Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan indikator
utama berhasilnya pendidikan. Pendidikan yang baik akan menghasilkan SDM
yang unggul dan kompetitif. Umar Tirtarahardja dan S.L.La Sulo (2005)
mengatakan bahwa sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
kemanusiaannya.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menakutkan dan
membosankan. Kedua alasan yang sangat melekat ketika seorang peserta didik
ditanya mengenai kesan pembelajaran fisika selama ini. Belajar fisika bukan
hanya sekedar tahu matematika, tetapi lebih jauh peserta didik diharapkan mampu
memahami konsep yang terkandung di dalamnya, menuliskan ke dalam
parameter-parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan, serta
menyelesaikan secara matematis (Sugiharti, 2010).
Indikator yang menyebabkan peserta didik kesulitan memahami konsep
fisika adalah kurangnya kontribusi peserta didik secara aktif dalam menemukan
dan memecahkan konsep-konsep yang dipelajari (Rismatul Azizah, dkk., 2015).
Peserta didik cenderung hanya menghafal dan mengingat penjelasan guru tentang
suatu konsep tanpa pemahaman yang mendalam (Close dan Heron, 2011)
Dalam teori belajar konstruktivistik, Jean Piaget mengemukakan bahwa
pembentukan pengetahuan tersusun atas tiga fase, yaitu 1) eksplorasi, 2)
pengenalan konsep, dan 3) aplikasi konsep. Setiap manusia mengalami urutan
tersebut untuk mendapatkan pengetahuan secara utuh (Ruseffendi, 2006). Ogilvie
(2010) menyatakan bahwa pada proses pembelajaran yang hanya berpusat pada
guru tanpa melibatkan keaktifan peserta didik, fase eksplorasi tidak muncul
sehingga peserta didik cenderung tidak memahami pengetahuan secara sempurna.
Peran guru dalam teori belajar Piaget adalah sebagai fasilisator bagi peserta didik
untuk melakukan eksplorasi pengetahuan dengan mengemukakakn gagasan

1
2

sendiri melalui pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Peserta didik aktif


membangun (konstruksi) pengetahuan berlandaskan pada pengalaman belajar
sebelumnya, yaitu dengan menghubungkan proses saling mempengaruhi antara
pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
Rismatul Azizah, dkk (2015) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa tingkat
kemandirian dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran fisika masih
sangat rendah. Sebanyak 88 % peserta didik mengatakan bahwa pembelajaran fisika
dialami adalah dengan metode ceramah. Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam
menemukan konsep-konsep menjadi kendala yang sangat berarti bagi pencapaian
tujuan pembelajaran fisika yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
perangkat pembelajaran untuk meningkatkan kontribusi peserta didik dalam
pembelajaran yang salah satu diantaranya adalah Unit Kegiatan Belajar Mandiri
(UKBM).
Pada materi fisika yang lebih kompleks, keaktifan peserta didik dalam
membangun (konstruksi) sendiri pengetahuan baru melalui pengalaman belajar
sebelumnya yang terkait akan membantu peserta didik dalam meningkatkan
pemahaman konsep (Redish, 2012). Permasalahannya adalah guru cenderung tidak
melatihkan dan membina hal tersebut saat proses pembelajaran. Hal ini disebabkan
karena beberapa hal, diantaranya media dan bahan ajar yang tersedia kurang lengkap,
tuntutan materi yang banyak, dan waktu pembelajaran yang cukup singkat.
Kurikulum 2013 diterapkan secara bertahap di satuan pendidikan mulai
semester genap tahun pelajaran 2014/2015 sampai dengan tahun pelajaran 2018/2019.
Melaksanakan implementasi Kurikulum 2013, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah memprogramkan kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi Guru dari
sekolah yang akan melaksanakan Kurikulum 2013. Mendukung kebijakan tersebut,
Direktorat Pembinaan SMA sesuai dengan tugas dan fungsinya melakukan fasilitasi
pembinaan implementasi Kurikulum 2013 melalui pengembangan naskah pendukung
implementasi Kurikulum 2013 berupa bahan ajar pelatihan, pedoman, panduan, dan
model model yang telah dikembangkan pada tahun 2016 dan tahun 2017. Naskah-
3

naskah tersebut antara lain : (1) Model-Model Pembelajaran; (2) Model


Pengembangan RPP; (3) Model Peminatan dan Lintas Minat; (4) Panduan Supervisi
Akademik; (5) Panduan Pengembangan Pembelajaran Aktif; (6) Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) Di SMA; (7) Panduan
Pengembangan Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM); (8) Panduan Penilaian oleh
Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas; (9) Bahan ajar Penyusunan
Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS); dan (10) Panduan Sukses E-Rapor SMA
Versi 2017. Dari sepuluh naskah pendukung implementasi K13, ada satu yang belum
banyak diketahui oleh guru yaitu Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM). (Panduan
Pengembangan UKBM, 2017)
Dewasa ini, perkembangan ekonomi dan teknologi semakin pesat.
Perkembangan ekonomi dan teknologi mengubah bentuk masa depan yang harus
dihadapi peserta didik hari ini. Sekolah-sekolah harusnya mulai melakukan
penanaman keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) untuk memenuhi tuntutan
zaman abad ke-21. Hal ini sesuai dengan karakteristik skills masyarakat abad ke-21
menurut partnership of 21st century skills yang mengidentifikasikan bahwa pelajar
pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan kompetitif yang
diperlukan pada abad ke-21 yang terfokus pada pengembangan HOTS (Basuki, dkk.,
2014).
Hasil studi PISA (Program for Internasional Student Assesment), yang
tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
yang berkedudukan di Paris (Prancis), telah memonitor pencapaian belajar mencakup
literasi membaca (literacy reading), literasi matematika (mathematic literacy), dan
literasi sains (scientific literacy), menunjukkan hasil PISA Indonesia mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2015. Peringkat pencapaian sains untuk Indonesia
berada pada urutan 71 dari 79 negara yang mengikuti studi PISA tahun 2018, dengan
rincian sebagai berikut: skor literasi matematika pelajar Indonesia adalah 379 dan
berada diperingkat 73. Skor literasi membaca 371 dengan ranking 74 dan skor literasi
sains 396 diperingkat 71. Hal ini menunjukkan prestasi belajar peserta didik masih
4

rendah. Prestasi yang sedemikian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat


tinggi (Higher-Order Thinking) peserta didik Indonesia perlu untuk digali.
Penelitian ini dilatar belakangi implementasi SKS di sekolah. Sekolah yang
mengimplementasikan SKS wajib hukumnya untuk membuat Unit Kegiatan Belajar
Mandiri (UKBM). Berupa media pembelajaran untuk pendamping peserta didik
memahami suatu materi.
Untuk membenahi masalah-masalah tersebut diperlukan upaya-upaya dari
berbagai pihak, terutama pendidik itu sendiri. Seorang pendidik adalah subjek yang
berhadapan langsung dengan peserta didik sebagai objek pendidikan yang sangat
berperan penting dalam mengembangkan potensi dan keterampilan berpikir peserta didik.
Menurut Thomas and Throne (2009) guru dapat melakukan banyak hal untuk mendorong
berpikir tingkat tinggi. Inovasi-inovasi yang kreatif demi terwujudnya tujuan-tujuan
pendidikan harus dilakukan.
Menurut Taufik Amir (2009) untuk menjalankan inovasi di institusi pendidikan,
para pendidik juga harus inovatif. Guru perlu melakukan inovasi-inovasi yang
mendukung perkembangan HOTS dalam proses belajar-mengajar. Mulai dari metode dan
teknik belajar-mengajar, media, dan bahan ajar yang digunakan serta hal-hal lain yang
mendukung. Bahan ajar berupa lembar kerja peserta didik dijadikan pilihan karena
kelebihan diantaranyamerupakan media yang canggih dalam mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-
prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis (Lismawati,
2010).
Salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi
peserta didik adalah melalui UKBM. Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas,
penulis ingin melakukan penelitian tentang “Pengembangan Perangkat Unit Kegiatan
Belajar Mandiri (UKBM) berbasis HOTS pada Materi Pokok Fluida statis untuk
kelas XI SMA”.
5

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimanakah validitas Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM)
berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada materi pokok fluida statis untuk
kelas XI SMA?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk menghasilkan Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM)
berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada materi pokok fluida statis untuk
kelas XI SMA.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada latar belakang, adapun manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peserta Didik
Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis HOTS diharapkan
dapat menjadi sebuah inovasi sumber belajar yang dapat menuntun peserta
didik aktif dalam membangun konsep-konsep baru dan meningkatkan
kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi fluida statis.
2. Guru
Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis HOTS dapat menjadi
salah satu alternatif bahan ajar yang dapat memudahkan guru dalam melatih
peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada
materi fluida statis.
3. Bagi Peneliti
6

Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan yang


dimiliki oleh peneliti dalam menyusun Unit Kegiatan Belajar Mandiri
(UKBM) berbasis HOTS pada materi fluida statis

1.5 Definisi Operasional


Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran terhadap maksud dari penelitian ini,
maka peneliti mendefenisikan beberapa istilah yaitu :
1. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan tingkat berpikir pada tingkatan
yang lebih tinggi pada hirarki kognitif. Higher order thinking skills terdapat 4
bentuk penalaran yaitu analysis (analisis), comparison (perbandingan),
inference (inferens) dan evaluation (evaluasi).
2. Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis HOTS bisa diartikan
perangkat belajar berupa lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik
sebagai pedoman untuk mencapai kompetensi pengetahuan dan keterampilan
pada pembelajaran dengan menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS)
dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh peserta
didik baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta didik
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Adapun UKBM yang akan dihasilkan ada 4 yaitu UKBM 1 Tekanan
Hidrostatis, UKBM 2 Hukum Pascal, UKBM 3 Hukum Archimedes, dan
UKBM 4 Tegangan Permukaan.

Anda mungkin juga menyukai