Anda di halaman 1dari 4

Contoh proposal skripsi pendidikan PTK penelitian tindakan kelas ini adalah salah satu contoh yang bisa

kami sajikan disini, silahkan untuk dipelajari dan sesuaikan dengan kebutuhan anda saat ini, kami akan dengan senang hati membantu jika ternyata contoh proposal pendidikan PTK ini belum sesaui dengan yang anda butuhkan, silahkan hubungi kami, PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKN UNTUK SISWA KELAS V PADA SEKOLAH DASAR (NAMA SEKOLAH) BAB I PENDAHULUAN 1. A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraaan pendidikan di Indonesia pada kenyataannya telah mengalami kemajuan yang banyak. Kemajuan tersebut tampak dari semakin banyak dan lengkapnya fasilitas sekolah yang tersedia. Namun di balik itu, kualitas sumber daya manusia Indonesia masih tetap mengalami ketertinggalan bila dibanding dengan negara-negara lainnya. Mutu lulusan sekolah-sekolah di Indonesia mempunyai tingkat kompetensi yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Beberapa gejala yang berkaitan dengan rendahnya kualitas pendidikan yang dimaksud adalah: 1) kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang diajarkan oleh guru tidak maksimal, 2) kurang sempurnanya pembentukan karakter yang terlihat dari sikap dan kecakapan hidup yang dimiliki oleh siswa, dan 3) rendahnya kemampuan membaca, menulis dan berhitung terutama di tingkat dasar (Hidayanto, 2000). Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru merupakan unsur utama tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus peka terhadap kondisi siswa, karena setiap siswa memiliki daya serap, kondisi dan minat yang berbeda. Untuk itu dalam pembelajaran kita harus melihat kondisi siswa, dimana kondisi siswa sangat penting untuk diperhatikan. Kondisi siswa yang penting adalah bagaimana dan seberapa minat terhadap suatu pelajaran. Siswa yang berminat akan lebih memiliki perhatian tinggi, lebih ingin tahu terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya. Demikian juga dengan mata pelajaran PKN, minat siswa dapat ditimbulkan dengan penerapan strategi penyampaian materi yang tidak membosankan, serta dapat menarik perhatian siswa. Oleh karenanya, guru dengan kemampuannyanya diharapkan mampu merencanakan proses belajar mengajar yang efektif. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran, guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran. Guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisasikan sehingga pengetahuan itu menjadi bagian dari sistem pengetahuan siswa. Sejalan dengan itu pula, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) menegaskan bahwa kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam upaya memperluas dan memperdalam materi ialah rancangan pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru (Hidayanto, 2001, diambil dari www.depdiknas.com). Kenyataan bahwa sebagian siswa Sekolah Dasar Negeri I Tirtosari Yogyakarta diketahui bahwa sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran PKn sebagai pelajaran yang sulit dimengerti, membosankan dan tidak menarik. Anggapan siswa tersebut dapat menimbulkan rendahnya prestasi

belajar siswa yang diakibatkan oleh kurangnya motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Siswa merasa malas belajar karena sejak awal sudah beranggapan bahwa pelajaran tersebut sulit dimengerti. Dari kenyataan di atas, masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran adalah setiap mengikuti pembelajaran PKN siswa merasa bosan, sulit dan kurang bergairah. Hal tersebut karena masih kurangnya penggunaan media pembelajaran PKN. Untuk itu perlu kiranya dilakukan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan prestasi belajar PKN siswa. Di kalangan sekolah maupun lembaga pendidikan kejuruan dewasa ini banyak dibicarakan mengenai media mengajar dan belajar. Yang dimaksud dengan media adalah sarana penyampaian informasi yang harus diserap pihak yang belajar. Sarana penyampaian tradisional dalam proses belajar adalah kata-kata, baik dalam bentuk tertulis dalam buku pelajaran atau bentuk lisan yang diucapkn pengajar. Menurut Suharsimi Arikunto (1988:21), media pengajaran atau media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian yang dimaksud dengan media untuk adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu penyampaian proses belajar mengajar agar efektivitas dan efisiensi pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Media tersebut memiliki bermacam-macam bentuk dan fungsi tergantung pada tujuan penggunaan media tersebut. Suatu media tidak selalu berbentuk rumit karena suatu tulisan ataupun kata-kata sudah termasuk sebagai media. Di kalangan sekolah dewasa ini banyak dibicarakan mengenai media mengajar dan belajar. Yang dimaksud dengan media ini dalam konteks ini Helmut Nolker dan Eberhard Schoenfeldt (1988:35) menyatakan sebagai sarana penyampaian informasi yang harus diserap pihak yang belajar. Sarana penyampaian tradisional dalam proses belajar adalah kata-kata, baik dalam bentuk tertulis dalam buku pelajaran, atau bentuk lisan yang diucapkan pengajar. Menurut Mohammad Uzer Usman (2002:31), alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu menperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera membosankan; sebaliknya pengajaran akan terasa lebih menarik bila siswa gembira atau senang karena mereka merasa tertarik. Menurut Encyclopedia of Educational Research yang dikutip oleh Usman (2002:31) manfaat media pembelajaran adalah : 1) 2) Meletakkan dasar-dasar yang gambar untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme, Memperbesar perhatian siswa,

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu pembelajaran lebih mantap, 4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa,

5)

Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini terutama dalam gambar hidup,

6) Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa, 7) Sangat menarik perhatian siswa dalam belajar,

8) Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan suatu gambar, benda yang sebenarnya, atau alat lain.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1988 : 22), fungsi media pengajaran adalah untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi, tetapi dapat pula sebagai pengganti peranan guru. Media pendidikan yang disebut audiovisual aids menurut Encyclopedia of Educational Research memiliki nilai tambah. Nilai tambah tersebut sesuai apabila digunakan pada proses pembelajaran yang melibatkan siswa Sekolah Dasar. Nilai tambah tersebut adalah sebagai berikut (Mohammad Uzer Usman, 2002 : 31-32): 1) Meletakkan dasar-dasr yang konkret untuk berfikir. Oleh karena itu mengurangi verbalisme (tahu istilah tapi tidak mengeri arti, tahu nama tetapi tidak tahu bendanya). 2) 3) Memperbesar perhatian siswa. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan.

4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa. 5) 6) 7) 8) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa. Sangat menarik minat siswa dalam belajar. Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin dengan banyak perkataan.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran PKN. 1. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran PKN dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Adanya anggapan siswa tentang sulitnya mata pelajaran PKN.

2. Adanya anggapan siswa tentang sulitnya mata pelajaran PKN, pada akhirnya membuat proses pembelajaran tidak lagi menarik dan siswa menjadi kurang perhatian terhadap mata pelajaran PKN. 3. Di rumah banyak siswa yang mengaku memiliki motivasi belajar yang rendah dalam mempelajari PKN. 4. Kurang dimanfaatkannya media pembelajaran PKN secara optimal, sehingga respon siswa terhadap pembelajaran PKn menjadi rendah. 5. Rendahnya prestasi belajar PKN. 1. C. Pembatasan Masalah Dengan pertimbangan aspek-aspek metodologis, keterbatasan kemampuan, pengetahuan, waktu dan biaya maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada masalah pemanfaatan media gambar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar PKN bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri I Tirtosari Yogyakarta Tahun 2008. 1. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah peranan media gambar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V pada Sekolah Dasar Negeri I Tirtosari Yogyakarta Tahun 2008? 1. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, maka penelitian memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: Untuk mengetahui tentang peranan media gambar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V pada Sekolah Dasar Negeri I Tirtosari Yogyakarta Tahun 2008. 1. F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis A. Memberikan penguatan terhadap teori-teori maupun hasil penelitian yang terdahulu/yang telah ada. B. Menambah khasanah perbendaharaan hasil penelitian di bidang pendidikan.

1. Manfaat Praktis A. Memberikan masukan bagi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran PKN. B. Memberikan sumbangan pemikiran untuk usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan dan pengembangan pembelajaran. C. Memberikan acuan bagi kepala Sekolah untuk bisa digunakan sebagai model peningkatan prestasi belajar siswa di kelas lain.

Anda mungkin juga menyukai