Anda di halaman 1dari 93

PENERAPAN SIMULASI PHET DENGAN MODEL PROBLEM

SOLVING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA


KELAS VIII SMP MATERI CAHAYA

PROPOSAL

Oleh

Rahyu Darsiyana
NIM. 1805112907

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...…………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………..…………………………………. ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam membangun
Bangsa Indonesia menjadi lebih maju. Pembangunan akan terus berlanjut sebagai
bukti nyata kemajuan suatu negara. Untuk ikut melaksanakan pembangunan,
setiap individu diharapkan mampu meningkatkan kualitasnya melalui
pembelajaran yang merupakan salah satu aspek pendidikan (Pujiyono et al, 2016).
Pengetahuan adalah landasan dari segala aspek kehidupan.Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat melanda dunia
diantaranya Indonesia mengakibatkan berbagai perubahan dalam pendidikan.
Perubahan bertujuan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
dan profesional untuk mampu bersaing dengan yang lain negara. Kemitraan untuk
Keterampilan Abad 21 menjelaskan bahwa siswa harus menguasai pengetahuan
dan keterampilan agar dapat berhasil dalam pekerjaan dan kehidupannya.
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses belajar, sehingga perlu adanya
perbaikan pada proses pembelajaran untuk tujuan pendidikan dapat tercapai. UU
No. 20 dari 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidik dan
pendidikan kepegawaian berkewajiban menciptakan pendidikan suasana yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Salah satu faktor yang
berperan dalam keberhasilan proses pembelajaran adalah kemampuan guru untuk
memilih metode, model, dan media pembelajaran yang sesuai. Permendiknas No.
41 Tahun 2007 tentang Satuan Pendidikan Standard Process menjelaskan bahwa
proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan mampu memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak lagi
berpusat pada guru melainkan lebih berpusat pada siswa. Keterlibatan siswa aktif
dalam pembelajaran proses akan dapat membantu siswa dalam membangun
pengetahuan secara tepat dan lebih mendalam tentang alam sekitar.
Ilmu Pengetahuan Alam (Ilmu Pengetahuan) merupakan satu kesatuan
produk, proses, dan sikap, sehingga tujuan pembelajaran IPA mengacu pada tiga
aspek tersebut, yaitu: (1) pengetahuan, konsep, hukum, dan teori serta
penerapannya ; (2) kemampuan memproses, yaitu proses pemecahan masalah
melalui metode ilmiah; (3) sikap keilmuan antara lain sikap tanggung jawab,
berpikir kritis, perhatian terhadap masalah-masalah ilmu, dan penghayatan
terhadap hal-hal yang bersifat ilmu (Toharuddin, 2011). Keterampilan proses
ilmiah merupakan keterampilan yang dibutuhkan seseorang untuk dapat belajar
secara mandiri (Ibrahim, 2010).
Ilmu Pengetahuan Alam adalah gabungan dari beberapa disiplin ilmu
yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Materi IPA selain
memerlukan kemampuan untuk memahami konsep-konsepnya juga ada
penerapannya serta kemmapuan dalam memahami konsep tersebut.Jadi dalam
pembelajaran IPA tidak hanya mempelajari rumus saja, melainkan memahami
suatu konsep kemudian merapkannya sehingga menghasilkan karya atau produk.
Pembelajaran IPA, percobaan maupun praktikum jarang sekali dilakukan
karena faktor keterbatasan alat laboratorium. Oleh karena itu diperlukan suatu
media yang dapat membantu terlaksananya kegiatan praktikum yang
menyenangkan, tidak membuat siswa bingung, dan mampu meningkatkan
pemahaman konsep siswa.
Hasil observasi yang telah dilakukan di sekolah peneliti PLP,
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA lebih rendah jika
dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran lainnya. Siswa
terlihat kurang aktif saat proses belajar mengajar berlangsung. Siswa kurang
bersemangat mengikuti pelajaran, bahkan menganggap IPA sebagai pelajaran
yang sulit dan membosankan karena penyajian guru yang masih konvensional dan
dianggap kurang menarik. Salah satu konsep yang dianggap yang sulit bagi siswa
adalah materi Cahaya, karena pada materi tersebut banyak tersedia konsep-konsep
yang bersifat abstrak dan berkaitan dengan fenomena yang ada dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga akan sulit dipahami jika proses pembelajaran hanya dengan
membaca atau menjelaskan secara sederhana.
Peran guru dalam proses pembelajaran adalah membantu siswa dalam
menemukan fakta, konsep, atau prinsip untuk dirinya sendiri, daripada
memberikan ceramah dan mengendalikan semua kegiatan kelas. Pembelajaran
IPA akan menjadi menarik dan menyenangkan jika terdapat variasi model,
pendekatan, dan media pembelajaran. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan
adalah media pembelajaran dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Ketertarikan anak pada dunia TIK dapat digunakan untuk
mengajarkan suatu konsep pada siswa. Simulasi komputer akan
memvisualisasikan materi yang sulit disajikan, terutama fenomena fisik yang
abstrak. Pembelajaran yang diperkaya dengan simulasi komputer diharapkan
dapat menambah minat siswa terhadap bahan ajar dan menciptakan suasana
belajar yang lebih menyenangkan (Nur ,2008).
Simulasi komputer dapat digunakan secara efektif sebagai alat bantu
pengajaran di kelas, serta dapat memberikan manfaat konseptual yang lebih besar
karena siswa lebih mampu mengintegrasikan pengetahuannya dibandingkan jika
siswa hanya menggunakan buku teks dalam proses pembelajaran (Kriek dan
Stols , 2010).
Perkembangan TIK dalam pembelajaran telah berkembang dalam berbagai
bentuk multimedia interaktif. Salah satu aplikasi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPA adalah program simulasi yang disebut Teknologi Pendidikan
Fisika (PhET). PhET adalah program simulasi yang telah dikembangkan oleh
sekelompok peneliti dari Universitas Colorado (Wieman, Adams, Loeblein, &
Perkins, 2008). Keterbatasan pembelajaran dengan eksperimen di laboratorium
juga dapat disimulasikan melalui komputer sehingga program simulasi PhET
dapat difungsikan sebagai laboratorium virtual. Meskipun simulasi tidak
memberikan pengalaman langsung bagi siswa, tetapi simulasi lebih fleksibel dan
interaktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa (Eggen dan
Kauchak, 2012). Proses pembelajaran dengan memanfaatkan program simulasi
komputer juga memberikan peluang untuk membawa dunia pendidikan ke tingkat
kualitas yang lebih tinggi (Ajredini, Izairi, & Zajkov, 2013).
Cahaya adalah materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan analisis Kompetensi Dasar 3.12 pada kelas VIII semester 2,
“Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, dan penerapannya
untuk menjelaskan penglihatan manusia”, terdapat pengetahuan yang bersifat
abstrak sehingga kurang tepat jika materi yang diajarkan hanya verbal atau
melalui media gambar saja. Maka perlu proses pembelajaran yang interaktif agar
pembelajaran tidak cenderung membosankan. Pembelajaran IPA dengan
menggunakan program simulasi PhET diharapkan dapat membantu siswa dalam
proses membangun pemahaman konsep siswa dalam belajar, dan menjadikan
proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
Pembelajaran IPA menjadi bermakna ketika siswa memiliki keterampilan
proses sains, sehingga siswa mampu menyelidiki dan mengamati fenomena alam
yang ada disekitar secara ilmiah. Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Simulasi PhET Dengan Model
Problem Solving Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas
VIII SMP Materi Cahaya”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran
menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving pada materi
Cahaya siswa kelas VIII SMP?
2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa antara kelas yang
menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving dengan kelas
yang menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP?
1.3 Tujuan Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan pemahaman konsep siswa setelah simulasi PhET dengan
model problem solving pada materi Cahaya siswa kelas VIII SMP.
2. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep siswa antara kelas yang
menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving dengan kelas
yang menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Guru
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan
referensi dalam media pembelajaran simulasi PhET pada materi Cahaya
terhadap pemahaman konsep siswa di SMP.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan agar
guru mampu memberikan pembelajaran yang mampu menunjang
pemahaman konsep peserta didik.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menarik minat dan motivasi peserta
didik dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi Cahaya kelas VIII
SMP serta meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi wadah pengembangan diri sekaligus
wadah belajar peneliti sebagai calon pendidik dan sebagai syarat
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
UNRI.

1.5 Defenisi Operasional


Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran, maka penulis mendefinisikan
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Physics Educational Techonologi (PhET) menciptakan simulasi interaktif
dengan tujuan untuk memanfaatkan media komputer dalam pembelajaran,
untuk menjalankan aplikasi PhET yang telah disediakan oleh website yaitu
(http://phet.colorado.edu). PhET adalah media simulasi virtual yang
berguna bagi siswa untuk membantu mempermudah pemahaman konsep
dan melakukan praktik/simulasi secara mandiri. Sinulingga dkk. (2016)
menjelaskan bahwa PhET merupakan simulasi interaktif berbasis
penelitian yang dapat digunakan dalam eksperimen IPA dan terjangkau
oleh teknologi dan fleksibel.
2. Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang penting dalam
pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat
mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pelajaran.
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep.
Menurut Sudirman (2014:42-43), pemahaman (Understanding) dapat
diartikan menguasai sesuatu dalam pikiran. Pemahaman merupakan
perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi
sehingga dapat mengangantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam
berbagai ilmu pengetahuan. Jadi pemahaman konsep adalah menguasai
sesuatu dengan pikiran yang mengandung kelas atau kategori stimuli yang
memiliki cir-ciri umum. Singkatnya, pemahaman konsep adalah suatu
pemahaman atau benar-benar tahu tentang sebuah konsep.
3. Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan.
Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang mau
diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu. Ini dapat
dilakukan baik dalam kelompok ataupun pribadi.
BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SMP


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku universal (umum), dan merupakan kumpulan data
hasil observasi dan eksperimen. IPA merupakan suatu kumpulan ilmu
pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai
oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah kumpulan teori
yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen
serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
IPA memiliki hakikat yang mendasar sebagai ciri keilmuan. Hakikat IPA
dipandang sebagai suatu proses, sikap, dan produk yang ada di dalam IPA (Ansori
et al,2016). Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan
untuk mempelajari objek studi, menemukan, mengembangkan produk-produk
sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang
dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.
Belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu
kecakapan, keterampilan, sikap yang dimulai sejak awal kehidupan dari masa
kecil hingga dewasa (Karwono dan Heni Mularsih, 2017). Bell Gredler dalam
Karwono dan Heni mularsih (2017) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang
dilakukan manusia untuk mencapai suatu kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitude) secara bertahap dan berkelanjutan.
Menurut John M. Killer (Nurdansyah dan Fitriyani Toyiba, 2018) belajar adalah
keluaran dari proses dari berbagai masukan yang berupa informasi.
Pembelajaran merupakan aktifitas antara guru dan peserta didik yang terdiri
dari tujuan pembelajaran, materi metode pembelajaran dan evaluasi (Ilham Eka
Putra, 2013). Pembelajaran dapat dimaknai secara makro dan mikro. Secara
makro pembelajaran adalah suatu proses yang diusahakan agar peserta didik dapat
memunculkan potensi yang ada baik itu secara kognitif atau emosional. Secara
makro pembelajaran adalah mengatur dan menata unsur-unsur eksternal agar
dapat menunjang proses belajar (Karwono dan Heni Mularsih, 2017).
Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama di dalam pikirannya, dan merevisinya apabila aturan-
aturan tersebut tidak sesuai lagi. Konsep dasar tentang pembelajaran
adalahpengetahuan yang tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta
didik. Peserta didik harus didorong untuk mengonstruksi pengetahuan di dalam
pikirannya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
maka peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan bersusah payah dengan ide-idenya.
Pembelajaran IPA akan memberikan pengalaman secara langsung kepada
peserta didik sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
menerima, mengingat, dan mengaplikasikan konsep yang telah dipelajarinya
(Permendikbud, 2014). Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam beserta gejala
dan isinya yang terbentuk dari pengamatan fenomena-fenomena alam yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dimana diperoleh dari langkah ilmiah merumuskan
masalah, membuat hipotesis, merancang ekperimen, mengumpulkan data
berdasarkan eksperimen, melakukan analisis data, menyimpulkan data, dan
mempresentasikan hasil percobaan.
Pembelajaran IPA sesuai dengan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
saintifik untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta
didik aktif mengkonstruk konsep dengan melalui tahapan-tahapan pendekatan
saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan
mengkomunikasi (Sufairoh, 2016). Menurut Kemendikbud (2016) pembelajaran
saintifik meliputi lima langkah yang membentuk secara satu kesatuan. Adapun
tahapan pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut.
1. Mengamati, yaitu kegiatan mengidentifikasi melalui indera penglihatan,
pendengaran, pengecap, pembau dan peraba pada waktu mengamati
suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu.
2. Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin
diketahuinya pada suatu objek, proses atau peristiwa tertentu.
3. Mengumpulkan data, kegiatan siswa mencari informasi terkait bahan
yang akan digunakan untuk dianalisis dan disimpulkan.
4. Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa dalam mengolah data dengan
melakukan klasifikasi, pengurutan, menghitung, membagi ataupun
menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif.
5. Mengkomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan
menyampaikan hasil temuannya setelah melakukan serangkaian proses
mengamati, menanya, mengumpulkan data dan mengasosiasi yang
ditujukan kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Berdasarkan Permendikbud nomor 21 sampai 24 tahun 2016 yang berisikan
tentang standar isi, standar proses, standar penilaian serta kompetensi inti dan
kompetensi dasar telah membantu guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran.

2.2 Pembelajaran Konstruktivistik


Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan yang kita dapatkan adalah hasil dari konstruksi
kita sendiri. Konstruktivisme sendiri menyatakan semua pengtahuan yang siswa
peroleh adalah hasil konstruksi siswa itu sendiri. Sehingga sangat kecil adanya
kemungkinan transfer pengetahuan seseorang dari orang lain secara utuh. Dalam
hal ini siswa harus aktif mengkonstruksi dalam membentuk pengetahuan, siswa
harus mengkonstruksi dengan benar materi yang mereka pelajari dan pahami
dalam pemikiran mereka sehingga apa yang mereka pikirkan dapat terealisasi
dengan baik.
Pembelajaran konstruktivistik merupakan pembelajaran yang melibatkan
peserta didikdalam kegiatan aktif. Aktif dalam berpikir, membentuk konsep, dan
mencari makna dari hal-hal yang sedang dipelajari sebagai proses pembentukan
pengetahuan oleh si pembelajar itu sendiri. Pembelajaran konstruktivistik lebih
menghargai pada pemunculan ide-ide siswa. Siswa dipandang sebagai pemikir
yang dapat memunculkan teori -teori tentang dirinya. Siswa juga banyak belajar
dan bekerja didalam grup serta kurikulum disajikan dari keseluruhan menuju ke
bagian-bagian dan lebih mendekatkan pada konsep yang lebih luas (Jumanta
Hamdayama, 2016).
Pembelajaran kontruktivistik dapat menimbulkan kepekaan siswa dalam
memahami persoalan karena mengarahkan siswa menjadi lebih kreatif dan kritis.
Proses mengkonstruksi pengetahuan siswa dapat dilakukan dengan melakukan
interaksi terhadap objek dan lingkungan dengan cara melihat, mendengar,
menjamah, merasakan atau mengikuti tindakan secara langsung. Proses
mengkonstruksi pengetahuan pada siswa dapat dilihat pada kemampuan
mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan
membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan serta
kemampuan untuk menyukai suatu pengalaman yang satu dengan yang lainnya
(C. Asri Budiningsih, 2005).
Peranan guru dalam pembelajaran konstruktivistik ini adalah sebagai
fasilitator untuk membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan
dituntut untuk lebih memahami cara pandang berpikir siswa. Guru bertugas untuk
menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan
siswa dan membantu siswa untuk mengekspresikan gagasannya serta guru juga
berperan untuk mengevaluasi dan menunjukkan pemikiran siswa telah berjalan
baik atau tidak. (Jumanta Hamdayama, 2016).

2.3 Media Pembelajaran


Nunu Mahnun (2012) menyebutkan bahwa “media” berasal dari bahasa Latin
“medium” yang berarti “perantara” atau “pengantar”.Lebih lanjut, media
merupakan sarana penyalur pesan atau informasi belajar yang hendak
disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan
tersebut.Penggunaan media pengajaran dapat membantu pencapaian keberhasilan
belajar. Menurut AECT (Association of Education and Communication
Technology) yang dikutip oleh Basyaruddin (2002) “media adalah segala bentuk
yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan menurut
Steffi Adam dan Muhammad Taufik Syastra (2015) bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu baik berupa fisik maupun teknis dalam proses pembelajaran
yang dapat membantu guru untuk mempermudah dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Selanjutnya (Joni Purwono, dkk, 2014) menjelaskan
bahwa media pembelajaran memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas
proses belajar mengajar. Media juga dapat membuat pembelajaran lebih menarik
dan menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yang sedang berkembang saat
ini adalah media audiovisual. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah alat bantudalam proses belajar mengajaruntuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan
pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaaan, perhatian dan
minat serta kemauan peserta didik agar tercapainya tujuan pembelajaran secara
efektif (Sukiman, 2012). Menurut Tejo Nurseto (2011) media pembelajaran
adalah sarana penyalur informasi belajar yang harus memenuhi prinsip VISUALS
yang terdiri dari Visible, Interesting, Simple, Useful, Legitimate, Structured.
Peranan media pembelajaran dalam proses pembelajaran merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
pengirim kepada penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat peserta didik untuk belajar. Senada dengan apa yang
dikatakan oleh (Ruth Lautfer, 1999) bahwa media pembelajaran adalah salah satu
alat bantu mengajar bagi guru untuk menyampaikan materi pengajaran,
meningkatkan kreatifitas siswa dan meningkatkan perhatian siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan media siswa akan lebih termotivasi untuk belajar,
mendorong siswa menulis, berbicara dan berimajinasi semakin terangsang.
Dengan demikian, melaluimedia pembelajarandapat membuat proses belajar
mengajar lebih efektif dan efesien serta terjalin hubungan baik antara guru dengan
peserta didik. Selain itu, media dapat berperanuntuk mengatasi kebosanan dalam
belajar di kelas.Oleh karena itu, guru dituntut memberikan motivasi pada peserta
didik melalui pemanfaatan media yang tidak hanya ada di dalam kelas, akan tetapi
juga yang ada di luar kelas, jika hal itu dimanfaatkan maka tujuan pembelajaran
akan tercapai. Lantas apa yang terjadi jika media pembelajaran tidak ada, yang
terjadi adalah mengalami kesulitan dalam mengajar, materi menjadi monoton dan
siswa merasa bosan dengan apa yang diajar oleh pendidik. Oleh karena itu, media
pembelajaran harus difungsikan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Dengan demikian semakin menarik media pembelajaran yang digunakan oleh
guru akan semakin tinggi pula tingkat motivasi belajar siswa. Namun dalam
prakteknya, masih banyak dijumpai guru-guru yang belum menerepankan media
pembelajaran secara inovatif, bukan hanya tidak menerapkan media tersebut,
namun sama sekali tidak ada media pembelajaran di sekolah. Ada beberapa
alasan, mengapa guru tidak menggunakan media pembelajaran.Alasan pertama
adalah (1). Guru menganggap bahwa menggunakan media perlu persiapan. (2).
Media itu barang canggih dan mahal. (3). Tidak biasa menggunakan media (gagap
teknologi). (4). Media itu hanya untuk hiburan sedangkan belajar itu harus serius.
(5). Di sekolah tidak tersedia media tersebut, sekolah tidak memiliki peralatan dan
bahan untuk membuat media pembelajaran. (6). Guru tidak memahami arti
penting penggunaan media pembelajaran. (7). Guru tidak memiliki pengetahuan
dan kemampuan mengenai cara membuat sendiri media pembelajaran. (8). Guru
tidak memiliki keterampilan mempergunakan media pembelajaran. (9). Guru tidak
memiliki peluang (waktu) untuk membuat media pembelajaran. (10). Guru sudah
biasa mengandalkan metode ceramah.
Azhar Arsyad (2015) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran
dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keinginan, motivasi yang baru
yang memberi pengaruh psikologis untuk meningkatkan keefektivitasan dalam
proses pembelajaran. Selain itu menurut Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan (2012)
dalam proses belajar mengajar seorang guru harus bisa menentukan media yang
sesuai pada proses belajar mengajar. Adapun kriteria pemilihan media adalah
sebagai berikut.
1. Ketepatan dengan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang dipilih
harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berdasarkan
tujuan-tujuan instruksional dan RPP.
2. Keterampilan guru menggunakannya. Media pembelajaran di pilih harus
dikuasi oleh guru tersebut.
3. Kemudahan memperolehnya. Media yang diperlukan mudah untuk
diperoleh, di akses baik itu bagi guru ataupun bagi siswa.
4. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
memberi manfaat langsung bagi siswa dalam proses pembelajaran
5. Media pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan taraf berpikir siswa,
sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para
siswa.
Media dikelompokkan menjadi berbagai macam jenis. Menurut Zainal
Arifin dan Adhi Setiyawan (2012) adapun jenis -jenis media dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
1. Audio. Jenis media audio meliputi pita audio (rol atau kaset), priringan
audio dan radio (rekaman suara).
2. Cetak. Jenis media cetak meliputi buku teks terprogram, buku pegangan
atau manual, dan buku tugas.
3. Audio-Cetak. Jenis media audio-cetak meliputi buku latihan dilengkapi
kaset dan gambar atau poster yang dilengkapi audio.
4. Proyek Visual diam. Jenis media proyek visual diam meliputi film bingkai
(slide) dan film rangkai yang berisikan pesan verbal.
5. Proyek Visual diam dengan Audio. Jenis media proyek visual diam dengan
audio meliputi film bingkai (slide) dengan suara dan film rangkai suara.
6. Visual Gerak. Jenis media visual gerak meliputi film bisu dengan judul.
7. Visual Gerak dengan Audio. Jenis media visual gerak dengan audio ini
meliputi film suara dan video/VCD/DVD.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran Edgar Dale membuat klasifikasi pengalaman dari tingkat yang
paling abstrak ke yang paling konkret. Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama
kerucut pengalaman atau cone of experience yang dijelaskan pada Gambar 2.1
(Arief S. Sadiman, dkk, 2011).

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman (Cone Of Experience) Edgar Dale

(Arief S. Sadiman, dkk, 2011).

Gambar 2.1 menyatakan bahwa pembelajaran dapat dilakukan dengan


berbagai cara dari yang paling abstrak yaitu secara visual sampai yang paling
konkret yaitu melakukan secara langsung. Menurut Sukiman (2012) manfaat
media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga memperlancar proses belajar mengajar.
2. Media pembelajaran meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi lansung antara
peserta didik dan lingkungannya dan memungkinkan peserta didik belajar
untuk mandiri.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu.
Adapun manfaat media dalam suatu pembelajaran menurut Zainal Arifin
dan Adhi setiyawan (2012) yaitu media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan yang dimiliki oleh siswa, dapat menghasilkan keseragaman
pengamatan siswa, dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, dapat
melampaui batasan ruang kelas, mampu membangkitkan motivasi dan
merangsang peserta didik untuk belajar dan media mampu memberikan belajar
secara integral dan menyeluruh dari yang konkret ke yang abstrak, dari sederhana
ke yang rumit.

2.4 PhET Simulation


Physics Education Technology (PhET) adalah simulasi yang dibuat oleh
(University Of Colorado) yang berisi simulasi pembelajaran fisika, biologi, dan
kimia untuk kepentingan pembelajaran dikelas atau belajar individu.Kelebihan
simulasi PhET yaitu menekankan hubungan antara fenomena kehidupan nyata
dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan interaktif dan kontruktivis,
memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat kerja kreatif.Menurut Yuafi
Physics Education Technology (PhET) adalah software simulasi interaktif fisika
yang tersedia pada situs yang dapat dijalankan secara online atau offline.Dengan
menggunakan software tersebut tentunya dapat menciptakan pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.Di dalam media ini dapat ditampilkan
suatu materi yang bersifat abstrak dan dapat dijelaskan secara langsung oleh
media ini sehingga peserta didik dengan mudah memahami materi tersebut.Media
simulasi PhET adalah media pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa
materi simulasi pembelajaran fisika untuk kepentingan pengajaran di kelas atau
dapat digunakan untuk kepentingan belajar individu.
Simulasi yang disediakan PhET sangat interaktif dan mengajak peserta didik
untuk belajar dengan cara mengeksplorasi secara langsung. Software PhET ini
memuat suatu animasi fisika yang abstrak atau tidak dapat dilihat oleh mata
terbuka. Untuk eksplorasi secara kuantitatif, software PhET ini memiliki alat-alat
ukur didalamnya seperti penggaris, stopwatch, voltmeter, dan thermometer.
Kelebihan simulasi PhET yakni dapat melakukan percobaan secara ideal, yang
tidak dapat digunakan dengan menggunakan alat dan bahan yang sesungguhnya.

2.5 Problem Solving


Problem Solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan suatu
persoalan. Biasanya guru memberikan permasalahan yang sesuai dengan materi
yang akan diajarkan pada siswa dan siswa diminta untuk memecahkan masalah
tersebut.hal ini dapat dilakukan secara berkelompok maupun individu (Suyanto &
Djihad,2013). Sebagai bagian dari metode pembelajaran, Problem Solving adalah
cara mengajar yang dimulai dari perumusan masalah, pengumpulan data, analisis
data, sampai dengan penentuan alternative pemecahan masalah (Suyanto &
Djihad,2013).
Secara lebih rinci, pembelajaran dengan model Problem Solving ini dapat
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
2. Mencari data yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut
5. Menarik kesimpulan

2.6 Pemahaman Konsep


Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang penting dalam
pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam setiap materi pelajaran. Pemahaman konsep terdiri dari dua
kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudirman (2014:42-43), pemahaman
(Understanding) dapat diartikan menguasai sesuatu dalam pikiran. Pemahaman
merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan
kompetensi sehingga dapat mengangantarkan siswa untuk menjadi kompeten
dalam berbagai ilmu pengetahuan. Jadi pemahaman konsep adalah menguasai
sesuatu dengan pikiran yang mengandung kelas atau kategori stimuli yang
memiliki ciri-ciri umum. Singkatnya, pemahaman konsep adalah suatu
pemahaman atau benar-benar tahu tentang sebuah konsep.
a. Indikator-Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Indikator pencapaian
pemahaman konsep menurut peraturan Dirjen Diknasmen Nomor
506/C/Kep/PP/2004 adalah:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep,
2) Mengklarifiksi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya,
3) Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep,
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu,
7) Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pemahaman Konsep
Keberhasilan siswa dalam mempelajari fisika dipengaruhi beberapa faktor.
Purwanto (2014:102) mengungkapkan bahwa berhasil atau tidaknya belajar itu
tergantung pada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktro ini dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1) Faktor yang ada pada organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individu,
yang termasuk faktor individu antara lain kematangan atau pertumbuhan,
kecerdasan latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial, yang
termasuk faktor sosial ini antara lain keluarga atau keadaan rumah tangga, guru
dan cara mengajaranya, alat-alat yang digunakan dalam belajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Selain faktor tersebut, pemahaman konsep dipengaruhi oleh psikologis siswa.
Kurangnya pemahaman konsep terhadap materi fisika yang dipelajari karena tidak
adanya usaha yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soalsoal yang
diberikan guru. Siswa lebih mengharapkan penyelesaian dari guru, hal ini
memperlihatkan bahwa pemahaman konsep siswa masih rendah. Dalam penilitian
ini peneliti lebih meneliti indikator kemampuan pemahaman konsep yaitu melihat
beberapa indikator menurut peraturan Dirjen Dikdamen Nomor
506/C/Kep/PP/2004 dan pencapaian akhir kemampuan pemahaman konsep siswa
apakah lebih baik jika diterapkan pembelajaran menggunakan media simulasi
PhET dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media konvensional
(biasa).

2.7 Tinjauan Materi


Sesuai dengan Permendikbud no. 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan
kompetensi dasar kurikulum 2013 bagi pendidikan menegah yang dituangkan
dalam silabus nasional maka materi pelajaran Cahaya pada kelas VIII memilki
empat kompetensi inti yaitu :
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahuanya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
disekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
Sedangkan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran IPA
materi pembiasan cahaya yaitu:
3.12 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta
aplikasinya untuk menjelaskan penglihatan manusia
4.12 Membuat laporan hasil penyelidikan tentang sifat-sifat bayangan serta
pembentukan bayangan pada cermin dan lensa

2.8 Kerangka Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka kerangka pemikiran


peneliti yang dituangkan kedalam kerangka konseptual ditunjukkan pada Gambar
2.2

Pembelajaran Kontstruktivistik Pendekatan Saintifik

Problem Solving

Materi Cahaya Praktikum dengan PhET Simulation

Pemahaman Konsep Siswa

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa pembelajaran dengan PhET


Simulation menerapkan pembelajaran konstruktivistik dengan model
pembelajaran Problem Solving sesuai dengan kurikulum 2013 yang dituangkan
kedalam RPP pada Lampiran 2. Pada pembelajaran dengan PhET Simulation ini
materi yang diaplikasikan adalah materi Cahaya. Instrumen pada penelitian ini
berupa soal posttest yang telah dikembangkan berdasarkan kisi-kisi dari indikator
pembelajaran.
Eksperimen menggunakan PhET Simulation dengan model problem solving
dapat menarik minat siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi pada siswa
untuk mengikuti pembelajaran dengan baik maka dengan pembelajaran PhET
Simulation dengan model problem solving diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa.

2.9 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
“Terdapat perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep siswa antara
kelas yang menggunakan PhET Simulation dengan model Problem Solving
dengan kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional pada materi Cahaya di
kelas VIII SMP Negeri 1 Kateman.”
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1
Kateman. Adapun untuk waktu pelaksanaanya yaitu pada semester genap Tahun
Akademis 2021/2022.

3.2 Rancangan Penelitian


Secara umum rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuasi eksperimen dimana penelitian ini membandingkan antara sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan khusus. Design penelitian yang digunakan adalah
Intact-group Comparison yaitu terdapat dua kelompok, kelas eksperimen yakni
kelas yang diberi treatment dan kelas kontrol yakni kelas yang tanpa diberi
treatment (Erwan &Dyah, 2017).
Pada kelas treatment diberikan pembelajaran dengan PhET Simulation (X),
pembelajaran diawali dengan meperkenalkan PhET Simulation secara umum serta
cara penggunaan PhET Simulation pada materi Cahaya dan pembelajaran dimulai
dengan menggunakan PhET Simulation. Untuk kelas kontrol sendiri
menggunakan metode ceramah aktif dan media konvensional selama
pembelajaran berlangsung. Setelah pembelajaran dilaksanakan pada kedua
kelompok kemudian siswa diberikan test akhir/posttest untuk mengtahui
peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi Cahaya dan Alat Optik SMP
N 1 Kateman.
Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Intact-group Comparison
Kelas Perlakuan Postest
Kelompok Eksperimen X O1
Kelompok Kontrol O2
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan PhET Simulation dituangkan
pada RPP sebagaimana ditunjukkan pada Lampiran 2 begitu juga lembar kerja
peserta didik (LKPD) ditunjukkan pada Lampiran 4.
Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan maka kedua kelompok diberikan
test posttest (O1 dan O2) dengan soal, jumlah dan waktu yang sama untuk melihat
perbedaan pemahaman konsep pada kedua kelompok tersebut.

3.3 Data dan Instrumen Penelitian


1. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh dari nilai ulangan harian siswa pada materi
sebelumnya untuk menentukan sampel penelitian serta sebagai acuan
dalam menentukan kelompok kelas eksperimen sementara data primer
diperoleh melalui posttest yang diberikan setelah treatment dilakukan
baik pada kelas eksperimen dengan menggunakan PhET Simulation
dengan model Problem Solving dan kelas kontrol dengan pembelajaran
secara konvensional.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian
ini berupa posttest atau tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang telah disusun berdasarkan indikator pada materi
Cahaya dan Alat Optik.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik tes berupa
posttest yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemberian
posttest kepada siswa dilakukan setelah proses pembelajaran. Soal yang
diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif dan analisis inferensial.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang hanya menyajikan
informasi berupa data yang diamati dan tidak bertujuan menguji hipotesis
untuk menarik kesimpulan. Karena itulah analisis deskriptif termasuk
statistik deduktif karena tidak menarik kesimpulan (Erwan Agus
Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, 2017). Analisis deskriptif yang
dimaksud dalam penelitian ini melihat pemahaman konsep siswa yang
terdiri dari daya serap siswa dan efektivitas pembelajaran.
a. Daya Serap Siswa
Menurut Ishwahyudi dalam Ahmad Irfan Al Faruqi (2016), daya
serap siswa adalah kemampuan siswa untuk menyerap suatu konsep
atau materi yang telah disampaikan oleh guru. Secara sistematis untuk
mencari daya serap siswa digunakan ketentuan seperti persamaan
berikut.
skor yang diperoleh siswa
Daya serap= × 100 %
skor maksimum

Tabel 3.3 Kategori Daya Serap Siswa


Interval (%) Kategori Daya Serap
85 ≤ x ≤ 100 Sangat Baik
70 ≤ x < 85 Baik
50 ≤ x < 70 Cukup Baik
0 ≤ x < 50 Kurang Baik
(Depdiknas, 2006)
Setelah dilakukan posttest, data yang dipeoleh dianalisis daya
serapnya berdasarkan persamaan daya serap siswa, lalu
dikelompokkam kategori daya serap sesuai dengan Tabel 3.3 yaitu
sangat baik, baik, cukup baik dan kurang baik.
b. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran adalah hasil dari suatu tindakan yang
diberikan pada suatu kelompok untuk menghasilkan efek yang bersifat
positif dalam pembelajaran (Ahmad Jamalong dan Indajati, 2015).
Efektivitas pembelajaran siswa didapatkan dari proses pembelajaran
yang dilakukan. Pada penelitian ini, kategori efektivitas pembelajaran
yang diperoleh siswa dari hasil belajar menggunakan ketentuan seperti
Tabel 3.4

Tabel 3.4 Kategori Efektivitas Pembelajaran


Interval (%) Kategori Efektivitas
85 ≤ x ≤ 100 Sangat Efektif
70 ≤ x < 85 Efektif
50 ≤ x < 70 Cukup Efektif
0 ≤ x < 50 Kurang Efektif
(Depdiknas, 2006)
Selain daya serap siswa, data yang diperoleh setelah dilakukan
posttest juga dianalisis efektivitas pembelajaran yang diperoleh siswa
lalu dikelompokkan berdasarkan Tabel 3.4 dengan kategori sangat
efektif, efektif, cukup efektif dan kurang efektif.

2. Analisis Inferensial
Analisis inferensial adalah teknik analisis yang datanya diambil dari
sampel random yang bertujuan untuk menarik kesimpulan (Erwan Agus
Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, 2017). Analisis inferensial
dilakukan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep siswa setelah
diterapkan penggunaan PhET Simulation dengan model pembelajaran
problem solving pada kelas eksperimen dan diterapkan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol melalui uji hipotesis. Sebelum melakukan
uji hipotesis dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang mendasari data terdistribusi secara
normal atau tidak (Wikipedia, 2019). Uji normalitas pada penelitian ini
dilakukan menggunakan teknik uji kolmogrov smirnov dengan bantuan
SPSS. Adapun kriteria pengujian normalitas adalah sebagai berikut:
(1)Jika signifikan, p ≥ 0.05 maka data terdistribusi normal.
(2)Jika signifikan, p < 0.05 maka data tidak terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai homogen atau
tidaknya dua sampel yang terdistribusi. Pada penelitian ini uji
homogenitas dilakukan pada data sekunder berupa data hasil ulangan
harian siswa materi Cahaya dan Alat Optik dan data primer berupa data
posttest pemahaman konsep siswa materi Cahaya dan Alat Optik
menggunakan teknik one-way anova dengan bantuan SPSS. Adapun
kriterianya adalah sebagai berikut :
(1)Jika signifikan, p ≥ 0.05 maka data homogen.
(2)Jika signifikan, p < 0.05 maka data tidak homogen.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji kebenaran dari data yang
diperoleh dari sampel penelitian. Uji hipotesisis kuantitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik independent sample t-test
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata dari dua
sampel yang berbeda dengan cara menentukan hipotesis dan
menentukan tingkat signifikansi (Erwan Agus Purwanto dan Dyah
Ratih Sulistyastuti, 2017). Uji hipotesis (uji t) pada penelitian ini
bertujuan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan
pada Pemahaman Konsep siswa antara kelas yang menggunakan PhET
Simulation dengan model pembelajaran problem solving dengan kelas
yang menerapkan pembelajaran konvensional pada materi cahaya dan
alat optik. Data yang digunakan pada uji t di penelitian ini adalah data
pemahaman konsep siswa berupa posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Berikut hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pemahaman
konsep siswa antara kelas yang menggunakan PhET Simulation
dengan model pembelajaran problem solving dengan kelas yang
menerapkan pembelajaran konvensional pada materi cahaya dan
alat optik.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep
siswa antara kelas yang menggunakan PhET Simulation dengan
model pembelajaran problem solving dengan kelas yang
menerapkan pembelajaran konvensional pada materi cahaya dan
alat optik.
Kriteria pengambilan kesimpulan pada penelitian ini berdasarkan
analisis inferensial adalah :
(1) Jika signifikan, p ≥ 0.05 maka H0 diterima maknanya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep siswa antara
kelas yang menggunakan PhET Simulation dengan model
pembelajaran problem solving dengan kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensional pada materi cahaya dan alat optik.
(2) Jika signifikan, p < 0.05 maka H0 ditolak maknanya terdapat
perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep siswa antara
kelas yang menggunakan PhET Simulation dengan model
pembelajaran problem solving dengan kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensional pada materi cahaya dan alat optik.
Daftar Pustaka

Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono dan Rahardjito. 2011. Media


Pendidikan edisi revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

C. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asdi


Mahasatya.

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Silabus Sekolah Menengah Atas pada


Mata Pelajaran IPA. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Silabus Sekolah Menengah Pertama


pada Mata Pelajaran IPA. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.
Jakarta.

Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2017. Metode Penelitian
Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah
Sosial.Yogyakarta: Gava Media.

Jumanta Hamdayama. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Karwono dan Heni Mularsih. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo persada.

Kemendikbud.2016. Peringkat dan capaian PISA Indonesia Mengalami


Peningkatan. Jakarta: Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. 2016. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:


Kemendikbud.

Perkins, K. Wendy Adams, Michael Dubson, Noah Finkelstein, Sam Reid, and
Carl Wieman, Ron LeMaster, 2016. PhET: Interacrive Simulation for
Teaching and Learning Physic. Journal The Physics Teacher. Vol. 44.
Permendikbud (2016). Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan
dasar dan Menengah.

Permendikbud (2016). Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan


Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Bagi Sekolah Menengah Atas.

Sufairoh. 2017. Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran K-13: Jurnal


Pendidikan Profesional. Vol. 5[3].

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka


Insan Madani.

Wieman, Carl & Adam, W. K. 2010.Teaching Physics using PhET


Simulations.The Physics Teacher.Vol 48.

Wowo Sunaryo Kuswana. 2012. Taksonomi Kognitif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan. 2012. Pengembangan Pembelajaran Aktif


Dengan ICT. Yogyakarta: Skripta Media Creative.

Zainal Aqib. 2017. Model – model, Media dan Strategi Pembelajaran


Konstekstual (Inovatif). Bandung : Yrama Widya.

Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru.Bandung : Yrama


Widya.
LAMPIRAN
Lampiran 1

SILABUS PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP Negeri 1 Kateman

Kelas /Semester : VIII / Genap

Mata Pelajaran : IPA

Materi : Cahaya

Alokasi Waktu : 9 x 40 menit

Kompetensi Inti:

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.

KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Alokasi
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Waktu
3.12 Mendeskripsikan Cahaya dan Alat ▪ Melakukan percobaan Tes Tertulis 9 JP  Buku Paket
Optik dengan teliti, dan hati- hati
sifat-sifat cahaya, ▪ Sifat-sifat Cahaya. dengan keingintahuan  Lembar Kerja
pembentukan ▪ Pemantulan yang tinggi untuk Praktikum
Cahaya menemukan sifat-sifat
bayangan, serta ▪ Pembiasan Cahaya cahaya.  Buku atau sumber
aplikasinya untuk ▪ Mata dan Kamera ▪ Melakukan percobaan belajar yang relevan
▪ Mata Burung dengan teliti, hati-hati,
menjelaskan ▪ Cacat Mata dengan keingintahuan
penglihatan manusia. ▪ Alat-alat Optik yang tinggi prinsip pada
yang cermin dan lensa.
Memanfaatkan Dua ▪ Diskusi dan Presentasi
Lensa atau Lebih kelompok konsep
Pemantulan cahaya.
4.12 Melakukan ▪ Menyelidiki hubungan
antara sudut datang dan
percobaan berikut sudut pantul pada bidang
presentasi hasilnya datar dan bagaimana sinar
sinar hasil pantulan dari
tentang pemantulan cermin lengkung dengan
cahaya, pembiasan teliti, cermat, dan jujur
pada peristiwa pemantulan
cahaya, dan cahaya.
pembentukan ▪ Menyelidiki bagaimana
bayangan pada mata proses pembiasan dari
medium kurang rapat ke
medium yang lebih rapat
dan sebaliknya serta
menyelidiki jalannya
berkas sinar pembiasan
pada lensa dan prisma.
▪ Menyelidiki bagaimana
proses pembentukan
bayangan pada mata
dengan
menganalogikannya
dengan alat dan bahan
yang ada yakni layar,
lensa cembung, dan
sumber sinar.

Mengetahui Pekanbaru, …………………..

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran


Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 KATEMAN


Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII / Genap
Materi Pelajaran : Cahaya
Alokasi Waktu : 3 x 40 menit
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar Dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.12 Mendeskripsikan sifat- 3.12.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
sifat cahaya, pembentukan 3.12.2 Mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan, serta aplikasinya bayangan pada cermin datar dan
untuk menjelaskan lengkung
penglihatan manusia, dan 3.12.3 Mengidentifikasi proses pembentukan
prinsip kerja alat optik
bayangan pada lensa cembung dan
cekung.
3.12.4 Menjelaskan pentingnya cahaya pada
proses penglihatan manusia.
3.12.5 Mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada mata manusia.
4.12 Membuat laporan hasil 4.12.1 Melampirkan data hasil penyelidikan
penyelidikan tentang proses pemantulan cahaya, pembiasan
pemantulan cahaya, cahaya, dan pembentukan bayangan
pembiasan cahaya, dan pada mata manusia.
pembentukan bayangan 4.12.2 Membandingkan hasil penyelidikan
pada mata proses pemantulan cahaya, pembiasan
cahaya, dan pembentukan bayangan
pada mata manusia.
4.12.3 Menyusun laporan hasil penyelidikan
proses proses pemantulan cahaya,
pembiasan cahaya, dan pembentukan
bayangan pada mata manusia.

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan tanya jawab diharapkan :
1. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pemantulan
cahaya pada bidang datar dan lengkung.
2. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pembiasan cahaya
pada lensa dan prisma.
3. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada mata manusia.
4. Perserta didik secara jujur dan bertanggung jawab mampu menyajikan hasil
percobaan didepan kelas.
D. Model Dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Model pembelajaran : Problem Solving
Metode : Diskusi, eksperimen, penugasan

E. Media, Alat Dan Sumber Pembelajaran


1. Media Pembelajaran : Simulasi PhET, Power Point, Laptop dan proyektor,
Lembar kerja siswa.
2. Sumber Belajar : Buku IPA kelas VIII dan buku yang relevan ,dan
Internet.

F. Langkah Kegiatan
Pertemuan I (3JP)

ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi.
“Apakah kalian suka bercermin? Apakah kalian dapat
melihat bayangan kalian ketika bercermin? Guru
menampilkan gambar tentang pembentukan bayangan
pada cermin(datar, cekung, dan cembung).
Setelah siswa memperhatikan fenomena tersebut,
kemudian guru mengajukan pertanyaan: Mengapa
bayangan pada cermin dapat terbentuk? Mengapa
bayangan pada cermin datar sisinya terbalik? Guru
mengarahkan jawaban peserta didik.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat mempelajari materi
pembentukan bayangan pada cermin.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik dalam kelompok yaitu
mengamati mengamati pemantulan pada cermin datar,
cekung, dan cembung dan menghasilkan laporan
pengamatan dengan percobaan menggunakan simulasi
PhET.
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
pengamatan tersebut.
KEGIATAN INTI Mengamati 90 menit

 Meminta peserta didik mengamati sinar istimewa pada


cermin cekung dan cermin cembung, serta pembentukan
bayangan pada cermin, melalui kerja kelompok dengan
kesungguhan dan penuh tanggung jawab untuk
memperoleh informasi tentang pembentukan cahaya pada
cermin.
Menanya
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang bagaimana pembentukan cahaya
pada cermin (datar,cembung, dan cekung)
Eksperimen/eksplore
 Guru membimbing kelompok melakukan percobaan
dengan simulasi PhET mengenai pembentukan cahaya
pada cermin.
Mengasosiasi
 Peserta didik menganalisis hasil pengamatannya
mengenai hubungan antara jarak benda, jarak bayangan,
dan titik fokus.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan
percobaan dengan simulasi PhET yang telah dilakukan
dan hasil diskusi untuk menentukan perpotongan sinar-
sinar istimewa sehingga terbentuk bayangan pada cermin
cekung.
 Peserta didik membandingkan hasil diskusi kelompoknya
dengan kelompok lain, dan dipersilakan memberikan
saran dan pendapatnya.
 Peserta didik melakukan diskusi kelas untuk
menyimpulkan hasil diskusi kelompok tentang
pembentukan cahaya pada cermin.
Mengkomunikasikan

 Peserta didik pada masing-masing membuat laporan hasil


diskusi dan hasil percobaan kemudian
mempresentasikannya secara kelompok di depan kelas,
dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk
mengemukakan pendapat dan menanggapi pertanyaan
yang diajukan.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembentukan bayangan pada cermin yang telah


dipelajari.
 Guru menutup pembelajaran dan menugaskan peserta
didik mempelajari materi yang akan dipelajari
berikutnya, yaitu tentang pembiasan cahaya

Pertemuan II (3JP)

ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru melakukan apersepsi mengajak peserta didik
untuk berfikir mengenai fenomena yang timbul karena
proses pembiasan untuk melihat kemampuan awal
peserta didik. Guru menampilkan fenomena :
a) Terbentuknya pelangi.
b) Jalan beraspal apabila dilihat pada jarak ± 200 meter
pada saat siang hari terlihat seperti ada genangan air.
d) Kolam yang terlihat lebih dangkal daripada kondisi
normal.
Setelah siswa memperhatikan fenomena tersebut,
kemudian guru mengajukan pertanyaan: Mengapa
fenomena tersebut dapat terjadi? Guru mengarahkan
jawaban peserta didik terhadap sifat-sifat cahaya.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan memperkenalkan simulasi PhET pada
peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat mempelajari materi sifat
– sifat cahaya.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik dalam kelompok yaitu
mengamati arah rambatan cahaya, mengamati
bagaimana cahaya dapat dibiaskan, dan menghasilkan
laporan pengamatan dengan menggunakan simulasi
PhET.
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
pengamatan tersebut.
KEGIATAN INTI Mengamati 90 menit

 Meminta peserta didik mengamati arah rambatan cahaya,


kemudian melakukan percobaan tentang Perambatan
Cahaya, melalui kerja kelompok dengan kesungguhan
dan penuh tanggung jawab untuk memperoleh informasi
tentang sifat cahaya.
 Meminta peserta didik mengamati sendok yang bengkok
saat dimasukkan dalam air, kemudian melakukan
percobaan tentang proses terjadinya pembiasan pada
sendok, melalui kerja kelompok dengan kesungguhan dan
penuh tanggung jawab untuk memperoleh informasi
tentang sifat cahaya.
Menanya
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang bagaimana arah rambatan cahaya
dan bagaimana cahaya dapat dibiaskan atau seolah-olah
dibiaskan
Eksperimen/eksplore
 Guru membimbing kelompok melakukan percobaan
mengenai arah rambatan cahaya pada lampu dan proses
terjadinya pembiasan pada sendok yang dimasukkan
dalam air.
Mengasosiasi
 Peserta didik menganalisis hasil pengamatannya
mengenai sifat cahaya.
 Peserta didik menyimpulkan sifat-sifat cahaya
berdasarkan hasil pengamatan
 Peserta didik membandingkan hasil diskusi kelompoknya
dengan kelompok lain, dan dipersilakan memberikan
saran dan pendapatnya.
 Peserta didik melakukan diskusi kelas untuk
menyimpulkan hasil diskusi kelompok tentang Sifat
Cahaya.
Mengkomunikasikan

 Peserta didik pada masing-masing membuat laporan hasil


diskusi dan hasil percobaan kemudian
mempresentasikannya secara kelompok di depan kelas,
dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk
mengemukakan pendapat dan menanggapi pertanyaan
yang diajukan.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembiasan cahaya yang telah dipelajari.


 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
aktif pada pertemuan hari ini.
 Guru menutup pembelajaran dan menugaskan peserta
didik mempelajari materi yang akan dipelajari
berikutnya, yaitu tentang pembentukan bayangan pada
mata manusia.

Pertemuan III (3JP)

ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi.
“Coba perhatikan lingkungan di sekitar kalian saat
siang hari!. Kalian dapat melihat hijaunya daun,
birunya langit, putihnya awan, melihat meja, buku,
indahnya lukisan dan lain sebagainya. Apakah sempat
terpikirkan oleh kalian bagaimana kita dapat melihat
semua itu?”
Guru mengarahkan jawaban peserta didik.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat mempelajari
pembentukan bayangan pada manusia.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik dalam kelompok yaitu
mengamati pembentukan bayangan pada mata manusia
dengan menggunakan lensa cembung dan menghasilkan
laporan pengamatan dengan percobaan menggunakan
simulasi PhET.
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
pengamatan tersebut.
KEGIATAN INTI Mengamati 90 menit

 Meminta peserta didik mengamati lensa cembung dan


memahami proses jalannya sinar pada lensa cembung,
melalui kerja kelompok dengan kesungguhan dan penuh
tanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang
proses jalannya sinar pada lensa cembung.
Menanya
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang mengapa lensa cembung bisa di
analogikan sebagai mata dalam percobaan yang akan
dilakukan ini?
Eksperimen/eksplore
 Guru membimbing kelompok melakukan percobaan
dengan simulasi PhET mengenai sinar istimewa pada
pembiasan cahaya oleh lensa cembung.
Mengasosiasi
 Peserta didik menganalisis hasil pengamatannya
mengenai sinar istimewa pada pembiasan cahaya oleh
lensa cembung.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan
percobaan dengan simulasi PhET yang telah dilakukan
dan hasil diskusi.
 Peserta didik membandingkan hasil diskusi kelompoknya
dengan kelompok lain, dan dipersilakan memberikan
saran dan pendapatnya.
 Peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menyimpulkan
hasil diskusi kelompok tentang sinar istimewa pada
pembiasan cahaya oleh lensa cembung.
 Mengkomunikasikan
 Peserta didik pada masing-masing membuat laporan hasil
diskusi dan hasil percobaan kemudian
mempresentasikannya secara kelompok di depan kelas,
dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk
mengemukakan pendapat dan menanggapi pertanyaan
yang diajukan.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembentukan bayangan pada mata yang telah


dipelajari.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
paling aktif pada hari ini.
 Guru menugaskan peserta didik mempelajari materi yang
telah dipelajari sebelumnya dan hari ini karena
dipertemuan selanjutnya akan diadakan posttest.
 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

G. Penilaian
a. Teknik Penilaian:

Aspek Teknik Penilaian Bentuk Instrumen


Kognitif Tes Tertulis Tes Objektif

b. Instrumen Penilaian(terlampir)

Pekanbaru, September 2021


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Fisika

………………… …………..……………………….
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS KONTROL

Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 KATEMAN


Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII / Genap
Materi Pelajaran : Cahaya
Alokasi Waktu : 3 x 40 menit
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.
H. Kompetensi Inti
A. Kompetensi Dasar Dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.12 Mendeskripsikan sifat- 3.12.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
sifat cahaya, pembentukan 3.12.2 Mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan, serta aplikasinya bayangan pada cermin datar dan
untuk menjelaskan lengkung
penglihatan manusia, dan 3.12.3 Mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada lensa cembung dan
prinsip kerja alat optik cekung.
3.12.4 Menjelaskan pentingnya cahaya pada
proses penglihatan manusia.
3.12.5 Mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada mata manusia.
4.12 Membuat laporan hasil 4.12.1 Melampirkan data hasil penyelidikan
penyelidikan tentang proses pemantulan cahaya, pembiasan
pemantulan cahaya, cahaya, dan pembentukan bayangan
pembiasan cahaya, dan pada mata manusia.
pembentukan bayangan 4.12.2 Membandingkan hasil penyelidikan
pada mata manusia. proses pemantulan cahaya, pembiasan
cahaya, dan pembentukan bayangan
pada mata manusia.
4.12.3 Menyusun laporan hasil penyelidikan
proses proses pemantulan cahaya,
pembiasan cahaya, dan pembentukan
bayangan pada mata manusia.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pemantulan cahaya
pada bidang datar dan lengkung.
2. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pembiasan cahaya
pada lensa dan prisma.
3. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada mata manusia.
4. Perserta didik secara jujur dan bertanggung jawab mampu menyajikan hasil
percobaan didepan kelas.

C. Model Dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : Scientific
Model pembelajaran : Problem Solving
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab

D. Media, Alat Dan Sumber Pembelajaran


1. Media : Power Point, Laptop dan proyektor
2. Sumber Belajar : Buku IPA kelas VIII dan buku yang relevan, dan Internet.

E. Langkah Kegiatan
Pertemuan I (3JP)

ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi.
“Apakah kalian suka bercermin? Apakah kalian dapat
melihat bayangan kalian ketika bercermin? Guru
menampilkan gambar tentang pembentukan bayangan
pada cermin(datar, cekung, dan cembung).
Setelah siswa memperhatikan fenomena tersebut,
kemudian guru mengajukan pertanyaan: Mengapa
bayangan pada cermin dapat terbentuk? Mengapa
bayangan pada cermin datar sisinya terbalik? Guru
mengarahkan jawaban peserta didik.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat mempelajari pemantulan
cahaya.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik dalam kelompok yaitu
mengamati mengamati pemantulan pada cermin datar,
cekung, dan cembung dan menghasilkan laporan
pengamatan dengan percobaan menggunakan kit optic
yang ada di sekolah.
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
pengamatan tersebut.
KEGIATAN INTI Mengamati 90 menit

 Meminta peserta didik mengamati sinar istimewa pada


cermin cekung dan cermin cembung, serta pembentukan
bayangan pada cermin, melalui kerja kelompok dengan
kesungguhan dan penuh tanggung jawab untuk
memperoleh informasi tentang pembentukan cahaya pada
cermin.
Menanya
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang bagaimana pembentukan cahaya
pada cermin (datar,cembung, dan cekung)
Eksperimen/eksplore
 Guru membimbing kelompok melakukan percobaan
dengan kit optik mengenai pembentukan cahaya pada
cermin.
Mengasosiasi
 Peserta didik menganalisis hasil pengamatannya
mengenai hubungan antara jarak benda, jarak bayangan,
dan titik fokus.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan
percobaan dengan percobaan yang telah dilakukan dan
hasil diskusi untuk menentukan perpotongan sinar-sinar
istimewa sehingga terbentuk bayangan pada cermin
cekung.
 Peserta didik membandingkan hasil diskusi kelompoknya
dengan kelompok lain, dan dipersilakan memberikan
saran dan pendapatnya.
 Peserta didik melakukan diskusi kelas untuk
menyimpulkan hasil diskusi kelompok tentang
pemantulan cahaya pada cermin.
Mengkomunikasikan

 Peserta didik pada masing-masing membuat laporan hasil


diskusi dan hasil percobaan kemudian
mempresentasikannya secara kelompok di depan kelas,
dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk
mengemukakan pendapat dan menanggapi pertanyaan
yang diajukan.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembentukan bayangan pada cermin yang telah


dipelajari.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
aktif pada pertemuan hari ini.
 Guru menutup pembelajaran dan menugaskan peserta
didik mempelajari materi yang akan dipelajari
berikutnya, yaitu tentang pembiasan cahaya

Pertemuan II (3JP)

ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru melakukan apersepsi mengajak peserta didik
untuk berfikir mengenai fenomena yang timbul karena
proses pembiasan untuk melihat kemampuan awal
peserta didik. Guru menampilkan fenomena :
a) Terbentuknya pelangi.
b) Jalan beraspal apabila dilihat pada jarak ± 200 meter
pada saat siang hari terlihat seperti ada genangan air.
d) Kolam yang terlihat lebih dangkal daripada kondisi
normal.
Setelah siswa memperhatikan fenomena tersebut,
kemudian guru mengajukan pertanyaan: Mengapa
fenomena tersebut dapat terjadi? Guru mengarahkan
jawaban peserta didik terhadap sifat-sifat cahaya.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan memperkenalkan simulasi PhET pada
peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat mempelajari materi sifat
– sifat cahaya.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik dalam kelompok yaitu
mengamati arah rambatan cahaya, mengamati
bagaimana cahaya dapat dibiaskan, dan menghasilkan
laporan pengamatan dengan menggunakan simulasi
PhET.
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
pengamatan tersebut.

KEGIATAN INTI Mengamati 90 menit


 Meminta peserta didik mengamati arah rambatan cahaya,
kemudian melakukan percobaan tentang Perambatan
Cahaya, melalui kerja kelompok dengan kesungguhan
dan penuh tanggung jawab untuk memperoleh informasi
tentang sifat cahaya.
 Meminta peserta didik mengamati sendok yang bengkok
saat dimasukkan dalam air, kemudian melakukan
percobaan tentang proses terjadinya pembiasan pada
sendok, melalui kerja kelompok dengan kesungguhan dan
penuh tanggung jawab untuk memperoleh informasi
tentang sifat cahaya.
Menanya
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang bagaimana arah rambatan cahaya
dan bagaimana cahaya dapat dibiaskan atau seolah-olah
dibiaskan
Eksperimen/eksplore
 Guru membimbing kelompok melakukan percobaan
mengenai arah rambatan cahaya pada lampu dan proses
terjadinya pembiasan pada sendok yang dimasukkan
dalam air.
Mengasosiasi
 Peserta didik menganalisis hasil pengamatannya
mengenai sifat cahaya.
 Peserta didik menyimpulkan sifat-sifat cahaya
berdasarkan hasil pengamatan
 Peserta didik membandingkan hasil diskusi kelompoknya
dengan kelompok lain, dan dipersilakan memberikan
saran dan pendapatnya.
 Peserta didik melakukan diskusi kelas untuk
menyimpulkan hasil diskusi kelompok tentang Sifat
Cahaya.
Mengkomunikasikan

 Peserta didik pada masing-masing membuat laporan hasil


diskusi dan hasil percobaan kemudian
mempresentasikannya secara kelompok di depan kelas,
dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk
mengemukakan pendapat dan menanggapi pertanyaan
yang diajukan.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembiasan cahaya yang telah dipelajari.


 Guru menutup pembelajaran dan menugaskan peserta
didik mempelajari materi yang akan dipelajari
berikutnya, yaitu tentang pembentukan bayangan pada
mata manusia.

Pertemuan III (3JP)

ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi.
“Coba perhatikan lingkungan di sekitar kalian saat
siang hari!. Kalian dapat melihat hijaunya daun,
birunya langit, putihnya awan, melihat meja, buku,
indahnya lukisan dan lain sebagainya. Apakah sempat
terpikirkan oleh kalian bagaimana kita dapat melihat
semua itu?”
Guru mengarahkan jawaban peserta didik.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat mempelajari
pembentukan bayangan pada manusia.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik dalam kelompok yaitu
mengamati pembentukan bayangan pada mata manusia
dengan menggunakan lensa cembung dan menghasilkan
laporan pengamatan dengan percobaan menggunakan
kit optik.
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
pengamatan tersebut.
KEGIATAN INTI Mengamati 90 menit

 Meminta peserta didik mengamati lensa cembung dan


memahami proses jalannya sinar pada lensa cembung,
melalui kerja kelompok dengan kesungguhan dan penuh
tanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang
proses jalannya sinar pada lensa cembung.
Menanya
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang mengapa lensa cembung bisa di
analogikan sebagai mata dalam percobaan yang akan
dilakukan ini?
Eksperimen/eksplore
 Guru membimbing kelompok melakukan percobaan
mengenai sinar istimewa pada pembiasan cahaya oleh
lensa cembung.
Mengasosiasi
 Peserta didik menganalisis hasil pengamatannya
mengenai sinar istimewa pada pembiasan cahaya oleh
lensa cembung.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan
percobaan dengan simulasi PhET yang telah dilakukan
dan hasil diskusi.
 Peserta didik membandingkan hasil diskusi kelompoknya
dengan kelompok lain, dan dipersilakan memberikan
saran dan pendapatnya.
 Peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menyimpulkan
hasil diskusi kelompok tentang sinar istimewa pada
pembiasan cahaya oleh lensa cembung.
 Mengkomunikasikan
 Peserta didik pada masing-masing membuat laporan hasil
diskusi dan hasil percobaan kemudian
mempresentasikannya secara kelompok di depan kelas,
dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk
mengemukakan pendapat dan menanggapi pertanyaan
yang diajukan.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembentukan bayangan pada mata yang telah


dipelajari.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
paling aktif pada hari ini.
 Guru menugaskan peserta didik mempelajari materi yang
telah dipelajari sebelumnya dan hari ini karena
dipertemuan selanjutnya akan diadakan posttest.
 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
F. Penilaian
c. Teknik Penilaian:

Aspek Teknik Penilaian Bentuk Instrumen


Kognitif Tes Tertulis Tes Objektif

d. Instrumen Penilaian(terlampir)

Pekanbaru, September 2021


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Fisika

………………… …………..……………………….
Lampiran 4 : LKPD Kelas Eksperimen

Nama :
Kelas :
PEMANTULAN
Kelompok :
CAHAYA/01
Tanggal :

Pengantar

Sifat gelombang cahaya yang paling sering kita temui adalah pemantulan cahaya.
Cahaya yang mengenai permukaan bening dan rata akan dipantulkan secara teratur oleh
permukaan tersebut.
Pemantulan teratur terjadi pada permukaan pantul yang mendatar atau rata.
Ketika seberkas cah aya mengenai permukaan pantul yang rata, seluruh cahaya yang
datang akan dipantulkan dengan arah yang teratur. Benda bening merupakan suatu
benda yang permukaannya sangat halus dan rata sehingga hampir semua cahaya yang
datang padanya dapat dipantulkan.
Perhatikan gambar di bawah ini!
(1) (2)

(4) (5)

Tujuan Kegiatan

I. Mengetahui hubungan antara besarnya sudut datang dengan sudut pantul

Alat dan Bahan

1. Aplikasi Phet Interactive Simulation


2. Alat tulis
Aktivitas 1 : Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin datar

Prosedur

1. Aktifkan perangkat lunak PhET, sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut:

2. Klik Play with Simulation, sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut:

3. Klik Physics, sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut:


4. Klik Light & Radiation, sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut:

5. Klik Bending Light, sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut:

6. Klik pada bagian yang ditunjuk anak panah, sehingga nampak tampilan seperti
gambar berikut:
7. Klik More Tools, sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut:

8. Pada bagian kanan atas jika bagian Ray belum aktif maka diaktifkan dengan cara klik
pada bulatan di sebelah Ray, dan pada bagian kanan bawah jika bagian Normal dan
Angles belum ada tanda (v) maka diklik pada bagian Normal dan Angles, sehingga
nampak tampilan seperti berikut:

9. Pada bagian Material atas dipilih Air (udara) dan pada bagian Material bawah dipilih
Glass (kaca) sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut:
10. Jalankan animasinya dengan cara klik pada bagian sumber cahaya yang
berwarna merah , sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut. Catat
besarnya sudut datang dan sudut pantul pada tabel

Klik di sini

11. Ulangi 4 kali langkah di atas dengan cara menggeser sumber cahaya
sehingga sudut datangnya berbeda-beda yaitu 10o, 30o, 45o, 60o, 90o. (lihat
gambar berikut!)

Tabel Hasil Pengamatan

No Sudut datang Sudut pantul


1 10o
2 30o
3 45o
4 60o
5 90o
Diskusi

1) Jika sudut datang berubah, apakah sudut pantulnya juga berubah?

2) Bagaimanakah besarnya sudut pantul dibandingkan dengan sudut datangnya?

3) Bagaimanakah bunyi Hukum Pemantulan?

Kesimpulan
Aktivitas 2 : Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin lengkung

Prosedur Percobaan

1.Ulangi langkah no 1 s.d 5 pada aktivitas 1. Maka akan muncul tampilan


berikut:

2.Pilih “Prisma/lensa”, sehingga muncul tampilan berikut :

3.Pilih objek yang berbentuk cekung letakkan lurus di depan laser,


tekan tombol berwarna merah pada laser untuk mengaktifkan
laser.
4.Klik menu “Reflections” dan amati sinar yang terpantul dari cermin
cekung dan tandai sebagai sinar pantul.

5.Ulangi langkah diatas dengan mengganti objek menjadi cermin


cembung.
Diskusi

1) Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, apakah yang terjadi pada berkas
sinar setelah mengenai cermin cembung? Jelaskan!

2) Bagaimana berkas sinar setelah mengenai cermin cembung? Jelaskan!

Kesimpulan
Nama :
PEMBIASAN
Kelas :
Lampiran 5
CAHAYA/02
Kelompok :
Tanggal :

Pengantar

Pensil yang dimasukkan ke


dalam gelas berisi air akan terlihat
patah. Hal tersebut merupakan
salah satu contoh fenomena
pembiasan cahaya. Pembiasan atau
refraksi adalah pembelokan
(pembengkokan) sinar cahaya
ketika melewati permukaan satu
bahan transparan dengan bahan
lainnya. Pembiasan dapat terjadi
karena terdapat dua atau lebih
medium dengan perbedaan
kerapatan optik.
Perbedaan kerapatan optik ini menyebabkan cahaya memiliki cepat
rambat yang berbeda. Cahaya memiliki cepat rambat paling besar pada
udara dibandingkan pada air atau zat bening lain. Saat cahaya
menembus air yang tersusun dari partikel-partikel yang lebih rapat
dibandingkan dengan udara, cahaya yang menembus udara tidak akan
terhambat oleh partikel.
Peristiwa pembiasan cahaya dapat menyebabkan beberapa hal.
Pertama, cahaya akan mengalami perubahan kecepatan. Kedua, cahaya
mengalami perubahan panjang gelombang, dan ketiga juga cahaya akan
mengalami perubahan arah rambatan. Hukum Snellius merupakan
hukum yang membahas tentang fenomena pembiasan cahaya ini. Untuk
lebih memahami hukum Snellius ini, maka lakukanlah beberapa
kegiatan berikut.
Tujuan Kegiatan
1. Menyelidiki sifat pembiasan cahaya pada bidang datar.
2. Menyelidiki pembiasan cahaya pada lensa
3. Menyelidiki pembiasan cahaya pada prisma

Alat dan Bahan

1. Aplikasi Phet Interactive Simulation


2. Alat tulis

Prosedur
Aktivitas I : Menyelidiki sifat pembiasan cahaya pada bidang datar.

1. Bukalah aplikasi Phet Interactive Simulation pada komputer.


2. Klik menu “Play With Simulations”, kemudian pilih sub menu “Physics” >
“Light and Radiation”.
3. Lalu pilihlah simulasi “BendingLight”.
4. Klik tombol “Play” pada tampilan simulasi bending light, untuk memulai
menjalankan program.
5. Pilih “Intro”, sehingga muncul tampilan berikut :

6. Ubah “Material 1” menjadi “Air” (udara) dan “Material 2” menjadi “Water”


(air), kemudian nyalakan laser.
7. Gunakan busur untuk mengukur sudut sinar datang dan sudut sinar bias yang
terbentuk
8. Ubah “Material 1” menjadi “Water” (air) dan “Material 2” menjadi “Air”
(udara), kemudian nyalakanlaser.
9. Gunakan busur untuk mengukur sudut sinar datang dan sudut sinar bias yang
terbentuk
10. Catat hasilnya pada table 1
Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1
NO Renggang ke Rapat Rapat ke Renggang
Sudut datang Sudut bias Sudut datang Sudut bias
1
2
3
4

Diskusi
1. Dari eksperimen yang telah dilakukan, bagaimana jalannya sinar yang datang
dari medium kurang rapat ke medium yang rapat?

2. Bagaimana jalannya sinar yang datang dari medium rapat ke medium yang
kurang rapat?

Aktivitas II : Menyelidiki pembiasan cahaya pada lensa

1. Ulangi langkah no 1 s.d 4 pada aktivitas 1.

2. Pilih “Prisma/lensa”, sehingga muncul tampilan berikut :

3. Pilih objek yang berbentuk cekung letakkan lurus di depan laser,


tekan tombol berwarna merah pada laser untuk mengaktifkan laser
4. Amati sinar yang keluar dari lensa cekung dan tandai sebagai sinar
bias
5. Ulangi langkah diatas dengan mengganti objek menjadi lensa
cembung
Aktivitas III : Menyelidiki pembiasan cahaya pada prisma

1. Ulangi langkah no 1 s.d 2 pada aktivitas II.


2. Pilih objek yang berbentuk segitiga/prisma, letakkan tegak lurus didepan
laser, tekan tombol merah pada laser untuk mengaktifkan laser
3. Gunakan busur dan aktifkan garis normal untuk mengukur sudut sinar
datang dan sudut sinar bias yang terbentuk dengan cara mengklik pilihan
yang dilingkari merah seperti tampilan berikut:

4. Ukur sudut i1, r1, i2, r2 dan D, masukkan dalam table pengamatan

Tabulasi Data dan Hasil Pengamatan

β = i2+r1 (sudut pembias)

D = (i1+r2)- β (sudut deviasi)

No i1 r1 i2 r2 β D
1
2
3
4
5
Diskusi

1. Dari eksperimen yang telah dilakukan, bagaimana pembiasan cahaya pada prisma?

Kesimpulan
Nama :
Kelas :
Kelompok :
Tanggal : PEMBENTUKAN BAYANGAN
PADA MATA MANUSIA/03

Fenomena

Mata merupakan sarana utama untuk mengumpulkan informasi dari sekitar kita
karena sekitar 75% informasi yang kita terima merupakan informasi visual. Coba
perhatikan lingkungan di sekitar kalian saat siang hari!. Kalian dapat melihat hijaunya daun,
birunya langit, putihnya awan, melihat meja, buku, indahnya lukisan dan lain sebagainya.
Apakah sempat terpikirkan oleh kalian bagaimana kita dapat melihat semua itu? Mari kita
selidiki!

Tujuan

1. Peserta didik mampu menentukan bagian-bagian mata dan fungsinya melalui


praktikum dengan tepat.

2. Peserta didik mampu mengaitkan fungsi bagian-bagian mata dengan proses


pembentukan bayangan pada mata manusia melalui praktikum dengan tepat.

3. Peserta didik mampu menggambarkan pembentukan bayangan pada mata manusia


melalui praktikum dengan benar.

Alat dan Bahan

1. Aplikasi Phet Interactive Simulation


Prosedur

1. Kunjungi https://phet.colorado.edu/in/simulations/geometric-optics Maka akan


timbul gambar seperti berikut:

2. Klik pada bagian yang ditunjuk anak panah, sehingga nampak tampilan seperti
gambar berikut:

3. Klik pada bagian yang ditunjuk anak panah, sehingga nampak tampilan seperti
gambar berikut:
4. Klik/ceklis pilihan menu “Layar” seperti berikut, untuk mengukur jarak kalian bisa
klik/ceklis menu “Garisan”:

5. Geser-geserlah layar yang berwarna hitam hingga menangkap bayangan secara tajam
dan jelas

6. Ukurlah jarak layar yang berwarna hitam dari lensa cembung sebagai jarak bayangan
(Si)!

7. Catat hasil yang diperoleh pada tabel yang telah disediakan!

8. Letakkan lensa cembung diantara lilin dan kertas HVS. Jarak sumber cahaya dengan
lensa cembung adalah 60 cm (So = 60 cm)!

9. Ulangi langkah-langkah kegiatan tersebut dengan mengubah jarak benda (S o)

Tabel Hasil Pengamatan

Tulislah data hasil pengamatan kalian pada tabel yang telah disediakan di bawah ini!

No S0(cm) Si(cm) 1 1
SO Si
1 60

2 80

3 100

4 120

5 140
Diskusi

1. Berdasarkan praktikum yang telah kalian lakukan analogikanlah benda-benda yang


1. Berdasarkan data praktikum
digunakan dalam yang diperoleh
dengandiproses
atas pembentukan
bagaimanakahbayangan
pengaruh
pada mata!
besarnya nilai So (jarak benda) terhadap besarnya nilai Si (jarak
bayangan) pada lensa cembung?

2. Gambarkanlah jalannya cahaya pada mata manusia sehingga manusia dapat melihat
suatu objek!

Kesimpulan
Lampiran 5 : LKPD Kelas Kontrol
Nama :
Kelas :
Tabel: Hasil Pengamatan
Kelompok PEMANTULAN
Tanggal : CAHAYA/01
No Sudut datang Sudut pantul
1 10 o

2 30o
3 45o
Tujuan 4 60o
5 90o
1. Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin datar
2. Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin cekung
3. Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin cekung
Diskusi

Alat dan Bahan


1) Bagaimanakah besarnya sudut pantul dibandingkan dengan sudut datangnya?

1. Cermin datar 1 buah


2. Cermin Cembung 1 buah
3. Cermin Cekung 1 buah
4. Laser kecil 1 buah
2) 5.
Bagaimanakah
Busur bunyi Hukum 1Pemantulan?
buah
6. Penggaris 1 buah
7. Pensil atau bulpoin 1 buah
8. Kertas HVS Putih 1 lembar

Aktivitas 1 : Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin datar

Prosedur Percobaan
Kesimpulan

1. Posisikan cermin secara vertikal di pinggir kertas HVS!


2. Buat garis normal di depan cermin yang tegak lurus dengan cermin!
0
3. Ukur sudut sebesar 10 dari garis normal dan buat garis sesuai dengan sudut tersebu
4. Arahkan laser ke cermin mengikuti garis yang telah dibuat tadi!
5. Tandai titik jatuhnya bayangan sinar laser dan buat garis dari garis normal hingga
tempat jatuhnya bayangan sinar laser!
6. Ukur sudut sinar pantul terhadap garis normal dan bandingkan sudut tersebut
dengan sudut pada sinar datang!
7. Ulangi langkah 4 sampai 7 untuk percobaan yang selanjutnya, yaitu menggunakan
0 0 0 0
sudut 30 , 45 , 60 dan 90 !
Aktivitas 2 : Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin cekung

Prosedur

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Buat garis horizontal pada kolom aktivitas , letakkan cermin cekung dibelakang garis
3. Beri tiga titik di dekat cermin sebagai acuan mengarahkan laser
4. Arahkan laser ke cermin mengikuti garis yang telah dibuat tadi!
5. Tandai titik jatuhnya bayangan sinar laser dan buat garis dari garis normal
hingga tempat jatuhnya bayangan sinar laser!
6. Amati hasil eksperimen

Diskusi

1) Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, apakah yang terjadi pada berkas sinar
setelah mengenai cermin cekung? Jelaskan!

Kesimpulan
Aktivitas 3 : Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin cembung

Prosedur

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Buat garis horizontal pada kolom aktivitas , letakkan cermin cembung dibelakang garis
3. Beri tiga titik di dekat cermin sebagai acuan mengarahkan laser
4. Arahkan laser ke cermin mengikuti garis yang telah dibuat tadi!
5. Tandai titik jatuhnya bayangan sinar laser dan buat garis dari garis normal
hingga tempat jatuhnya bayangan sinar laser!
6. Amati hasil eksperimen

Diskusi

1) Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, apakah yang terjadi pada berkas sinar
setelah mengenai cermin cekung? Jelaskan!

Kesimpulan
Nama :
Kelas :
Kelompok :
Tanggal :
PEMBIASAN
CAHAYA/02

Pengantar

Pensil yang dimasukkan ke


dalam gelas berisi air akan
terlihat patah. Hal tersebut
merupakan salah satu contoh
fenomena pembiasan cahaya.
Pembiasan atau refraksi
adalah pembelokan
(pembengkokan) sinar cahaya
ketika melewati permukaan
satu bahan transparan dengan
bahan lainnya. Pembiasan
dapat terjadi karena terdapat
dua atau lebih medium dengan
perbedaan kerapatan optik.
Perbedaan kerapatan optik ini menyebabkan cahaya memiliki
cepat rambat yang berbeda. Cahaya memiliki cepat rambat
paling besar pada udara dibandingkan pada air atau zat bening
lain. Saat cahaya menembus air yang tersusun dari partikel-
partikel yang lebih rapat dibandingkan dengan udara, cahaya
yang menembus udara tidak akan terhambat oleh partikel.
Peristiwa pembiasan cahaya dapat menyebabkan beberapa
hal. Pertama, cahaya akan mengalami perubahan kecepatan.
Kedua, cahaya mengalami perubahan panjang gelombang, dan
ketiga juga cahaya akan mengalami perubahan arah rambatan.
Hukum Snellius merupakan hukum yang membahas tentang
fenomena pembiasan cahaya ini. Untuk lebih memahami hukum
Snellius ini, maka lakukanlah beberapa kegiatan berikut.

Tujuan

1. Menyelidiki sifat pembiasan cahaya pada bidang datar.


2. Menyelidiki pembiasan cahaya pada lensa
3. Menyelidiki pembiasan cahaya pada prisma

Alat dan Bahan

1. Balok kaca 1 buah


2. Laser kecil 1 buah
3. Busur 1 buah
4. Penggaris 1 buah
5. Pensil atau bulpoin 1 buah
6. Kertas HVS Putih 1 lembar
7. Lensa Bikonvex/cembung 1 buah
8. Lensa Bikonkaf/cekung 1 buah
9. Prisma 1 buah
10. Kardus 1 buah
11. Jarum Pentul secukupnya

Aktivitas 1 : Menyelidiki sifat pembiasan cahaya pada bidang datar

Prosedur Percobaan

1. Buatlah garis tegak lurus dan horizontal di HVS


2. Letakkan balok kaca di atas kertas HVS dan sesuaikan dengan garis yang sudah
dibuat.
3. Sinari belok kaca dengan laser yang sudah disiapkan dan tandai sebagai sinar datang
Tabel I

NO Renggang ke Rapat Rapat ke Renggang


Sudut datang Sudut bias Sudut datang Sudut bias
1
2
3
4

Diskusi

1. Dari eksperimen yang telah dilakukan bagaimana jalannya sinar yang datang dari
medium kurang rapat ke medium yang rapat?

2. Bagaimana jalannya sinar yang datang dari medium yang rapat ke medium kurang
rapat?

Aktivitas 2 : Menyelidiki sifat pembiasan cahaya pada lensa

Prosedur Percobaan

1. Buatlah garis tegak lurus dan horizontal di HVS


2. Letakkan lensa cekung di atas kertas HVS dan sesuaikan dengan garis yang sudah
dibuat
3. Beri tiga titik di dekat lensa cekung sebagai acuan mengarahkan laser
4. Sinari lensa cekung dengan laser dan tandai sebagai sinar datang, lakukan pada
ketiga tiitk tadi
5. Amati sinar yang keluar dari lensa cekung dan tandai sebagai sinar bias.
6. Ulangi langkah diatas untuk lensa cembung
Diskusi

1. Dari eksperimen yang telah dilakukan bagaimana jalannya berkas sinar datang dan
bias pada lensa cekung?

2. Bagaimana jalannya berkas sinar datang dan bias pada lensa cembung?

Aktivitas 3 : Menyelidiki sifat pembiasan cahaya pada prisma

Prosedur Percobaan

5. Atur posisi prisma diatas kertas HVS dan kardus


6. Tandai batas tepi prisma menggunakan pensil
7. Buatlah garis normal N1 pada sisi bidang batas 1
8. Tancapkan jarum 1 dan jarum 2 , sebagai sinar dating yang membentuk sudut i 1
9. Dengan cara mengintai dari bidang batas 2, tancapkan jarum 3 pada sisi bidang batas
2, buat garis normal N2
10. Tancapkan jarum 4 dengan cara melihat dari sisi bidang batas 1
11. Ukur sudut i1, r1, i2, r2 dan D, masukkan dalam table pengamatan

Tabel Pengamatan

β = i2+r1 (sudut pembias)

D = (i1+r2)- β (sudut deviasi)


Diskusi

1. Dari eksperimen yang telah dilakukan, bagaimana pembiasan cahaya pada prisma?

Kesimpulan
Nama :
Kelas :
Kelompok :
Tanggal :
PEMBENTUKAN BAYANGAN
PADA MATA MANUSIA/03

Pengantar

Mata merupakan sarana utama untuk mengumpulkan informasi dari sekitar kita
karena sekitar 75% informasi yang kita terima merupakan informasi visual. Coba
perhatikan lingkungan di sekitar kalian saat siang hari!. Kalian dapat melihat hijaunya
daun, birunya langit, putihnya awan, melihat meja, buku, indahnya lukisan dan lain
sebagainya. Apakah sempat terpikirkan oleh kalian bagaimana kita dapat melihat semua
itu? Mari kita selidiki!

Tujuan Praktikum

1. Peserta didik mampu menentukan bagian-bagian mata dan fungsinya melalui


praktikum dengan tepat.
2. Peserta didik mampu mengaitkan fungsi bagian-bagian mata
dengan proses pembentukan bayangan pada mata manusia melalui
praktikum dengan tepat.
3. Peserta didik mampu menggambarkan pembentukan bayangan pada
mata manusia melalui praktikum dengan benar.

Alat dan Bahan

1. Lensa cembung 1 buah


2. Penyangga lensa 1 buah
3. Benda (lego kecil) 1 buah
4. Penggaris 100 cm 1 buah
5. Kertas HVS 1 lembar
6. Lilin 1 buah
7. Korek api 1 buah
Prosedur Percobaan

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan dan rangkai seperti gambar dibawah.

2. Nyalakan lilin dan letakkan di atas piring kecil.


3. Letakkan lensa cembung diantara lilin dan kertas HVS. Jarak lensa
cembung dengan kertas HVS adalah tetap, yaitu 15 cm sebagai Si.
4. Letakkan benda (lego kecil) di antara lilin dan lensa cembung.
5. Geser-geserlah posisi benda hingga terbentuk bayangan benda secara
tajam dan jelas pada kertas HVS.
6. Ukurlah jarak benda dengan lensa cembung sebagai So.
7. Amatilah bayangan benda yang terbentuk pada kertas HVS.
8. Ulangi langkah-langkah kegiatan tersebut sebanyak 4 kali dengan
mengubah jarak benda (So).
9. Catat hasil yang diperoleh pada tabel yang telah disediakan.

Tabel Hasil Pengamatan

Tulislah data hasil pengamatan kalian pada tabel yang telah disediakan di bawah ini!

No S0(cm) Si(cm) 1 1
SO Si
1

5
Diskusi

1. Berdasarkan praktikum yang telah kalian lakukan analogikanlah benda-benda yang


digunakan dalam praktikum dengan proses pembentukan bayangan pada mata!

2. Gambarkanlah jalannya cahaya pada mata manusia sehingga manusia dapat melihat
suatu objek!

Kesimpulan
Lampiran 6
Soal Post-Test

No. Indikator Indikator Soal Soal Jawaban Tingkat


Diketahui sudut cahaya datang sebesar 50o, dari hal tersebut
Disajikan pernyataan berapakah besar sudut yang akan dibentuk antara cahaya pantul
Mendeskripsikan
tentang besar sudut dengan cermin?
salah satu sifat-sifat
1 dating dari cahaya, siswa A. 55o
cahaya yaitu B C1
dapat menentukan berapa B. 50o
pemantulan
besar sudut pantulnya C. 45o
D. 40o
2 Mendeskripsikan Disajikan gambar Perhatikan gambar peristiwa pembiasan berikut!
salah satu sifat-sifat pembiasan cahaya, siswa B C1
cahaya yaitu dapat menentukan/
pembiasan mengurutkan nilai indeks
bias dari zat tersebut

Berdasarkan gambar diatas, zat yang memiliki indeks bias


paling kecil adalah…
A. Kaca kuarsa
B. Air
C. Alcohol
D. Semua sama kecil
Disajikan ilustrasi Anom menghidupkan sebuah senter dengan lensa cembung
tentang peristiwa maka sinar yang dihasilkan oleh senter adalah…
Mengidentifikasi
pembentukan bayangan A. Cahaya senter menyebar
pembentukan
3 pada lensa cembung, B. Cahaya senter berpusat pada suatu titik
bayangan pada B C3
siswa mampu C. Cahaya senter menjadi redup
lensa cembung
menentukan bagaimana D. Cahaya senter menjadi tidak terlihat
sinar yang dihasilkan
Disajikan ilustrasi Semua lampu kendaraan menggunakan lensa cekung agar
tentang peristiwa cahaya yang dihasilkan…
Mengidentifikasi
pembentukan bayangan A. Terarah
pembentukan
4 pada lensa cekung, siswa B. Menyebar
bayangan pada B C3
mampu menentukan C. Dapat di atur
lensa cekung
bagaimana sinar yang
dihasilkan D. Terang
Semua spion kendaraan menggunakan cermin cembung agar
Disajikan ilustrasi
Mengidentifikasi bayangan yang dihasilkan…
tentang penerapan
pembentukan A. Diperkecil, sehingga objek yang terpantul lebih banyak
5 cermin cembung dalam
bayangan pada B. Diperbesar, sehingga objek yang terpantul lebih sedikit A C3
kehidupan sehari-hari,
cermin cembung C. Diperkecil, sehingga objek yang terpantul lebih sedikit
siswa dapat
D. Diperbesar, sehingga objek yang terpantul lebih banyak
Disajikan ilustrasi Seberkas sinar sejajar sumbu utama mengenai pada cermin
Menentukan tentang tentang peristiwa cekung akan…
kecepatan cahaya pembiasan cahaya, siswa A. Dipantulkan melalui dari titik fokus
6
dalam suatu dapat menghitung B. Dibiaskan melalui tiitk fokus A C3
medium kecepatan cahaya dalam C. Dipantulkan
suatu medium D. Cahaya tidak dibiaskan, tetapi diteruskan
7 Mengidentifikasi Disajikan diagram Perhatikan diagram pembiasan cahaya dari berbagai medium
dibawah!

pembiasan cahaya,siswa
diagram pembiasan dapat menunjukkan
B C2
cahaya yang benar konsep yang benar
tentangpembiasan cahaya

Gambar yang benar ditunjukkan oleh nomor?


A. 1, 2, 3, dan 4
B. 2 dan 4
C. 1 dan 3
D. 1,2 dan 3
8 Mengidentifikasi Disajikan pernyataan Perhatikan pernyataan berikut:
contoh pembiasan tentang peristiwa dalam 1. Dasar kolam renang terlihat dangkal
cahaya dalam kehidupan sehari-hari, 2. Kita dapat melihat bayangan diri kita di cermin C C4
kehidupan sehari - siswa dapat 3. Jalan beraspal terlihat basah pada siang hari terik
hari menunjukkan contoh 4. Bagian sedotan yang tercelup tampak bengkok
peristiwa pembiasan 5. Saat berdiri didepan cermin cembung, tampak bayangan
cahaya kita lebih besar dari yang sebenarnya
Pembiasan cahaya ditunjukkan oleh ….
A. 1, 2, 3
B. 1, 2, 4
C. 1, 3, 4
D. 2, 3, 5
Mata merupakan indera pengelihatan manusia yang sangat
peka terhadap rangsangan cahaya. Mata manusia dapat
melihat benda – benda yang ada disekitarnya. Bagian – bagian
Menjelaskan mata manusia terdiri dari kornea, aqueous humor, lensa mata,
Siswa dapat
pentingnya cahaya iris, pupil, retina, bintik kuning, dan saraf optik. Selain itu
menyebutkan kenapa
9 pada proses mata manusia termasuk ke dalam alat optik. Mata manusia
mata bisa disebut sebagai B C1
penglihatan termasuk alat optik karena mata dapat…
alat optik
manusia A. Melihat
B. Menerima cahaya
C. Memantulkan cahaya
D. Membiaskan cahaya
10 Mengidentifikasi Disajikan dua buah Suatu siang, Angga menggunakan Lup dengan fokus “f”
pembentukan ilustrasi penggunaan lup dengan diameter “d” untuk melihat bayangan kupu-kupu. Pada B C3
bayangan pada dengan diameter yang saat yang bersamaan, Yande menggunakan ukuran diameter
mata manusia berbeda, siswa dapat “4d” dengan fokus lup “f”. dengan menggunakan jarak benda
menentukan letak yang sama yaitu “s”. Dengan jarak kedua lensa tersebut
bayangan kedua lup pernyataan yang benar tentang letak bayangan kupu-kupu
tersebut tersebut dengan lup yang dibawa Angga dan Yande adalah …
A. Letak bayangan bunga dengan lup yang di bawa Yande
lebih jauh
B. Letak bayangan bunga dengan lup yang di bawa Angga
lebih dekat
C. Letak bayangan bunga dengan lup yang di bawa Yande
lebih dekat
D. Letak bayangan bunga dengan lup yang di bawa Angga
dan Yande adalah sama

Anda mungkin juga menyukai