Anda di halaman 1dari 43

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWTOON

DALAM KOMPETENSI DASAR MENULIS TEKS EKSPLANASI


PADA SISWA KELAS VIII MTS AL- IBROHIMY GALIS

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Desy Fatmawati (15344111091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI BANGKALAN

2019
1. Latar Belakang

Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif dapat mewarnai interaksi yang terjadi antra guru dan siswa. Guru dengan

sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan

segala sesuatu untuk kepentingan pembelajaran. Dalam kegiatan proses

pembelajaran, hal utama yang diinginkan seorang guru adalah keberhasilan siswa

dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran yang telah diajarkan serta

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran selama kegiatan proses belajar mengajar di

sekolah. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, guru harus membimbing dan

membina siswa agar siswa dapat lebih aktif selama proses belajar dan mengajar.

Dengan demikian, peran guru dalam proses belajar dan mengajar tidak hanya

sekadar menyampaikan materi pembelajaran saja, melainkan juga dapat

memanfaatkan keberadaan teknologi pada masa kini. Sehingga, dapat menjadi alat

bantu atau alat pendukung dalam menciptakan proses pembelajaran menjadi tidak

membosankan, menarik serta edukatif.

Dalam kaitannya dengan upaya mencapai tujuan di atas, kualitas guru dan

sistem pengajarannya sangat diperlukan. Adanya kemampuan dalam memilih dan

menerapkan metode atau teknik mengajar serta media pembelajaran yang tepat

dan sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah. Menurut Bernard Renaldy

Suteja, dkk (2008: 241), “Teknologi informasi memungkinkan penciptaan teknik

pengajaran baru, yaitu melalui media interaktif cd ataupun video”. Media ini dapat

menjadi alat bantu yang berguna dalam proses pembelajaran. Jadi, guru tidak

harus selalu berpatokan pada media papan tulis, karena itu akan membuat siswa
cepat bosan dalam proses belajar. Disamping itu, guru harus juga dapat menguasai

materi dan mampu menyampaikan materi secara menarik sehingga minat belajar

dan perhatian siswa akan terpusat terhadap guru. Dalam hal ini khususnya mata

pelajaran bahasa indonesia diperlukan sebuah media pembelajaran sebagai sistem

pendukung proses belajar mengajar untuk merangsang siswa dan menekankan

pada peran aktif siswa yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar

siswa pada kompetensi dasar yang ada di sekolah. Pada penelitian ini, Kompetensi

dasar yang dipilih peneliti yaitu menulis teks eksplanasi yang sesuai dengan

karakteristik yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), menulis merupakan

melahirkan pikiran atau perasaan seseorang dalam mewujudkan kemahiran

berbahasa. Tulisan yang baik dan berkualitas merupakan manisfestasi dan

keterlibatan aktivitas berpikir atau bernalar yang baik. Hal ini dimaksudkan bahwa

seorang penulis harus mampu mengembangkan pikiran yang rasional. Oleh karena

itu, penerapan menulis sejak di bangku sekolah sangat penting. Karena dengan

menulis, dapat memiliki dampak dan manfaat positif dalam kehidupan manusia,

khususnya siswa. Aktivitas tersebut memerlukan kesungguhan untuk mengolah,

menata, mempertimbangkan secara kritis gagasan yang dicurahkan dalam bentuk

tulisan atau karangan. Kemampuan menulis dapat dikatakan sebagai bentuk dari

kreativitas mengarang. Hal ini dapat dimulai dari materi yang didalamnya

terdapat keterampilan menulis, seperti teks ekplanasi.

Kosasih ( 2014: 178 ) mengatakan teks eksplanasi merupakan jenis teks yang

berisi tentang pemaparan penjelasan mengenai proses terjadinya dan


terbentuknya suatu peristiwa. Melalui pembelajaran teks eksplanasi, diharapkan

siswa dapat berlatih dalam mengungkapkan pikirannya untuk menerangkan atau

menjelaskan serangkaian proses dari suatu peristiwa atau fenomena yang

diketahuinya secara benar. Dengan demikian, siswa dapat berpikir kritis dalam

mengidentifikasi proses dengan jawaban atas pertanyaan umum kemudian

memaparkan serangkaian argumen dan mengakhiri penjelasan dengan meringkas

atau membuat kesimpulan terhadap peristiwa yang terjadi.

Berdasarkan pendapat di atas, untuk bisa menulis teks eksplanasi, siswa

diharuskan untuk memahami terlebih dahulu tentang persoalan peristiwa yang

akan di tulis. Dengan demikian, kemampuan menulis siswa akan terlatih secara

kritis dalam mencari pengetahuan, fakta-fakta, mengeluarkan ide-ide atau gagasan

dan penalaran. Oleh sebab itu, menulis teks eksplanasi tidak bisa dikatakan

dengan mudah bagi siswa kelas VIII yang pada dasarnya tidak memiliki banyak

pengetahuan mengenai fakta-fakta yang merupakan ciri dari teks eksplanasi.

Karena teks eksplanasi berisi proses bagaimana terjadinya sesuatu peristiwa atau

fenomena alam. Maka, salah satu pembelajaran alternatif dalam menangani hal ini

adalah dengan adannya metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam menulis

teks eksplanasi. Sebagai alternatif guru dalam pembelajaran tersebut dibutuhkan

media pembelajaran sebangai media pendukung yaitu dengan menggunakan

media audiovisual Poowtoon.

Menurut Shannon Mershand (2014), “PowToon is Web-based animation


software that allows you to quickly and easily create animated presentations
with your students by manipulating pre-created objects, imported images,
provided music and user created voice-overs”.
Dari pengertian tersebut dapat diartikan powtoon merupakan animasi

perangkat lunak berbasis layanan online yang memungkinkan pengguna dengan

cepat dan mudah membuat presentasi animasi dengan memanipulasi objek,

memasukkan gambar, memasukkan musik dan dapat juga memasukkan rekaman

suara penggunanya. Pemilihan media pembelajaran powtoon sebagai media

pembelajaran sangat tepat apabila digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dalam proses pembelajaran. Karena, video animasi powtoon ini mempunyai

beragam animasi fitur animasi sangat menarik diantaranya animasi tulisan tangan,

animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta pengaturan time line yang

sangat mudah. Selain itu juga media powtoon ini mudah dijadikan media

penyampaian materi pembelajaran dengan cara yang menarik, sehingga siswa

tidak jenuh dengan materi yang guru sampaikan. Sebagaimana Bahtraedu (2015),

dalam postingannya memberikan beberapa kelebihan dari penggunaan media

powtoon dalam pembelajaran, kelebihan tersebut antara lain; Interaktif, mencakup

segala aspek indera, penggunaannya praktis, kolaboratif, dapat digunakan dalam

kelompok besar, Lebih variatif, dapat memberikan feedback, Meningkatkan hasil

belajar. (https://jurnal.unej.ac.id>JPE>download).

Berdasarkan kelebihan media powtoon di atas, salah satu kelebihan media

powtoon adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini yang menjadi

keunggulan dari media pembelajaran tersebut dan memberikan daya tarik terhadap

peneliti untuk melakukan penelitian di MTs Al-Ibrohimy Galis. Sekolah tersebut

sangat strategis karena terletak di pusat kecamatan Galis dengan posisi gedung

berada di pinggir jalan Raya Galis. MTs Al-Ibrohimy Galis bisa dikatakan sebagai
sekolah yang cukup maju dengan fasilitas yang cukup memadai seperti; Lab

Komputer, Lab Ipa, perpustakaan serta setiap kelas sudah tersedia LCD proyektor.

Namun, adanya fasilitas tersebut belum digunakan secara baik. Sebagaimana hasil

wawancara singkat yang dilakukan peneliti terhadap sebagian siswa di sana,

bahwa guru di sana masih jarang menggunakan atau memanfaatkan adanya LCD

proyektor, sekalipun menggunakan, media yang digunakan sebatas power point

saja. Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan inovasi baru terhadap media

pembelajaran yang diterapkan serta ingin mengetahui sejauh mana media

pembelajaran powtoon dapat merangsang siswa dalam kemampuan menulis.

Namun, semua hal itu tidak akan terlepas dari minat belajar siswa juga, bila siswa

memiliki minat belajar yang rendah, maka dengan menggunakan media apapun

akan menjadi membosankan dan membuat siswa tidak semangat. Namun, jika

sebaliknya, bila siswa memiliki minat belajar yang tinggi maka kegiatan

pembelajaran akan menjadi aktif dan efektif serta siswa dapat memperoleh hasil

belajar yang memuaskan. Dengan demikian, diharapkan media pembelajaran

powtoon tepat dalam menerapkan pembelajaran menulis teks eksplanasi.

Berdasarkan uraian yang peneliti paparkan di atas Maka peneliti sangat

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media

Pembelajaran Powtoon dalam Kompetensi Dasar Menulis Teks Eksplanasi Pada

siswa Kelas VIII MTs Al-Ibrohimy Galis.”

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka masalah

pokok yang akan diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum menggunakan media pembelajaran

powtoon dalam kompetensi dasar menulis teks eksplanasi pada siswa kelas

VIII MTs Al-Ibrohimy Galis?

b. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran

powtoon dalam kompetensi dasar menulis teks eksplanasi pada siswa kelas

VIII MTs Al-Ibrohimy Galis?

c. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran

powtoon dalam kompetensi dasar menulis teks eksplanasi pada siswa kelas

VIII MTs Al-Ibrohimy Galis ?

3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang tepat adalah

sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media pembelajaran

powtoon dalam kompetensi dasar menulis teks eksplanasi pada siswa kelas VIII

MTs Al-Ibrohimy Galis.

b. Mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran

powtoon dalam kompetensi dasar menulis teks eksplanasi pada siswa kelas VIII

MTs Al-Ibrohimy Galis.

c. Mendeskripsikan persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran

powtoon dalam kompetensi dasar menulis teks eksplanasi pada siswa kelas VIII

MTs Al-Ibrohimy Galis.

4. Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan dalam pemilihan media

pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Bahasa Indonesia. Di samping

itu, bermanfaat dalam upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Memberikan referensi sebagai bahan ajar atau alternatif dalam

melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan media Pembelajaran

Powtoon agar menarik minat belajar dalam meningkatkan hasil belajar

siswa.

b. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan untuk

dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

c. Bagi Sekolah

Memberikan acuan sebagai penentuan kebijakan dalam proses belajar dan

mengajar dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan tepat.

5. Definisi Operasional

Perlu adanya definisi secara operasional agar tidak ada kesalahan tafsiran

dalam penelitian ini. Beberapa istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil belajar siswa adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki seorang

siswa setelah menerima perlakuan atau pengalaman belajar dari seorang

pendidik.
b. Persepsi siswa adalah suatu proses aktivitas siswa dalam memberikan kesan,

penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan

sesuatu yang diperoleh atau dilakukan.

c. Media powtoon adalah layanan online untuk membuat sebuah paparan yang

memiliki fitur animasi sangat menarik diantaranya animasi tulisan tangan,

animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta pengaturan time line

yang sangat mudah.

6. Kajian Teori
a. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian

sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan, untuk

mengetahui relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan

datang. Relevansi yang dimaksud bertujuan untuk mengetahui apakah penelitian

sudah pernah dilakukan atau tidak. Sehingga dapat melengkapi kekurangan

penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai efektivitas

penggunaan media powtoon yang sudah dilakukan sebelumnya antara lain sebagai

berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Onieljak dari Program Studi Pendidikan

Ekonomi FKIP Untan Pontianak yang berjudul Efektivitas Penggunaan Media

Pembelajaran Audiovisual Powtoon Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa Di Madrasah Aliyah merupakan salah satu penelitian yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Permasalahan yang diteliti adalah

efektivitas penggunaan media pembelajaran yang berupa media powtoon. Metode


yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian eksperimen.

Dengan bentuk penelitian preexperimental designs dan menggunakan rancangan

one-group pretest-posttest design.

Hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian Onieljak adalah

Sampel dalam penelitian ini terdiri 1 kelas yaitu kelas X IIS 3. Penelitian ini

dilakukan dengan cara mengamati motivasi belajar siswa sebelum dan setelah

diberikan eksperimen. Sebelum diberikan eksperimen kegiatan pembelajaran

tanpa menggunakan media pembelajaran audiovisual powtoon. Sedangkan setelah

eksperimen kegiatan pembelajaran menggunakan pembelajaran audiovisual

powtoon. Penggunaan media pembelajaran audiovisual powtoon diterima dengan

sangat baik oleh siswa, hal ini terlihat dari siswa lebih antusias dalam

memperhatikan penjelasan guru dan menyaksikan setiap video yang ditayangkan

pada saat penelitian dan intensitas bertanya meningkat mengenai apa yang tidak

mereka ketahui serta merespon dengan cepat apabila ditanya dan diberi tugas serta

motivasi belajar siswa menjadi meningkat daripada sebelum digunakan video

pembelajaran tersebut.

Penelitian yang dilakukan Onieljak memiliki persamaan dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Persamaannya adalah kedua penelitian sama-sama

meneliti efektivitas dari penggunaan media powtoon. Penggunaan media powtoon

tersebut dapat diterapkan semua jenjang pendidikan, baik di tingkat dasar hingga

menengah atas.

Selain persamaan, penelitian yang dilakukan Onieljak juga memiliki

perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Perbedaannya terletak pada


masalah pengukuran efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon.

Dalam penelitian yang dilakukan Onieljak adalah mengukur efektivitas

penggunaan media pembelajaran powtoon dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa yang dilakukan terhadap siswa Madrasah Aliyah (MA). Sedangkan peneliti

mengukur efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon pada kompetensi

dasar menulis teks eksplanasi yang dilakukan terhadap siswa MTs kelas VIII,

Penelitian ini menekankan terhadap hasil belajar siswa dalam menulis teks

eksplanasi, sedangkan penelitian Onieljak berfokus atau untuk mengetahui

sejauhmana peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan media

audiovisual Powtoon.

Penelitian relevan kedua yang dilakukan oleh Syahrul Fajar, Cepi Riyana, dan

Nadia Hanoum Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2017

dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Powtoon Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pata Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuasi eksperimen

dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Sedangkan desain penelitian yang

digunakan adalah Nonequivalent control group design dalam bentuk pretest dan

posttest.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Syahrul Fajar, dkk

adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif yang signifikan antara

siswa yang belajar dengan menggunakan media Powtoon dengan siswa yang

belajar dengan menggunakan media Microsoft Power Point 2016 pada mata
pelajaran IPS Terpadu. Hasil belajar ranah koognitif siswa kelas eksperimen yang

belajar dengan menggunakan media Powtoon memiliki perolehan skor yang lebih

tinggi. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan yang dilakukan peneliti.

Persamaanya adalah kedua penelitian ini sama-sama menggunakan populasi

dengan mengambil dua kelas eksperimen serta fokus utama peneliti yaitu untuk

mengetahui hasil belajar siswa.

Selain persamaan, penelitian yang dilakukan oleh Syahrul Fajar, Cepi Riyana,

dan Nadia Hanoum juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan

peneliti. Perbedaannya terletak pada objek penelitian. Jika penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Syahrul Fajar, Cepi Riyana, dan Nadia Hanoum adalah

mengukur sejauh mana Pengaruh Penggunaan Media Powtoon Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pata Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. Sedangkan

yang dilakukan peneliti mengukur Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran

Powtoon pada Kompetensi Dasar Menulis Teks Eksplanasi yang dilakukan

terhadap siswa MTs kelas VIII, Penelitian ini menekankan terhadap hasil belajar

siswa dalam menulis teks eksplanasi. Sedangkan penelitian sebelumnya berfokus

untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar ranah kognitif siswa setelah

menggunakan media Powtoon pada mata pelajaran IPS terpadu.

b. Kajian Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu

tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian

efetivitas menurut Moore D.Kenneth dalam Moh Syarif (2015:1) efektivitas suatu
ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah

tercapai, atau makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi

efektivitasnya. Pada kegiatan mengajar terkandung kemampuan menganalisis

kebutuhan siswa, mengambil putusan apa yang harus dilakukan, merancang

pembelajaran yang efektif dan efisien, mengaktifkan siswa melalui motivasi

eksrinstik dan intrinsik, mengevaluasi hasil belajar, serta merevisi pembelajaran

berikutnya agar lebih efektif guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Riyanto (2009: 131), efektivitas pembelajaran diartikan berhasil

guna atau tepat guna atau mencapai tujuan atau pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam hal ini efektivitas pembelajaran atau pembelajaran yang efektif adalah

usaha yang membuahkan hasil atau menghasilkan belajar yang bermanfaat dan

bertujuan bagi siswa, melalui pemakaian prosedur yang tepat. Dalam definisi ini

kata efektifitas pembelajaran mengandung dua indikator penting, yaitu terjadinya

belajar pada siswa dan apa yang dilakukan guru. Dengan demikian, prosedur

pembelajaran yang dipakai oleh guru dan bukti siswa belajar akan dijadikan fokus

dalam usaha pembinaan efektivitas pembelajaran.

Menurut Hary Firman (skiripsi Wiwi Irjanty, 2010: 9) keefektivan program

pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan intruksional yang telah

ditetapkan.

b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif (menyenangkan), melibatkan

siswa secara aktif sehingga menunjang penc apaian tujuan intrukdional.

c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.


Menurut Susanto (2007) menerangkan bahwa efektivitas metode

pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Keefektifan dapat diukur dengan

melihat minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Jika siswa tidak berminat

untuk mempelajari sesuatu, maka tidak dapat diharapkan ia akan berhasil dengan

baik dalam mempelajari materi pelajaran. Sebaliknya, jika siswa belajar sesuai

dengan minatnya, maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Efektifitas

media pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian

ini mengacu pada :

a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-

kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam

peningkatan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila

secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan

antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang

signifikan).

c. Media pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan

motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk

belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa

belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran

merupakan suatu ukuran untuk mencapai tujuan dan pencapaian target (kuantitas,
kualitas dan waktu) dalam pembelajaran yang telah tercapai, di mana target

tersebut telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari dalam media

pembelajaran sejauhmana tujuan media pembelajaran yang telah diterapkan bisa

mencapai target yang diinginkan dengan capaian kuantitas, kualitas dan waktu.

Sehingga dalam penggunaan media pembelajaran perlu mempertimbangkan

efektivitas artinya seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai sesuai

harapan yang diinginkan.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam hal ini seorang guru

akan mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan bagian terpenting

dalam pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil dari suatau interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari isi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 3). Selain itu

Penjelas lain bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-

angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran.

Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam

materi pelajaran.

Menurut Benyamin S. Bloom, dkk (dalam Arifin, 2013: 21) mengatakan

bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang

kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks,

mulai dari hal yang konkrit sampai hal yang abstrak. Adapun rincian domain

tersebut adalah sebagai berikut.

a. Domain kognitif, domain ini memiliki enam jenjang, yaitu: pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Domain afektif, yaitu internalisasi sikap yang menuju ke arah pertumbuhan

batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima

kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam

membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.

c. Domain psikomotor, yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan

gerakan yang sederhana sampai gerakan yang kompleks.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima proses

pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa dapat dilihat melalui kegiatan

evaluasi dari bahan mentah yang terwujud dalam lembar kerja siswa berupa hasil

jawaban test yang berwujud karya tulis atau lisan yang bertujuan untuk

mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar tersebut merupakan dokumen

penting dan berharga bagi siswa dan guru sebagai bahan untuk melakukan

perbaikan tindakan pembelajaran dan evalusi.


3. Media Pembelajaran Powtoon

Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

“medium”. Secara harfiah, artinya adalah “perantara” atau “pengantar”. Oleh

karenanya, media dipahami sebagai perantara atau pengantar sumber pesan

dengan penerima pesan. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa

merangsang siswa sehingga terjadi proses belajar. Sanjaya, (2014:163)

menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat

mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Dalam hal ini,

media belajar yang dimaksud adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai

untuk mencapai tujuan pendidikan. Media pengajaran adalah alat yang digunakan

dalam komunikasi dengan tujuan untuk dalam efektifitas proses belajar mengajar.

Pengertian media pengajaran diatas dapat disimpulkan bahwa media pengajaran

adalah berbagai alat dan bahan yang digunakan guru untuk membantu dalam

penyampaian materi pembelajaran.

Media pembelajaran oleh Communication on Instructional Technology dalam

Haryono (2014) diartikan sebagai alat yang hadir sebagai akibat dari revolusi

komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran. Media

pembelajaran merupakan sebagai alat segala sesuatu yang dapat menyalurkan

pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat

mendorong terciptanya proses belajar untuk menambah informasi baru pada diri

siswa. Media memberikan rangsangan bagi siswa untuk melaksanakan proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran setiap siswa memiliki ciri masing-

masing. Hal ini terutama dikaitkan dengan efisiensi penerimaan dan latar belakang
kemampuannya. Seorang siswa yang normal akan dapat dengan mudah

memperoleh pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang

ditanggapi oleh indranya, baik indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa

maupun peraba.

Media pembelajaran Powtoon merupakan layanan online untuk membuat

sebuah paparan yang memiliki fitur animasi sangat menarik diantaranya animasi

tulisan tangan, animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta pengaturan

time line yang sangat mudah. Langkah-langkah Mengakses layanan online

“Powtoon” adalah:

1) Kunjungi powtoon.com

2) Pastikan kita sudah membuka akun Facebook, lalu kita pilih Log In with

FaceBook pada website powtoon.com. Setelah kita berhasil Login with

facebook, langkah selanjutnya yaitu :

a. Klik tombol Start

b. Kemudian kita pilih Open Blank Presentation

c. Lalu kita ketik judul dan deskripsi file presentasi kita

d. Klik tombol Create untuk membuatnya.

e. Layar akan kembali ke halaman sebelumnya dengan menampilkan judul

presentasi yang baru kita buat. Klik tombol Action, lalu pilih edit.

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai

berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).


2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:

a. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, film, atau model;

b. Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film,

atau gambar;

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography;

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi

lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram, dan lain-lain, dan

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-

lain) dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan

lain-lain.

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran Powtoon

misalnya, berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar;

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan

lingkungan dan kenyataan;

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan

dan minatnya

d. Memberikan perangsang yang sama;


e. Mempersamakan pengalaman;

f. Menimbulkan persepsi yang sama.

Di dalam setiap media pembelajaran pasti mempunyai kekurangan dan

kelebihan, adapun kekurangan dan kelebihan media pembelajaran Powtoon

sebagai jenis media pembelajaran Audio-visual yakni;

1) Kekurangan

a. Ketergantungan pada ketersedian dukungan sarana teknologi

b. Harus disesuaikan dengan system dan kondisi yang ada

c. Mengurangi kreativitas dan invasi dari jenis media pembelajaran

lainnya

d. Membutuhkan dukungan SDM yang prefesional untuk

mengoprasikannya

2) Kelebihan

a. Interaktif

b. Mencakup segala aspek indera

c. Penggunaannya praktis

d. Kolaboratif

e. Dapat digunakan dalam kelompok besar

f. Lebih variatif

g. Dapat memberikan feedback

h. Meningkatkan hasil belajar siswa

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran powtoon

sebagai sarana alternatif dalam penyampaian materi pembelajaran sangat efektif,


karena media powtoon memiliki kelebihan dibandingkan media pembelajaran

yang lain, dengan tampilan yang menarik dan variatif. Hal ini dapat merangsang

siswa lebih aktif dalam proses pengalaman belajar siswa, siswa akan lebih

antusias dan bersemangat dalam memperhatikan penjelasan guru dan menyimak

setiap video yang ditayangkan. Sehingga pembelajaranpun akan berjalan dengan

baik dan efektif serta mencapai keberhasilan siswa dalam memperoleh materi

yang diajarkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kompetensi Dasar

Dalam tiap jenjang pendidikan pasti ada standar Kompetensi dasar, karena

untuk mengetahui materi apa saja yang akan dipelajari. Kompetensi Dasar

merupakan Kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan

dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang

terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada

Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Dalam pengembangannya

Kompetensi dasar memiliki rumusan sebagai berikut. Kemendikbud (2015:45)

mengatakan Kompetensi dasar sebagai berikut.

Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti. Rumusan

Kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar

dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan Kompetensi Inti

sebagai berikut:

a. Kelompok 1: kelompok Kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-1;
b. Kelompok 2: kelompok Kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka

menjabarkan KI-2;

c. Kelompok 3: kelompok Kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka

menjabarkan KI-3; dan

d. Kelompok 4: kelompok komptensi dasar keterampilan dalam rangka

menjabarkan KI-4.

Kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI1)

dan sikap sosial (mendukung KI-2) ditumbuhkan melalui pembelajaran tidak

langsung (indirect teaching) yaitu pada saat peserta didik belajartentang

pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4).

Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD

yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara

bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk

mengembangkan KD pada KI-1 dan KI2. Pembelajaran KI-1 dan KI-2 terintregasi

dengan pembelajaran KI-3 dan KI-4.

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2015:8), Kompetensi

Dasar merupakan Kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang

diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau

Kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi

tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,

kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.


Sedangkan Mulyasa (2015:175) menyatakan bahwa Kompetensi Dasar

merupakan capaian pembelajaran mata pelajaran untuk mendukung Kompetensi

Inti. hal ini sesuai dengan rumusan Kompetensi Inti yang didukungnya yaitu

dalam kelompok Kompetensi sikap spiritual, Kompetensi sikap sosial,

Kompetensi pengetahuan, dan Kompetensi keterampilan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kompetensi dasar

adalah acuan kemampuan yang harus dimiliki oleh stiap siswa dalam satu mata

pelajaran tertentu untuk dijadikan acuan pembentukan indikator, pengembangan

materi pokok dan kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini, Kompetensi dasar

yang dipilih peneliti yaitu menulis teks eksplanasi sesuai dengan struktur dan

kaidah kebahasaannya.

5. Hakikat Menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan

berbahasa. Keterampilan adalah kesanggupan, dan kekuatan untuk melakukan

sesuatu pekerjaan. Lebih lanjut bahwa keterampilan adalah sebuah penilaian atas

apa yang dapat dilakukan seseorang (Moeliono, 2002: 701). Menulis pada

dasarnya proses menuangkan ide-ide abstrak yang ada dalam pikiran ke dalam

suatu bentuk konkrit berupa bahan bacaan.

Menulis menurut Artati (dalam Darminto, 2010: 3) adalah kegiatan yang

dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Maksudnya melahirkan

pikiran atau perasaan dengan tulisan. Menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak


secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan

yang produktif dan ekspresif. Dalam menulis, penulis harus terampil

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis

diperoleh melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur Tarigan dalam

Darminto,2010: 3).

Menulis adalah proses membuat suatu karya tulis yang berupa kumpulan dari

huruf, kata, kalimat dan paragraf. Menurut Rusiana (1991: 76) menyatakan

menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis

untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, untuk mengatakan sebuah

tulisan dapat dikatakan berhasilatau tidak yaitu apabila tulisan tersebut dapat

dipahami dengan mudah oleh pembaca (Andayani, 2009: 28). Maka tulisan dapat

dianggap memberi informasi bilamana tulisan tersebut dapat dipahami oleh

pembaca. Meracik sebuah teks tidak semudah meracik ucapan hal itu menurut

Hernowo (dalam Nurjamal dan Sumirat, 2010: 4).

Meracik teks perlu keterampilan yang luar biasa dalam mengolah dan

menyusun kalimat. Teks tidak dapat menampung seluruh gagasan yang ingin

dikeluarkan seseorang. Teks itu punya keterbatasan. Jika kamu mengeluarkan

gagasan kamu lewat ucapan atau secara lisan, ada kemungkinan kamu dibantu

dengan dialog atau interaksi positif (dengan pendengar kamu) yang akhirnya bisa

memperjelas gagasan yang ingin kamu komunikasikan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan

proses menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran berupa pola-pola

bahasa dan akhirnya membentuk sebuah bacaan. Dalam menulis dibutuhkan


sebuah keterampilan merangkai kata, karena menulis tidak semudah melakukan

ucapan.

6. Hakikat Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan proses terjadinya atau

terbentuknya suatu fenomena alam atau sosial (Pardiyono, 2007: 155). Eksplanasi

memiliki dua orientasi utama – untuk menjelaskan mengapa dan untuk

menjelaskan bagaimana, sering keduanya akan muncul dalam sebuah teks

eksplanasi” (Knapp & Watkins 2005: 126). The purpose of an explanation is to

tell each step of the process (the how) and to give reasons (the why). “Tujuan teks

eksplanasi adalah menjelaskan tahapan, langkah, atau proses (bagaimana) dan

memberikan alasan (mengapa)”. Knapp & Watkins (2005: 126) juga menyatakan

explanations generally require connectives-words that join the verbs together so

that they logically indicate sequences that are temporal – when, then, first, after

this, causal, for example, because, so. “eksplanasi umumnya memerlukan kata

sambung yang bergabung dengan kata kerja sehingga secara logis menunjukkan

urutan yang sementara – ketika, maka, pertama, setelah ini, sebab-akibat (kata

sambung yang menyatakan hubungan sebab akibat), misalnya, karena, begitu”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Priyatni dkk (2014: 135) yaitu bahwa

eksplanasi umumnya memerlukan kata sambung yang menunjukkan hubungan

sebab akibat. Lebih lengkapnya ciri bahasa teks eksplanasi menurut Priyatni dkk

(2014: 111) sebagai berikut. Pertama, memuat istilah. Kedua, struktur kalimatnya

menggunakan kata sambung yang menunjukkan hubungan sebab-akibat. Dari

uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri teks eksplanasi terdapat kata
sambung yang menyatakan sebab akibat sehingga antar paragraf dalam teks

eksplanasi berkaitan.

Dalam sebuah tulisan (teks) eksplanasi, di dalamnya akan memuat struktur

yang terdiri dari 3 bagian yaitu : pernyataan umum, deretan penjelasan dan

interprestasi. (Depdikbud, 2013). Menurut Pardiyono (2007: 156), secara garis

besar struktur teks eksplanasi adalah sebagai berikut.

a. Pernyataan Umum/Pengantar.

Pernyataan umum memuat petunjuk awal tentang suatu peristiwa yang hendak

dijelaskan. Pernyataan umum berfungsi sebagai pengantar pada penjelasan-

penjelasan berikutnya.

b. Rincian Penjelasan.

Rincian penjelasan memaparkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa

/fenomena terjadi. Penjelasan ini berupa tahapan, sehingga pembaca mendapatkan

gambaran tentang bagaimana proses terjadinya suatu peristiwa.

c. Simpulan.

Simpulan dalam teks eksplanasi berupa pengulangan informasi penting atau kata

penutup yang menandai bahwa penjelasan telah berakhir. Tidak semua teks

eksplanasi memuat suatu simpulan.

Peryataan serupa juga dikemukakan oleh Endah (2014: 82), teks eksplanasi

memiliki struktur isi yang umum, yaitu ada judul, pembuka, inti, dan penutup.

Pembuka teks eksplanasi berupa pernyataan umum berupa definisi fenomena yang

dijelaskan, konteks, atau karakteristik umum. Pada bagian inti, teks eksplanasi

menjelaskan proses terjadinya sesuatu atau menjawab mengapa sesuatu terjadi.


Bagian penutup teks eksplanasi dapat berupa simpulan atau opini penulis terkait

dengan fenomena yang dijelaskan. Sedangakan menurut Mahsun (2014: 33)

struktur teks eksplanasi yaitu judul, pernyataan umum, deretan penjelas, dan

interpretasi.

Menulis teks eksplanasi menurut Priyatni dkk terdiri dari beberapa langkah.

Berikut ini langkah menulis teks eksplanasi menurut Priyatni dkk (2014: 126 -

132) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan dalam

pengembangan pengembangan yang dilakukan oleh pengembang.

a. Pilihlah satu topik yang menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu

peristiwa atau fenomena terjadi, sebagai contoh: bagaimana proses

terjadinya gempa, bagaimana proses terjadinya longsor, bagaimana proses

fotosintesis, dan lain-lain.

b. Mulailah dengan menuliskan judul yang menjelaskan suatu fenomena.

Setelah judul, buatlah pernyataan umum yang memuat petunjuk awal suatu

peristiwa yang hendak dijelaskan. Selanjutnya rangkaian penjelasan yang

memuat bagaimana dan mengapa suatu peristiwa dapat terjadi. Bagian akhir

yaitu penutup berupa simpulan atau pengulangan informasi penting.

c. Lakukanlah telaah dan revisi atas tulisan dengan panduan rubrik penilaian

teks eksplanasi.

d. Lakukanlah pengamatan atau studi pustaka agar tulisan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah menulis teks eksplanasi

berupa menentukan topik, menulis judul, melakukan pengamatan, membuat


kerangka, dan mengembangkan kerangka menjadi tulisan. Berdasarkan semua

ulasan di atas, hakikat teks eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan proses

terjadinya atau terbentuknya fenomena alam dan juga fenomena sosial dengan

menggunakan kata sambung yang menyatakan sebab akibat. Di samping itu, teks

eksplanasi juga mempunyai struktur yang terdiri pernyataan umum, rincian

penjelas dan simpulan. Keberadaan simpulan sifatnya tidak wajib ada.

7. Persepsi Siswa

Terdapat beberapa rumusan yang memberikan pengertian mengenai persepsi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata persepsi memiliki arti

tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Desideranto dalam Jalaluddin

Rakhmat (2007: 51) menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang

objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli

inderawi (sensory stimuli). Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa

persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu.

Sedangkan menurut Miftah Toha (2005:141) persepsi adalah proses kognitif

yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami lingkungannya baik lewat

penglihatan, pendengaran penghayatan, perasaan dan penciuman. Sementara itu,

Slameto (2010: 102) menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut

masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Pendapat ini menekankan

pada proses masuknya pesan ke dalam otak manusia. Pendapat lain dikemukakan

oleh Sugihartono (2007: 8), persepsi adalah kemampuan otak dalam


menerjemahkan stimulus. Stimulus itu sendiri merupakan suatu rangsangan dari

luar diri manusia. Dengan demikian persepsi merupakan proses untuk

menerjemahkan atau menginterpretasi stimulus yang masuk dalam alat indera.

Sementara itu, Bimo Walgito (2010: 99) juga memberikan penjelasan bahwa

persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu

merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga

disebut proses sensoris. Proses tersebut tidak berhenti begitu saja, melainkan

stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Dalam proses persepsi yang dijelaskan Bimo Walgito, terdapat proses yang

mengawali persepsi yaitu penginderaan. Dari apa yang telah dikemukakan di atas

jelas bahwa persepsi bukan merupakan proses sekali jadi, melainkan melalui

proses menggabungkan, menginterpretasikan dan akhirnya memberikan penilaian.

Hasil akhir dari proses ini merupakan kesadaran individu terhadap keadaan

sekelilingnya. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Laura A. King

(2012: 225), persepsi merupakan proses otak dalam mengatur dan

menginterpretasi informasi sensoris dan memberikan makna.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

persepsi adalah proses pengamatan menggunakan panca indera yang bersifat

kompleks dalam menerima dan menginterpretasikan informasi-informasi yang ada

di lingkungan. Persepsi akan lebih akurat jika dibandingkan dengan proses

penginderaan saja. Dalam proses penginderaan hanya merupakan langkah awal

dari proses persepsi. Penginderaan hanya memberikan gambaran nyata terhadap

suatu objek, sedangkan persepsi mampu memahami lebih dari gambaran nyata
objek tersebut. Jadi, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang suatu objek

dengan menggunakan panca indera berarti orang itu mengetahui, memahami dan

menyadari tentang objek tersebut. Dalam proses persepsi seseorang akan

melakukan penyeleksian apakah stimulus itu berguna atau tidak, serta menentukan

perlakuan apa yang terbaik untuk dilakukan. Dengan demikian, persepsi siswa

merupakan suatu proses di mana siswa menginterpretasi dan memberikan

tanggapan/respon serta kesan terhadap stimulus, termasuk respon dan kesan

terhadap media pembelajaran dengan menggunakan powtoon. Respon/tanggapan

ini dapat berupa pendapat, tindakan, atau bahkan bentuk penolakan terhadap suatu

stimulus atau rangsangan. Pesepsi siswa terhadap media pembelajaran powtoon

atau lembar kerja akan mempengaruhi sikap dan perilaku siswa tersebut. Apabila

siswa memiliki persepsi yang positif maka sikap dan perilaku terhadap penugasan

yang siswa terima akan baik, begitupun juga sebaliknya.

7. Metode Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan untuk penelitian Efektivitas Penggunaan Media

Pembelajaran Powtoon dalam Kompetensi Dasar Menulis Teks Eksplanasi pada

siswa Kelas VIII MTs Al-Ibrohimy Galis adalah pendekatan deskriftif kuantitatif.

Penelitian deskriptif memelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata

cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu dan pendekatan

kuantitatif merupakan penelitian yang ilmiah yang memandang suatu realitas itu

dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, dan terukur, hubungan variabelnya


bersifat sebab akibat dimana data peneltiannya berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik (Sugiyono, 2015: 11). Pada penelitian kuantitatif data yang

digunakan merupakan data yang berupa angka-angka. Sedangkan deskriptif

adalah suatu rumusan yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan

variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih atau variabel yang

berdiri sendiri, Sugiyono (2015:35).

Berdasarkan pengertian di atas penelitian ini akan menggunakan jenis

penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif yaitu pengumpulan data

berdasarkan populasi dan sampel berupa angka dengan membentuk suatu variabel

yang akan dihasilkan pada Efektivitas Penggunaan Media pembelajaran Powtoon

dalam Kompetensi Dasar Menulis Teks Eksplanasi Pada siswa Kelas VIII MTs

Al-Ibrohimy Galis.

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempuanyai variasi tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015:

64).

a) Variabel bebes/ Independen

Menurut Sugiyono (2015:64), variabel bebas merupakan variabel yang

memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat).

Variabel dalam penelitian ini adalah Penggunaan media pembelajaran Powtoon

yang merupakan variabel bebas ( x ).


b) Variabel Terikat

Menurut Sugiyono (2015:64), variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel dalam penelitian ini adalah Kemampuan menulis siswa yang

merupakan variabel terikat ( y ).

b. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Al-Ibrohimy

Galis.

1) Populasi Dan Sampel

Menurut Sugiyono, (2015:119), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan. Jadi pada intinya populasi meliputi keseluruhan dari subjek atau

objek yang di teliti. Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa-siswi

kelas VIII MTs Al-Ibrohimy Galis Tahun Ajaran 2018/2019 dengan jumlah

kelas sebanyak dua kelas yang terdiri dari kelas VIII-A sebanyak 30 siswa,

dan kelas VIII-C sebanyak 30 siswa, jadi seluruh jumlah siswa kelas VIII

MTs Al-Ibrohimy Galis sebanyak 60 siswa sebagai populasi. Dari populasi

tersebut dilakukan penyampelan.

Sedangkan menurut Sugiyono (2015:120) sampel adalah bagian dari

jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jadi pada intinya bagian

yang merupakan mewakili dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling


yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama

bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,

2015:125). Teknik nonprobality sampling dibagi menjadi beberapa jenis yaitu

sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball. Teknik

sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota dari

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2015:126). Sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada. sehingga penelitian ini

disebut jenis sampling jenuh.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dilakukan peneliti adalah MTs Al- Ibrohimy Galis, bertempat

di Jl. Raya Galis no.03 Kecamatan Galis Kab. Bangkalan.

d. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1) Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan yang bersifat penemuan, pembuktian

dan pengembangan suatu pengetahuan sehingga hasilnya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskiriptif dengan pendekatan kuantitatif.

2) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Observasi
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan pada objek penelitian. Pada penelitian ini melibatkan 2 observer,

antara lain guru dan peneliti. Proses observasi dilakukan dengan mengacu

pada pedoman observasi yang telah disusun. Aktivitas dan perhatian siswa

diamati untuk mendapatkan data kualitatif yaitu mengenai seberapa efektif

proses pembelajaran menulis teks eksplanasi dengan menggunakan media

pembelajaran powtoon dapat mempengaruhi aktifitas siswa dan apakah

kegiatan yang dilakukan guru telah sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran.

b. Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis teks

eksplanasi siswa setelah dilakukan pembelajaran menulis teks eksplanasi

dengan menggunakan media pembelajaran powtoon. Menurut Arikunto (2010:

11), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengumpulkan data baik barupa keterampilanya ataupun pengetahuannya.

Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah pre-test dan post-test.

c. Kuesioner/Angket

Menurut Sugiono (2015:193) Kuesioner/angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Angket ini digunakan untuk memperoleh hasil respon siswa dalam

penggunaan modia pembelajaran Powtoon untuk meningkatkan menulis teks

eksplanasi kemudian meminta siswa untuk memberi tanda ceklis (√) dari
jawaban yang telah disediakan, dianjurkan mengisi sesuai keadaan yang

sebenarnya tanpa unsur paksaan. Kemudian hasil respon siswa dianalisis

menggunakan rumus

Rs
Pr= X 100%
S

Keterangan:

Pr : Presentase banyaknya siswa yang memberikan respon terhadap kategori

yang ditanyakan dalam angket.

Rs : Banyaknya siswa yang memberikan respon terhadap setiap katagori yang

ditanyakan dalam angket.

S : Banyaknya siswa yang menjadi responden.

Jadi respon siswa dikatan positif jika siswa memberikan respon lebih dari

79%.

e. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Trianto (2011: 54), instrumen pengumpulan data adalah alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sitematis. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes yang berupa pre-test dan

post-test. Pre-test merupakan merupakan bentuk tes yang diberikan kepada

siswa untuk menulis teks eksplanasi sebelum menggunakan media Powtoon.

Sedangkan post-test merupakan bentuk tes yang diberikan kepada siswa untuk

menulis teks eksplanasi setelah mengguanakan media pembelajaran Powtoon.


Format Test Menulis Teks Eksplanasi dengan ketepatan isi, struktur, dan

kaidah kebahasaan.

Dalam Hal Aspek yang di telaah Skor


ISI a. Kesesuaian isi teks dengan 30
judul.
b. Kebenaran isi teks secara
keilmuan.

STRUKTUR a. Kelengkapan bagian-bagian 40


teks: identifikasi fenomena,
proses kejadian, ulasan.
b. Ketepatan susunannya.
c. Kepaduan hubungan antar
bagian-bagiannya.
BAHASA a. Keefektifan kalimat. 30
b. Ketepatan pemilihan kata.
c. Kebakuan ejaan atau tanda
baca.
Total 100

1) Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

a. Mengobservasi sumber data yaitu, siswa kelas VIII MTs Al-Ibrohimy Galis

untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon

serta seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa terhadap kompetensi

dasar menulis teks eksplanasi setelah menggunakan media pembelajaran

Powtoon.

b. Mencatat hasil observasi tindakan kelas terhadap keefektifan penggunaan

media pembelajaran Powtoon pada pembelajaran teks eksplanasi dan hasil

belajar siswa dengan menggunakan pedoman penilaian evaluasi siswa.

c. Memasukkan data ke tabel instrumen.


f. Metode dan Teknis Analisis Data

1) Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data

merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain

terkumpul. Kegiatan dalam menganalisis data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah menggunakan

analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk meganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2015: 199).

Rumus:

Mean: Mx = ∑ X
N

Mx = Mean yang kita cari.

∑ X = Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada.

N = Number of cases (Banyaknya skor-skor itu sendiri).

Ketuntasan secara individual dengan KKM (70). Aapabila terdapat angka-

angka di belakang koma (,), maka dibulatkan pada satuan terdekat. Data

selanjutnya akan dianalisis agar bisa menjawab permasalahan dalam penelitian,

adapun aalisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kuantitatif dengan menggunakan metode uji t atau t test sebagai berikut,


my−mx
t=

√ 2 Σ(D)2
ΣD −
N
N (N −1)
Dengan keterangan

Mx : pre test

My : pos test

D : deviasi

N : jumlah siswa

Untuk mengetahui kualitas hasil dari pembelajaran rata-rata siswa digunakan

kriteria sebagi berikut:

Tingkat Indikator Pencapaian


Skor Kategori
kemampuan

100 Baik sekali Mampu Mampu menulis teks ekplanasi

sesuai dengan isi, struktur dan

kaidah kebahasaan.

85 Baik Mampu -

70 Cukup Mampu -

65 Kurang Tidak mampu -

50 Kurang sekali Tdak mampu -

2) Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data

deskriptif kuantitatif. Penelitian yang menggunakan teknik deskriptif


kuantitatif adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk

nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain

yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh

berupa angka maka cara mendeskripsikan data dapat dilakukan dengan

menggunakan statistik deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan

menggunakan teknik statistika adalah untuk meringkas data agar menjadi lebih

mudah dilihat dan dimengerti (Sukardi,2008:86).

Penelitian yang menggunakan teknik deskriptif kuantitatif berusaha

memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi

tertentu. Teknik deskriptif kuantitatif ini memiliki kekhususan yakni :

a. Bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi

sekarang.

b. Bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun,

dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini biasanya tanpa hipotesis. Jika ada

hipotesis biasanya tidak diuji menurut analisis statistik (Margono,2007:8).

f. Instrumen Analisis Data

Instrumen analisis data digunakan dalam suatu penelitian agar penelitian

yang dilaksanakan tersusun secara sistematis dan mendeskripsikan rumusan

masalah penelitian dengan akurat dan baik. Arikunto (2010: 211), mengatakan

bahwa dalam pembuatan instrumen analisis data, perlu adanya pemecahan data

sesuai dengan rumusan masalah penelitian.

1) Instrumen Analisis Data

1. Hasil Belajar Sebelum Menggunakan Media Powtoon


No. Nama Nilai

Berdasarkan analisis data tabel di atas maka dapat dikatakan hasil belajar

siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi siswa adalah (.....) dan terendah (.....).

2. Hasil Belajar Sesudah Menggunakan Media Powtoon

No Nama Nilai

3. Efektivitas Pembelajaran dengan Menggunakan Media Pembelajaran

Poowtoon.

Untuk mengetahui efektif atau tidaknya penggunaan media Powtoon dalam

menulis teks Eksplanasi.

Kategori
No Nama Nilai
Efektif Tidak efektif

2) Prosedur Analisis Data


a. Mengobservasi sumber data, yaitu siswa kelas VIII MTs Al-Ibrohimy Galis

untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran powtoon

serta seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa terhadap kompetensi

dasar menulis teks eksplanasi setelah menggunakan media pembelajaran

Powtoon.

b. Mengklasifikasikan data yang ada dalam tabel instrumen.

c. Melakukan analisis penilaian hasil belajar siswa terhadap kompetensi dasar

menulis teks eksplanasi setelah menggunakan media pembelajaran

Powtoon.

d. Mengambil kesimpulan berdasarkan pada langkah kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Bahtraedu. 2015. Media Pembelajaran Powtoon. (Online).


http://bahtra12.blogspot.co.id/2015/04/media-pembelajaran-
powtoon.html. Diakses tanggal 20 Mei 2018.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

E. Mulyasa. 2015. Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja karya Offset.


Jakarta: Kencana.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online: Edisi-5.

Mersand, Shannon. 2014. Product Review: PowToon. (Online).


http://www.techlearning.com/news/0002/product-review-powtoon/63310
. Diakses 20 Mei 2018.

Muzairoh. 2017. “Efektivitas penggunaan media audio terhadap kemampuan


menulis narasi pada siswa kelas VII Smp Bustanul Ulum”: Skripsi
Sarjana Pendidikan. Bangkalan:STKIP PGRI Bangkalan.

Riyanto. 2009. http://literaturbook.blodspot.com/2014/12/pengertian-efektivitas-


dan- landasan.html. Diakses pada tanggal 12 November 2018 pukul
19.00.

Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Perdana Media.


Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Bhineka Cipta.
Sudjana, Nana dan Riva’i, Ahmad. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.

Sugihartono, dkk. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil bejar.


Yogayakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Walgito, Bimo. 2010 Pengantar Psikologi Umum, Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi
Offset.

Anda mungkin juga menyukai