Anda di halaman 1dari 48

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWTOON

PADA KOMPETENSI DASAR MENULIS TEKS EKSPLANASI


PADA SISWA KELAS VIII MTS AL- IBROHIMY GALIS

PROPOSAL

Oleh :

Desy Fatmawati (15344111091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI BANGKALAN

2019
1. Latar Belakang

Dalam kegiatan proses belajar dan mengajar, hal utama yang diinginkan

adalah keberhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang diajarkan

serta mencapai tujuan-tujuan pembelajaran selama proses belajar mengajar di

sekolah. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, guru harus membimbing siswa

sehingga siswa menjadi lebih aktif selama proses belajar mengajar. Dengan

adanya hal tersebut, peran guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya

sekadar menyampaikan materi saja, melainkan dapat juga memanfaatkan

keberadaan teknologi yang menjadi alat bantu dalam menciptakan proses

pembelajaran menjadi lebih menarik.

Dalam kaitannya dengan upaya mencapai tujuan di atas, kualitas guru dan

sistem pengajarannya juga diperlukan. Adanya kemampuan dalam memilih dan

menerapkan metode atau teknik mengajar yang tepat dan sesuai dengan situasi

dan kondisi. Menurut Bernard Renaldy Suteja, dkk (2008: 241), “Teknologi informasi

memungkinkan penciptaan teknik pengajaran baru, yaitu melalui media interaktif cd

ataupun video”. Jadi, guru tidak harus selalu berpatokan pada media papan tulis,

karena itu akan membuat siswa cepat bosan dalam proses belajar. Disamping itu,

guru harus juga menguasai materi dan mampu menyampaikan materi secara

menarik sehingga minat dan perhatian siswa akan terpusat terhadap pendidik.

Dalam hal ini khususnya mata pelajaran bahasa indonesia diperlukan sebuah

media pembelajaran sebagai sistem pendukung proses belajar mengajar untuk

menekankan pada peran aktif siswa yang pada akhirnya mampu meningkatkan

hasil belajar siswa pada kompetensi dasar yang ada disekolah.


Mulyasa (2013:175) menyatakan bahwa Kompetensi Dasar adalah suatu

capaian pembelajaran mata pelajaran untuk mendukung Kompetensi Inti. Hal ini

sesuai dengan rumusan kompetensi inti yang didukungnya yaitu dalam kelompok

kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan

kompetensi keterampilan. Dari ke-empat kompetensi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kompetensi dasar merupakan acuan kemampuan yang harus dimiliki oleh

siswa dalam satu mata pelajaran tertentu sebagai acuan pembentukan indikator,

pengembangan materi pokok dan kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini,

Kompetensi dasar yang dipilih peneliti yaitu menulis teks eksplanasi yang

koheren sesuai dengan karakteristik yang akan dibuat baik secara lisan maupun

tulisan.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), menulis merupakan

melahirkan pikiran atau perasaan seseorang dalam mewujudkan kemahiran

berbahasa. Penerapan menulis sejak di bangku sekolah sangat penting, semakin

banyak latihan menulis maka besar kemungkinan siswa untuk mampu menulis.

Karena menulis, yang memiliki dampak dan manfaat positif dalam kehidupan

manusia, khususnya siswa. Tulisan yang baik dan berkualitas merupakan

manisfestasi dan keterlibatan aktivitas berpikir atau bernalar yang baik. Hal ini

dimaksudkan bahwa seorang penulis harus mampu mengembangkan pikiran yang

rasional. Aktivitas tersebut memerlukan kesungguhan untuk mengolah, menata,

mempertimbangkan secara kritis gagasan yang dicurahkan dalam bentuk tulisan

atau karangan. Kemampuan menulis bisa dikatakan sebagai bentuk dari kreativitas

mengarang.
Kosasih ( 2014: 178 ) mengatakan teks eksplanasi merupakan jenis teks yang

berisi tentang pemaparan penjelasan mengenai proses terjadinya suatu peristiwa.

Melalui pembelajaran teks eksplanasi, diharapkan peserta didik dapat berlatih

dalam mengungkapkan pikirannya untuk menerangkan atau menjelaskan

serangkaian proses dari suatu peristiwa atau fenomena yang diketahuinya secara

benar. Dengan demikian, peserta didik dapat berpikir kritis dalam

mengidentifikasi proses dengan jawaban atas pertanyaan umum kemudian

memaparkan serangkaian argument dan mengakhiri penjelasan dengan meringkas

atau membuat kesimpulan terhadap peristiwa yang terjadi. Teks eksplanasi

kompleks termasuk genre factual. Didalamnya dijumpai sejumlah fakta yang

dapat memperluas wawasan, pengetahuan, dan keyakinan para pembaca ataupun

pendengarannya.

Berdasarkan pendapat di atas, untuk bisa menulis teks eksplanasi, siswa

diharuskan untuk memahami terlebih dahulu tentang persoalan peristiwa yang

akan di tulis. Dengan demikian, kemampuan menulis siswa akan terlatih secara

kritis dalam mencari pengetahuan, fakta-fakta, mengeluarkan ide-ide atau gagasan

dan penalaran. Oleh karena itu, menulis teks eksplanasi tidak bisa dikatakan

dengan mudah karena teks eksplanasi berisi proses bagaimana terjadinya sesuatu

peristiwa yang notabennya pada siswa kelas VIII tidak banyak memiliki

pengetahuan atau fakta-fakta yang merupakan ciri dari teks eksplanasi. Maka,

salah satu pembelajaran alternatif dalam menangani hal ini dengan adannya

metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam menulis teks eksplanasi.

Sebagai alternatif guru dalam pembelajaran tersebut dibutuhkan media


pembelajaran sebangai media pendukung yaitu dengan menggunakan media

audiovisual Poowtoon.

Menurut Shannon Mershand (2014), “PowToon is Web-based animation software


that allows you to quickly and easily create animated presentations with your students by
manipulating pre-created objects, imported images, provided music and user created
voice-overs”.
Dari pengertian tersebut dapat diartikan powtoon merupakan animasi perangkat

lunak berbasis layanan online yang memungkinkan pengguna dengan cepat dan mudah

membuat presentasi animasi dengan memanipulasi objek, memasukkan gambar,

memasukkan musik dan dapat juga memasukkan rekaman suara penggunanya. Lebih

lanjut Shannon Mershand (2014) juga menyatakan“ Powtoon can be used by educators to

create animated presentations of content for students to view”. Pemilihan media

pembelajaran powtoon sebagai media pembelajaran sangat tepat apabila digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Karena, video animasi

powtoon ini mempunyai beragam animasi fitur animasi sangat menarik diantaranya

animasi tulisan tangan, animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta

pengaturan time line yang sangat mudah. Selain itu juga media powtoon ini mudah

dijadikan media penyampaian materi pembelajaran dengan cara yang menarik, sehingga

siswa tidak jenuh dengan materi yang guru sampaikan. Sebagaimana Bahtraedu (2015),

dalam postingannya memberikan beberapa kelebihan dari penggunaan media powtoon

dalam pembelajaran, kelebihan tersebut antara lain; Interaktif, mencakup segala aspek

indera, penggunaannya praktis, kolaboratif, dapat digunakan dalam kelompok besar,

Lebih variatif, dapat memberikan feedback, Meningkatkan hasil belajar

(https://jurnal.unej.ac.id>JPE>download).

Berdasarkan kelebihan media powtoon di atas, salah satu kelebihan media

powtoon adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini yang menjadi keunggulan

dari media pembelajaran tersebut. Karena siswa dapat melakukan proses bepikir yang
akan dapat membangkitkan energi intelektual dan pada akhirnya menghasilkan ide yang

mengejutkan. Namun, semua hal itu tidak akan terlepas dari minat belajar siswa juga, bila

siswa memiliki minat belajar yang rendah, maka dengan menggunakan media apapun

akan menjadi membosankan dan membuat siswa tidak semangat. Namun, jika sebaliknya,

bila siswa memiliki minat belajar yang tinggi maka kegiatan pembelajaran akan menjadi

aktif dan efektif serta siswa dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Dengan

demikian, diharapkan media pembelajaran powtoon tepat dalam menerapkan

pembelajaran menulis teks eksplanasi.

Berdasarkan uraian yang peneliti paparkan di atas Maka peneliti sangat tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran

Powtoon Pada Kompetensi Dasar Menulis Teks Eksplanasi Pada siswa Kelas VIII MTs

Al-Ibrohimy Galis.”

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka masalah

pokok yang akan diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon pada

kompetensi dasar menulis teks eksplanasi?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah penggunaan media pembelajaran

powtoon pada kompetensi dasar menulis teks eksplanasi?

3. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran

powtoon pada kompetensi dasar menulis teks eksplanasi?


3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang tepat adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon pada

kompetensi dasar menulis teks eksplanasi.

2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah penggunaan media pembelajaran

powtoon pada kompetensi dasar menulis teks eksplanasi.

3. Mendeskripsikan persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran

powtoon pada kompetensi dasar menulis teks eksplanasi.

4. Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan dalam pemilihan media

pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Bahasa Indonesia. Di samping

itu, bermanfaat dalam upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Memberikan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa

Indonesia dengan media Pembelajaran Powtoon dan memberikan salah satu

alternatif dalam pembelajaran untuk menarik minat belajar bahasa indonesia

siswa.
b. Bagi Siswa

Siswa dapat lebih selektif dalam memilih dan menggunakan media

pembelajaran dalam menyelesaikan permasalahan khususnya dalam

pelajaran bahasa indonesia.

c. Bagi Peneliti Sebagai Calon Guru

Sebagai bekal bagi calon guru akan arti dan pentingnya penggunaan media

pembelajaran dalam pembelajaran bahasa indonesia.

d. Bagi Sekolah

Memberikan input dalam pencapaian proses belajar mengajar terhadap

bidang studi bahasa indonesia khususnya pada materi teks eksplanasi.

5. Definisi Operasional

1. Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan

yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan

dari beberapa pilihan lainnya.

2. Hasil belajar siswa adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki seorang

siswa setelah menerima perlakuan atau pengalaman belajar dari seorang

pendidik.

3. Persepsi siswa adalah suatu proses aktivitas siswa dalam memberikan kesan,

penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan

sesuatu yang diperoleh atau dilakukan.


6. Kajian Teori
a. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian

sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan, untuk

mengetahui relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan

datang. Relevansi yang dimaksud bertujuan untuk mengetahui apakah penelitian

sudah pernah dilakukan atau tidak. Sehingga dapat melengkapi kekurangan

penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai efektivitas

penggunaan media powtoon yang sudah dilakukan sebelumnya antara lain sebagai

berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Onieljak dari Program Studi Pendidikan

Ekonomi FKIP Untan Pontianak yang berjudul Efektivitas Penggunaan Media

Pembelajaran Audiovisual Powtoon Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa Di Madrasah Aliyah merupakan salah satu penelitian yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Permasalahan yang diteliti adalah

efektivitas penggunaan media pembelajaran yang berupa media powtoon. Metode

yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian eksperimen.

Dengan bentuk penelitian preexperimental designs dan menggunakan rancangan

one-group pretest-posttest design.

Hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian Onieljak adalah

Sampel dalam penelitian ini terdiri 1 kelas yaitu kelas X IIS 3. Penelitian ini

dilakukan dengan cara mengamati motivasi belajar siswa sebelum dan setelah

diberikan eksperimen. Sebelum diberikan eksperimen kegiatan pembelajaran

tanpa menggunakan media pembelajaran audiovisual powtoon. Sedangkan setelah


eksperimen kegiatan pembelajaran menggunakan pembelajaran audiovisual

powtoon. Penggunaan media pembelajaran audiovisual powtoon diterima dengan

sangat baik oleh siswa, hal ini terlihat dari siswa lebih antusias dalam

memperhatikan penjelasan guru dan menyaksikan setiap video yang ditayangkan

pada saat penelitian dan intensitas bertanya meningkat mengenai apa yang tidak

mereka ketahui serta merespon dengan cepat apabila ditanya dan diberi tugas serta

motivasi belajar siswa menjadi meningkat daripada sebelum digunakan video

pembelajaran tersebut.

Penelitian yang dilakukan Onieljak memiliki persamaan dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Persamaannya adalah kedua penelitian sama-sama

meneliti efektivitas dari penggunaan media powtoon. Penggunaan media powtoon

tersebut dapat diterapkan semua jenjang pendidikan, baik di tingkat dasar hingga

menengah atas.

Selain persamaan, penelitian yang dilakukan Onieljak juga memiliki

perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Perbedaannya terletak pada

masalah pengukuran efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon.

Dalam penelitian yang dilakukan Onieljak adalah mengukur efektivitas

penggunaan media pembelajaran powtoon dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa yang dilakukan terhadap siswa Madrasah Aliyah (MA). Sedangkan peneliti

mengukur efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon pada kompetensi

dasar menulis teks eksplanasi yang dilakukan terhadap siswa MTs kelas VIII,

Penelitian ini menekankan terhadap hasil belajar siswa dalam menulis teks

eksplanasi, sedangkan penelitian Onieljak berfokus atau untuk mengetahui


sejauhmana peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan media

audiovisual Powtoon.

b. Kajian Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya

suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan

pengertian efetivitas menurut Moore D.Kenneth dalam Moh Syarif (2015:1)

efektivitas suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas dan waktu) telah tercapai, atau makin besar presentase target yang

dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Pada kegiatan mengajar terkandung

kemampuan menganalisis kebtuhan siswa, mengambil putusan apa yang harus

dilakukan, merancang pembelajaran yang efektif dan efisien, mengaktifkan

siswa melalui motivasi eksrinstik dan intrinsik, mengevaluasi hasil belajar,

serta merevisi pembelajaran berikutnya agar lebih efektif guna meningkatkan

hasil belajar siswa.

2. Ciri-ciri Efektivitas

Menurut Harry Firman (1987) menyatakan bahwa keefektifan program

pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang

telah ditentukan.

b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara

aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.


c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan

diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi

tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses

dan sarana penunjang.

3. Kriteria efektivitas

Menurut Susanto (2007) menerangkan bahwa efektivitas metode

pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Keefektifan dapat diukur dengan

melihat minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Jika siswa tidak berminat

untuk mempelajari sesuatu, maka tidak dapat diharapkan ia akan berhasil

dengan baik dalam mempelajari materi pelajaran. Sebaliknya, jika siswa

belajar sesuai dengan minatnya, maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih

baik. Efektifitas media pembelajaran merupakan suatu ukuran yang

berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.

Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada :

a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-

kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam

peningkatan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa

apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang

signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah

pembelajaran (gain yang signifikan).


c. Media pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan

motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi

untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan. Jadi, ketuntasan

belajar diartikan sebagai pendekatan dalam pembelajaran yang

mempersyaratkan peserta didik dalam menguasai secara tuntas seluruh

standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang telah

ditetapkan. Ketuntasan belajar dapat dilihat secara perorangan maupun

kelompok.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu

ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu)

yang telah tercapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah

ditentukan terlebih dahulu. Hal ini dapat dipadankan dalam media

pembelajaran seberapa jauh tujuan dari media pembelajaran yang telah

diterapkan dapat mencapai target yang diinginkan dengan capaian kuantitas,

kualitas dan waktu. Dalam konteks penggunaan media pembelajaran perlu

dipertimbangkan efektivitas artinya sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan

dapat dicapai sesuai harapan.

2. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S.

Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku

ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang

hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan

prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan

baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil

ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan

evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan

menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran

di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu

sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan factor masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas,

peneliti menggunakan faktor internal berupa penggunaan media pembelajaran

powtoon. Pegaplikasian media pembelajaran ini menuntut keterlibatan siswa

secara aktif dalam pembelajaran kompetensi dasar menuli teks ekplanasi.

3. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

“medium”. Secara harfiah, art inya adalah “perantara” atau “pengantar”. Oleh
karenanya, media dipahami sebagai perantara atau pengantar sumber pesan

dengan penerima pesan. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang

bisa merangsang siswa sehingga terjadi proses belajar. Sanjaya (2008)

menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat

mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Dalam hal

ini, media belajar yang dimaksud adalah berbagai alat dan bahan yang bisa

digunakan untuk membantu dalam penyampaian materi pembelajaran. Media

pengajaran adalah alat yang digunakan dalam komunikasi dengan tujuan untuk

dalam efektifitas proses belajar mengajar. Pengertian media pengajaran diatas

dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah berbagai alat dan bahan

yang digunakan guru untuk membantu dalam penyampaian materi

pembelajaran. Media pembelajaran oleh Communication on Instructional

Technology dalam Haryono (2014) diartikan sebagai alat yang hadir sebagai

akibat dari revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan

pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sebagai alat segala sesuatu yang

dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan

siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar untuk menambah

informasi baru pada diri siswa. Media memberikan rangsangan bagi siswa

untuk melaksanakan proses pembelajaran.

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Berdasarkan rancangannya, media pembelajaran yang dapat

dimanfaatkan memiliki dua jenis yakni mulai dari yang sederhana (langsung
dapat dimanfaatkan yang ada di lingkungan) sampai dengan yang kompleks

atau canggih yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Media yang dirancang (by design), yaitu media dan sumber belajar yang

secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem

pembelajaran untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat

formal.

b. Media yang dimanfaatkan (by utilization), yaitu media dan sumber belajar

yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan

keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran.

Berdasarkan jenis yang diperlukan dan diperhatikan, media pembelajaran

meliputi sebagai berikut: niat atau tujuan, isi atau subtansi yang ingin disajikan,

kemauan, kemampuan, dan ketersediaan media pembelajaran (Setyosari,

2007). Sedangkan dari beragam klasifikasi media pembelajaran dilihat dari

bentuk atau ciri fisiknya dapat dikelompokkan yaitu: (1) media dua dimensi,

(2) media tiga dimensi, (3) media pandang diam, dan (4) media pandang gerak.

Arsyad (2002) membagi karakteristik media pembelajaran menjadi empat

kelompok berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media

hasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer,

media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok

media tersebut memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang

lainnya.
a) Media visual adalah jenis media yang digunakan hanya mengandalkan

indera penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman belajar

yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan

penglihatannya seperti buku, jurnal, poster, globe bumi, peta, foto, alam

sekitar dan sebagainya.

b) Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran

dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman

belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera

kemampuan pendengaran.

c) Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus

dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan

melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang

mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.

d) Multimedia adalah media yang melibatkan jenis media untuk merangsang

semua indera dalam satu kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih

ditekankan pada penggunaan berbagai media berbasis TIK dan komputer.

Dengan mempelajari karakteristik media pembelajaran, maka kita akan

mengetahui berbagai karakteristik media sebagai bahan acuan dalam

menyampaikan pembelajaran kepada siswa dengan menggunakan media

sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif. Guru sebagai sumber

informasi, dapat dengan mudah menggunakan media sebagai perantara

penyampaian pesan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi tempat, ruang,
waktu serta keefektifan dan keefisiensiannya. Informasi materi dapat diterima

dan tersalurkan oleh peserta didik dengan tepat sasaran dan baik.

3. Media Pembelajaran Powtoon

Media pembelajaran “Powtoon” merupakan layanan online untuk

membuat sebuah paparan yang memiliki fitur animasi sangat menarik

diantaranya animasi tulisan tangan, animasi kartun, dan efek transisi yang lebih

hidup serta pengaturan time line yang sangat mudah. Langkah-langkah

Mengakses layanan online “PowToon” adalah:

a. Kunjungi powtoon.com

b. Pastikan kita sudah membuka akun FaceBook, lalu kita pilih Log In with

FaceBook pada website powtoon.com. Setelah kita berhasil Login with

facebook, langkah selanjutnya yaitu :

1. Klik tombol Start

2. Kemudian kita pilih Open Blank Presentation

3. Lalu kita ketik judul dan deskripsi file presentasi kita

4. Klik tombol Create untuk membuatnya.

5. Layar akan kembali ke halaman sebelumnya dengan menampilkan judul

presentasi yang baru kita buat. Klik tombol Action, lalu pilih edit.

4. Fungsi Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran setiap siswa memiliki ciri masing-masing. Hal

ini terutama dikaitkan dengan efisiensi penerimaan dan latar belakang

kemampuannya. Seorang siswa yang normal akan dapat dengan mudah

memperoleh pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang


ditanggapi oleh indranya, baik indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasa maupun peraba.

Hambatan yang sering timbul dalam berkomunikasi disebabkan oleh

adanya verbalisme, kekacauan penafsiran, perhatian yang bercabang, tidak ada

tanggapan, kurang perhatian dan keadaan fisik lingkungan belajar yang

mengganggu.

Mukhtar menjelaskan bahwa berbagai hambatan dapat diatasi dan media

pembelajaran dapat berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar,

memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan

dan kenyataan serta kemungkinan siswa untuk belajar secara individual sesuai

dengan kemampuan dan minatnya masing-masing.

Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau

mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu harus

diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya antara lain:

a. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral

dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang

berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya

dimanfaatkan sewaktu-waktu.

b. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang

digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses

belajar-mengajar.

c. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media

pengajaran yang digunakan.


d. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu

media pengajaran.

e. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan

sembarang mengunakannya.

f. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media,

maka guru dapat memanfaatkan multi media yang menguntungkan dan

memperlancar proses belajar-mengajar dan juga dapat merangsang siswa

dalam belajar. Menurut Kemp dan Dayton dalam Ashar Arsyad, tiga fungsi

utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok atau

kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:

 Memotivasi minat atau tindakan

 Menyajikan informasi

 Memberi instruksi

Levie & Lents (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,

khususnya media visual, yaitu:

1) Fungsi Atensi

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran

yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks

materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik

dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu

pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak

memperhatikan. Media gambar khususnya gambar yang diproyeksikan


melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan

perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan

demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran

semakin besar.

2) Fungsi Afektif

Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar

(atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat

menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut

masalah social atau ras.

3) Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar

pencapaiaan tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan

yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi Kompensatoris

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian

bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks

membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan

informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media

pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan

lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks

atau disajikan secara verbal.


Kesimpulannya media sebagai alat alternative bagi guru dalam

menyampaikan suatu materi dengan mudah dipahami. Media berfungsi

sebagai tujuan instruksi di mana materi yang terdapat dalam media itu harus

melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk

aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus

dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-

prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping

menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman

yang menyenangkan, tidak membosankan dan memenuhi kebutuhan siswa

sehingga siswa dapat mencapai hasil pembelajaran dengan baik.

5. Manfaat Media Pembelajaran Powtoon

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan

sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:

 Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, film, atau model;

 Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film,

atau gambar;

 Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography;


 Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi

lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

 Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram, dan lain-lain, dan

 Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-

lain) dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan

lain-lain.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran Powtoon

misalnya, berguna untuk:

 Menimbulkan kegairahan belajar;

 Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

lingkungan dan kenyataan;

 Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan

dan minatnya

 Memberikan perangsang yang sama;

 Mempersamakan pengalaman;

 Menimbulkan persepsi yang sama.

Dale (1969:180) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat

memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting

dalam system pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk
menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat

berikut ini dapat terealisasi:

 Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas

 Membuahkan perubahan signifikan tingkah lalu siswa;

 Menunjukkan hubungan antar mata pelajaran dan kebutuhan dan minta

siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;

 Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa

 Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;

 Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan

melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan

meningkatnya hasil belajar;

 Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa

menemukan seberapa banyak telah mereka pelajar

 Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep

yang berkala dapat kembangkan;

 Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan

pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;

 Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan

jika mereka membangun struktur konsep dan system gagasan yang

bermakna.

6. Kekurangan dan Kelebihan Media Pembelajaran Powtoon


Di dalam setiap media pembelajaran pasti mempunyai kekurangan dan

kelebihan, adapun kekurangan dan kelebihan media pembelajaran Powtoon

sebagai jenis media pembelajaran Audio-visual yakni;

a. Kekurangan

 Ketergantungan pada ketersedian dukungan sarana teknologi

 Harus disesuaikan dengan system dan kondisi yang ada

 Mengurangi kreativitas dan invasi dari jenis media pembelajaran

lainnya

 Membutuhkan dukungan SDM yang prefesional untuk

mengoprasikannya

b. Kelebihan

 Interaktif

 Mencakup segala aspek indera

 Penggunaannya praktis

 Kolaboratif

 Dapat digunakan dalam kelompok besar

 Lebih variatif

 Dapat memberikan feedback

 Meningkatkan hasil belajar siswa

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

powtoon sebagai sarana penyampaian materi sangat efektif, karena media

powton memiliki banyak kelebihan dibandingkan media pembelajaran

lainnya, dengan tampilan yang menarik dan variatif . Hal ini dapat
menstimulus peserta didik dalam proses pembelajaran, peserta didik akan

lebih antusias dalam memperhatikan penjelasan guru dan menyaksikan setiap

video yang ditayangkan sehingga pembelajaranpun akan berjalan dengan baik

dan mencapai keberhasilan siswa dalam memperoleh materi yang diajarkan

serta meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kompetensi Dasar

Dalam tiap jenjang pendidikan pasti ada standar Kompetensi dasar, karena

untuk mengetahui materi apa saja yang akan dipelajari. Kompetensi Dasar

merupakan Kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan

dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau Kompetensi yang

terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada

Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Dalam pengembangannya

Kompetensi dasar memiliki rumusan sebagai berikut. Kemendikbud (2015:45)

mengatakan Kompetensi dasar sebagai berikut.

Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti. Rumusan

Kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar

dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan Kompetensi Inti

sebagai berikut:

1. Kelompok 1: kelompok Kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-1;

2. Kelompok 2: kelompok Kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka

menjabarkan KI-2;
3. Kelompok 3: kelompok Kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka

menjabarkan KI-3; dan

4. Kelompok 4: kelompok komptensi dasar keterampilan dalam rangka

menjabarkan KI-4.

Kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI1)

dan sikap sosial (mendukung KI-2) ditumbuhkan melalui pembelajaran tidak

langsung (indirect teaching) yaitu pada saat peserta didik belajartentang

pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4).

Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD

yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara

bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk

mengembangkan KD pada KI-1 dan KI2. Pembelajaran KI-1 dan KI-2 terintregasi

dengan pembelajaran KI-3 dan KI-4.

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:8), Kompetensi

Dasar merupakan Kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang

diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau

Kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi

tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,

kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Mulyasa (2013:175) menyatakan bahwa Kompetensi Dasar merupakan

capaian pembelajaran mata pelajaran untuk mendukung Kompetensi Inti. hal ini

sesuai dengan rumusan Kompetensi Inti yang didukungnya yaitu dalam kelompok
Kompetensi sikap spiritual, Kompetensi sikap sosial, Kompetensi pengetahuan,

dan Kompetensi keterampilan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kompetensi dasar

adalah acuan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam satu mata

pelajaran tertentu untuk dijadikan acuan pembentukan indikator, pengembangan

materi pokok dan kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini, Kompetensi dasar

yang dipilih peneliti yaitu memproduksi teks eksplanasi kompleks yang koheren

sesuai dengan karakteristik yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan

(Tim Kemendikbud, 2014:570).

5. Hakikat Kemampuan Menulis

1. Pengertian Menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek

keterampilan berbahasa. Keterampilan adalah kesanggupan, dan kekuatan

untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Lebih lanjut bahwa keterampilan adalah

sebuah penilaian atas apa yang dapat dilakukan seseorang (Moeliono, 2002:

701). Menulis pada dasarnya proses menuangkan ide-ide abstrak yang ada

dalam pikiran ke dalam suatu bentuk konkrit berupa bahan bacaan.

Menulis menurut Artati (dalam Darminto, 2010: 3) adalah kegiatan yang

dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Maksudnya melahirkan

pikiran atau perasaan dengan tulisan. Menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam menulis, penulis harus

terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.

Keterampilan menulis diperoleh melalui latihan dan praktik yang banyak dan

teratur Tarigan dalam Darminto,2010: 3).

Menulis adalah proses membuat suatu karya tulis yang berupa kumpulan

dari huruf, kata, kalimat dan paragraf. Menurut Rusiana (1991: 76) menyatakan

menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis

untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, untuk mengatakan sebuah

tulisan dapat dikatakan berhasilatau tidak yaitu apabila tulisan tersebut dapat

dipahami dengan mudah oleh pembaca (Andayani, 2009: 28). Maka tulisan

dapat dianggap memberi informasi bilamana tulisan tersebut dapat dipahami

oleh pembaca. Meracik sebuah teks tidak semudah meracik ucapan hal itu

menurut Hernowo (dalam Nurjamal dan Sumirat, 2010: 4).

Meracik teks perlu keterampilan yang luar biasa dalam mengolah dan

menyusun kalimat. Teks tidak dapat menampung seluruh gagasan yang ingin

dikeluarkan seseorang. Teks itu punya keterbatasan. Jika kamu mengeluarkan

gagasan kamu lewat ucapan atau secara lisan, ada kemungkinan kamu dibantu

dengan dialog atau interaksi positif (dengan pendengar kamu) yang akhirnya

bisa memperjelas gagasan yang ingin kamu komunikasikan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu

kegiatan berupa proses menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran

berupa pola-pola bahasa dan akhirnya membentuk berupa bacaan. Dalam


menulis dibutuhkan sebuah keterampilan, karena menulis tidak semudah

meracik ucapan.

6. Hakikat Teks Eksplanasi

1. Pengertian Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan proses terjadinya atau

terbentuknya suatu fenomena alam atau sosial (Pardiyono, 2007: 155).

Explaining has two main orientations-to explain why and to explain how, often

both will appear in an explanatory text, “eksplanasi memiliki dua orientasi

utama – untuk menjelaskan mengapa dan untuk menjelaskan bagaimana, sering

keduanya akan muncul dalam sebuah teks eksplanasi” (Knapp & Watkins

2005: 126). The purpose of an explanation is to tell each step of the process

(the how) and to give reasons (the why). “Tujuan teks eksplanasi adalah

menjelaskan tahapan, langkah, atau proses (bagaimana) dan memberikan

alasan (mengapa)”. (Wong, 2002: 132). Teks eksplanasi memiliki fungsi sosial

menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau terjadinya sesuatu (Mahsun,

2014: 33).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teks eksplanasi adalah teks

yang menjelaskan proses terjadinya sesuatu atau proses terbentuknya fenomena

alam atau bisa juga fenomena sosial.

2. Ciri-Ciri Bahasa Teks Eksplanasi

Knapp & Watkins (2005: 126) menyatakan explanations generally

require connectives-words that join the verbs together so that they logically

indicate sequences that are temporal – when, then, first, after this, causal, for
example, because, so. “eksplanasi umumnya memerlukan kata sambung yang

bergabung dengan kata kerja sehingga secara logis menunjukkan urutan yang

sementara – ketika, maka, pertama, setelah ini, sebab-akibat (kata sambung

yang menyatakan

hubungan sebab akibat), misalnya, karena, begitu”. Hal senada juga

diungkapkan oleh Priyatni dkk (2014: 135) yaitu bahwa eksplanasi umumnya

memerlukan kata sambung yang menunjukkan hubungan sebab akibat. Lebih

lengkapnya ciri bahasa teks eksplanasi menurut Priyatni dkk (2014: 111)

sebagai berikut. Pertama, memuat istilah. Kedua, struktur kalimatnya

menggunakan kata sambung yang menunjukkan hubungan sebab-akibat. Dari

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri teks eksplanasi terdapat kata

sambung yang menyatakan sebab akibat sehingga antar paragraf dalam teks

eksplanasi berkaitan.

3. Struktur Teks Eksplanasi

Dalam sebuah tulisan (teks) eksplanasi, di dalamnya akan memuat

struktur yang terdiri dari 3 bagian yaitu : pernyataan umum, deretan penjelasan

dan interprestasi. (Depdikbud, 2013). Menurut Pardiyono (2007: 156), secara

garis besar struktur teks eksplanasi adalah sebagai berikut.

a. pernyataan umum/pengantar. Pernyataan umum memuat petunjuk awal

tentang suatu peristiwa yang hendak dijelaskan. Pernyataan umum berfungsi

sebagai pengantar pada penjelasan-penjelasan berikutnya.

b. rincian penjelasan. Rincian penjelasan memaparkan tentang proses

terjadinya suatu peristiwa /fenomena terjadi. Penjelasan ini berupa tahapan,


sehingga pembaca mendapatkan gambaran tentang bagaimana proses

terjadinya suatu peristiwa.

c. simpulan. Simpulan dalam teks eksplanasi berupa pengulangan informasi

penting atau kata penutup yang menandai bahwa penjelasan telah berakhir.

Tidak semua teks eksplanasi memuat suatu simpulan.

Peryataan serupa juga dinyatakan oleh Endah (2014: 82), teks eksplanasi

memiliki struktur isi yang umum, yaitu ada judul, pembuka, inti, dan penutup.

Pembuka teks eksplanasi berupa pernyataan umum berupa definisi fenomena

yang dijelaskan, konteks, atau karakteristik umum. Pada bagian inti, teks

eksplanasi menjelaskan proses terjadinya sesuatu atau menjawab mengapa

sesuatu terjadi. Bagian penutup teks eksplanasi dapat berupa simpulan atau

opini penulis terkait dengan fenomena yang dijelaskan. Sedangakan menurut

Mahsun (2014: 33) struktur teks eksplanasi yaitu judul, pernyataan umum,

deretan penjelas, dan interpretasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa struktur teks eksplanasi berupa pernyataan umum dan rincian penjelas,

terkadang dilanjutkan dengan simpulan. Keberadaan simpulan sifatnya tidak

wajib ada.

4. Menulis Teks Eksplanasi

Menulis teks eksplanasi menurut Priyatni dkk terdiri dari beberapa

langkah. Berikut ini langkah menulis teks eksplanasi menurut Priyatni dkk

(2014: 126 - 132) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan berdasarkan

kebutuhan dalam pengembangan pengembangan yang dilakukan oleh

pengembang.
a. Pilihlah satu topik yang menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu

peristiwa atau fenomena terjadi, sebagai contoh: bagaimana proses

terjadinya gempa, bagaimana proses terjadinya longsor, bagaimana proses

fotosintesis, dan lain-lain.

b. Mulailah dengan menuliskan judul yang menjelaskan suatu fenomena.

Setelah judul, buatlah pernyataan umum yang memuat petunjuk awal suatu

peristiwa yang hendak dijelaskan. Selanjutnya rangkaian penjelasan yang

memuat bagaimana dan mengapa suatu peristiwa dapat terjadi. Bagian akhir

yaitu penutup berupa simpulan atau pengulangan informasi penting.

c. Lakukanlah telaah dan revisi atas tulisan dengan panduan rubrik penilaian

teks eksplanasi.

d. Lakukanlah pengamatan atau studi pustaka agar tulisan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah menulis teks

eksplanasi berupa menentukan topik, menulis judul, melakukan pengamatan,

membuat kerangka, dan mengembangkan kerangka menjadi tulisan.

Berdasarkan semua ulasan di atas, hakikat teks eksplanasi adalah teks yang

menjelaskan suatu proses, teks eksplanasi menggunakan kata sambung yang

menyatakan sebab akibat. Di samping adanya kata sambung, teks eksplanasi

juga mempunyai struktur yang terdiri pernyataan umum dan rincian penjelas,

terkadang ada kesimpulannya. Adapun langkah menulis teks eksplanasi yaitu

menentukan topik, menulis judul, melakukan pengamatan, membuat

kerangka, dan mengembangkan kerangka menjadi tulisan.


7. Persepsi Siswa

1. Pengertian Persepsi

Terdapat beberapa rumusan yang memberikan pengertian mengenai

persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata persepsi

memiliki arti tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Desideranto

dalam Jalaluddin Rakhmat (2007: 51) menjelaskan bahwa persepsi adalah

pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah

memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Dengan demikian

dapat dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi

tertentu.

Sedangkan menurut Miftah Toha (2005:141) persepsi adalah proses

kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami lingkungannya

baik lewat penglihatan, pendengaran penghayatan, perasaan dan penciuman.

Sementara itu, Slameto (2010: 102) menyatakan bahwa persepsi adalah proses

yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.

Pendapat ini menekankan pada proses masuknya pesan ke dalam otak

manusia. Pendapat lain dikemukakan oleh Sugihartono (2007: 8), persepsi

adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus. Stimulus itu sendiri

merupakan suatu rangsangan dari luar diri manusia. Dengan demikian persepsi

merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterpretasi stimulus yang

masuk dalam alat indera.


Sementara itu, Bimo Walgito (2010: 99) juga memberikan penjelasan

bahwa persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,

yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera

atau juga disebut proses sensoris. Proses tersebut tidak berhenti begitu saja,

melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan

proses persepsi. Dalam proses persepsi yang dijelaskan Bimo Walgito,

terdapat proses yang mengawali persepsi yaitu penginderaan. Dari apa yang

telah dikemukakan di atas jelas bahwa persepsi bukan merupakan proses sekali

jadi, melainkan melalui proses menggabungkan, menginterpretasikan dan

akhirnya memberikan penilaian. Hasil akhir dari proses ini merupakan

kesadaran individu terhadap keadaan sekelilingnya. Pendapat yang hampir

sama dikemukakan oleh Laura A. King (2012: 225), persepsi merupakan

proses otak dalam mengatur dan menginterpretasi informasi sensoris dan

memberikan makna.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa persepsi adalah proses pengamatan yang sifatnya kompleks dalam

menerima dan menginterpretasikan informasi-informasi yang berada di

lingkungan dengan menggunakan panca indera. Persepsi lebih kompleks jika

dibandingkan dengan proses penginderaan. Proses penginderaan hanya

merupakan langkah awal proses persepsi, penginderaan memberikan gambaran

nyata mengenai suatu objek, sedangkan persepsi mampu memahami lebih dari

gambaran nyata objek tersebut. Jadi, apabila seseorang memiliki persepsi

tentang suatu obyek dengan menggunakan panca indera berarti ia mengetahui,


memahami dan menyadari tentang obyek tersebut. Dalam proses persepsi

individu akan mengadakan penyeleksian apakah stimulus itu berguna atau

tidak baginya, serta menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan (tingkah

laku). Dengan demikian, persepsi siswa merupakan suatu proses dimana siswa

menginterpretasi serta memberikan respon / tanggapan dan kesan terhadap

rangsangan atau stimulus, termasuk respon dan kesan terhadap media

pembelajaran menggunakan powtoon. Respon ini dapat berupa pendapat,

tindakan, atau bahkan dalam bentuk penolakan terhadap suatu stimulus.

Pesepsi siswa terhadap metode resitasi atau penugasan akan mempengaruhi

sikap dan perilaku siswa tersebut. Apabila siswa memiliki persepsi yang positif

maka sikap dan perilaku terhadap tugas yang ia terima akan baik, demikian

juga sebaliknya.
BAB III

METODE PENELITIAN

7. Metode Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat digolongkan

ke dalam penelitian tindakan kelas. Menurut Darsono dkk, dalam Manajemen

Penelitian Tindakan Kelas menjelaskan bahwa seorang peneliti bukan sebagai

penonton tentang apa yang dilakukan guru terhadap muridnya, tetapi bekerja

secara kolaboratif dengan guru mencari solusi terbaik terhadap masalah yang

dihadapi. Selain itu dalam penelitian tindakan kelas dimungkinkan siswa

secara aktif berperan serta dalam melaksanakan tindakan. Sejalan dengan

pernyataan tersebut, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

yang bersifat kolaboratif. Peneliti berkolaborasi dengan guru dalam

merencanakan, mengidentifikasi, mengobservasi, dan melaksanakan tindakan

yang telah dirancang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian

Tindakan Kelas sistem spiral dengan model Hopkins. Penelitian ini

dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian model Hopkins yang diawali

dengan tindakan pendahuluan kemudian dilanjutkan perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Hasil

evaluasi pada siklus I masih belum tuntas, sehingga dilakukan perbaikan pada

siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukan langkah-langkah

perbaikan pada siklus II.


b. Subjek Penelitian

1. Data

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang

menunjukkan fakta (Riduwan, 2013:31). Data yang diperoleh dari hasil

penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah

data yang diperoleh dan dianalisis bukan dalam bentuk angka-angka melainkan

dideskripsikan dengan kata-kata. Hasil wawancara terhadap guru dan siswa,

hasil observasi aktivitas guru, dan hasil atatan tindakan kelas yang merupakan

data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil

perhitungan angka-angka. Data kuantitatif berupa hasil observasi aktivitas

siswa dan hasil dari belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran kompetensi

dasar menulis teks eksplanasi dengan media pembelajaran powtoon.

2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari siswa kelas VIII MTs Al-Ibrohimy Galis

Tahun Ajaran 2018/2019 untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil

belajar siswa terhadap kompetensi dasar menulis teks eksplanasi setelah

menggunakan media pembelajaran Powtoon dan sejauh mana efektitivas

penggunaan media powtoon serta bagaimana tanggapan siswa terhadap media

pembelajaran tersebut.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dilakukan peneliti adalah bertempat di Mts Al- Ibrohimy Galis
d. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan

data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen

elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Hasil penelitian

juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis

akademik dan seni yang ada (Sugiyono, 2013:83).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan pada objek penelitian. Pada penelitian ini melibatkan 2 observer,

antara lain guru dan peneliti. Proses observasi dilakukan dengan mengacu

pada pedoman observasi yang telah disusun. Aktivitas dan perhatian siswa

diamati untuk mendapatkan data kualitatif yaitu mengenai seberapa efektif

proses pembelajaran menulis teks eksplanasi dengan menggunakan media

pembelajaran powtoon dapat mempengaruhi aktifitas siswa dan apakah

kegiatan yang dilakukan guru telah sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran.
b. Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis teks

eksplanasi siswa setelah dilakukan pembelajaran menulis teks eksplanasi

dengan menggunakan media pembelajaran powtoon. bentuk tes yang

digunakan adalah tes essay, yaitu siswa diminta untuk membuat teks ekplanasi

berdasarkan aturan penulisan yang tetera pada lembar evaluasi. Untuk menilai

hasil evaluasi siswa digunakan pedoman penilaian evaluasi siswa.

c. Wawancara

Dalam penelitian ini digunakan jenis wawancara bebas terpimpin yaitu

saat mewawancara hanya berpedoman pada garis besar tentang hal-hal yang

akan ditanyakan. Hasil dari wawancara adalah untuk mengetahui persepsi

siswa mengenai pembelajaran menulis teks ekplanasi dengan menggunakan

media pembelajaran powtoon.

d. Catatan Lapangan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi berupa kegiatan-

kegiatan yang tidak terangkum dalam pedoman observasi yang telah dibuat

oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menulis catatan lapangan adalah

peneliti sebagai pelaksana tindakan.

e. Instrumen Pengumpulan Data

No Rumusan Masalah Data

1. Bagaimanakah efektivitas

penggunaan media
pembelajaran powtoon pada

kompetensi dasar menulis teks

eksplanasi?

2. Bagaimanakah hasil belajar

siswa setelah penggunaan

media pembelajaran powtoon

pada kompetensi dasar menulis

teks eksplanasi?

3. Bagaimanakah persepsi siswa

terhadap penggunaan media

pembelajaran powtoon pada

kompetensi dasar menulis teks

eksplanasi?

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

a. Mengobservasi sumber data yaitu, siswa kelas VIII MTs Al-Ibrohimy Galis

untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon

serta seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa terhadap kompetensi

dasar menulis teks eksplanasi setelah menggunakan media pembelajaran

Powtoon.
b. Mencatat hasil observasi tindakan kelas terhadap keefektifan penggunaan

media pembelajaran powtoon pada pembelajaran teks eksplanasi dan hasil

belajar siswa dengan menggunakan pedoman penilaian evaluasi siswa.

c. Memasukkan data ke tabel instrumen.

f. Metode dan Teknis Analisis Data

1. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau

lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara

variabel satu dengan yang lain (Sugiyono, 2013:11).

2. Teknik Penganalisisan Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data

deskriptif kuantitatif. Penelitian yang menggunakan teknik deskriptif

kuantitatif adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk

nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain

yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh

berupa angka maka cara mendeskripsikan data dapat dilakukan dengan

menggunakan statistik deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan

menggunakan teknik statistika adalah untuk meringkas data agar menjadi lebih

mudah dilihat dan dimengerti (Sukardi,2008;86).


Penelitian yang menggunakan teknik deskriptif kuantitatif berusaha

memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi

tertentu. Teknik deskriptif kuantitatif ini memiliki kekhususan yakni :

a. Bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi

sekarang.

b. Bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun,

dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini biasanya tanpa hipotesis. Jika ada

hipotesis biasanya tidak diuji menurut analisis statistik (Margono,2007:8).

1. Instrumen Analisis Data

No Rumusan Masalah Data Analisis

Bagaimanakah

efektivitas

penggunaan media

1. pembelajaran

powtoon pada
1
kompetensi dasar

menulis teks

eksplanasi?

2. Bagaimanakah hasil

belajar siswa setelah

penggunaan media

pembelajaran

powtoon pada
kompetensi dasar

menulis teks

eksplanasi?

Bagaimanakah

persepsi siswa

terhadap penggunaan

media pembelajaran
3.
powtoon pada

kompetensi dasar

menulis teks

eksplanasi?

1. Prosedur Analisis Data

a. Mengobservasi sumber data, yaitu siswa kelas VIII MTs Al-Ibrohimy Galis

untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon

serta seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa terhadap kompetensi

dasar menulis teks eksplanasi setelah menggunakan media pembelajaran

Powtoon.

b. Mengklasifikasikan data yang ada dalam tabel instrumen.

c. Melakukan analisis penilaian hasil belajar siswa terhadap kompetensi dasar

menulis teks eksplanasi setelah menggunakan media pembelajaran

Powtoon.

d. Mengambil kesimpulan berdasarkan pada langkah kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Bahtraedu. (2015). Media Pembelajaran Powtoon. (Online).

http://bahtra12.blogspot.co.id/2015/04/media-pembelajaran-powtoon.html.

Diakses tanggal 20 mei 2018.

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Edisi Revisi, (Yogyakarta: Andi

Offset, 1989), hlm. 53.

Darsono dkk, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas (Surabaya;Percetakan Insan

Cendekia; 2002)

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

E. Mulyasa. (2013). Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja karya Offset.

Mersand, Shannon (2014). Product Review:PowToon. (Online).

http://www.techlearning.com/news/0002/product-review-powtoon/63310. Diakses

20 Mei 2018.

Riduwan. 2013. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Bhineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Riva’i, Ahmad. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Sugihartono, dkk. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil bejar.

Yogayakarta: UNY Press.


Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai