Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan indikator utama berhasilnya pendidikan. Pendidikan yang baik akan menghasilkan SDM yang unggul dan kompetitif. Umar Tirtarahardja dan S.L.La Sulo (2005) mengatakan bahwa sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menakutkan dan membosankan. Kedua alasan yang sangat melekat ketika seorang peserta didik ditanya mengenai kesan pembelajaran fisika selama ini. Belajar fisika bukan hanya sekedar tahu matematika, tetapi lebih jauh peserta didik diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung di dalamnya, menuliskan ke dalam parameter-parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan, serta menyelesaikan secara matematis (Sugiharti, 2010). Indikator yang menyebabkan peserta didik kesulitan memahami konsep fisika adalah kurangnya kontribusi peserta didik secara aktif dalam menemukan dan memecahkan konsep-konsep yang dipelajari (Rismatul Azizah, dkk., 2015). Peserta didik cenderung hanya menghafal dan mengingat penjelasan guru tentang suatu konsep tanpa pemahaman yang mendalam (Close dan Heron, 2011) Dalam teori belajar konstruktivistik, Jean Piaget mengemukakan bahwa pembentukan pengetahuan tersusun atas tiga fase, yaitu 1) eksplorasi, 2) pengenalan konsep, dan 3) aplikasi konsep. Setiap manusia mengalami urutan tersebut untuk mendapatkan pengetahuan secara utuh (Ruseffendi, 2006). Ogilvie (2010) menyatakan bahwa pada proses pembelajaran yang hanya berpusat pada guru tanpa melibatkan keaktifan peserta didik, fase eksplorasi tidak muncul sehingga peserta didik cenderung tidak memahami pengetahuan secara sempurna. Peran guru dalam teori belajar Piaget adalah sebagai fasilisator bagi peserta didik untuk melakukan eksplorasi pengetahuan dengan mengemukakakn gagasan
1 2
sendiri melalui pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Peserta didik aktif
membangun (konstruksi) pengetahuan berlandaskan pada pengalaman belajar sebelumnya, yaitu dengan menghubungkan proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Rismatul Azizah, dkk (2015) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa tingkat kemandirian dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran fisika masih sangat rendah. Sebanyak 88 % peserta didik mengatakan bahwa pembelajaran fisika dialami adalah dengan metode ceramah. Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam menemukan konsep-konsep menjadi kendala yang sangat berarti bagi pencapaian tujuan pembelajaran fisika yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan perangkat pembelajaran untuk meningkatkan kontribusi peserta didik dalam pembelajaran yang salah satu diantaranya adalah Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM). Pada materi fisika yang lebih kompleks, keaktifan peserta didik dalam membangun (konstruksi) sendiri pengetahuan baru melalui pengalaman belajar sebelumnya yang terkait akan membantu peserta didik dalam meningkatkan pemahaman konsep (Redish, 2012). Permasalahannya adalah guru cenderung tidak melatihkan dan membina hal tersebut saat proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya media dan bahan ajar yang tersedia kurang lengkap, tuntutan materi yang banyak, dan waktu pembelajaran yang cukup singkat. Kurikulum 2013 diterapkan secara bertahap di satuan pendidikan mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015 sampai dengan tahun pelajaran 2018/2019. Melaksanakan implementasi Kurikulum 2013, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah memprogramkan kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi Guru dari sekolah yang akan melaksanakan Kurikulum 2013. Mendukung kebijakan tersebut, Direktorat Pembinaan SMA sesuai dengan tugas dan fungsinya melakukan fasilitasi pembinaan implementasi Kurikulum 2013 melalui pengembangan naskah pendukung implementasi Kurikulum 2013 berupa bahan ajar pelatihan, pedoman, panduan, dan model model yang telah dikembangkan pada tahun 2016 dan tahun 2017. Naskah- 3
naskah tersebut antara lain : (1) Model-Model Pembelajaran; (2) Model
Pengembangan RPP; (3) Model Peminatan dan Lintas Minat; (4) Panduan Supervisi Akademik; (5) Panduan Pengembangan Pembelajaran Aktif; (6) Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) Di SMA; (7) Panduan Pengembangan Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM); (8) Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas; (9) Bahan ajar Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS); dan (10) Panduan Sukses E-Rapor SMA Versi 2017. Dari sepuluh naskah pendukung implementasi K13, ada satu yang belum banyak diketahui oleh guru yaitu Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM). (Panduan Pengembangan UKBM, 2017) Dewasa ini, perkembangan ekonomi dan teknologi semakin pesat. Perkembangan ekonomi dan teknologi mengubah bentuk masa depan yang harus dihadapi peserta didik hari ini. Sekolah-sekolah harusnya mulai melakukan penanaman keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) untuk memenuhi tuntutan zaman abad ke-21. Hal ini sesuai dengan karakteristik skills masyarakat abad ke-21 menurut partnership of 21st century skills yang mengidentifikasikan bahwa pelajar pada abad ke-21 harus mampu mengembangkan keterampilan kompetitif yang diperlukan pada abad ke-21 yang terfokus pada pengembangan HOTS (Basuki, dkk., 2014). Hasil studi PISA (Program for Internasional Student Assesment), yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang berkedudukan di Paris (Prancis), telah memonitor pencapaian belajar mencakup literasi membaca (literacy reading), literasi matematika (mathematic literacy), dan literasi sains (scientific literacy), menunjukkan hasil PISA Indonesia mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015. Peringkat pencapaian sains untuk Indonesia berada pada urutan 71 dari 79 negara yang mengikuti studi PISA tahun 2018, dengan rincian sebagai berikut: skor literasi matematika pelajar Indonesia adalah 379 dan berada diperingkat 73. Skor literasi membaca 371 dengan ranking 74 dan skor literasi sains 396 diperingkat 71. Hal ini menunjukkan prestasi belajar peserta didik masih 4
rendah. Prestasi yang sedemikian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat
tinggi (Higher-Order Thinking) peserta didik Indonesia perlu untuk digali. Penelitian ini dilatar belakangi implementasi SKS di sekolah. Sekolah yang mengimplementasikan SKS wajib hukumnya untuk membuat Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM). Berupa media pembelajaran untuk pendamping peserta didik memahami suatu materi. Untuk membenahi masalah-masalah tersebut diperlukan upaya-upaya dari berbagai pihak, terutama pendidik itu sendiri. Seorang pendidik adalah subjek yang berhadapan langsung dengan peserta didik sebagai objek pendidikan yang sangat berperan penting dalam mengembangkan potensi dan keterampilan berpikir peserta didik. Menurut Thomas and Throne (2009) guru dapat melakukan banyak hal untuk mendorong berpikir tingkat tinggi. Inovasi-inovasi yang kreatif demi terwujudnya tujuan-tujuan pendidikan harus dilakukan. Menurut Taufik Amir (2009) untuk menjalankan inovasi di institusi pendidikan, para pendidik juga harus inovatif. Guru perlu melakukan inovasi-inovasi yang mendukung perkembangan HOTS dalam proses belajar-mengajar. Mulai dari metode dan teknik belajar-mengajar, media, dan bahan ajar yang digunakan serta hal-hal lain yang mendukung. Bahan ajar berupa lembar kerja peserta didik dijadikan pilihan karena kelebihan diantaranyamerupakan media yang canggih dalam mengembangkan kemampuan peserta didik untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip- prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis (Lismawati, 2010). Salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik adalah melalui UKBM. Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas, penulis ingin melakukan penelitian tentang “Pengembangan Perangkat Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis HOTS pada Materi Pokok Fluida statis untuk kelas XI SMA”. 5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah validitas Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada materi pokok fluida statis untuk kelas XI SMA?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada materi pokok fluida statis untuk kelas XI SMA.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada latar belakang, adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peserta Didik Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis HOTS diharapkan dapat menjadi sebuah inovasi sumber belajar yang dapat menuntun peserta didik aktif dalam membangun konsep-konsep baru dan meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi fluida statis. 2. Guru Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis HOTS dapat menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang dapat memudahkan guru dalam melatih peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi fluida statis. 3. Bagi Peneliti 6
Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan yang
dimiliki oleh peneliti dalam menyusun Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis HOTS pada materi fluida statis
1.5 Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran terhadap maksud dari penelitian ini, maka peneliti mendefenisikan beberapa istilah yaitu : 1. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan tingkat berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi pada hirarki kognitif. Higher order thinking skills terdapat 4 bentuk penalaran yaitu analysis (analisis), comparison (perbandingan), inference (inferens) dan evaluation (evaluasi). 2. Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berbasis HOTS bisa diartikan perangkat belajar berupa lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai pedoman untuk mencapai kompetensi pengetahuan dan keterampilan pada pembelajaran dengan menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS) dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh peserta didik baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Adapun UKBM yang akan dihasilkan ada 4 yaitu UKBM 1 Tekanan Hidrostatis, UKBM 2 Hukum Pascal, UKBM 3 Hukum Archimedes, dan UKBM 4 Tegangan Permukaan.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional