan

lain-lain’. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(8) Argumen 8

Bukan merupakan argumenkarena, tidak jelas mana yang sebagai Claim, Ground,

Warrant, Backing, Qualifier dan Rebuttal.

(9) Argumen 9

Qualifier

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 9 adalah senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur-

unsurnya. Claim didukung oleh Ground yaitu air yang memiliki rumus H2O dapat

diuraikan menjadi unsur hidrogen (H2) dan oksigen (O2). Selain itu ada Qualifier
42

juga yang memperkuat Claim ‘Bahan-bahan seperti air, gula, garam, asam cuka,

dan beberapa bahan lainnya merupakan senyawa’. Claim dan Ground

dihubungkan oleh pernyataan ‘senyawa terdiri atas dua buah unsur atau lebih’.

Terdapat 2 Claim dalam argumen yaitu bagian terkecil dari sebuah unsur adalah

atom. Claim yang lainnya adalah senyawa merupakan zat tunggal yang dapat

diuraikan menjadi dua jenis atau lebih zat yang lebih sederhana dengan cara

kimia. Temuan yang ada pada argumen 9 adalah terdapat 2 Claim (bagian terkecil

dari sebuah unsur adalah atom, senyawa merupakan zat tunggal yang dapat

diuraikan menjadi dua jenis atau lebih zat yang lebih sederhana dengan cara

kimia), dan temuan yang lain yaitu molekul merupakan bagian terkecil senyawa,

mestinya bias juga molekul bagian terkecil unsur. Pola yang terbentuk adalah

GWCQ.

(10) Argumen 10

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 10 adalah senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur-

unsurnya. Claim didukung oleh Ground yaitu sifat air sebagai senyawa akan

berbeda dengan gas hidrogen dan oksigen sebagai unsur penyusunnya. Wujud air

sebagai cairan, sedangkan hidrogen dan oksigen dalam temperatur kamar

keduanya berwujud gas. Air dapat digunakan untuk memadamkan api, sedangkan

gas hidrogen merupakan zat yang mudah terbakar dan gas oksigen merupakan zat

yang diperlukan dalam pembakaran. Claim dan Ground dihubungkan oleh


43

pernyataan ‘Senyawa merupakan gabungan dari 2 unsur atau lebih. Unsur akan

bergabung menjadi senyawa dan membentuk sifat baru’. Pola yang terbentuk

adalah GWC.

(11) Argumen 11

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 11 adalah campuran terdiri atas dua zat atau lebih dan masih

mempunyai sifat zat asalnya. Claim didukung oleh Ground yaitu contoh

campuran adalah susu sokelat, air sungai, udara, batuan, garam beryodium, dan

paduan logam. Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘Campuran

terbentuk dari dua atau lebih zat’. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(12) Argumen 12

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 12 adalah campuran homogen tidak dapat dibedakan zat-zat

yang tercampur di dalamnya. Claim didukung oleh Ground yaitu Larutan gula,

larutan garam, dan sirop adalah contoh campuran homogen. Claim dan Ground

dihubungkan oleh pernyataan ‘Campuran homogen memiliki sifat yang serba

sama tanpa bidang batas’. Pola yang terbentuk adalah GWC.


44

(13) Argumen 13

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 13 yaitu larutan terlihat homogen (serba sama). Claim ini

disertai Ground Zat terlarut dan pelarut dalam larutan tidak dapat dibedakan.

Claim dan Ground didukung oleh pernyataan ‘ukuran Partikel zat terlarut sangat

kecil dengan diameter kurang dari 1 nm’. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(14) Argumen 14

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 14 adalah larutan dikelompokkan menjadi larutan yang

bersifat asam, basa atau garam. Claim didukung oleh Ground yaitu Larutan seperti

cuka, sirop, penghilang noda, sabun cuci, sabun mandi, soda kue, dan garam

dapur adalah contoh larutan asam, basa atau garam yang banyak kita jumpai setiap

hari. Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘Ciri atau tanda dari larutan

asam yaitu, rasanya asam (tidak boleh dirasa kecuali makanan), dapat

menimbulkan korosif, dan mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.

Sedangkan ciri atau tanda dari larutan basa yaitu, terasa licin dikulit dan berasa

agak pahit, dan mengubah kertas lakmus merah menjadi biru’.


45

Terdapat temuan dalam argumen diantaranya: Elemen-elemen dalam argumen 13

letaknya dibatasi dengan argumen yang berbeda, tidak dikelompokkannya contoh

larutan asam, basa dan garam; Terdapat kalimat yang tidak sesuai ‘Pada saat

memasak di dapur, tentu kamu mengenal salah satu bahan penambah rasa

makanan, yaitu cuka dapur yang mengandung asam sulfat’ yang seharusnya asam

asetat/asam cuka. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(15) Argumen 15

Ground/Data Claim

Warrant

Backing

Claim pada argumen 15 adalah larutan asam dapat menimbulkan dampak negatif

bagi lingkungan. Claim didukung oleh Ground yaitu terjadi hujan asam yang

menyebabkan keruskan pada bangunan gedung dan patung-patung dalam kota.

Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘Bila terdapat kadar gas belerang

dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NO) di atmosfer sangat tinggi, gas ini akan

bereaksi dengan air di atmosfer dan membentuk asam sulfat, asam nitrat, dan

senyawa asam lainnya. Ketika terjadi hujan, air yang dihasilkan bersifat lebih

asam dari keadaan normal. Air hujan iniah yang kita kenal dengan hujan asam’.

Warrant didukung dengan pernyataan Gas belerang dioksida dan gas nitrogen

oksida dihasilkan dari pembakaran minyak bumi yang berasal dari buanga industri

dan kendaraan bermotor (Backing). Pola yang terbentuk adalah GWBC.


46

(16) Argumen 16

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 16 adalah sifat basa yaitu, terasa licin dikulit dan berasa agak

pahit dan mengubah kertas lakmus merah menjadi biru. Claim didukung oleh

Ground yaitu contoh benda yang mengandung basa ialah sabun mandi, sabun

cuci, sampo, pasta gigi, obat maag, dan pupuk. Ground dan Claim dihubungkan

oleh pernyataan ‘benda-benda yang mengandung basa biasanya terasa licin dikulit

dan berasa agak pahit dan mengubah kertas lakmus merah menjadi biru’. Pola

yang terbentuk adalah GWC

(17) Argumen 17

Ground/Data Claim

Warrant

Pada argumen 17 adalah larutan asam sering direaksikan dengan larutan basa yang

menghasilkan senyawa netral atau dikenal dengan reaksi netralisasi. Claim

didukung oleh Ground yaitu contoh reaksi asam dan basa yang membentuk

berbagai jenis garam adalah

HCl +NaOH → NaCl + H2O


47

Beberapa contoh penerapan reaksi netralisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah

pengobatan bagi penderita sakit maag, pengobatan untuk sengatan serangga,

melindungi kerusakan gigi, dan pengolahan tanah pertanian.

Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘Larutan basa akan menetralkan

larua asam dan yang embentuk H2O, pada reaksi netralisasi juga dihasilkan

garam’(Warrant). Pola yang terbentuk adalah GWC.

(18) Argumen 18

Claim

Claim pada argumen 18 adalah salah satu cara untuk membedakan asam atau basa

adalah dengan menggunakan indikator. Claim dalam argumen tidak disertai

dengan data pendukung(Ground). Pada argumen 18 hanya terdapat Claim saja,

pola yang terbentuk adalah C.

(19) Argumen 19

Ground/Data Claim

Warrant

Backing

Claim pada argumen 19 adalah berbagai jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai

indikator alami. Claim didukung oleh Ground yaitu contoh tumbuhan yang

termasuk indikator alami adalah kunyit, bunga mawar, kubis merah, kubis ungu

dan bunga kembang sepatu. Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan
48

‘tumbuhan yang termasuk indikator alami akan menunjukkan perubahan warna

pada larutan asam ataupun basa’. Warrant dikuatkan dengan pernyataan Ekstrak

kunyit akan memberikan warna kunging cerah pada larutan asam dan dalam

suasana basa akan memberikan warna jingga. Kubis (kol) merah mengandung

suatu zat indikator, yaitu antosianin. Zat ini berwana merah pada asam, berwarna

hijau pada basa lemah, dan berwarna kuning pada basa kuat. Ekstrak bunga

kembang sepatu akan memberikan warna merah cerah jika diteteskan dalam

larutan asam. Jika diteteskan dalam larutan basa akan dihasilkan warna hijau

(Backing). Adapun temuan yang ada dalam argumen 19 yaitu Yang digunakan

sebagai indikator adalah ekstraknya, bukan tumbuhannya langsung. Pola yang

terbentuk adalah GWBC.

(20) Argumen 20

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 20 adalah Ada dua jenis kertas lakmus, yaitu lakmus biru

dan lakmus merah. Claim didukung oleh Ground yaitu Kertas lakmus biru akan

menjadi merah dalam larutan asam. Kertas lakmus merah akan menjadi biru

dalam larutan basa. Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘warna

kertas lakmus biru berubah dalam larutan asam dan warna kertas lakmus merah

berubah dalam larutan basa’. Pola yang terbentuk adalah GWC.


49

(21) Argumen 21

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 21 adalah campuran heterogen, seluruh bagiannya tidak

memiliki komposisi yang sama (tidak serba sama). Claim didukung oleh Ground

yaitu contoh dari campuran heterogen adalah campuran pasir dan air. Claim dan

Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘campuran heterogen terjadi karena zat

yang tidak dapat bercampur satu dengan lain secara sempurna sehingga dapat

dikenali zat penyusunnya’. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(22) Argumen 22

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 22 adalah Unsur, senyawa, dan campuran berbeda satu sama

lain. Claim didukung oleh Ground yaitu Perbedaan Sifat Unsur, Senyawa, dan

Campuran

Unsur Senyawa Campuran


1. Zat tunggal 1. Zat tunggal 1. Campuran
2. Tidak dapat diuraikan2. Dapat diuraikan 2. Dapat diuraikan
3. Terdiri atas satu jenis
atom 3. Tersusun atas dua jenis
3. Tersusun atas dua jenis
atom atau lebih atom/molekul atau lebih
4. Perbandingan massa zat
4. Perbandingan massa zat
penyusunnya tetap penyusunnya tidak tetap
50

Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘unsur, senyawa dan campuran

berbeda. Unsur tidak dapat diuraikan, senyawa dapat diuraikan dan campuran

terdiri dari dua zat atau lebih’. Pola yang terbentuk adalah GWC.

2. Perubahan Bnda-Benda di Sekitar Kita

(1) Argumen 1

Ground/Data Claim

Warrant
Claim pada argumen 1 adalah perubahan benda ada yang bersifat langsung dapat

diamati, ada juga yang memerlukan waktu lama untuk pengamatan. Claim

didukung oleh Ground yaitu contoh perubahan materi yang berlangsung cepat

adalah pembakaran kertas. Contoh perubahan materi yang memerlukan waktu

yang relatif lama ialah proses berkaratnya besi. Claim dan Ground dihubungkan

oleh pernyataan ‘kecepatan berubah materi ditentukan oleh karakteristik materi’.

Pola yang terbentuk adalah GWC.

(2) Argumen 2

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 2 adalah sifat-sifat benda dibedakan menjadi sifat fisika dan

sifat kima. Claim didukung oleh Ground yaitu Sifat fisika adalah merupakan sifat

yang berkaitan dengan keadaan fisik suatu zat. Sifat fisika termasuk didalamnya

bentuk, warna, bau, kekerasan, titik didih, titik beku, titik leleh, daya hantar,

ukuran partikel dan massa jenis (densitas). Claim dan Ground dihubungkan oleh
51

pernyataan ‘sifat-sifat benda secara garis besar dibedakan menjadi sifat fisika dan

sifat kima. Sifat fisika adalah merupakan sifat yang berkaitan dengan keadaan

fisik suatu zat. Sifat kimia merupakan sifat zat yang berhubungan dengan mudah

atau sukarnya zat untuk bereaksi dengan kimia’. Terdapat temuan dalam argumen

yaitu, hanya dijelaskan tentang contoh sifat fisika dan sifat kimia tidak ada. Pola

yang terbentuk adalah GWC.

(3) Argumen 3

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 3 adalah Zat yang sama memiliki massa jenis yang sama.

Claim didukung oleh Ground yaitu Sesendok air, sepanci air, ataupun sekolam air

massa jenisnya tetap 1g/cm3. Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan

‘massa jenis merupakan sifat intensif’. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(4) Argumen 4

Ground/Data Claim

Warrant

Backing

Claim pada argumen 4 adalah perubahan materi ada yang tidak menghasilkan zat

yang jenisnya baru (perubahan fisika), ada pula yang menghasilkan zat yang baru

(perubahan kimia). Claim didukung oleh Ground yaitu contoh perubahan fisika
52

antara lain menguap, mengembun, mencair, membeku, menyublim, melarutt serta

perubahan bentuk. Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘contoh

perubahan fisika antara lain menguap, mengembun, mencair, membeku,

menyublim, meralut serta perubahan bentuk. perubahan kimia dapat diketahui

dengan ciri-ciri sebagai berikut.

 Terbentuknya gas

 Terbentuknya endapan

 Terjadinya perubahan warna

terjadinya perubahan suhu’. Warrant didukung dengan pernyataan Zat baru yang

terbentuk dalam perubahan kimia disebabkan adanya perubahan komposisi materi

(Backing). Pola yang terbentuk adalah GWBC.

(5) Argumen 5

Ground Claim

Warrant

Claim pada argumen 5 adalah reaksi kimia disertai perubahan energi. Claim

didukung oleh Ground yaitu salah satu bentuk energy yang sering menyertai

reaksi kimia adalah energy panas. Warrant dalam argumen yaitu terjadinya

perubahan kimia akan ditandai dengan perubahan energi panas, atau aliran kalor

dari sistem ke lingkungan terjadinya perubahan kimia akan ditandai dengan

perubahan energi panas, atau aliran kalor dari sistem ke lingkungan. Pola yang

terbentuk adalah WC.


53

(6) Argumen 6

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 6 adalah perbedaan perubahan fisika dengan perubahan

kimia. Claim didukung oleh Ground yaitu perbedaan perubahan fisika dengan

perubahan kimia

No Perubahan Fisika Perubahan Kimia


1 Tidak terbentuk zat baru Terbentuk zat baru
2 Komposisi materi tidak berubah Komposisi materi sebelum dan
sesudah reaksi mengalami
perubahan
3 Tidak terjadi perubahan warna,
Ditandai dengan terbentuknya gas,
bau, rasa, dan tidak terbentuk
endapan, perubahan suhu,
endapan perubahan warna, perubahan bau,
dan perubahan rasa.
Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘Perubahan fisika meliputi

perubahan wujud dan bentuk. Perubahan kimia merupakan perubahan penyusnan

zat’ . Pola yang terbentuk adalah GWC.

(7) Argumen 7

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 7 adalah untuk memperoleh zat murni, penyusun campuran

tersebut harus dipisahkan. Claim didukung olrh pernyataan campuran dapat

disusun oleh dua zat atau lebih. Warrant pada argumen ini adalah Prinsip

pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisis zat penyusunnya,


54

seperti wujud zat, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat magnetik, kelaruta,

dan lain sebagainya. Pola yang terbentuk adalah WC.

(8) Argumen 8

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 8 adalah Metoda pemisahan campuran banyak digunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Claim didukung oleh Ground yaitu Beberapa

metoda pemisaha capuran yang sering digunakan antara lain penyarigan(filtrasi),

sentrifugasi, sublimasi, kromatografi, dan destilasi. Claim dan Ground

dihubungkan oleh pernyataan ‘metode pemisahan campuran berdeba-beda,

berdasarkan perbedaan sifat penyusun campuran yang akan dipisahkan’. Temuan

pada argumen 8 adalah analisis logam berat bukan metode pemisahan campuran.

Pola yang terbentuk adalah GWC.

(9) Argumen 9

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 9 adalah salah satu metoda pemisahan yang paling sederhana

adalah dengan menggunakan metoda filtrasi (penyaringan). Claim didukung oleh

pernyataan penyaringan dilakukan untuk memisahkan zat dari suatu campuran.

Warrant pada argumen ini adalah prinsip kerja penyaringan didasarkan pada
55

perbedaan ukuran partikel zat-zat yang bercampur, umumnya untuk memisahkan

padatan dari cairan. Terdapat temuan dalam argumen yaitu, Argumen tidak

disertai dengan bukti dan contoh (Ground). Pola yang terbentuk adalah WC.

(10) Argumen 10

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 10 adalah Metode sentrifugasi sering dilakukan sebagai

pengganti filtrasi jika partikel padatan sangat halus dan jumlah campurannya lebih

sedikit. Claim didukung oleh Ground yaitu metoda sentrifugasi digunakan secara

luas untuk memisahkan sel-sel darah dan sel-sel darah putih dari plasma darah.

Warrant pada argumen ini adalah Prinsip penggunaan metode ini dalam

pemisahan campuran adalah berdasarkan perbedaan massa jenis penyusun

campuran yang akan dipisahkan. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(11) Argumen 11

Ground Claim

Warrant

Claim pada argumen 11 adalah pemisahan campuran dengan cara penyulingan

digunakan untuk memisahkan suatu zat cair dari campurannya. Claim didukung

oleh pernyataan pemisahan campuran dengan cara destilasi penyulingan) banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan industri. Prinsip

kerjanya didasarkan pada perbedaan titik didih dari zat cair yang bercampur
56

sehingga saat menguap, setiap zat akan terpisah merupakan Warrant. (Ground),

pola yang terbentuk adalah WC.

(12) Argumen 12
Ground Claim

Warrant

Claim pada argumen 12 adalah pemisahan campuran dengan cara kromatografi

pada umumnya digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat yang berada dalam

suatu campuran. Claim didukung oleh Ground yaitu contoh untuk

mengidentifikasi hasil pertanian yang tercemar oleh pestisida, dan masih banyak

lagi penggunaan pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari dengan

menggunakan cara kromatografi. Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan

‘prinsip kerjanya didasarkan pada perbedaan kecepatan merambat antara partikel-

partikel zat yang bercampur dalam suatu medium diam ketika dialiri suatu

medium gerak’. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(13) Argumen 13

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 13 adalah Sublimasi merupakan metode pemisahan

campuran yang didasarkan pada campuran zat yang memiliki satu zat yang dapat

menyublim (perubahan wujud padat ke wujud gas), seangkan zat yang lainnya

tidak dapat menyublim. Claim didukung oleh pernyataan campuran iodin dengan
57

garam dapat dipisahkan degan cara sublimasi. Warrantnya adalah Prinsip kerja

metoda pemisahan campuran dengan cara sublimasi adalah didasarkan pada

campuran zat yang memiliki satu zat yang dapat menyublim (perubahan wujud

padat ke wujud gas), sedangkan zat yang lainnya tidak menyublim. Pada argumen

13 tidak ditemukan Claim, pola yang terbentuk adalah GW.

3. Zat aditif dan Adiktif

(1) Argumen 1
Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 1 adalah bahan tambahan pada makanan dinamakan zat

aditif. Claim didukung oleh Ground yaitu zat aditif yang umum digunakan

masyarakat, antara lain garam dapur, rempah-rempah, asam cuka, dan lain-lain.

Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘bahan yang ditambahkan ke

dalam makanan bertujuan untuk meningkatkan kualitas, keawetan, kelezatan, dan

kemenarikan makanan’. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(2) Argumen 2

Ground/Data Claim

Warrant
58

Claim pada argumen 2 adalah perbedaan pewarna alami dan buatan. Claim
didukung oleh Ground Contoh Bahan Pewarna Alami

No Warna yang Diinginkan Contoh Sumber


1 Biru Buah murbel, buah
anggur
2 Kuning Kunyit
3 Orange Wortel
4 Hijau Daun suji
5 Cokelat Kakao, caramel
6 Merah Buah naga
7 Hitam Arang (tidak dianjurkan)
Argumen ini tidak disertai dengan Ground yang lengkap karena, hanya disertakan
contoh pewarna alami dan pewarna buatan tidak ada. Claim dan Ground
dihubungkan oleh pernyataan ‘perbedaan pewarna alami dan buatan dilihat dari
bahan pembuat pewarna tersebut’ . Pola yang terbentuk adalah GWC.

(3) Argumen 3

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 2 adalah Pemanis alami dan pemanis buatan dapat dibedakan

berdasarkan bahan penyusunnya. Claim didukung oleh Ground Pemanis alami

yang umum dipakai adalah gula pasir, gula kelapa, gula aren, gula lontar, dan bit.

Pemanis buatan antara lain aspartam, sakarin, kalium asesulfam, dan siklamat.

Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘Perbedaan pemanis alami dan

buatan dilihat dari bahan penyusunnya’ . Pola yang terbentuk adalah GWC.
59

(4) Argumen 4

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 4 adalah Pengawetan bahan makanan dapat dilakukan secara

fisik, kimia, dan biologi. Claim didukung oleh Ground yaitu Pengawetan bahan

makanan secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pemanasan,

pendinginan, pembekuan, pengasapan, pengalengan, pengeringan, dan

penyinaran. Pengawetan secara biologis dapat dilakukan dengan fermentasi atau

peragian, dan penambahan enzim, misalnya enzim papain dan enzim bromelin.

Pengawetan secara kimia dapat dilakukan dengan penambahan bahan pengawetan

yang diijinkan oleh BPOM Indonesia. Claim dan Ground dihubugkan oleh

pernyataan ‘Pengawetan bahan makanan dilakukan dengan cara yang berbeda-

beda berdasarkan kebutuhan yang diinginkan’. Pola yang terbentuk adalah GWC.

(5) Argumen 5

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 5 adalah Penyedap rasa ada yang diperoleh dari bahan alami

maupun sintetis. Claim didukung oleh Ground yaitu Penyedap rasa alami dapat

berupa bawang putih, gula, garam dapur, udang, teri atau ebi, dan kaldu ayam/

sapi. Penyedap rasa sintetis yang sering digunkan adalah Monosodium glutamat

(MSG). Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘Penyedap rasa alami
60

dan sisntetis diihat dari bahan dasar pembuatnya’. Pola yang terbentuk adalah

GWC.

(6) Argumen 6

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 6 adalah Zat pemberi aroma ada yang bersifat alami dan

sintetis. Claim didukung oleh Ground Zat pemberi aroma yang berasal dari buah

segar atau ekstrak bahan alami, misalnya dari ekstrak buah strawberry, ekstrak

buah anggur, minyak atsiri atau vanili disebut pemberi warna alami. Pemberi

aroma yang merupakan senyawa sintetis, misalnya amil kaproat (aroma apel) amil

asetat (aroma pisang ambon), etil butirat (aroma nanas), vanilin (aroma vanili),

dan metil antranilat (aroma buah anggur) disebut pemberi aroma sintetis. Warrant

pada argumen ini adalah Zat pemberi aroma yang bersifat alami dan sintetis

dilihat berdasarkan penyusun zat tersebut . Pola yang terbentuk adalah GWC.

(7) Argumen 7

Ground/Data Claim

Warrant

Claim pada argumen 7 adalah zat adiktif dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu

(1) zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika, (2) zat adiktif narkoba, dan (3)

zat adiktif psikotropika. Claim didukung oleh Ground yaitu contoh zat adiktif

kelompok sesuatu yang ada pada bahan, antara lain teh, kopi, rokok, minuman

beralkohol, inhalan (lem, aerosol, pengharum ruangan, dan gas), obat bius dan
61

lain-lain. Contoh zat adiktif kelompok dua antara lain candu, heroin, kokain,

morfin, Lisesic acid diethylamid, dan ganja. Contoh zat adiktif kelompok ketiga

antara lain, ekstasi, sabu-sabu, diazepam, dan LSD (Lysergic Acid Diethylamide).

Claim dan Ground dihubungkan oleh pernyataan ‘pengelompokkan zat adiktid

didasarkan mempengaruhi atau tidaknya system saraf pusat’. Pola yang terbentuk

adalah GWC.

Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil analisis argumen ditinjau dari Argumentasi Toulmin

Pola yang Terbentuk Jumlah


BAB GWB Argumen
C QC GWC GWCQ X
C
BAB I 2 1 15 2 1 1 22
BAB II 12 1 13
BAB III 7 7
Jumlah 2 1 33 3 1 1 42

Tabel 4.2 Persentase Pola Argumen yang terbentuk dalam Analisis

BAB Pola yang Terbentuk (%)


C QC GWC GWBC GWCQ X
BAB I 9,09 4,54 68,18 9,09 4,54 4,54
BAB II 92,31 7,69
BAB III 100

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap argumen yang terdapat dalam buku,

tidak ada yang lengkap. Argumen yang paling lengkap seharusnya mengandung

unsure Claim, Ground, Warrant, Backing, Qualifier dan Rebuttal (Argumentasi

Toulmin). Sebagian besar argumen pada buku tersebut membentuk pola GWC,
62

ada yang hanya mengandung unsur Claim saja, Qualifier dan Claim dan lain

sebagainya seperti yang telah diuraikan di atas. Bahkan terdapat 1 paragraf yang

bukan merupakan argumen. Dalam buku ajar ini ditemukan beberapa kalimat

yang salah dan ada yang bukan argumen.

4.2 Pembahasan

Sebelum menganalisis buku, dilakukan pemilihan topik. Topik yang

dianalisis adalah Klasifikasi Benda, Perubahan Benda-benda di Sekitar Kita dan

Zat aditif dan Adiktif. Analisis dilakukan pada setiap argumen yang ada dalam

masing-masing topik. Masing-masing topik dianalisis dengan formulir analisis

dokumen berdasarkan argumentasi Toumin (Lampiran 01). Hasil analisis berupa

pola yang berbeda-beda (Lampiran 2), kemudian dilakukan pengecekan kembali

oleh ahli menggunakan instrument Validasi Ahli (Lampiran 3). Setelah dilakukan

pengecekan, selanjutnya ditarik kesimpulan.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, jumlah keseluruhan argumen yaitu

39 argumen, yang terdiri dari 18 argumen pada topik I, 13 argumen pada topik II,

7 argumen pada topik III dan ada 4 yang bukan argumen. Tiga puluh delapan

argumen tersebut tidak ada yang memenuhi kriteria Argumentasi Toulmin secara

lengkap. Hal ini terlihat jelas pada masing-masing topik. Meskipun tidak ada pola

yang sempurna pada setiap argumen dimasing-masing topik, namun pola GWC,

pola GWBC dan pola GWCQ bisa dikatakan pola yang paling sederhana. Pola

GWC pada argumen yaitu Claim didukung oleh fakta (Ground) dan dihubungkan

dengan kalimat penghubung (implisit atau explisit) yang logis (Warrant).

Berdasarkan presentase pola hasil analisis, Pola GWC merupakan pola yang
63

paling banyak terbentuk pada masing-masing topik yaitu pada topik I sebesar

68,1%, pada topik II sebesar 92,31% dan pada topik III sebesar 100%.

Pola QC, C dan X pada table 4.1 bukan merupakan argumen. QC terdiri

dari Qualifier dan Claim. Argumen yang paling sederhana minimal mengandung

Claim dan Ground, sedangkan Quaifier hanya sebagai pelengkap dari Claim saja.

X tidak mengandung unsur apapun, baik itu Claim, Ground, Warrant dan elemen

argumentasi Toulmin lainnya.

Beberapa temuan-temuan pada argumen perlu diperhatikan penulis karena,

akan mempengaruhi argumen. Temuan yang pertama yaitu miskonsepsi pada

kalimat zat berwujud gas adalah udara dan asap. Udara merupakan campuran dari

partikel-partikel yang berwujud gas sedangkan asap merupakan aerosol padat

(koloid). Asap rokok merupakan salah satu gas yang berbahaya bagi kesehatan.

Asap rokok merupakan campuran, bukan merupakan gas. Temuan selanjutnya

yaitu paragraf yang tidak nyambung (Ketika kita belajar alat musik, tentu kita

harus mempelajari simbol-simbol musik atau not baloknya. Simbol-simbol

tersebut dapat dibaca dan dipelajari oleh semua orang, sehingga semua orang

dapat mempelajarinya dengan mudah). Ada pula temuan yang ditemukan pada

argumen 7 topik I Ground belum sampai menjelaskan tentang sifat kimia. Pada

argumen 14 topik I, argumennya dibatasi dengan argumen yang berbeda, sehingga

akan mengurangi penalaran. Pada argumen ini contoh larutan asam, basa dan

garam tidak dikelompokkan.

Pada argumen 19 topik I terdapat kalimat yang membingungkan siswa,

yaitu tumbuhan yang termasuk indikator alami akan menunjukkan perubahan


64

warna pada larutan asam ataupun basa. Seharusnya bukan tumbuhannya yang

digunakan sebagai indikator, melainkan ekstrak dari tumbuhan tersebut.

Tidak hanya pada topik I, pada topik II argumen 8 terdapat pernyataan

konsep yang salah yaitu metode pemisahan campuran seperti analisis logam berat.

Analisis logam berat bukan merupakan metode pemisahan campuhan.

Buku pelajaran yang baik dan bermutu selain menjadi sumber pengetahuan

juga dapat membimbing dan mengarahkan proses belajar mengajar di kelas ke

arah proses pembelajaran yang bermutu pula. Pembelajaran yang bermutu

mengarahkan siswa agar mampu untuk mampu berpikir kritis karena,

keterampilan berpikir kritis telah menjadi tujuan pendidikan tertinggi, Elam

(McTighe & Schollenberger, 1991).

Argumentasi sangat penting dipaparkan dalam penyajian materi IPA pada

buku maupun dalam pengajaran oleh guru dikelas. Argumentasi ditekankan pada

materi pelajaran karena, argumentasi ditujukan untuk membuktikan kebenaran

yang akan disampaikan. Kebenaran yang disajikan dalam tubuh argumen harus

dianalisis, disusun dan disajikan dengan menyelenggarakan observasi,

eksperimen, penyusun fakta dan cara yang logis berpikir (Iskandar, 2015). Hal ini

sesuai dengan karakteristik Ilmu IPA yang mengandung konsep-konsep, teori

ilmiah, dan lain sebagainya (argumentasi).

Menurut Sriasih, (Syaifudin & Pratama, 2013) melalui tulisan argumentasi

pemikiran siswa menjadi berkembang. Pentingnya berpikir kritis maka perlu

disajikan materi pada buku dengan penyajian dalam bentuk argumen, dalam hal

ini yang digunakan adalah Argumentasi Toulmin. Argumentasi Toulmin terbukti

efektif mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis (Suhartoyo, dkk., 2015).


65

Dari data argument yang diperoleh maka dapat dihitung persentase sebagai

berikut.

𝑎
𝑥100% =
𝑏
38
𝑥100% = 90,47%
42

Penyajian argumen dalam buku IPA yang dikeluarkan pemerintah ini

sudah bias dikatakan baik, namun ada beberapa hal yang masih perlu untuk

diperhatikan seperti, kalimat miskonsepsi dan ada yang bukan merupakan

argumen (7,12%).
66

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, pada bagian ini akan disajikan

simpulan hasil penelitian dan saran

5.1 Simpulan

Dari penelitian Analisis Buku Ajar IPA SMP Kurikulum 2013 ditinjau dari

Argumentasi Toulmin, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Pola argumen yang terbentuk dari analisis yang dilakukan adalah pada topik I

ditemukan pola C (9,09%), pola QC (4,54%), pola GWC (68,18%), pola

GWBC (9,09%), pola GWCQ (4,54%), bukan merupakan argumen 4,54%;

topik II ditemukan pola GWC (92,31%), dan pola GWBC (7,69%); topik III

ditemukan pola GWC (100%). Temuan yang ada pada buku adalah adanya

miskonsepsi dan beberapa kalimat ambigu yang akan merusak kelogisan

argumen pada buku.

2. Penyajian argumen dalam buku IPA sudah baik dilihat dari total keseluruhan

argumen yang ada ditinjau dari argumentasi Toulmin.


67

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disampaikan beberapa saran yaitu,

1. Guru dapat menggunakan hasil analisis buku sebagai pertimbangan dalam

memilih buku yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Sekolah sebaiknya memberikan rekomendasi buku teks IPA yang bercermin

dari argumentasi Toulmin khususya pada topik kimia yang digunakan oleh

guru maupun siswa.

3. Pemerintah bisa melakukan peninjauan dan pembaruan buku kembali terkait

materi kimia pada buku IPA SMP dalam meningkatkan keterampilan berpikir

kritis.

4. Penulis buku harus mempertimbangkan argumentasi Toulmin dalam

penyajian buku.

Anda mungkin juga menyukai